Definisi
Demam Typhoid adalah penyakit infeksi akut usus halus, yang disebabkan
badan
lemah
anokresia
Bradikardi
relative,
serta
splenomegaly
II.
Etiologi
Tyfus abdominalis disebabkan oleh salmonella typhosa, basil gram negatif,
antigen
yaitu
antigen
(somatic
terdiri
dari
zat
komplek
III.
Patofisiologi
Kuman salmonella typhosa masuk kedalam saluran cerna, bersama
makanan dan minuman, sabagian besar akan mati oleh asam lambung HCL dan
sebagian ada yang lolos (hidup), kemudian kuman masuk kedalam usus (plag
payer) dan mengeluarkan endotoksin sehingga menyebabkan bakterimia primer
dan mengakibatkan perdangan setempat, kemudian kuman melalui pembuluh
darah limfe akan menuju ke organ RES terutama pada organ hati dan limfe.
Di organ RES ini sebagian kuman akan difagosif dan sebagian yang tidak
difagosif akan berkembang biak dan akan masuk pembuluh darah sehingga
menyebar ke organ lain, terutama usus halus sehingga menyebabkan peradangan
yang mengakibatkan malabsorbsi nutrien dan hiperperistaltik usus sehingga
terjadi diare. Pada hipotalamus akan menekan termoregulasi yang mengakibatkan
demam remiten dan terjadi hipermetabolisme tubuh akibatnya tubuh menjadi
mudah lelah.
Selain itu endotoksin yang masuk kepembuluh darah kapiler menyebabkan
roseola pada kulit dan lidah hipermi. Pada hati dan limpa akan terjadi
hepatospleno megali. Konstipasi bisa terjadi menyebabkan komplikasi intestinal
(perdarahan usus, perfarasi, peritonitis) dan ekstra intestinal (pnemonia,
meningitis, kolesistitis, neuropsikratrik).
IV.
Manifestasi Klinis
Gejala klinis demam tifoid pada anak biasanya lebih ringan jika
dibandingkan dengan penderita dewasa. Masa tunas rata-rata 10-20 hari. Yang
tersingkat 4 hari jika infeksi terjadi melalui makanan, sedangkan yang terlama 30
hari jika infeksi melalui minuman. Selama masa inkubasi mungkin ditemukan
gejala prodomal yaitu perasaan tidak enak badan, lesu, nyeri kepala, pusing dan
tidak bersamangat kemudian menyusul gejala klinis sbb:
Demam
Nafas berbau tidak sedap, bibir kering dan pecah-pecah, lidah putih
kotor (coated tongue) ujung dan tepi kemerahan, perut kembung, hati dan
limpa membesar. disertai nyeri pada perabaan
Gangguan kesadaran
V.
Pathways
Makanan terkontaminasi salmonella
Mulut
HCL (lambung)
Hidup
Tidak hidup
Tak difogosit
mati
bakteriema sekunder
Tidak
hiperemi
Usus halus
Hipotalamus
Hepar
peradangan
menekan
termoreguler
hipotasplenom
Malababsorbsi nutrien
Hipertermi
Endotoksin
merusak hepar
Hiperperistaltik usus
cepat lelah
intoleransi aktifitas
diare
bedrest
konstipasi
VI.
reinterkasi usus
Komplikasi
Diagnosa
IntestinalKeperawatan
1.
perdarahan usus
-Hipertermi
Revolusi
b/d proses
Peritonitis
2.
infeksii
Ekstraintestinal
Pneumonia
Meningitis
kolesistitis
Neuropsikiatrik
SGOT/SGPT
3.
4.
5.
6.
PK: Perdarahan
VII.
Intervensi
1
Kolaborasi
untuk
pemberian antipiretik
Anjurkan menggunakan
pakaian tipis menyerap
keringat.
Hindari selimut tebal
Observasi
reaksi
klien dapat istirahat dan
nonverbal dari ketidak
tidur
nyamanan.
v/s dbn
Gunakan
teknik
komunikasi
terapeutik
untuk
mengetahui
pengalaman nyeri klien
sebelumnya.
Kontrol
faktor
lingkungan
yang
mempengaruhi
nyeri
seperti suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan.
Kurangi faktor presipitasi
nyeri.
Pilih dan lakukan
penanganan
nyeri
(farmakologis/non
farmakologis)..
Ajarkan teknik non
farmakologis (relaksasi,
distraksi
dll)
untuk
mengetasi nyeri..
Berikan analgetik untuk
mengurangi nyeri.
Evaluasi
tindakan
pengurang nyeri/kontrol
nyeri.
Kolaborasi dengan dokter
bila ada komplain tentang
pemberian analgetik tidak
berhasil.
Administrasi analgetik :.
Cek program pemberian
analogetik; jenis, dosis,
dan frekuensi.
Cek riwayat alergi..
Tentukan
analgetik
pilihan, rute pemberian
dan dosis optimal.
Monitor TV
Berikan analgetik tepat
waktu terutama saat nyeri
muncul.
Evaluasi
efektifitas
analgetik, tanda dan gejala
efek samping.
Pahami bahasa-bahasa
atau pengungkapan non
verbal
klien
akan
kebutuhan ADL
Ajarkan penggunaan
modalitas
terapi
dan
bantuan mobilisasi secara
aman (lakukan supervisi
agar
keamnanannya
terjamin)
Evaluasi kemampuan
klien untuk melakukan
self care di RS
Beri reinforcement atas
upaya dan keberhasilan
dalam melakukan self
care
Risiko infeksi b/dSetelah dilakukan asuhanKonrol infeksi :
imunitas
tubuhkeperawatan jam tidak Bersihkan lingkungan
menurun,
prosedurterdapat
faktor
risikosetelah dipakai pasien
invasive.
infeksi dan dg KH:
lain.
Tdk ada tanda-tanda Batasi pengunjung bila
infeksi
perlu.
AL normal
Intruksikan
kepada
V/S dbn
pengunjung
untuk
mencuci
tangan
saat
berkunjung
dan
sesudahnya.
Gunakan sabun anti
miroba untuk mencuci
tangan.
Lakukan cuci tangan
sebelum dan sesudah
tindakan keperawatan.
Gunakan baju dan sarung
tangan
sebagai
alat
pelindung.
Pertahankan lingkungan
yang
aseptik
selama
pemasangan alat.
Lakukan dresing infus
dan dan kateter setiap hari
Sesuai indikasi
Tingkatkan intake nutrisi
dan cairan
berikan antibiotik sesuai
program.
Proteksi
terhadap
infeksi
Monitor tanda dan gejala
infeksi sistemik dan lokal.
Monitor hitung granulosit
dan WBC.
Monitor
kerentanan
terhadap infeksi..
Pertahankan
teknik
aseptik
untuk
setiap
tindakan.
Inspeksi kulit dan mebran
mukosa
terhadap
kemerahan, panas.
Ambil kultur, dan
laporkan bila hasil positip
jika perlu
Dorong istirahat yang
cukup.
Dorong peningkatan
mobilitas dan latihan.
Instruksikan klien untuk
Monitor Nutrisi
Monitor
BB
jika
memungkinkan
Monitor respon klien
terhadap situasi yang
mengharuskan
klien
makan.
Jadwalkan pengobatan
dan
tindakan
tidak
bersamaan dengan waktu
klien makan.
Monitor adanya mual
muntah.
Monitor
adanya
gangguan dalam input
makanan
misalnya
perdarahan, bengkak dsb.
Monitor intake nutrisi
dan kalori.
Monitor kadar energi,
kelemahan dan kelelahan.
6
VIII.
PK: Perdarahan
Pemeriksaan Penunjang
b.
c.
d.
IX.
Penatalaksanaan
2.
3.
4.
5.
Obat Kloramfenikol
X.
Komplikasi
Komplikasi dapat dibagi dalam :
1.
Komplikasi intestinal
a.
Perdarahan usus
b.
Perforasi usus
c.
Ileus paralitik
2.
Kardiovaskuler : kegagalan
sirkulasi
Darah
anemia
hemolitik,
d.
e.
f.
Tulang
oeteomielitis,
periostitis,
Neuropsikiatrik
delirium,
DAFTAR PUSTAKA
Doengoes M.E (2000). Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi III. EGC : Jakarta
Inawati, 2013. Demam tifoid departemen patologi anatomi. FKU Wijaya Kusuma,
Surabya
Nelwan RHH, 2012. Tata laksana terkini demam tifoid. FKUI?RSCM. Jakarta