Anda di halaman 1dari 14

A.

PENDAHULUAN
Kalimat Satu Visi Satu Identitas Satu Komunitas
menjadi visi dan komitmen bersama yang hendak diwujudkan
oleh ASEAN pada tahun 2020. Tetapi mungkinkah cita-cita
tersebut dapat dicapai oleh negara-negara ASEAN (Indonesia,
Malaysia,

Filipina,

Singapura,

Thailan,

Brunai

Darussalam,

Kamboja, Vietnam, Laos dan Myanmar) dalam waktu kurang dari


satu dasawarsa lagi. Berdasarkan catatan dan laporan dari
berbagai sumber menunjukkan bahwa cita-cita bersama yang
terintegrasi dalam suatu komunitas yang disebut Masyarakat
Asean(Asean Community) ini masih harus menghadapi berbagai
tantangan dan rintangan yang terdapat pada masing-masing
negara anggota. Beberapa tahapan awal mesti diwujudkan untuk
merealisasikan target atau sasaran bersama Masyarakat Asean
tersebut, di antaranya adalah melalui penerapan Masyarakat
Ekonomi Asean (Asean Economic Community) pada tahun 2015.
Kesepakatan bersama untuk mengintegrasikan berbagai
negara Asean (Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand,
Brunai Darussalam, Kamboja, Vietnam, Laos dan Myanmar) yang
masing-masing memiliki latar-belakang sosial-budaya, ideologi
politik, ekonomi dan kepentingan berbeda ke dalam suatu
komunitas yang disebut Masyarakat Ekonomi Asean ini masih
menghadapi sejumlah kendala besar, khususnya bagi Indonesia
yang masih dihadapkan dengan berbagai masalah multi dimensi
yang sarat kepentingan.
sasarannya
Tenggara

yang

Masyarakat Ekonomi Asean dengan

mengintegrasikan

menggambarkan

ekonomi

karakteristik

regional
utama

Asia
dalam

bentuk pasar tunggal dan basis produksi, kawasan ekonomi yang


sangat
merata

kompetitif,
atau

kawasan

seimbang,

pengembangan

dan

kawasan

ekonomi

yang

yang

terintegrasi

sepenuhnya menjadi ekonomi global.Sebagai pasar tunggal


kawasan terpadu Asean dengan luas sekitar 4,47 juta km persegi
yang didiami oleh lebih dari 600 juta jiwa dari 10 negara anggota
ini diharapkan dapat meningkatkan efisiensi dan memacu daya
saing ekonomi kawasan Asean yang diindikasikan melalui
terjadinya arus bebas (free flow) : barang, jasa, investasi, tenaga
kerja, dan modal.

B. PENGERTIAN MEA ( MASYARAKAT EKONOMI ASEAN)


MEA adalah bentuk integrasi ekonomi ASEAN dalam artian
adanya system perdagaangan bebas antara Negara-negara
asean. Indonesia dan sembilan negara anggota ASEAN lainnya
telah menyepakati perjanjian Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)
atau ASEAN Economic Community (AEC).
Pada KTT di Kuala Lumpur pada Desember 1997 Para
Pemimpin ASEAN memutuskan untuk mengubah ASEAN menjadi
kawasan yang stabil, makmur, dan sangat kompetitif dengan
perkembangan ekonomi yang adil, dan mengurangi kemiskinan
dan kesenjangan sosial-ekonomi.
Pada KTT Bali pada bulan Oktober 2003, para pemimpin
ASEAN menyatakan bahwa Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)
akan menjadi tujuan dari integrasi ekonomi regional pada tahun
2020, ASEAN Security Community dan Komunitas Sosial-Budaya
ASEAN dua pilar yang tidak terpisahkan dari Komunitas ASEAN.
Semua pihak diharapkan untuk bekerja secara yang kuat dalam
membangun komunitas ASEAN pada tahun 2020 mendatang.
Selanjutnya,

Pertemuan

Menteri

Ekonomi

ASEAN

yang

diselenggarakan pada bulan Agustus 2006 di Kuala Lumpur,


Malaysia, sepakat untuk memajukan Masyarakat Ekonomi ASEAN
(MEA) dengan target yang jelas dan jadwal untuk pelaksanaan.

Pada KTT ASEAN ke-12 pada bulan Januari 2007, para


Pemimpin menegaskan komitmen mereka yang kuat untuk
mempercepat pembentukan Komunitas ASEAN pada tahun 2015
yang diusulkan di ASEAN Visi 2020 dan ASEAN Concord II, dan
menandatangani

Deklarasi

Cebu

tentang

Percepatan

Pembentukan Komunitas ASEAN pada tahun 2015 Secara khusus,


para pemimpin sepakat untuk mempercepat
Komunitas

Ekonomi

ASEAN

pada

tahun

pembentukan

2015

dan

untuk

mengubah ASEAN menjadi daerah dengan perdagangan bebas


barang, jasa, investasi, tenaga kerja terampil, dan aliran modal
yang lebih bebas.
C. KARAKTERISTIK

MEA

MASYARAKAT

EKONOMI

ASEAN)
Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) adalah realisasi tujuan
akhir dari integrasi ekonomi yang dianut dalam Visi 2020, yang
didasarkan

pada

konvergensi

kepentingan

negara-negara

anggota ASEAN untuk memperdalam dan memperluas integrasi


ekonomi melalui inisiatif yang ada dan baru dengan batas waktu
yang jelas. dalam mendirikan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA),
ASEAN harus bertindak sesuai dengan prinsip-prinsip terbuka,
berorientasi ke luar, inklusif, dan berorientasi pasar ekonomi
yang konsisten dengan aturan multilateral serta kepatuhan
terhadap sistem untuk kepatuhan dan pelaksanaan komitmen
ekonomi yang
efektif berbasis aturan.
Masyarakat

Ekonomi

ASEAN

(MEA)

akan

membentuk

ASEAN sebagai pasar dan basis produksi tunggal membuat


ASEAN lebih dinamis dan kompetitif dengan mekanisme dan
langkah-langkah untuk memperkuat pelaksanaan baru yang ada

inisiatif ekonomi; mempercepat integrasi regional di sektor-sektor


prioritas; memfasilitasi pergerakan bisnis, tenaga kerja terampil
dan bakat; dan memperkuat kelembagaan mekanisme ASEAN.
Sebagai langkah awal untuk mewujudkan Masyarakat Ekonomi
ASEAN.
Pada saat yang sama, Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)
akan mengatasi kesenjangan pembangunan dan mempercepat
integrasi terhadap Negara Kamboja, Laos, Myanmar dan VietNam
melalui Initiative for ASEAN Integration dan inisiatif regional
lainnya.
Bentuk Kerjasamanya adalah :
1. Pengembangan

sumber

daya

manusia

dan

peningkatan kapasitas;
2. Pengakuan kualifikasi profesional;
3. Konsultasi lebih dekat pada kebijakan makro ekonomi
4.
5.
6.
7.

dan keuangan;
Langkah-langkah pembiayaan perdagangan;
Meningkatkan infrastruktur
Pengembangan transaksi elektronik melalui e-ASEAN;
Mengintegrasikan industri di seluruh wilayah untuk

mempromosikan sumber daerah;


8. Meningkatkan keterlibatan sektor

swasta

untuk

membangun Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA).


Pentingnya

perdagangan

eksternal

terhadap

ASEAN

dan

kebutuhan untuk Komunitas ASEAN secara keseluruhan untuk


tetap

melihat

ke

karakteristik utama Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA):


1.

Pasar dan basis produksi tunggal,

2.

Kawasan ekonomi yang kompetitif,

3.

Wilayah pembangunan ekonomi yang merata

4.

Daerah terintegrasi penuh dalam ekonomi global.

depan,

Karakteristik ini saling berkaitan kuat. Dengan Memasukkan


unsur-unsur yang dibutuhkan dari masing-masing karakteristik
dan harus memastikan konsistensi dan keterpaduan dari unsurunsur

serta

pelaksanaannya

yang

tepat

dan

saling

mengkoordinasi di antara para pemangku kepentingan yang


relevan.
D. PERUBAHAN

PERUBAHAN

SETELAH

ADA

MEA

( MASYARAKAT EKONOMI ASEAN)

1. Prosedur Bea Cukai Lebih Sederhana


Menurut Tari, Masyarakat Ekonomi ASEAN akan memiliki
sistem

yang

dapat

memantau

pergerakan

barang

dalam

perjalanannya ke negara-negara ASEAN. Tidak hanya itu, izin


barang ekspor pun akan lebih cepat. Ini akan menghemat waktu
dan biaya ekspor.

2. Adanya Sistem Self-Certification


Ini

adalah

sistem

yang

memungkinkan

pengekspor

menyatakan keaslian produk mereka sendiri dan menikmati tarif


preferensial di bawah skema ASEAN-FTA (Free Trade Area).
Tanggung jawab utama dari sertifikasi asal dilakukan oleh
perusahaan yang ikut berpartisipasi dengan menyertakan faktur
komersial

dokumen

seperti

tagihan, delivery

order,

atau packaging list.


Fungsinya

adalah

memudahkan

pebisnis

dalam

ekspansi ke negara-negara anggota ASEAN lainnya.

melakukan

3. Harmonisasi Standar Produk


Meski masih belum ditetapkan seperti apa standar dari
masing-masing

jenis

produk,

namun

ASEAN

akan

memberlakukan sistem yang meminta masing-masing industri


agar sesuai dengan standar kualitas mereka.
Hingga saat ini, terdapat 7 jenis produk yang menjadi prioritas
mereka.

Produk karet
Obat tradisional
Kosmetik
Pariwisata
Sayur dan buah segar
Udang dan budidaya perikanan
Ternak

Selain ketiga hal di atas, ada juga penjelasan bahwa


pemerintah akan mendukung program globalisasi UKM, seperti:

Mencari pasar baru di luar negeri


Promosi ekspor
Delegasi promosi perdagangan
Mendorong spesialisasi dalam memperluas pasar

luar negeri
Mendukung pencapaian standar internasional
Mendukung pengembangan global brand
Memberi bantuan kepada UKM yang memiliki
prospek baik untuk mengekspor produknya

Tugas utama kita sebagai warga Negara adalah bagaimana


merubah image terhadap barang - barang lokal dibawah standar
kualitas yang mayoritas dengan harga relatif mahal dari barang
impor. Ya, masih banyaknya anggapan tentang merek luar lebih
berkualitas ketimbang produk lokal akan mempersulit pelaku
UKM, padahal tidak sepenuhnya begitu.

Untuk itu, tiap UKM harus memperbaiki kualitas produknya


agar

semua

Pemerintah

konsumen
juga

bisa

dirasa

bangga

perlu

untuk

dengan
terus

kualitasnya.
mengedukasi

masyarakat agar cinta terhadap produk lokal, dan masyarakat


juga perlu menghilangkan persepsi yang kerap menilai buruk
merek lokal.

E. ELEMEN-ELEMEN UTAMA DALAM MEA 2015


Terdapat empat hal yang akan menjadi fokus MEA pada tahun
2015 yang dapat dijadikan suatu momentum yang baik untuk
Indonesia.
Pertama, negara-negara di kawasan Asia Tenggara ini akan
dijadikan sebuah wilayah kesatuan pasar dan basis produksi.
Dengan terciptanya kesatuan pasar dan basis produksi maka
akan membuat arus barang, jasa, investasi, modal dalam jumlah
yang besar, dan skilled labour menjadi tidak ada hambatan dari
satu negara ke negara lainnya di kawasan Asia Tenggara.
Kedua, MEA akan dibentuk sebagai kawasan ekonomi dengan
tingkat kompetisi yang tinggi, yang memerlukan suatu kebijakan
yang

meliputi competition

Intellectual

Property

policy,

consumer

Rights (IPR), taxation,

protection,

dan E-Commerce.

Dengan demikian, dapat tercipta iklim persaingan yang adil;


terdapat perlindungan berupa sistem jaringan dari agen-agen
perlindungan konsumen; mencegah terjadinya pelanggaran hak
cipta; menciptakan jaringan transportasi yang efisien, aman, dan
terintegrasi;

menghilangkan

meningkatkan
berbasis online.

perdagangan

sistem Double
dengan

Taxation,

media

dan;

elektronik

Ketiga, MEA pun akan dijadikan sebagai kawasan yang


memiliki

perkembangan

memprioritaskan

pada

ekonomi
Usaha

yang
Kecil

merata,

dengan

Menengah

(UKM).

Kemampuan daya saing dan dinamisme UKM akan ditingkatkan


dengan memfasilitasi akses mereka terhadap informasi terkini,
kondisi pasar, pengembangan sumber daya manusia dalam hal
peningkatan kemampuan, keuangan, serta teknologi.
Keempat, MEA akan diintegrasikan secara penuh terhadap
perekonomian global. Dengan dengan membangun sebuah
sistem untuk meningkatkan koordinasi terhadap negara-negara
anggota. Selain itu, akan ditingkatkan partisipasi negara-negara
di kawasan Asia Tenggara pada jaringan pasokan global melalui
pengembangkan paket bantuan teknis kepada negara-negara
Anggota ASEAN yang kurang berkembang. Hal tersebut dilakukan
untuk meningkatkan kemampuan industri dan produktivitas
sehingga tidak hanya terjadi peningkatkan partisipasi mereka
pada skala regional namun juga memunculkan inisiatif untuk
terintegrasi secara global.

F. DAMPAK MEA 2015 BAGI INDONESIA


Bagi Indonesia sendiri, MEA akan menjadi kesempatan yang
baik karena hambatan perdagangan akan cenderung berkurang
bahkan menjadi tidak ada. Hal tersebut akan berdampak pada
peningkatan eskpor yang pada akhirnya akan meningkatkan GDP
Indonesia. Di sisi lain, muncul tantangan baru bagi Indonesia
berupa

permasalahan

homogenitas

komoditas

yang

diperjualbelikan, contohnya untuk komoditas pertanian, karet,


produk kayu, tekstil, dan barang elektronik (Santoso, 2008).
Dalam hal ini competition risk akan muncul dengan banyaknya

barang impor yang akan mengalir dalam jumlah banyak ke


Indonesia yang akan mengancam industri lokal dalam bersaing
dengan produk-produk luar negri yang jauh lebih berkualitas. Hal
ini pada akhirnya akan meningkatkan defisit neraca perdagangan
bagi Negara Indonesia sendiri.

Pada sisi investasi, kondisi ini

dapat menciptakan iklim yang mendukung masuknya Foreign


Direct Investment (FDI) yang dapat menstimulus pertumbuhan
ekonomi melalui perkembangan teknologi, penciptaan lapangan
kerja, pengembangan sumber daya manusia (human capital) dan
akses yang lebih mudah kepada pasar dunia. Meskipun begitu,
kondisi

tersebut

dapat

memunculkan exploitation

risk.

Indonesia masih memiliki tingkat regulasi yang kurang mengikat


sehingga dapat menimbulkan tindakan eksploitasi dalam skala
besar terhadap ketersediaan sumber daya alam oleh perusahaan
asing yang masuk ke Indonesia sebagai negara yang memiliki
jumlah sumber daya alam melimpah dibandingkan negaranegara lainnya. Tidak tertutup kemungkinan juga eksploitasi
yang dilakukan perusahaan asing dapat merusak ekosistem di
Indonesia, sedangkan regulasi investasi yang ada di Indonesia
belum cukup kuat untuk menjaga kondisi alam termasuk
ketersediaan sumber daya alam yang terkandung.
Dari aspek ketenagakerjaan, terdapat kesempatan yang
sangat besar bagi para pencari kerja karena dapat banyak
tersedia lapangan kerja dengan berbagai kebutuhan akan
keahlian yang beraneka ragam. Selain itu, akses untuk pergi
keluar negeri dalam rangka mencari pekerjaan menjadi lebih
mudah bahkan bisa jadi tanpa ada hambatan tertentu. MEA juga
menjadi kesempatan yang bagus bagi para wirausahawan untuk
mencari pekerja terbaik sesuai dengan kriteria yang diinginkan.
Dalam

hal

ini

dapat

memunculkan risiko

ketenagakarejaan bagi Indonesia. Dilihat dari sisi pendidikan


dan produktivitas Indonesia masih kalah bersaing dengan tenaga
kerja yang berasal dari Malaysia, Singapura, dan Thailand serta
fondasi industri yang bagi Indonesia sendiri membuat Indonesia
berada pada peringkat keempat di ASEAN (Republika Online,
2013).
Dengan hadirnya ajang MEA ini, Indonesia memiliki peluang
untuk memanfaatkan keunggulan skala ekonomi dalam negeri
sebagai

basis

memperoleh

keuntungan.

Namun

demikian,

Indonesia masih memiliki banyak tantangan dan risiko-risiko


yang akan muncul bila MEA telah diimplementasikan. Oleh
karena itu, para risk professional diharapkan dapat lebih peka
terhadap fluktuasi yang akan terjadi agar dapat mengantisipasi
risiko-risiko yang muncul dengan tepat. Selain itu, kolaborasi
yang apik antara otoritas negara dan para pelaku usaha
diperlukan, infrastrukur baik secara fisik dan sosial(hukum dan
kebijakan) perlu dibenahi, serta perlu adanya peningkatan
kemampuan serta daya saing tenaga kerja dan perusahaan di
Indonesia. Jangan sampai Indonesia hanya menjadi penonton di
negara sendiri di tahun 2015 mendatang.

G. PERSIAPAN

MENGHADAPI

EKONOMI ASEAN)
Kesiapan Menjelang

MEA

Pemberlakukan

MASYARAKAT
Masyarakat

Ekonomi Asean
Meski tercatat sebagai negara yang memiliki kekayaan
sumber daya alam melimpah ruah dengan luas dan populasi
terbesar di antara negara-negara lainnya di Asean, Indonesia
diperkirakan masih belum siap menghadapi Masyarakat Ekonomi
Asean pada tahun 2015. Pernyataan bernada skeptis

atas

kesiapan Indonesia menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean juga


diungkapkan oleh Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri
Bidang Tenaga Kerja, Benny Soetrisno beberapa waktu lalu dalam
Seminar Kesiapan Tenaga Kerja dalam Menghadapi Pasar Asean.
Pernyataan tersebut adalah sangat beralasan mengingat
bahwa masih ada sejumlah masalah mendasar yang menimpa
Indonesia

dan

Mayarakat

harus

Ekonomi

segera

diatasi

Asean

pada

sebelum
tahun

berlakunya

2015.

Iklim

investasi kurang kondusif yang diindikasikan melalui masalah


ruwetnya birokrasi, infrastruktur, masalah kualitas sumber daya
manusia

dan

merupakan

ketenagakerjaan

sebagian

dari

(perburuhan)

masalah

yang

serta

saat

korupsi

ini

masih

menyandera pemerintah Indonesia.


Kendala-kendala tersebut di atas mengakibatkan Indonesia
belum dapat mensejajarkan diri untuk tegak sama tinggi dan
duduk sama rendah di antara negara-negara Asean lainnya.
Kekhawatiran

ini

tercermin

melalui

pernyataan

Menteri

Perdagangan (Mendag) Gita Wirjawan yang menyebutkan bahwa


Indonesia

masih

mempersiapkan

harus
diri

mengerjakan

menghadapi

banyak
Masyarakat

hal

untuk

Ekonomi

Asean. Menteri ini juga mengakui bahwa Indonesia bukan satusatunya negara Asean yang masih memerlukan persiapan lebih
banyak.
Kondisi serupa juga dialami oleh beberapa negara Asean
lainnya. Myanmar, misalnya, juga menghadapi kendala yang
tidak jauh berbeda. Bahkan para pengusaha Myanmar sendiri
mengaku belum siap untuk bergabung dalam pasar Masyarakat
Ekonomi Asean.

Kekhawatiran atas kesiapan semua negara anggota Asean


untuk pemberlakuan Masyarakat Ekonomi Asean juga terungkap
melalui suvey yang dilakukan oleh Kamar Dagang Amerika di
Singapura. Survey yang melibatkan 475 pengusaha senior
Amerika tersebut mengungkapkan bahwa 52 persen responden
tidak percaya Masyarakat Ekonomi Asean dapat diwujudkan pada
tahun 2015.
Adalah tidak berlebihan jika kemudian kita memunculkan
suatu pertanyaan besar : Sudah siapkah Industri Nasional
berkompetisi dalam Mayarakat Ekonomi Asean yang lebih
populer dengan istilah Pasar Bebas ASEAN ini pada akhir
tahun 2015 nanti?
Langkah & Persiapan Menghadapi Era Pasar Bebas
Asean
Berangkat dari pertanyaan tersebut di atas, pemerintah
dituntut

untuk

menghadapi

segera

mempersiapkan

langkah

ancaman

hempasan

gelombang

&

strategi
tsunami

ekonomi Masyarakat Ekonomi Asean dengan menyusun dan


menata kembali kebijakan-kebijakan nasional yang diarahkan
agar

dapat

lebih

mendorong

dan

meningkatkan

daya

saing (competitiveness) sumber daya manusia dan industri di


Indonesia. Taraf daya saing nasional ini perlu segera ditingkatkan
mengingat

bahwa

berdasarkan

Indeks

Daya

Saing

Global

2010, tingkat daya saing Indonesia hanya berada pada posisi 75


atau jauh tertinggal dibanding Vietnam (posisi 53) yang baru
merdeka dan baru bergabung ke dalam ASEAN.
Dengan kata lain, pemerintah harus segera memperkuat
kebijakan & langkah-langkah yangpro-bisnis atau pro-job, bukan

memperkuat kebijakan & langkah populis seperti yang terjadi


belakangan ini yang diindikasikan dengan adanya kenaikan upah
minimun regional (UMP/UMK) yang sangat drastis di beberapa
daerah pada awal tahun 2013 ini. Jika tidak, Indonesia bisa
dipastikan hanya akan menjadi pasar potensial bagi negara
ASEAN lainnya, bukannya menjadi pemain utama di kawasan
Asean. Indonesia disebut-sebut sebagai negara paling menarik
bagi pengembangan usaha baru, yang kemudian disusul oleh
Vietnam, Thailan dan Myanmar.
Keterlibatan

berbagai

pihak,

mulai

dari

para

pembuat

kebijakan hingga masyarakat umum sangatlah diperlukan untuk


memastikan kesiapan seluruh elemen bangsa dalam menghadapi
pasar bebas yang disebut Masyarakat Ekonomi Asean ini.
Berbagai diskusi atau seminar sudah dilakukan pemerintah
dengan

melibatkan

para

pakar dari

berbagai

lembaga

pemerintah maupun non-pemerintah guna memastikan kesiapan


masyarakat Indonesia menghadapi Pasar Bebas ASEAN 2015
yang menuntut efisiensi dan keunggulan produk yang lebih
kompetitif

dan

inovatif.

Meski

Masyarakat

Ekonomi

Asean

dipandang sebagai sebuah peluang positif bagi perkembangan


ekonomi nasional, namun sejumlah tantangan dan hambatan
klasik yang terus menghantui Indonesia dari waktu ke waktu
mesti segera diatasi. Hambatan dan tantangan mendasar yang
perlu dibenahi pemerintah saat ini, antara lain, mencakup
masalah : infrastruktur, birokrasi, masalah kualitas sumber daya
manusia dan masalah perburuhan, sinergi kebijakan nasional
dan

daerah,

daya

saing

pengusaha

nasional,

korupsi

dan pungutan liar yang mengakibatkan ekonomi biaya tinggi


(high-cost economy).

Dalam upaya mempersiapkan diri menghadapi perubahan dan


sekaligus mengatasi hambatan & tatangan tersebut, Pemerintah
harus segera merumuskan dan menetapkan langkah-langkah
strategis terpadu dengan melibatkan seluruh komponen bangsa
dan pemangku kepentingan (stakeholder). Di samping itu,
pembaruan dan perubahan (changes)menjadi sebuah kata kunci
yang mesti segera disosialisasikan dan diimplementasikan secara
gradual

atau

bertahap

mengingat

kemajukan

dan

keanekaragaman kareakteristik kehidupan sosial dan ekonomi


bangsa Indonesia
Akhirnya, seiring dengan semakin dekatnya tenggat waktu
pembentukan Masyarakat Ekonomi Asean 2015, pemerintah juga
harus semakin menggencarkan kegiatan sosialisasi Masyarakat
Ekonomi Asean 2015 kepada seluruh masyarakat, termasuk
jajaran birokrasi di daerah dengan maksud agar tidak terjadinya
tumpang-tindih (overlapping) antara kebijakan nasional dengan
kebijakan

daerah

yang

selalu

keputusan berbasis otonomi daerah.

mendasarkan

pengambilan

Anda mungkin juga menyukai