Anda di halaman 1dari 11

TUGAS

RESOLUSI KONFLIK

Imam Sutrisno
12510019

Sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat Desa


APMD
Yogyakarta
2015

BAB I
PENDAHULUAN

I.

Latar Belakang
Isu merupakan aspek penting yang perlu diperhatikan secara serius dalam proses
penanganan konflik karena hampir tidak mungkin melakukan penanganan konflik
dengan baik tanpa terlebih dahulu menangani isu-isu yang menjadi penyebab
kemunculan konflik tersebut. Dari segi dampak yang dapat ditimbulkan maka isu
biasanya dapat diklasifikasikan menjadi dua macam, yakni isu pokok / isu utama dan
isu sampingan / isu tambahan, dimana kedua hal tersebut juga penting untuk
dipahami agar dapat menentukan skala prioritas tindakan secara relevan dan efektif
dalam proses penanganan konflik atau resolusi konflik. Penjelasan mengenai kedua
macam isu tersebutlah yang nantinya akan menjadi konten pokok dalam makalah ini,
tujuannya agar pembaca dapat memahami lebih mendalam sehingga dapat
membedakan dengan tegas mana yang termasuk sebagai isu utama dan mana yang
dimaksud sebagai isu tamabahan.
Disamping itu, isu juga terklasifikasi berdasarkan jenis dan karakteristiknya. Dalam
sosiologi konflik klasifikasi ini merupakan salah satu pemahaman pokok yang wajib
dipahami oleh para penggiat sosiologi atau para pekerja masyarakat. Pemahaman
yang mendalam mengenai klasifikasi isu berdasarkan jenis dan karakternya ini
diharapkan dapat membantu proses pemetaan baik untuk keperluar kerja-kerja
keilmuan teoritis maupun praksis. Adapun jenis-jeis isu tersebut jika diklasifikan
berdasarkan jenis dan karakteristiknya meliputi, isu Hak Asasi Manusia (HAM), Isu
Budaya, Isu Gender, Isu Identitas, isu Kekuasaan/politik. Penjelasan mengenai isuisu tersebut juga akan diterangkan dalam makalah ini.
Sesuai dengan panduan tugas dalam Lembar Kerja III, makalah ini tidak hanya dibuat
dalam rangka menjelaskan berbagai defisini mengani klasifikasi isu seperti yang telah
diterangkan sebelumnya. Namun dalam makalah ini, nantinya pembaca juga akan

menemukan uraian/pembahasan yang berisi tentang analisis konflik sebagai contoh


kasus berserta dokumentasi berupa kliping koran yang dilampirkan. Tentu saja ini
berguna agar memudahkan pembaca dalam memahami sekaligus menemukan contoh
pengaplikasian dalam tehnik-tehnik melakukan kegiatan analisi mengenai konflik dan
isu konflik serta berbagai macam aspek yang saling berkaitan di dalamnya.
Adapun analisis yang akan dilakukan mencakup tidak hanya pemetaan isu dan pokok
masalah, namun juga analisis stakeholder serta peran pemerintah (jika ada) hingga
pada dampak yang ditimbulkan oleh konflik yang tengah berlangsung. Seperti telah
disinggung sebelumnya, makalah ini menyertakan sumber berupa kliping yang
nantinya akan diurutkan sesuai dengan keperluan pentahapan pembahasan dalam
makalah. Selain bertujuan untuk membuktikan pada pembaca bahwa contoh kasus
yang di analisi benar-benar ada juga bertujuan agar pembaca lebih mudah memahami
kronologi konflik yang akan dianalisis secara mendalam dalam makalah singkat ini.

II.

Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan klasifikasi isu?
2. Apa yang dimaksud dengan isu pokok/utama dan isu tambahan/sampingan?
3. Apa yang dimaksud dengan Isu Budaya, Isu HAM, Isu Identitas, Isu Gender dam
Isu Politik/Kekuasaan?
4. Apa yang menyebabkan terjadinya konflik dalam internal DPR RI antara kubu
5.
6.
7.
8.

Koalisi Indonesia Hebat dan Koalisi Merah Putih?


Bagaimana kronologi Konflik yang terjadi?
Bagaimana dampak atau potensi dampak yang ditimbulkan dari konflik tersebut?
Bagaimana sikap dan tanggapan pemerintah?
Bagaimana proses mediasi terjadi dan siapa saja tokoh yang berperan dalam

proses tersebut?
9. Siapa saja stakeholder yang berkepentingan dan terlibat dalam konflik tersebut

III.

Tujuan
1. Menjelaskan

definisi

dari

klasifikasi

isu,

isu

pokok/utama

dan

isu

tambahan/sampingan, isu Budaya, Isu HAM, Isu Gender, Isu Identitas serta Isu
Kekuasaan/politik.

2. Menganalisis dan menjelaskan mengenai konflik yang terjadi di DPR RI dari segi
penyebab, kronologi, keterlibatan tokoh dan lembaga, proses mediasi,
kepentingan-kepeentingan dan dampak atau potensi dampak yang muncul dari
berbagai aspek.

BAB II
PEMBAHASAN

1. Klasifikasi Isu

Klasifikasi isu adalah pembagian jenis/macam isu berdasarkan persfektif/sudut pandang


atau kegunaan tertentu. Bertujuan untuk memudahkan proses kerja keilmuan (teori)
dan/atau mempermudah peneliti serta pekerja masyarakat dalam ranha praksis. Isu dapat
diklasifikasi/dibagi menurut besaran dampak/pengaruh yang di timbulkan serta kronologi
kemunculannya serta dapat pula di klasisfikasikan berdasarkan berbagai aspek sosial
seperti Kebudayaan, Politik, Hak Asasi Manusia, Gender dan lain sebagainya.
2. Klasifikasi Isu Berdasarkan Besaran Dampak dan Kronologi Kemunculan
- Isu Pokok/Utama
Pengklasifikasian sebuah isu menjadi isu utama/pokok didasarkan atas beberapa
kriteria. Sebuah isu dapat dikatakn sebagai isu utama jika ; pertama, isu tersebut
menjadi salah satu penyebab utama kemunculan masalah, kedua, isu tersebut
memiliki pengaruh yang luas dan signifikan bagi pihak-pihak (stakeholder) yang
terlibat secara langsung maupun tidak langsung dalam suatu masalah. Dan yang
ketiga adalah jika isu-isu tersebut memiliki keterkaitan secara strategis dalam hal
berkonstribusi untuk menciptakan suasan yang tidak kondusif sehingga mempersulit
proses penyelsaian masalah atau konflik.
-

Isu Tambahan/Sampingan
Demikian pula dengan isu tambahan, kita dapat melakukan identifikasi atau
pelacakan dengan menelusuri sifat-sifat / karakteristik isu tersebut, kronologi (proses
kemunculan) sebuah wacana sehingga menjadi isu, serta sejauh mana isu tersebut
benar-benar dapat dibuktikan sebagai unsur utama yang menyebakan kemunculan
suatu masalah atau konflik serta seberapa besar dan signifikant isu tersebut
berpengaruh terhadap berbagai pihak yang terkait dalam sebuah masalah atau konflik.
Jika sebuah isu berasal dari sebuah opini yang tidak jelas validitas dan sumbernya
maka sangat mungkin isu ini hanya muncul untuk kepentingan-kepentingan tertentu
yang biasanya bersifat provokatif, pengalihan perhatian publik atau bahkan bertujuan
merubah secara mendasar peta msalah/konflik yang terjadi. Isu-isu semacam ini
biasanya muncul pada saat sebuah konflik atau masalah telah muncul ke permukaan,
jadi hampir dapat dipastikan bahwa isu-isu tersebut bukanlah merupakan penyebab
utama kemunculan masalah sehingga tidak dapat digolongkan sebagai isu utama

melainkan hanya suatu isu tamabahan yang di buat dengan tujuan-tujuan tertentu
yang beragam dan berbeda di setiap kasus.
3. Klasifikasi Isu Berdasarkan Aspek Sosial
- Isu Budaya
Dalam persfektif resolusi konflik atau konflik sosial isu budaya dapat dimaknai
sebagai wacana-wacana yang berkaitan erat dengan kebudayaan, bisa berwujud
wacana yang mempersoalkan perbedaan antar kebuadayaan yang satu dengan
lainnya (persolan identitas), wacana perbenturan kebudayaan, akulturasi yang
timpang dan lain sebagainya dalam konteks budaya yang dapat berpotensi
menimbulkan kesalah pahaman dan masalah dalam dua kelompok masyarakat
atau lebih.
Terdapat berbagai macam wujud permasalahan atau konflik yang berlatar
belakang kebudayaan. Bisa juga terjadi dalam satu kelompok masyarakat yang
mendiami wilayah yang sama, semisal soal perebutan hak-hak ulayat yang
menyangkut kepemilikan tanah atau hak atas kepemilikan otoritas tertentu dalam
konteks adat dan tradisi.
-

Isu Hak Asasi Manusia (HAM)


Adalah isu-isu yang mengangkat tentang bagaimana hak-hak manusia yang
bersifat asasi dapat terpenuhi dengan baik dan adil. Pelanggaran atas kemanusiaan
seperti rezim otoriter yang menindas, perampasan atas kepemilikan tanah,
menghambat kebebasan bicara dan berorganisasi, ketidakadilan gender,
peperangan adalah fenomena-fenomena yang mendapat perhatian khusus dan
serius dalam isu-isu HAM. Dalam persfektif sosiologi konflik / resolusi konflik,
isu

HAM

dimaknai

sebagai

tindakan-tindakan

pelanggaran

nilai-nilai

kemanusiaan yang berpotensi menimbulkan maslah atau konflik.


-

Isu Gender
Isu gender pada awalnya merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari isu-isu
HAM pada umumnya, namun dalam perkembangannya dengan tujuan agar
pewacanaan lebih fokus dan masif maka isu gender saat ini menjadi isu sendiri
dengan kajian-kajian yang lebih spesifik dari sekedar persoalan gender sebagai

sebuah hak asasi manusia yang layak diperjuangkan. Konflik yang bersumber
pada ketidaksetaraan gender menjadi perhatian utama dalam persfektif sosiologi
-

konflik.
Isu Identitas
Merupakan bagian penting dari isu kebudayaan yang mendapat perhatian dalam
masyarakat modern. Hal ini berkaitan erat dengan gencarnya kritik terhadap
persfektif positivisme yang dominan dan hegemonik. Positivisme dianggap
bertanggung jawab dalam mengaburkan batas-batas identitas kelompok
masyarakat bahkan hingga ke tataran individu. Positivisme sebagaimana kritik
yang dilayangkan oleh mazhab frankfurt, memaksakan penyeragaman identitas
melalui hegemoni wacana dominan yang di klaim memiliki kebenaran yang

bersifat universal.
Isu Kekuasaan
Isu kekuasaan adalah isu yang berkaitan erat dengan persoalan demokrasi dan
politik, dimana tak jarang isu ini dapat menjadi salah satu penyebab konflik
vertikal maupun horizontal. Isu perebutan kekuasaan sering kali menjadi pemicu
kemunculan konflik yang melibatkan msayarakat hingga ke tataran grassroots dan
tidak jarang mengakibatkan perpecahan dalam kelompok yang sebelumnya
bersatu, oleh karenanya isu kekuasaan dalam konteks tertentu memiliki potensi
destruksi yang cukup signifikan dan luas. Sebagaimana isu-isu lain, sosiologi
konflik melihat isu kekuasaan dalam hubungannya sebagai potensi yang dapat

menimbulkan konflik sosial.


4. Analisis Konflik Internal Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia Periode 20142019
-

Latar Belakang dan Penyebab Utama Konflik

Konflik yang terjadi dalam Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia Periode 20142019 (DPR RI) sebenarnya merupakan konflik baru yang muncul sebagai rentetan dari
konflik Pemilu Presiden (Pilpres) yang terjadi sebelumnya. Meskipun secara hukum
konflik Pilpres telah dinyatakan selesai dengan dikeluarkannya keputusan Mahkamah
Konstitusi yang menetapkan Pasangan Joko Widodo dan Jusuf Kalla sebagai pemenag

dalam Pilpres lalu, namun secara politik konflik ini masih berlanjut hingga ke parlemen
(senayan).
Seperti yang telah kita ketahui bersama bahwa semenjak Pilpres telah terjadi dua
polarisasi kekuatan politik besar di Indonesia yang terdiri dari Koalisi Merah Putih yang
mengusung pasangan calon Prabowo Subianto-Hatta Rajasa dan Koalisi Indonesia Hebat
yang mengusung pasangan Calon Joko Widodo-Jusuf Kalla. Setelah Pilpres usai,
polarisasi ini secara garis besar masih bertahan dan melanjutkan perseteruan di senayan,
masing-masing kubu koalisi memiliki argumentasinya sendiri. Kubu Koalisi MerahPutih tetap mempertahankan Koalisinya dalam parlemen dengan alasan untuk menjadi
kekuatan penyeimbang dari eksekutif yang notabene merupakan bagian dari kubu kualisi
lawan. Demikian juga dengan kubu Koalisi Indonesia Hebat beralasan agar dapat
membantu dan memperlancar kinerja eksekuti (khususnya Presiden dan Wakil Presiden
terpilih) dalam mengimplementasikan agenda-agenda politik dan pembangunanan yang
telah direncanakan sebelumnya.
Demi mewujudkan kepentingannya tersebut kemudian masing-masing kubu koalisi
berusaha mendapatkan kursi kemimpinan komisi dalam DPR RI. Sejak proses pemilihan
inilah perseteruan antara kedua kubu koalisi mulai berlangsung terbuka dan alot.

Kronologi Konflik

Perebutan Kursi Ketua dalam DPR RI adalah awal dari konflik terbuka dari dua kubu
koalisi. Proses tersebut diawali dengan pemilihan Ketua DPR dan MPR yang berlangsung
hingga larut malam tanpa adanya kesepakatan. Pada saat itu kubu Koalisi Indonesia
Hebat terancam tidak dapat mengusulkan paket calon Ketua karena keterbatasan jumlah
dukungan dan terjanggal aturan yang berlaku.
Setlah proses pemilihan berlangsung lama dan alot, akhirnya komposisi pimpinan dalam
DPR mapun MPR saat itu dikuasai oleh kubu Koalisi Merah Putih karena memiliki
jumlah amggota fraksi yang jauh lebih besar dari kubu lawannya. Hal ini kemudia
membuat Koalisi Indonesia Hebat merespon dengan membuat DPR tandingan untuk
melawan komposisi pimpinan yang telah sepenuhnya dikuasai oleh Kubu Koalisi Merah

Putih. Selain itu dalam sidang paripurna berikutnya Kolisi Indonesia Hebat melayangkan
Mosi Tidaj Percaya terhadap empat pimpinan DPR yang terdiri dari Setya Novanto
(Golkar), Fadli Zon (Gerindra), Agus Hermanto (Demokrat), dan Taufik Kurniawan
(PAN).
-

Analisi Dampak atau Potensi Dampak

Konflik panjang antara Koalisi Indonesia Hebat dan Koalisi Merah Putih di DPR RI
mengundang perhatian sejumlah kalangan, tidak terkecuali para pengamat politik dan
pengamat ekonomi. Muncul kekhawatiran bahwa perseterusn yang terjadi dapat dilihat
sebagai bentuk instabilitas politik oleh pihak-pihak luar yang saling berkepentingan
dengan Indonesia. Jika demikian yang terjadi maka kondisi politik yang tercitra demikian
dapat berpengaruh pada memburuknya iklim investasi. Investor tentu akan berfikir ulang
untuk berinvestasi di Indonesia dengan ketidakpastian situasi politik serta jaminan
keamanan yang rendah karena masih rentan konflik. Menurut pengamat ekonomi, sedikit
banyak konflik yang terjadi di DPR RI telah berpengaruh pada Bursa Saham, trand
sebagaian penjualan saham menurun dan ada indikasi kelesuan untuk beberapa saham
yang diperdagangkan. Jika konflik ini tidak segera teratasi, diprediksikan perekonomian
Indonesia akan terdampak negatif dan semakin memburuk.
Disamping itu, perseteruan yang terjadi di DPR RI akan melemahkan kepercayaan rakyat
terhadap lembaga-lembaga pemerintah karena tidak mampu mencerminkan kedewasaan
berpolitik, hal ini tentu saja merupakan indikasi buruk bagi kemajuan demokrasi di
Indonesia.
-

Langkah dan Upaya Mediasi

Dorongan untuk segera berdamai muncul dari banyak pihak tidak terkecuali Presiden dan
Wakil Presiden ikut menghimbau agar kedua Koalisi yang sedang berseteru segera
menemukan titik temu agar konflik tidak berlarut-larut dan berkepanjangan. Hal ini demi
menjaga kepentingan bersama yang lebih besar dan lebih perioritas.
Beberapa waktu setelah itu, langkah mediasipun dilakukan melalui mekanisne lobi
pimpinan partai yang di fasilitasi oleh beberapa tokoh politik senior. Pertemuan ini dapat
terselenggara juga oleh karena ada kesamaan kepentigan pada saat itu, yakni pembahasa

RUU MD3. Dari pertemuan-pertemuan yang terselenggara dan lobi-lobi yang dilakukan
para petinggi partai terjalinlah beberapa kesepakatan kedua belah pihak sebagai syarat
untuk mengakhiri perseteruan.
Pada awalnya Koalisi Merah Putih (KMP) menawarkan 3 Komisi untuk Koalisi
Indonesia Hebat (KIH). Namun setelah proses lobi panjang dilakukan KMP akhirnya
memberikan 21 Kursi pimpinan untuk KIH.
-

Tokoh-Tokoh dan/atau Stakeholder yang Terlibat dan Berpengaruh secara


langsung maupun tidak langsung

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Setya Novanto
Fadli Zon
Pramono Anung
Aburizal Bakrie
Joko Widodo
Jusuf Kalla
Hatta Rajasa

8. Prabowo Subianto
9. Ahmad Bsarah
10. Efendi Simbolon
11. DLL

BAB III
KESIMPULAN
Jika diklasifikasikan , maka konflik yang terjadi dalam DPR RI tersebut merupakan konflik yang
bersumber dari kepentingan kekuasaan. Dalam bab pembahasan serta lampiran kliping koran
yang disertakan dapat dilihat bahwa konflik kekuasaan dapat berwujud sebagai sebuah konflik
besar dan berdampak secara luas dan signifikan. Konlik kukuasaan sangat determinan terhadap
aspek lain seperti, sosoal, ekonomi hukul dan bahkan budaya.
Satu hal penting yang dapat dijadikan pelajaran adalah, bahwa dalam menganalisis konflik
kekuasaan kita (masyarakat) harus mampu berdiri dan melihat secara kritis tanpa ikut
terprovokasi dan menjadi loyalis reaksioner terhadap keuatan olitik tertentu. Posisi kritis
setidaknya akan menghindarkan kita dari dampak-dampak negatif yang mungkin saja dapat
muncul dari konflik kekuasaan yang berlangsung.
Tragedi 1965 cukuplah menjadi pelajaran berhaga bagi kita semua, dimana banyak manusia di
bantai, di buang/diasingkan dan dipenjarakan tanpa alasan yang jelas. Masyarakat yang
terprovokasi ikut menjadi bagian penting yang memperparan tragedi tersebut. Untuk itu

kekuasaan harus dapat dilihat sebagai sesuatu yang dibaliknya terdapat berbagai macam
kepentingan yang dapat saling bertabrakan satu dengan lainnya baik dengan cara-cara yang
beradab hingga ke cara-cara terkejam yang bahkan sulit dibayangkan dapat terjadi.

Anda mungkin juga menyukai