Anda di halaman 1dari 34

CLINICAL SCIENCE SESSION (CSS)

RETINOPATI DIABETIKUM

Presentan:
Hafizh Budhiman M
Preseptor:
Retti N Miraprahesti, dr., SpM

RETINA

ANATOMI
Retina selembar tipis jaringan saraf

semitransparan dan multilapis yang melapisi bagian


dalam 2/3 posterior dinding bola mata.

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.

Lapis pigmen epitel yang merupakan


bagian koroid.
Lapis sel kerucut dan batang yang
merupakan sel fotosensitif.
Membran limitan luar.
Lapis nukleus luar merupakan nukleus
sel kerucut dan batang.
Lapis pleksiform luar, persatuan akson
dan dendrit.
Lapis nukleus dalam merupakan
susunan nukleus sel bipolar.
Lapis pleksiform dalam, persatuan
dendrit dan akson.
Lapis sel ganglion.
Lapis serat saraf, yang meneruskan
dan menjadi saraf optik.
Membran limitan interna yang
berbatas dengan badan kaca.

SEL BATANG dan KERUCUT


Sel batang : sensitif

terhadap cahaya dan


dipandang sebagai
reseptor yang dipakai
bila intensitas cahaya
rendah, seperti bila
senja atau malam hari.
Orientasi visual
Sel kerucut : sensitive
terhadap terang dan
warna merah, hijau,
atau biru

Fisiologi penglihatan

RETINOPATI DIABETIKUM

DEFINISI
Kerusakan progresif pada retina akibat diabetes

menahun.
Kelainan retina pada penyakit diabetes yang
disebabkan karena adanya mikroangiopati pada
pembuluh darah retina.

EPIDEMIOLOGI
Penyebab hampir seperempat kebutaan di negara-

negara barat.
Insidensi: 40-50% penderita diabetes melitus
Timbul setelah menderita diabetes melitus selama 515 tahun.
Wanita >>> laki-laki, umumnya berusia 50-55 tahun
Keadaan meningkat :

> 20 thn : 50%


> 30 thn : 80%

FAKTOR RISIKO
Lamanya penyakit diabetes

1.

5 tahun tidak ada gejala klinis


10-15 tahun 25-50%
>15 tahun >75%
30 tahun 100%

2. Kontrol Glukosa
The Diabetic Control and Complications Trial (DCCT)
kontrol glukosa yang intensif dapat mengurangi insidensi dan
progresi retinopati diabetikum

PATOFISIOLOGI
1) pembentukan aneurisma,
2) peningkatan permeabilitas pembuluh darah,
3) penyumbatan pembuluh darah,
4) proliferasi pembuluh darah baru (neovascular)

dan jaringan fibrosa di retina,


5) kontraksi dari jaringan fibrosis kapiler dan
jaringan vitreus.
Penyumbatan dan hilangnya perfusi (nonperfusion)
menyebabkan iskemia retina sedangkan kebocoran
dapat terjadi pada semua komponen darah.

Proses biokimia

PATOFISIOLOGI
Kebutaan akibat retinopati diabetikum dapat terjadi
melalui beberapa mekanisme berikut:
1) edema makula atau nonperfusi kapiler,
2) pembentukan pembuluh darah baru pada retinopati
diabetikum proliferatif dan kontraksi jaringan fibrosis
menyebabkan ablasi retina (retina detachment),
3) pembuluh darah baru yang terbentuk menimbulkan
perdarahan preretina dan vitreus,
4) pembentukan pembuluh darah baru dapat
menimbulkan glaucoma

MANIFESTASI KLINIS
Mikroaneurisma
Perdarahan
Dilatasi pembuluh darah
Hard exudates
Soft exudate
Edema retina
Neovaskularisasi
Hiperlipidemia

KLASIFIKASI
Tabel 2. Klasifikasi Retinopati Diabetik Menurut ETDRS 8
Retinopati diabetik nonproliferatif
1.

Retinopati nonproliferatif minimal: terdapat satu atau lebih tanda berupa dilatasi vena, mikroaneurisma,
perdarahan intraretina yang kecil atau eksudat keras

2.

Retinopati nonproliferatif ringan sampai sedang: terdapat satu atau lebih tanda berupa dilatasi vena derajat
ringan, perdarahan, eksudat keras, eksudat lunak atau IRMA.

3.

Retinopati nonproliferatif berat: terdapat satu atau lebih tanda berupa perdarahan dan mikroaneurisma pada
4 kuadran retina, dilatasi vena pada 2 kuadran, atau IRMA ekstensif minimal pada 1 kuadran

4.

Retinopati nonproliferatif sangat berat: ditemukan dua atau lebih tanda pada retinopati non-proliferatif berat.

Retinopati diabetik proliferatif


1.

Retinopati proliferatif ringan (tanpa risiko tinggi): bila ditemukan minimal adanya neovaskular pada diskus
(NVD) yang mencakup lebih dari satu per empat daerah diskus tanpa disertai perdarahan preretina atau
vitreus; atau neovaskular di mana saja di retina (NVE) tanpa disertai perdarahan preretina atau vitreus

2.

Retinopati proliferatif risiko tinggi: apabiladitemukan 3 atau 4 dari faktor risiko sebagai berikut, a) ditemukan
pembuluh darah baru di mana saja di retina, b)ditemukan pembuluh darah baru pada atau dekat diskus
optikus, c) pembuluh darah baru yang tergolong sedang atau berat yang mencakup lebih dari satu per empat
daerah diskus, d) perdarahan vitreus. Adanya pembuluh darah baru yang jelas pada diskus optikus atau setiap
adanya pembuluh darah baru yang disertai perdarahan merupakan dua gambaran yang paling sering
ditemukan pada retinopati proliferatif dengan risiko tinggi.

Retinopati Nonproliferatif
Stadium awal dari proses penyakit retinopati

diabetikum
Ditemukan pada individu yang telah terkena DM >
20 tahun
Stadium ini ditandai oleh adanya peningkatan
permeabilitas kapiler, dilatasi vena, pembentukan
mikroaneurisma serta pendarahan superfisial
(flame-shaped) dan profunda (blot).

Retinopati diabetic nonproliferative termasuk


mikroaneurisma, perdarahan intraretina, dan eksudat lemak

Fluorescein angiogram showing leakage from microaneursyms

Mikroaneurisma, eksudat, perdarahan

Retinopati Preproliferatif
Gambaran yang khas adalah cotton wool patches

yang merupakan infark lapisan serabut saraf akibat


iskemi retina serta abnormalitas pembuluh darah
retina di mana terjadi dilatasi segemental yang
ireguler

Cotton wool patches

Retinopati Proliferatif
Bentuk utama dari retinopati proliferatif adalah

pertumbuhan (proliferasi) dari pembuluh darah


(neovaskularisasi) yang rapuh pada permukaan
retina
Terbentuk jaringan parut yang dapat menarik retina
sehingga retina terlepas dari tempatnya

Proliferasi Fibrovaskular

KLASIFIKASI
Daniel Vaughan
Stadium I: Mikroaneurisma, Vena sedikit melebar.
Stadium II: vena melebar, eksudat
Stadium III: stadium II + cotton wool patches
Stadium IV: vena melebar, perdarahan, sianosis
Stadium V: perdarahan besar, jaringan parut

KLASIFIKASI
Bagian Mata RSCM:
Derajat I: mikroaneurisma dengan atau tanpa fatty
eksudat pada fundus okuli.
Derajat II : mikroaneurisma, perdarahan bintik dan
bercak dengan atau tanpa fatty eksudat pada fundus
okuli.
Derajat III : mikroaneurisma, perdarahan bintik dan
bercak, dengan neovaskularisasi dan proliferasi pada
fundus okuli. Sering terjadi pedarahan intra dan
praretinal yang dapat menyebar kedalam badan kaca.

DIAGNOSIS
Oftalmoskop
Fotografi retina
fundal fluorescein angiography (FFA)

KOMPLIKASI
perdarahan vitreus
ablasi retina

TERAPI
Kontrol diabetes melitus.
Fotokoagulasi laser telah mengganggu ketajaman

penglihatan atau telah menimbulkan penyulit.


Fotokoagulasi laser dilakukan untuk
menghancurkan pembuluh darah yang baru dan
menyumbat pembuluh darah yang bocor.
Vitrektomi sudah ada komplikasi
Diet gizi seimbang

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai