4G Long Term Evolution
4G Long Term Evolution
3GPP Long Term Evolution atau yang biasa disingkat LTE adalah sebuah standar
komunikasi akses data nirkabel tingkat tinggi yang berbasis pada jaringan GSM/EDGE dan
UMTS/HSPA. Jaringan antarmuka-nya tidak cocok dengan jaringan 2G dan 3G, sehingga
harus dioperasikan melalui spektrum nirkabel yang terpisah. Teknologi ini mampu download
sampai dengan tingkat 300mbps dan upload 75mbps. Layanan LTE pertama kali diadopsi
oleh operator seluler TeliaSonera di Stockholm dan Oslo pada tanggal 14 desember 2009.
Perkembangan telekomunikasi menurut standar 3GPP (third generation partnership
project) terlihat pada Gambar 3
Pada Gambar 3 dapat dilihat bahwa LTE merupakan evolusi dari jaringan seluler yang
dipersiapkan untuk teknologi 4G. Adapun tujuan pengembangan teknologi pada 3GPP adalah
sebagai berikut:
1. Kebutuhan akan pengembangan jaringan 3G dalam waktu yang akan datang.
2. Kebutuhan pelanggan akan kecepatan data yang tinggi dan quality of service (QOS).
3. Pengembangan teknologi packet switching.
4. Mengurangi biaya operasional karena arsitektur jaringan yang sederhana.
Jaringan terbaru untuk saat ini adalah jaringan 4G, yaitu generasi keempat dari teknologi
telepon seluler. Jaringan 4G sendiri hadir di Indonesia pertama kali tahun 2010 yang
diluncurkan oleh PT. FirstMedia dengan merek Sitra WiMAX.
Sebelum adanya jaringan 4G di Indonesia, terdapat berbagai macam jaringan yaitu generasi
pertama yaitu 1G. Pada generasi ini masih menggunakan sistem analog dengan kecepatan
rendah dan suara sebagai objek utama.
Setelah generasi pertama, munculah generasi kedua yaitu 2G. Teknologi 2G merupakan
telekomunikasi selular yang diluncurkan secara komersial pada jaringan GSM standar di
Finlandia pada tahun 1991. Berbeda dengan generasi pertama, pada 2G sudah menggunakan
sistem digital.
Pada generasi kedua mempunyai 2 macam standar suara digital, yaitu GSM dan CDMA.
Untuk GSM menggunakan sistem TDMA (Time Division Multiple Access) yang mampu
mengirimkan panggilan sampai 8 saluran di pita 900 dan 1800 MHz.
Untuk CDMA sendiri adalah singkatan dari (Code Division Multiple Access) yang mampu
mengirimkan sinyal panggilan sampai 16 saluran di pita frekuensi 800 MHz. Setelah itu
muncul teknologi generasi ketiga atau 3G. Teknologi 3G sering disebut dengan Mobile
Broadband karena keunggulannya bisa digunakan sebagai modem untuk internet.
Generasi 3G terbagi menjadi 2 standar yaitu W-CDMA atau biasa dikenal dengan UMTS dan
CDMA 2000 (1x dan EV-DO). Tekonologi 3G adalah suatu terobosan dalam pengiriman
paket data yang memungkinkan para pengguna menerapkan berbagai aplikasi jaringan.
Karena teknologi 3G dianggap belum sempurna, maka teknologi 3,5 G muncul. Teknologi ini
merupakan penyempurnaan dari teknologi 3G yang memiliki keterbatasan. Teknologi 3,5G
mengalapi peningkatan transfer daya yang lebih tinggi dibandingkan teknologi 3G.
Dengan menggunakan teknologi 3,5G ini para pengguna dapat mengakses internet dan
bertukar data video. Teknologi 3,5G berbasis HSDPA (High-Speed Downlink Packet Access).
Teknologi ini mampu mengirim data hinggi berkecapatan sepuluh kali lipat dari kecepatan
3G.
Setelah jaringan 4G pertama kali muncul di Indonesia yang diusung oleh PT. FirstMedia
dengan merek Sitra WiMAX, tepatnya tanggal 1 April 2014 Telkomsel
mengimplementasikan teknologi 4G LTE.
Pada layanan 4G LTE menawarkan theoretical download speed antara 75 100 Mbps dan
typical download speed yang berkisar antara 3 12 Mbps. Dengan kecepatan seperti
ini, akses mobile internet akan lebih cepat tiga kali lipat dibandingkan layanan 3G. Apa
Anda sudah tidak sabar ingin menggunakan layanan 4G LTE?
Semua interface jaringan pada LTE adalah berbasis internet protocol (IP). eNodeB
saling terkoneksi dengan interface X2 dan terhubung dengan MME/SGW melalui interface
S1 seperti yang ditunjukkan oleh Gambar 4. Pada LTE terdapat 2 logical gateway, yaitu
serving gateway (S-GW) dan packet data network gateway (P-GW). S-GW bertugas untuk
melanjutkan dan menerima paket ke dan dari eNodeB yang melayani user equipment (UE).
P-GW menyediakan interface dengan jaringan packet data network (PDN), seperti internet
dan IMS. Selain itu PGW juga melakukan beberapa fungsi lainnya, seperti alokasi alamat,
packet filtering, dan routing. Dari gambar di atas, dapat dilihat bahwa E-UTRAN sangat
fleksibel. Satu eNodeB dapat berhubungan dengan MME/UPE yang manapun, tidak seperti
NodeB yang hanya dapat berhubungan dengan satu RNC. Sedangkan arsitektur lengkap LTE
ada pada dibawah ini:
a. eNodeB
Jaringan akses pada LTE terdiri dari satu elemen, yaitu eNodeB. eNodeB (eNB) merupakan
interface dengan UE (User Equipment). eNodeB berfungsi untuk Radio Resurce Management
(RRM) dan sebagai transceiver. Sebagai RRM, fungsi eNodeB adalah untuk mengontrol dan
mengawasi pengiriman sinyal yang dibawa oleh sinyal radio, berperan dalam autentikasi atau
mengontrol kelayakan data yang akan melewati eNodeB, dan untuk mengatur scheduling.
mempengaruhi . Akan tetapi salah satu kelemahan teknik akses ini adalah
tingginya peak average power ratio (PAPR) yang dibutuhkan. Tingginya PAPR
dalam OFDM membuat 3GPP melihat skema teknik akses yang berbeda pada
arah uplink karena akan sangat mempengaruhi konsumsi daya pada UE
sehingga pada arah uplink LTE menggunakan teknik SC-FDMA. SC-FDMA
dipilih karena teknik ini mengkombinasikan keunggulan PAPR yang rendah
dengan daya tahan terhadap gangguan lintasan jamak dan alokasi frekuensi
yang fleksibel dari OFDMA [2][20].
Mode Akses Radio
Pada komunikasi seluler sangat penting untuk mempertimbangkan
kemampuan jaringan untuk melakukan komunikasi dalam dua arah secara
simultan atau dikenal dengan istilah komunikasi full duplex. Oleh karena itu
untuk dapat melakukan komunikasi dua arah secara simultan, maka
dibutuhkan suatu teknik duplex. Pada umumnya terdapat dua teknik duplex
yang biasanya digunakan, yaitu frequency division duplex (FDD) dan time
division duplex (TDD). FDD merupakan teknik duplex yang menggunakan dua
frekuensi yang berbeda untuk melakukan komunikasi dalam dua arah.
Dengan menggunakan FDD dimungkinkan untuk mengirim dan menerima
sinyal secara simultan dengan frekuensi yang berbeda-beda. Dengan teknik
ini dibutuhkan guard frequency untuk memisahkan frekuensi pengiriman dan
penerimaan secara simultan, serta dibutuhkan proses filtering frekuensi yang
harus akurat. Sedangkan TDD menggunakan frekuensi tunggal dan frekuensi
tersebut digunakan oleh semua kanal untuk melakukan pengiriman dan
penerimaan data. Setiap kanal tersebut di-multiplexing dengan
menggunakan basis waktu sehingga setiap kanal memiliki time slot yang
berbeda [24]. Perbedaan teknik FDD dan TDD dapat dilihat pada Gambar
Pada Gambar dapat dilihat bahwa dalam teknik FDD lebih banyak menggunakan spektrum
frekuensi yang tersedia. FDD lebih unggul dalam menangani latency dibandingkan TDD karena
kanal harus lebih lama menunggu waktu pemprosesan dalam multiplexing.
Interface radio LTE mendukung frequency divison duplex dan time divison
duplex (TDD), yang masing-masing memiliki struktur frame yang berbedabeda. Pada LTE terdapat 15 band operasi FDD dan 8 band operasi TDD pada
LTE. LTE juga dapat menggunakan fasilitas half-duplex FDD yang mengizinkan
sharing hardware di antara uplink dan downlink dimana koneksi uplink dan
downlink tidak digunakan secara simultan. LTE dapat menggunakan kembali
semua band frekuensi yang digunakan pada UMTS.
Konfigurasi Antena Pada LTE
Pada LTE terdapat beberapa konfigurasi antena yang digunakan untuk
mengoptimasikan kinerja pada arah downlink dalam kondisi link radio yang
bervariasi. Konfigurasi ini mengkombinasikan jumlah antenna, baik dibagian
pengirim maupun di penerima sesuai dengan tujuan sistem jaringan yang
diinginkan, seperti untuk memperbaiki kinerja penerimaan sinyal pada
kondisi link radio yang buruk [3][21].
Single Input Multiple Output (SIMO)
Pada konfigurasi ini hanya digunakan satu buah antena pada ENodeB dan
user equipment (UE) harus memiliki minimal dua antena penerima seperti
yang ditunjukkan pada Gambar Konfigurasi ini disebut single input multiple
output (SIMO) atau receive diversity. Konfigurasi ini diimplementasikan
menggunakan teknik maximum ratio combining (MRC) pada aliran data yang
diterima untuk memperbaiki SNR pada kondisi propagasi yang buruk,
sehingga sinyal yang akan diproses selanjutnya adalah sinyal dengan kualitas
SNR terbaik.
Pada umumnya teknik MIMO terdiri atas teknik spatial multiplexing dan
transmit diversity seperti yang ditunjukkan pada Gambar. Teknik spatial
multiplexing mengirimkan data yang berbeda pada masing-masing antena
pemancar, seperti yang ditunjukkan pada Gambar (a), sedangkan teknik
transmit diversity mengirimkan data yang sama pada masing-masing antena
pemancar seperti yang ditunjukkan pada Gambar (b). Masing-masing teknik
ini memiliki keuntungan tersendiri tergantung dari skenario yang ada.
Misalnya, pada beban jaringan yang tinggi atau pada tepi sel, teknik spatial
multiplexing keuntungan yang terbatas karena pada kondisi ini kondisi SNR
cukup buruk. Sebaliknya teknik transmit diversity seharusnya digunakan
untuk memperbaiki SNR dengan beamforming. Selanjutnya pada skenario
dimana kondisi SNR tinggi, misalnya pada sel yang kecil, maka spatial
multiplexing lebih baik digunakan untuk memberikan bit rate yang tinggi.
Adaptive Modulation coding (AMC)
LTE menggunakan modulasi dan pengkodean adaptif AMC untuk memperbaiki
throughput. Teknik ini memvariasikan teknik modulasi dan pengkodean yang digunakan sesuai
dengan kondisi kanal dari masing-masing user. Apabila kondisi link baik, LTE akan
menggunakan teknik modulasi tingkat tinggi (lebih banyak bit/simbol), dimana akan
meningkatkan kapasitas dan bit rate jaringan. Sebaliknya ketika kondisi kanal buruk misalnya
akibat fading, maka LTE dapat merubahnya ke teknik modulasi tingkat lebih rendah untuk
menjaga link margin radio yang sudah ditetapkan. Pada LTE digunakan 3 jenis modulasi, yaitu
QPSK, 16- QAM, dan 64- QAM.
Orthogonal Frequency Division Multiplexing (OFDM)
OFDM atau singkatan dari orthogonal frequency division multiplexing merupakan metode
modulasi multicarrier yang telah berhasil dikembangkan pada teknologi wireline, seperti digital
subscriber line (DSL). OFDM adalah teknologi yang sangat tepat digunakan untuk lingkungan
komunikasi mobile untuk bit rate yang tinggi. OFDM membagi aliran data seri dengan laju yang
tinggi menjadi aliran data paralel dengan laju data yang rendah dan masing-masing laju data
tersebut dimodulasi dengan carrier yang berbeda-beda. Durasi simbol sumber dari suatu data
serial akan dikonversikan ke bentuk paralel menjadi durasi simbol OFDM yang dinyatakan
seperti pada persamaan
Dimana N adalah jumlah subcarrier, Ts adalah periode simbol OFDM, dan Td periode simbol
sumber.
OFDM merupakan teknik pengembangan dari frequency division multiplexing (FDM).
Pada teknik FDM, subcarrier ini dibuat tidak saling overlapping seperti yang ditunjukkan pada
Gambar 2.8. Sedangkan pada OFDM setiap subcarrier memiliki frekuensi orthogonal sehingga
memungkinkan kedua subcarrier saling overlap dan sangat menghemat spektrum frekuensi
seperti yang ditunjukkan pada Gambar
Pada Gambar dapat dilihat bahwa jarak setiap frekuensi subcarrier agar
orthogonal minimal harus dipisahkan sejauh 1/Ts dan dapat dinyatakan pada
persamaan
Orthogonal
matematis
antara
mengandung
frekuensi
subcarrier.
Hubungan
arti
hubungan
matematis
dari
orthogonalitas
dari
subcarrier
dituliskan seperti
pada
persamaan
berikut
Salah satu masalah pada komunikasi bergerak adalah adanya intersymbol interference
(ISI) akibat adanya peristiwa multipath. Keuntungan utama dari OFDM adalah periode simbol
OFDM lebih besar karena kecepatan transmisi di tiap subcarrier lebih rendah, sehingga
kesensitifan terhadap peristiwa delay spread (Penyebaran sinyal yang tertunda) menjadi sangat
berkurang. Hal ini akan menjadikan teknik OFDM dapat mengurangi pengaruh ISI. Selain itu
Guard interval juga dapat disisipkan di antara simbol-simbol OFDM. Apabila guard interval
lebih besar dari lebar waktu tunda multipath maka ISI akan dapat dihilangkan.
Pada umumnya kanal multipath memiliki suatu bandwidth, dimana variasi kanalnya yang
relatif sama. Bandwidth ini dinamakan coherence bandwidth. Ketika sinyal-sinyal ditransmisikan
melalui suatu kanal, apabila coherence bandwidth lebih kecil dibandingkan dengan bandwidth
sinyal yang ditransmisikan, kanal tersebut disebut frequency selective channel. Pada kasus ini,
sinyal tersebut akan terdistorsi atau mengalami pelemahan daya secara tidak seragam pada
beberapa frekuensi tertentu. Sebaliknya jika coherence bandwidth lebih besar dibandingkan
dengan bandwidth sinyal yang ditransmisikan, kanal tersebut disebut frequency non selective atau
flat channel. Kanal ini akan mengakibatkan pelemahan daya secara seragam. Pelemahan daya
akibat flat channel lebih mudah dikendalikan, sehingga kinerja sistem dapat ditingkatkan.
Teknologi OFDM dapat mengubah frequency selective menjadi flat channel, karena transmisi
menggunakan subcarrier dengan jumlah yang banyak sehingga kecepatan di setiap subcarrier
sangat rendah dan bandwidth di setiap subcarrier sangat sempit dan lebih kecil dari coherence
bandwidth
Prinsip kerja teknik OFDM adalah membagi deretan data serial laju yang tinggi ke dalam
sejumlah deretan data paralel dengan laju yang lebih rendah dan kemudian ditransmisikan
menggunakan subcarrier yang saling orthogonal. Adapun diagram blok dari tranceiver OFDM
ditunjukkan oleh Gambar ini
Sistem Transceiver OFDM
Pada Gambar dapat dilihat bahwa proses yang terjadi pada tranceiver meliputi proses serial to
parallel converter, modulasi, IFFT, penambahan cyclic prefix (CP), serta proses parallel to serial
converter, pemindahan cyclic prefix (CP), serial to parallel converter, FFT, demodulator, dan
parallel to serial converter.
Transmiter OFDM
Gambar dibawah menunjukkan blok transmiter OFDM. Dari Gambar tersebut dapat dilihat
bahwa proses yang terjadi pada transmitter, yaitu serial to parallel converter, modulasi, inverse
fast fourier transform (IFFT), penambahan cyclic prefix (CP), serta proses parallel to serial
converter
Transmitter OFDM
Data yang masuk dengan kecepatan R pada serial to parallel converter akan memiliki kecepatan
R / Nc pada setiap jalur paralel, dimana Nc adalah jumlah jalur paralel atau subcarrier. Misalkan
data yang masuk adalah [ X(0), X(1),....,X(N-1) ], maka data tersebut akan dipisahkan menjadi
beberapa bagian, yaitu X(0), X(1),...., X(N-1). Kemudian data tersebut dimodulasi dengan
Dimana
yang
X(k)
dikirim
Kemudian sinyal hasil modulasi dimasukkan dalam blok IFFT untuk mengubah sinyal dalam
domain frekuensi ke dalam sinyal domain waktu yang menghasilkan sinyal keluaran IFFT. Hal
ini dilakukan dengan melakukan sampling pada persamaan S(t) dengan menggunakan kecepatan
sampling
1/Td
seperti
pada
persamaan
Selanjutnya sinyal ini dikonversikan kembali ke serial dengan menggunakan parallel to serial
converter
Receiver OFDM
Gambar dibawah ini menunjukkan diagram blok receiver OFDM. Dari Gambar tersebut dapat
dilihat bahwa proses yang terjadi pada receiver, meliputi pembuangan cyclic prefix (CP), serial to
paralel converter, fast fourier transform (FFT), demodulasi, serta proses parallel to serial
converter.
dimana N0 adalah noise dan N adalah jumlah subcarrier. Apabila tidak ada noise pada kanal, maka
persamaan menjadi seperti pada persamaan
Kanal AWGN
Kanal AWGN merupakan kanal ideal yang memiliki bandwidth tidak terbatas dan respon
frekuensinya tetap untuk segala frekuensi sehingga tidak menimbulkan distorsi atau perubahan
sinyal yang dikirimkan. Kanal ini memiliki white noise dengan kerapatan spektrum yang tetap
dan amplitudo terdistribusi Gaussian. Kanal ini tidak melibatkan pengaruh fading, interferensi,
ketidaklineran kanal atau dispersi . White noise ini berasal dari berbagai sumber, seperti thermal
noise atom dalam konduktor, shot noise, radiasi bumi atau objek lainnya, serta panas matahari .
Apabila sinyal s(t) dikirimkan melewati kanal AWGN n(t), maka sinyal yang tiba di
penerima r(t) dapat dituliskan seperti pada persamaan
White noise memiliki kerapatan noise yang sama untuk setiap frekuensi seperti Gambar 2.14 dan
dapat dituliskan seperti pada persamaan
Pola kemunculan noise AWGN dianggap terdistribusi Gaussian dengan nilai rata-rata ()
adalah nol dan variansi tergantung dari rapat daya yang diperkirakan dari noise tersebut seperti
pada Gambar 2.14. Fungsi kerapatan probabilitas dapat ditunjukkan persamaan
Pada Tabel 2.1 dapat dilihat bahwa modulasi 64-QAM memiliki jumlah bit untuk
membentuk satu simbol dibandingkan dengan modulasi lainnya sehingga memiliki bitrate tiga
kali lebih cepat dibandingkan dengan bit rate QPSK dan dua kali lebih tinggi dibandingkan
dengan bitrate 16-QAM.
Quadrature Phase Shift Keying (QPSK)
Teknik modulasi QPSK merupakan teknik modulasi pemetaan fasa yang mentransmisikan
2 bit pada setiap simbolnya sehingga teknik modulasi ini memiliki esifiensi bandwidth dua kali
lebih baik dibandingkan BPSK. Sinyal QPSK untuk keadaan setiap simbol ditunjukkan oleh
persamaan
Dimana Ts adalah durasi dari simbol dan nilainya dua kali periode bit dan adalah energi sinyal.
Dengan menggunakan rumus trigonometri, persamaan di atas dapat dituliskan seperti persamaan
Karena sinyal QPSK dihasilkan oleh dua sinyal sinyal BPSK, maka untuk membedakan kedua
sinyal tersebut digunakan dua sinyal carrier yang saling orthogonal, yaitu gelombang sinus dan
cosinus dan dirumuskan pada persamaan 2.16 dan persamaan
Kemudian subtitusi persamaan 2.16 dan 2.17 ke persamaan 2.15, sehingga persamaan sinyal
QPSK dengan 4 keadaan dapat dinyatakan dengan persamaan
Modulator QPSK
Pada Gambar ditunjukkan skema modulator QPSK dan dapat dilihat bahwa sinyal input data
terlebih dahulu dikonversikan ke bentuk paralel dengan masing-masing terdiri atas 2 bit,
kemudian sinyal tersebut melalui low pass filter (LPF) dan selanjutnya melalui osilator lokal
dengan frekuensi sinyal carrier berbeda fasa 90 .
Karena dalam satu simbol terdapat 2 bit, maka kemungkinan terdiri 4 kombinasi bit yang
membentuk 1 simbol, yaitu 00, 01, 10, 11. Adapun Pemetaan bit tersebut ditunjukkan pada Tabel
Secara konstelasi sinyal QPSK dapat direpresentasikan menggunakan dua dimensi diagram
kontelasi seperti yang ditunjukkan pada Gambar
Dimana Emin adalah energi dari sinyal pada amplitudo terendah dan ai,bi adalah bilangan integer
yang dipilih sesuai dengan letak titik sinyal. Nilai (a i, bi ) minimum adalah (1,1), dimana i =
1,2, , M. ai, bi adalah elemen dari matriks L x L dengan L = seperti yang ditunjukkan pada
persamaan
Misalkan untuk 16-QAM (M = 4), maka matriks L x L dapat dituliskan seperti pada persamaan
Pada Gambar dapat dilihat bahwa pada modulasi 16-QAM terdapat 16 simbol yang berbeda
dengan masing-masing simbol terdiri atas 4 bit. Sementara untuk 64-QAM terdapat 64 simbol
yang berbeda dengan masing-masing simbol terdiri atas 6 bit. Pada modulasi M- QAM, alphabet
Jadi total energi pada konstelasi M-QAM dapat dirumuskan seperti pada persamaan
Masing masing alphabet digunakan kali pada konstelasi sehingga untuk mendapatkan energi ratarata dari konstelasi simbol dapat dituliskan seperti pada persamaan
Sistem modulasi adaptif melakukan perubahan jenis modulasi sesuai dengan kondisi link
radio saat itu. Misalkan, saat kondisi link radio baik, maka akan meningkatkan nilai SNR
sehingga dapat digunakan teknik modulasi yang menghasilkan bit rate tertinggi dengan BER
yang rendah. Saat link radio buruk akan menurunkan nilai SNR sehingga memaksa penggunaan
teknik modulasi dengan bit rate yang lebih rendah untuk mempertahankan reabilitas link. Ketika
kondisi link baik maka modulasi 64-QAM akan dipilih untuk digunakan daripada modulasi
QPSK karena memiliki bit rate lebih cepat. Kondisi ini diperlihatkan pada Gambar 2.18. Pada
Gambar tersebut dapat dilihat bahwa semakin dekat daerah layanan dengan antena pengirim,
maka digunakan modulasi dengan level lebih tinggi sehingga digunakan bit rate yang lebih
tinggi. Modulasi adaptif memungkinkan adanya efisiensi spektrum dan kekebalan transmisi pada
kondisi kanal yang bervariasi terhadap waktu
Penggunaa
yang berbeda
Pada
receiver akan mengirimkan channel quality indicator (CQI) berisi level SNR kepada transmitter
dan nilai tersebut akan dibandingkan dengan nilai threshold SNR dan standar BER yang
ditetapkan sebelumnya sehingga pengirim akan memutuskan untuk mengubah jenis modulasi
pada transmisi berikutnya sesuai dengan informasi yang diterimanya dari penerima.
Teknik Transmisi Antena MIMO
MIMO adalah antena cerdas yang menggunakan antena lebih dari satu, baik pada sisi
transmitter ataupun receiver untuk memperbaiki kinerja komunikasi link radio seperti yang
ditunjukkan pada Gambar 2.19. Teknologi MIMO sudah diimplementasikan pada standar
teknologi komunikasi wireless seperti 3GPP LTE atau wimax karena teknologi ini menawarkan
peningkatan throughput data secara signifikan dan jangkauan link tanpa penambahan bandwidth
atau daya pancar. Teknologi ini memberikan efisiensi spektrum dan reabilitas link yang tinggi
karena dapat mengurangi pengaruh fading [7]. Dengan Antena MIMO, maka interferensi yang
sering mengganggu pada komunikasi seluler dapat ditekan sehingga dapat menaikkan signal to
noise ratio (SNR). Selain itu kombinasi teknik OFDM dan MIMO atau MIMO-OFDM telah
memberikan efisiensi spektrum yang tinggi karena OFDM membagi data serial dengan frekuensi
tinggi menjadi data paralel dengan laju rendah yang dimodulasi menggunakan subcarriersubcarrier dengan frekuensi yang orthogonal.
MIMO dapat
dua
bagian,
yaitu
dibagi kedalam
teknik transmit
multiplexing
dan pemilihan ini tergantung pada kondisi kanal. Transmit diversity meningkatkan coverage dan
quality of service (QOS) karena mengirimkan aliran data yang sama ke penerima, sedangkan
spatial multiplexing meningkatkan efisiensi spektrum karena mengirimkan aliran data secara
independen dan terpisah pada masing-masing antena .
Mode Operasi MIMO terdiri atas dua jenis, yaitu open loop dan closed loop. Pada
MIMO-open loop system hanya mengetahui channel state information (CSI) pada sisi penerima,
sedangkan MIMO-closed loop sudah mengetahui CSI pada sisi transmitter yang dapat digunakan
untuk memperbaiki throughput dan reabilitas dari sistem. Teknik open loop pada spatial
multiplexing menerapkan strategi pendeteksian pada sisi penerima secara linear, seperti zero
forcing (ZF) dan minimum mean square error (MMSE), atau secara nonlinear, misalnya
maximum likehood (ML), successive interference cancellation (SIC) atau parallel interference
cancellation (PIC). Sementara Untuk teknik transmit diversity, misalnya space time block coding
(STBC) dan space frequency block coding (SFBC). Teknik STBC yang cukup popular saat ini
adalah teknik yang diperkenalkan alamouti dan selanjutnya dikembangkan menjadi teknik
orthogonal space time block coding (OSTBC) untuk jumlah antena pemancar di transmitter lebih
dari dua
Pada Gambar 2.20 dapat dilihat bahwa sinyal yang sama dikirimkan pada kedua antena
kemudian dipancarkan melewati antena yang berbeda. Sinyal yang dipancarkan oleh kedua
antena tersebut melewati lintasan yang berbeda dan diasumsikan terdapat bahwa kanal adalah
kanal fading, maka persamaan matematis dapat dituliskan seperti pada persamaan 2.27 dan 2.28
Sinyal yang diterima pada penerima dinyatakan seperti pada persamaan 2.29
Dimana N0 dan N1 adalah noise AWGN, H adalah matriks kanal MIMO, dan Y0 ,Y1
merupakan sinyal yang diterima pada frekuensi yang berbeda. Kemudian kedua sinyal tersebut
masuk ke bagian combiner dan hasil sinyal yang dikombinasikan dinyatakan seperti pada
persamaan
Dimana S0r dan S1r merupakan hasil akhir sinyal yang diterima di receiver pada proses
pengiriman simbol S0 dan S1
Layanan-Layanan LTE
Melalui kombinasi downlink dan kecepatan transmisi (uplink) yang sangat tinggi,
lebih fleksibel, efisien dalam penggunaan spektrum dan dapat mengurangi paket latensi, LTE
menjanjikan untuk peningkatan pada layanan mobile broadband serta menambahkan layanan
value-added baru yang menarik. Manfaat besar bagi pengguna antara lain streaming skala
besar, download dan berbagi video, musik dan konten multimedia yang semakin lengkap
Untuk pelanggan bisnis LTE dapat memberikan transfer file besar dengan kecepatan tinggi,
video conference berkualitas tinggi dan nomadic access yang aman ke jaringan korporat.
Semua layanan ini memerlukan throughput yang signifikan lebih besar untuk dapat
memberikan quality of service. Tabel 1 berikut menggambarkan beberapa layanan dan
aplikasi LTE :
KekuranganLTE
Teknologi LTE sangat berguna saat menjelajah internet dengan layanan 4G. Tetapi, LTE
bukanlah teknologi yang kebal terhadap cuaca buruk. Performa terbaiknya akan segera hilang
WiMAX (Worldwide Interoperability for Microwave Access) atau LTE (Long Term
Evolution) pada prinsipnya kedua teknologi tersebut dirancang untuk mendukung layanan
multimedia broadband serta mendukung mobilitas yang tinggi serta dengan basis jaringan
berbasis IP. Secara teknologi keduanya menggunakan OFDM/OFDMA, AMC serta MIMO
guna untuk meningkatkan kapasitas, efisiensi spektrum serta kualitasnya. Jadi kedua
teknologi ini hampir dapat dikatakan sebanding serta telah memiliki kemampuan dalam
menjamin kualitas layanan (QOS) yang baik, yang membedakan hanya dalam
implementasinya diusung oleh kelompok yang berbeda. WiMAX dikembangkan oleh
WiMAX forum sedangkan LTE dikembangkan oleh 3GPP. WiMAX berkembang dari
operator komunikasi data sedangkan LTE merupakan evolusi dari operator seluler 3G yang
mengusung komunikasi berbasis voice dan data. Pada awalnya WiMAX dirancang untuk
memenuhi akses wireless untuk komunikasi data kecepatan tinggi dengan jangkuan yang
luas, tetapi kini WiMAX juga dapat untuk komunikasi VOIP dan multimedia.
Dari Segi Teknologi, LTE hadir dengan ternologi terkini, baik dari sisi transmisi
antena maupun jaringan inti berbasis IP. Mirip dengan WiMax untuk transmisi LTE
menggunakan teknologi OFDMA (Orthogonal Frequency Division Multiple Access) pada
downlink dan SC-FDMA (Single Carier Frequency Division Multiple Access) pada uplink,
teknologi ini dipercaya lebih efisien dalam efisien dalam hal penggunaan energi.
Untuk antena, LTE menggunakan konsep MIMO (Multiple Input Multiple Output) yang
memungkinkan antena untuk melewatkan data berukuran besar setelah sebelumnya dipecah
dan dikirimkan secara terpisah.
Secara kecepatan LTE lebih unggul dibandingkan dengan WiMax yang sekarang (IEEE
802.16e) LTE mampu menghadirkan kecepatan hingga 100Mbps untuk downlink dan
50Mbps pada uplink. Akan tetapi hal ini akan berubah setelah adanya generasi WiMax
selanjutnya (IEEE 802.16m)
Untuk lebih jelasnya berikut adalah perbandingan antara LTE dan WiMax secara umum :
Pengembang
Bit Rates
Radio Tech
LTE
3GPP
100Mbps
OFDMA/MIMO/SCFDMA
WiMax
WiMax Forum
75Mbps
MIMO/SOFDMA