Anda di halaman 1dari 9

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3)

& HUKUM KETENAGAKERJAAN

Bab 7 : KESELAMATAN DAN


KESEHATAN KERJA [K3]
DALAM PROSES KONSTRUKSI

Nama anggota kelompok :


Faishal Mahdy S (3113110007)
Muhammad Meisa L (3113110009)

MANFAAT K3 BAGI KONTRAKTOR


Tenaga Kerja yang cedera tentu akan
menderita fisik dan juga menderita dalam
bentuk kerugian finansial. Kontraktor yang
mengabaikan K3 juga akan menderita dari
segi biaya langsung yang pada akhirnya
dapat mempengaruhi eksistensi usaha.
Kontraktor beranggapan bahwa apabila
perusahaan sudah mengasuransikan
pekerjaan proyek, maka semua beres dan
tidak perlu memikirkan kecelakaan kerja,
anggapan yang demikian adalah salah.

Karena apabila dibandingkan biaya yang dikeluarkan kontraktor


jika pekerjaan proyek diasuransikan dengan biaya yang dikeluarkan
apabila terjadi kecelakaan,
Tidaklah sulit melihat bahwa kecelakaan dapat melibatkan
manusia dan peralatan yang lebih lanjut berakibat kerugian waktu dan
biaya. Anggapan sementara kontraktor ialah, bahwa dengan telah
mengasuransikan usahanya untuk melindungi dirinya terhadap rugi
langsung akibat kecelakaan, semuanya sudah beres dan tidak lagi
perlu untuk memikirkan persoalan laba dan rugi. Sikap demikian salah
dan keliru dan dapat menjerumuskan. Berikut ini dicoba untuk menilik
biaya yang terasuransikan :

o
o
o
o
o
o

Terasuransikan
Kompensasi pendapatan.
Biaya pengobatan dan perawatan rumah sakit.
Penggantian cacat.
Biaya rehabilitasi.
Biaya penguburan
Pensiun, tunjangan keluarga

o
o
o
o

Pensiun, tunjangan keluarga


Kebakaran
Hilang dan rusak.
Kewajiban terhadap masyarakat

o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o

Tidak terasuransikan
Biaya pertolongan pertama.
Biaya angkutan.
Biaya pemeriksaan / investigasi kecelakaan
Biaya laporan.
Pekerjaan terhenti
Pembersihan daerah kecelakaan.
Perbaikan peralatan.
Waktu yang digunakan untuk pertolongan pertama.
Waktu yang digunakan untuk pertolongan pertama.
Produksi yang hilang atau rusak akibat kecelakaan.
Kehilangan ketrampilan akibat kecelakaan.
Kemunduran produksi akibat penggantian tenaga kerja trampil yang cedera

o Kemunduran produksi akibat penggantian tenaga kerja trampil


yang cedera
o Peralatan tidak berproduksi.
o Penyewaan peralatan sebagai ganti peralatan yang rusak.
o Biaya overhead sementara produksi terhenti.
o Rugi akibat denda atau pencairan jaminan.
o Merosotnya semangat kerja dari tenaga kerja.
o Pertentangan dengan tenaga kerja.
o Pandangan masyarakat yang merosot, dan sebagainya
Demikian banyak bagian yang tak terasuransikan yang dapat
diakibatkan oleh kecelakaan.
Bila diperhatikan perbandingan antara biaya yang
terasuransikan dengan biaya yang tidak terasuransikan, maka
angka perbandingan tersebut amat menyolok, yaitu 1:9. Dan
jika terjadi kecelakaan maka yang paling menderita adalah
para korban yakni tenaga kerja konstruksi yang cedera.

MANFAAT K3 BAGI TEBAGA KERJA


KONSTRUKSI
Tenaga kerja konstruksi akan memperoleh haknya bila
mengikuti program asuransi. Namun dalam hal tenaga kerja
tersebut telah cacat, biasanya tidak mampu lagi menggunakan
ketrampilannya dilingkungan usaha jasa konstruksi, iapun terpaksa
beralih kegiatan dengan ketrampilan yang lebih rendah dan ini
berarti ia akan menerima upah yang lebih rendah dari yang
diperoleh sebelum cacat.
Tenaga kerja yang cedera perlu mendapat perhatian untuk
mendapatkan rehabilitasi, baik fisik maupun mental. Rehabilitasi
demikian mungkin mem-butuhkan latihan ulang, agar masih dapat
bermanfaat disektor lain. Dapatlah disimpulkan bahwa bagi setiap
korban kecelakaan yang mengalami cedera, baginya merupakan
kejadian yang merugikan.

Program pencegahan kecelakaan jelas mencegah


kerugian demikian. Tenaga kerja konstruksi yang telah
mempelajari tugasnya dengan cara yang efisien dan selamat
merupakan tenaga kerja yang baik. Perusahaan konstruksi
senantiasa mencari tenaga kerja demikian. Hal ini berarti
bahwa tenaga kerja tersebut telah meningkatkan
kesempatannya untuk mendapatkan penugasan berlanjut.
Bila ditelusuri lebih jauh, maka tenaga kerja yang baik
dapat pula menjalin kerja sama dengan rekannya sehingga
tercipta suatu team work. Bagi industri konstruksi suatu team
work dapat mencegah kecelakaan. Tenaga kerja yang efisien
dengan memahami K3 merupakan suatu aset tersendiri di
dalam pekerjaan.

MANFAAT K3 BAGI PEMBERI KERJA / KONSUMEN


Biaya kecelakaan pada pekerjaan dapat dianggap termasuk dan membebani
biaya pengadaan proyek, sehingga biaya demikian telah ditransfer dari tenaga kerja dan
kontraktor kepada pemberi kerja, yang dalam hal ini menjadi konsumen hasil konstruksi.
Kelalaian dan absennya program K3 akhirnya membebani konsumen.
Biaya secara langsung mungkin tidak membebani pemberi kerja, khususnya
bila kontrak proyek merupakan kontrak harga pasti (lumpsum), namun dampak kerugian
akibat cedera yang menjadi beban biaya kompensasi asuransi akan menjadi terasa.
Bagi pemberi kerja, biaya proyek bukan semata-mata biaya konstruksi, tetapi termasuk
juga biaya modal yang tidak produktif. Kecelakaan mengakibatkan kerugian waktu,
tertundanya pelaksanaan, waktu menunggu penggantian peralatan yang rusak, waktu
untuk mendapatkan penggantian tenaga kerja yang cedera, waktu untuk melatih tenaga
kerja baru.
Kecelakaan yang serius dapat mengakibatkan penundaan yang tidak dapat
diatasi lagi. Bila hal ini terjadi, maka proyeksi produksi memerlukan revisi. Pemberi
tugas kadang-kadang terpaksa untuk mendatangkan peralatan serta mesin-mesin baru
untuk dipasang akibat penundaan, yang lebih lanjut mengakibatkan dampak berantai,
yang betul-betul menciptakan penderitaan bagi pemberi kerja. Hal demikian tidak perlu
terjadi apabila kontraktor dapat melaksanakan pekerjaan secara efisien dan selamat,
sehingga semua pihak mendapatkan keuntungan dan secara khusus bagi pemberi
kerja.

K3 DAN HUBUNGAN KONTRAKTOR


TENAGA KERJA
Cedera pada tempat pekerjaan mempengaruhi turn over tenaga kerja.
Bila kecelakaan bertambah, tenaga kerja berusaha beralih tugas ke tempat lain.
Karena kesempatan kerja sulit diperoleh, beralih tugas tidak mudah. Biarpun
banyak terjadi kecelakaan, tenaga kerja tetap berada di tempat kerja semula,
sehingga dalam kondisi demikian tenaga kerja seakan-akan diperlukan secara
berbahaya yang akan berlanjut menjadi ketidakpuasan tenaga kerja.
Kondisi demikian dapat menjuruskan tenaga kerja untuk lebih
menimbulkan jumlah kecelakaan kerja, tentunya atas kerugian pemberi kerja.
Tenaga kerja menyadari penderitaan di lingkungan kerja yang tidak memadai, akan
sangat menurunkan produktivitasnya. Indikasi manajemen yang telah
merencanakan pekerjaan dengan baik, terlihat dari cara pencatatan yang cermat
mengenai kecelakaan pada proyek.
Pendekatan yang hati-hati dan cermat untuk mengarahkan penampilan
pelak-sanaan, cenderung untuk menimbulkan kesadaran tenaga kerja, bahwa di
lingkungan demikian terdapat tanggung jawab manajemen terhadap tenaga kerja.
Kesadaran demikian merupakan landasan yang baik dengan hubungan kerja sama
antara kontraktor dengan tenaga kerja konstruksi.

Anda mungkin juga menyukai