Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Penelitian


Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) adalah infeksi akut dari setiap

bagian dari saluran pernapasan dan struktur terkait termasuk sinus paranasal
telinga tengah dan rongga pleura (Parul, 2007). ISPA merupakan penyebab utama
morbiditas dan mortalitas penyakit menular di dunia. Hampir empat juta orang di
dunia meninggal akibat ISPA setiap tahun, 98%-nya disebabkan oleh infeksi
saluran pernapasan bawah. Tingkat mortalitasnya sangat tinggi pada bayi, anakanak, dan orang lanjut usia, terutama di negara-negara dengan pendapatan per
kapita rendah dan menengah (WHO, 2007). ISPA paling banyak diderita oleh
anak-anak, baik di negara berkembang maupun di negara maju dan banyak dari
mereka masuk rumah sakit karena penyakitnya cukup gawat (Rasmaliah,2004). Di
Indonesia ISPA merupakan penyebab kematian balita nomor satu. Sejak tahun
2000 angka kematian balita akibat ISPA adalah 5 per 1000 balita (Kartasasmita,
2004).
ISPA biasanya menular dan dapat menimbulkan berbagai spektrum
penyakit yang berkisar dari penyakit tanpa gejala atau infeksi ringan sampai
penyakit yang parah dan mematikan bergantung pada patogen penyebabnya,
faktor lingkungan, dan faktor host (WHO, 2007). ISPA meliputi infeksi akut
saluran pernapasan bagian atas dan infeksi akut saluran pernapasan bagian bawah
(Rasmaliah, 2004). ISPA bagian atas termasuk pilek, rinitis, nasofaringitis,
faringitis, dan otitis media. Sementara ISPA bagian bawah termasuk epiglotitis,
1

radang tenggorokan, bronkitis, bronkiolitis, dan pneumonia (Parul, 2007). Saluran


pernapasan

atas

manusia

termasuk Streptococcus

mempunyai

banyak

komunitas

pneumoniae (pneumococcus),

patogen,

Haemophilus

influenzae, Moraxella catarrhalis dan Staphylococcus aureus (Watson, 2006).


Kebanyakan infeksi saluran pernafasan bawah mempunyai berbagai etiologi
bakteri seperti Streptococcus pneumoniae, Mycoplasma pneumoniae, Chlamydia
spp., Pseudomonas spp., Escherichia coli dan Haemophilus influenzae yang
menyebabkan pneumonia. Ada beberapa data tentang penyebab pneumonia di
negara berkembang, namun studi sepsis neonatal menunjukkan bahwa
penyebabnya termasuk organisme enterik gram negatif, khususnya Klebsiella spp.
dan Gram positif organisme, terutama Streptococcus pneumoniae, Streptococcus
Grup B, dan Staphylococcus aureus (WHO, 1999).
Sebuah studi kasus terhadap pasien dokter umum menemukan bahwa virus
menyumbang 58% dari infeksi saluran pernapasan akut, Streptococcus Grup A
11% dan 3% dari pasien mengalami infeksi campuran bakteri dan virus (Van
Gageldonk, 2005). Target utama terapi ISPA adalah untuk mengatasi infeksi
bakteri karena bakteri merupakan etiologi ISPA terbanyak kedua dan sering
sebagai penyebab superinfeksi ISPA akibat virus (Meneghetti, 2007). Penanganan
infeksi bakteri biasanya menggunakan antibiotik, dimana telah banyak dikenal
berbagai macam penanganan antibiotik dari berbagai golongan, dari spektrum
sempit hingga spektrum luas. Saat ini terapi infeksi dengan antibiotik sering
disalahgunakan akibat penggunaan yang irasional dan mudahnya masyarakat
memperoleh antibiotik tanpa resep dokter. Hal tersebut memicu tingginya multi

drug resistance (Judarwanto, 2006). Penggunaan antibiotik yang berulang-ulang


dan tidak tepat adalah penyebab utama peningkatan jumlah bakteri yang kebal
terhadap obat (WHO, 2011).

1.2

Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka dapat diidentifikasi

beberapa masalah sebagai berikut, yaitu:


1.

Apakah telah terjadi resistensi pada isolat patogen dari apusan rongga mulut
pasien ISPA di Puskesmas Kota Tasikmalaya terhadap antibiotik amoxicillin,
ciprofloxacin, dan cefadroxil?

2.

Bagaimana efektivitas penggunaan antibiotik amoxicillin, ciprofloxacin, dan


cefadroxil pada pasien ISPA di Puskesmas Kota Tasikmalaya?

1.3

Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui:

1.

resistensi pada isolat patogen dari apusan

rongga mulut pasien ISPA di

Puskesmas Kota Tasikmalaya terhadap antibiotik amoxicillin, ciprofloxacin,


dan cefadroxil.
2.

efektivitas penggunaan antibiotik amoxicillin, ciprofloxacin, dan cefadroxil


pada pasien ISPA di Puskesmas Kota Tasikmalaya.

1.4

Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang

efektivitas penggunaan antibiotik amoxicillin, ciprofloxacin, dan cefadroxil pada


pasien ISPA di Puskesmas Kota Tasikmalaya sehingga dapat dijadikan sebagai
referensi untuk penggunaan antibiotik di Kota Tasikmalaya.

1.5

Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan melalui beberapa tahapan, yaitu:
1. Penyiapan apusan rongga mulut pasien.
2. Inokulasi patogen dari apusan rongga mulut pasien.
3. Isolasi patogen dari apusan rongga mulut pasien.

4. Pengujian resistensi isolat patogen dari apusan rongga mulut pasien terhadap
antibiotik amoxicillin, ciprofloxacin, dan cefadroxil.

1.6

Lokasi dan Waktu


Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Maret 2015 hingga Juli 2015

bertempat di Puskesmas Taman Sari dan Puskesmas Cibeureum Kota Tasikmalaya


serta Laboratorium Mikrobiologi Farmasi, Fakultas Farmasi, Universitas
Padjadjaran, Jatinangor.

Anda mungkin juga menyukai