B
DENGAN DIAGNOSA MEDIS STROKE NON HEMORAGIC
DI BANGSAL SERUNI RSUD ULIN BANJARMASIN
TANGGAL 16 OKTOBER 2015
Disusun oleh :
Dion Anugrah
()
Rahmat Zainuddin
(113063J115066)
(113063J115018)
Dina Rahelana
(113063J115019)
Nurul Juliani
()
Oktavia Iriansi
()
Winni Febriari
()
PRA KATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas
berkat dan rahmatnya tim penulis telah berhasil menyusun dan menyelesaikan
ASKEP ini dengan baik. ASKEP ini ditulis dengan tujuan untuk memenuhi tugas
profesi ners yang diberikan untuk praktek RS stase KMB.
Penulis juga tidak lupa mengucapkan banyak terima kasih kepada
Pembimbing Lahan RS Bpk. Karani,S.Kep,Ners dan Pembimbing Akademik Ibu
Septi Machelia.C.N.S,S.Kep,Ners yang sudah memberikan arahan dalam
menyusun laporan ini, serta semua pihak yang telah membantu tim penulis dalam
proses pembuatan tugas ini.
Akhirnya, harapan tim penulis semoga Asuhan Keperawatan Kepada Pasien
dengan Stroke Non Hemoragik ini bermanfaat bagi pembaca. Penulis menyadari
ASKEP ini belumlah sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapakan kritik
dan saran yang sifatnya membangun guna menyempurnakan ASKEP ini.
Tim Penulis
DAFTAR ISI
PRA KATA................................................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I LAPORAN PENDAHULUAN....................................................................1
1.1
Definisi......................................................................................................1
1.2
Etiologi......................................................................................................1
1.3
1.4
Patofisiologi...............................................................................................6
1.6
Patoflow.....................................................................................................8
1.6
Manifestasi Klinis....................................................................................10
1.7
Pemeriksaan Diagnosis............................................................................11
1.8
Terapi.......................................................................................................12
1.9
Komplikasi..............................................................................................14
1.10
Prognosis.................................................................................................14
1.11
Pencegahan..............................................................................................15
2.2
3.2
3.3
Perencanaan/ Intervensi...........................................................................47
3.4
DAFTAR ISTILAH...............................................................................................60
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................63
ii
BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN
1.1
Definisi
Menurut WHO ( 1986 ), Stroke adalah gangguan peredaran darah ke otak
atau disebut cerebro vascular accident (VCA) atau, stroke adalah tanda-tanda
klinis yang berkembang cepat akibat fungsi vocal (global), dengan gejalagejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih ataupun menyebabkan
kematian, tanpa adanya penyebab lain yang ada selain vaskuler.
Menurut Feigin, 2006 Stroke atau sering disebut juga
dengan
Etiologi
aterosklerosis
1.3
1. Otak
Otak merupakan pusat kendali fungsi tubuh yang rumit dengan sekitar
100 millar sel saraf , walaupun berat total otak hanya sekitar 2,5 % dari
berat tubuh, 70 % oksigen dan nutrisi yang diperlukan tubuh ternyata
digunakan oleh otak. Berbeda dengan otak dan jaringan lainya. Otak tidak
mampu menyimpan nutrisi agar bisa berfungsi, otak tergantung dari pasokan
aliran darah, yang secara kontinyu membawa oksigen dan nutrisi. Pada
dasarnya otak terdiri dari tiga bagian besar dengan fungsi tertentu yaitu:
a. Otak besar, Otak besar yaitu bagian utama otak yang berkaitan dengan
fungsi intelektual yang lebih tinggi, yaitu fungsi bicara, integritas
informasi sensori ( rasa ) dan kontrol gerakan yang halus. Pada otak besar
ditemukan beberapa lobus yaitu, lobus frontalis, lobus parientalis, lobus
temporalis, dan lobus oksipitalis.
b. Otak kecil, Terletak dibawah otak besar
dan
keseimbangan.
c.
Batang
otak,
Berhubungan dengan
tulang
belakang,
mengendalikan
berbagai fungsi tubuh
termasuk koordinasi
gerakan
mata,
menjaga
keseimbangan, serta
mengatur pernafasan
dan tekanan darah. Batang otak terdiri dari, otak tengah, pons dan medula
oblongata.
2. Saraf kepala dibagi dua belas yaitu:
a. Nervus olvaktorius, Saraf pembau yang keluar dari otak dibawa oleh dahi,
membawa rangsangan aroma (bau-bauan) dari rongga hidung ke otak.
b. Nervus optikus, Mensarafi bola mata, membawa rangsangan penglihatan
ke otak.
4
otot-otot
pengunyah.
Serabut-serabut
sensorisnya
Patofisiologi
Infark ischemic cerebri sangat erat hubungannya dengan aterosklerosis dan
arteriosklerosis.
Aterosklerosis
dapat
menimbulkan
bermacam-macam
insufisiensi
aliran darah.
2. Oklusi mendadak pembuluh darah karena terjadinya thrombus dan
perdarahan aterm.
3. Dapat terbentuk thrombus yang kemudian terlepas sebagai emboli.
4. Menyebabkan aneurisma yaitu lemahnya dinding pembuluh darah atau
menjadi lebih tipis sehingga dapat dengan mudah robek.
Faktor yang mempengaruhi aliran darah ke otak:
a. Keadaan pembuluh darah.
b. Keadan darah : viskositas darah meningkat, hematokrit meningkat, aliran
darah ke otak menjadi lebih lambat, anemia berat, oksigenasi ke otak
menjadi menurun.
c. Tekanan darah sistemik memegang peranan perfusi otak. Otoregulasi
otak yaitu kemampuan intrinsik pembuluh darah otak untuk mengatur
agar pembuluh darah otak tetap konstan walaupun ada perubahan tekanan
perfusi otak.
d. Kelainan jantung menyebabkan menurunnya curah jantung dan karena
lepasnya embolus sehingga menimbulkan iskhemia otak. Suplai darah ke
otak dapat berubah pada gangguan fokal (thrombus, emboli, perdarahan
dan
spasme
vaskuler)
atau
oleh
karena
gangguan
umum
Arterosklerosis
1.6
Patoflow
Arteroklerosis
Trombosis
Emboli
TIA
Iskemia
Kerusakan Otak
Defisit Jar. Otak
NDx: Kerusakan
Menelan
Reversibel
Koma
Menurunnya Kesadaran
Bed Rest
Dekubitus
Pneumonia
Inkontinensia Uri
Hemaparasis
NDx:
NDx:
Kurang
Kurang Perawatan
Perawatan diri
diri
Ireversibel
Paralisis
Afasia
NDx:
NDx:
Kurang
Kurang Perawatan
Perawatan diri
diri
NDx:
NDx: Kerusakan
Kerusakan
Mobilitas
Mobilitas Fisik
Fisik
NDx:
Kerusakan
Menelan
1.6
Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala bervariasi, tergantung pada arteri yang diserang (dan, akibatnya,
bagian otak yang disuplainya), keparahan kerusakan, dan perluasan sirkulasi
kolateral yang berkembang untuk membantu otak mengimbangi suplai darah yang
berkurang.
1. Stroke hemisfer kiri: gejala di sisi tubuh sebelah kanan
2. Stroke hemisfer kanan : gejala di sisi tubuh sebelah kiri
3. Stroke yang menyebabkan kerusakan saraf kranial : tanda disfungsi saraf kranial
disisi yang sama dengan terjadinya hemoragi
4. Gejala biasanya diklasifikasikan menurut arteri yang diserang :
a. Arteri serebral tengah : afasia, disfasia, potongan bidang visual dan
hemiparesis disisi yang diserang (lebih parah diwajah dan lengan daripada di
kaki)
b. Arteri karotid : lemah, paralisis, mati rasa, perubahan sensorik, dan
gangguan visual disisi yang diserang ; perubahan tingkat kesadaran ; bunyi
abnormal ; sakit kepala; afasia dan ptosis.
c. Arteri vertebrobasilar : lemah disisi yang diserang, mati rasa disekitar bibir
dan mulut, potongan bidang visual, diplopia, koordinasi buruk, disfagia,
bicara mencerca, pusing, amnesia dan ataksia.
d. Arteri serebral anterior : konfusi, lemah dan mati rasa (terutama dikaki)
disisi yang diserang, inkontinensi, hilang koordinasi, gangguan fungsi
motorik dan sensorik, dan perubahan kepribadian.
e. Arteri serebral posterior : potongan bidang visual, gangguan sensorik,
disleksia, koma, dan kebutaan kortikal.
5. Gejala juga diklasifikasikan sebagai premonitorik, tergeneralisasi, atau fokal
6. Premonitorik (jarang) :mengantuk, pusing, sakit kepala, dan konfusi mental.
7. Tergeneralisasi : sakit kepala,muntah,gangguan mental, sawan,koma,rigiditas
nukal,demam, dan disorientasi.
8. Fokal (misalnya perubahan sensorik dan refleks): merefleksikan tempat
hemoragi atau inarksi dan bisa memburuk.
Tanda dan gejala lain dari stroke adalah (Baughman, C Diane.dkk,2000):
1. Kehilangan motorik.
9
atau kehilangan
kehilangan sensori.
4. Kerusakan fungsi kognitif, parestesia (terjadi pada sisi yang berlawanan).
5. Disfungsi kandung kemih, meliputi :
inkontinensia urinarius transier,
inkontinensia urinarius peristen atau retensi urin (mungkin simtomatik dari
kerusakan otak bilateral), Inkontinensia urinarius dan defekasi yang berlanjut
(dapat mencerminkan kerusakan neurologi ekstensif).
Tanda dan gejala yang muncul sangat tergantung dengan daerah otak yang
terkena:
a. Pengaruh terhadap status mental: tidak sadar, konfus, lupa tubuh sebelah.
b. Pengaruh secara fisik: paralise, disfagia, gangguan sentuhan dan sensasi,
gangguan penglihatan.
c. Pengaruh terhadap komunikasi: bicara tidak jelas, kehilangan bahasa.
d. Dilihat dari bagian hemisfer yang terkena tanda dan gejala dapat berupa
1.7
Pemeriksaan Diagnosis
hematom
dan
bergesernya
struktur
otak,
bisa
membantu
10
tanda
hipertensi
dan
perubahan
Terapi
Pemilihan intervensi fisioterapi harus disesuaikan dengan kondisi pasien.
Dimana dalam metode pendekatan fisioterapi itu harus banyak variasinya agar
pasien tidak bosan dalam melakukan rehabilitasi. Ada yang berpendapat bahwa
pendekatan fisioterapi pada pasien stroke itu tidak menggunakan satu metode saja
melainkan dengan penggabungan yang disusun sedemikian rupa sesuai dengan
kondisi dan kemampuan pasien agar memperoleh hasil yang maksimal.
Pendekatan yang dilakukan fisioterapi antara lain adalah terapi latihan, yang terdiri
dari latihan perbaikan postur, latihan weight bearing, latihan keseimbangan dan
koordinasi, dan latihan aktifitas fungsional.
1. Latihan dengan mekanisme reflek postur
Gangguan tonus otot (spastisitas) secara postural pada pasien stroke, dapat
mengakibatkan gangguan gerak. Melalui latihan dengan mekanisme reflek
postur mendekati status normal, maka seseorang akan lebih mudah untuk
melakukan gerakan volunter dan mengontrol spastisitas otot secara postural.
11
untuk
melakukan
gerakan-gerakan
belajar),
kesulitan
13
14
BAB II
ASKEP TEORI
2.1
1. Adapun hal yang perlu di kaji pada klien dengan penyakit SNH yaitu :
a. Identitas diri klien
1) Pasien (diisi lengkap) : Nama, Tempat/Tgl. Lahir, Umur, Jenis Kelamin,
Alamat, Status Perkawinan, Agama, Suku Bangsa, Pendidikan, Pekerjaan,
Lama bekerja, Tgl Masuk RS.
2) Penanggung Jawab (diisi lengkap) : Sumber informasi, Keluarga terdekat
yang dapat dihubungi, Pendidikan, Pekerjaan, Alamat.
b. Status kesehatan saat ini
1) Alasan Kunjungan/Keluhan Utama,
2) Faktor Pencetus,
3) Lamanya keluhan,
4) Timbulnya Keluhan,
5) Faktor yang memperberat,
6) Upaya yang dilakukan untuk mengatasinya,
7) Diagnosa Medik.
c. Riwayat kesehatan yang lalu
1) Penyakit yang pernah dialami,
2) Alergi,
3) Imunisasi,
4) Kebiasaan,
5) Obat obatan,
6) Pola Nurtisi,
7) Pola Eliminasi,
8) Pola tidur dan istirahat,
9) Pola Aktifitas dan Latihan,
10) Pola bekerja.
d. Riwayat keluarga dalam bentuk Genogram
e. Riwayat lingkungan
f. Aspek psikososial
1) Pola piker dan persepsi
2) Persepsi diri
3) Suasana hati
4) Hubungan/ komunikasi
5) Kehidupan berkeluarga
6) Pertahanan koping
7) System nilai kepercayaan
15
8) Tingkat perkembangan
g. Pengkajian fisik
1) Tanda-tanda vital saat pasien masuk rumah sakit
2) pemeriksaan persistem
a) sistem persepsi & sensori (pemeriksaan 5 indera penglihatan,
pendengaran, penciuman, pengecap, perasa),
b) Sistem persarafan (bagaimana tingkat kesadaran, GCS, reflek bicara,
pupil, orientasi waktu & tempat),
c) Sistem pernafasan (Nilai frekuensi nafas, kualitas, suara, dan jalan
nafas),
d) Sistem kardiovaskuler (nilai TD, nadi dari irama, kualitas dan
frekuensi),
e) Sistem gastrointestinal
(nilai
kemampuan
menelan,
nafsu
Airway
Adanya sumbatan/obstruksi jalan napas oleh adanya penumpukan sekret
akibat kelemahan reflek batuk
b.
Breathing
Kelemahan menelan/ batuk/ melindungi jalan napas, timbulnya pernapasan
yang sulit dan / atau tak teratur, suara nafas terdengar ronchi /aspirasi
c.
Circulation
TD dapat normal atau meningkat , hipotensi terjadi pada tahap lanjut,
takikardi, bunyi jantung normal pada tahap dini, disritmia, kulit dan
membran mukosa pucat, dingin, sianosis pada tahap lanjut
3. Pengkaian Sekunder
a. Aktivitas dan istirahat
Data Subjektif:
- Kesulitan dalam beraktivitas ; kelemahan, kehilangan sensasi atau
paralysis.
- Mudah lelah, kesulitan istirahat ( nyeri atau kejang otot )
16
Data objektif:
- Perubahan tingkat kesadaran
- Perubahan tonus otot ( flaksid atau spastic), paraliysis ( hemiplegia ),
kelemahan umum.
- Gangguan penglihatan
b. Sirkulasi
Data Subjektif:
- Riwayat penyakit jantung ( penyakit katup jantung, disritmia, gagal
jantung , endokarditis bacterial ), polisitemia.
Data objektif:
- Hipertensi arterial
- Disritmia, perubahan EKG
- Pulsasi : kemungkinan bervariasi
- Denyut karotis, femoral dan arteri iliaka atau aorta abdominal
c. Integritas ego
Data Subjektif:
- Perasaan tidak berdaya, hilang harapan
Data objektif:
- Emosi yang labil dan marah yang tidak tepat, kesediahan , kegembiraan
- Kesulitan berekspresi diri
d. Eliminasi
Data Subjektif:
- Inkontinensia, anuria
- distensi abdomen ( kandung kemih sangat penuh ), tidak adanya suara
usus( ileus paralitik )
e. Makan/ minum
Data Subjektif:
- Nafsu makan hilang, nausea / vomitus menandakan adanya PTIK,
kehilangan sensasi lidah , pipi , tenggorokan, disfagia, riwayat DM,
Peningkatan lemak dalam darah
17
Data objektif:
- Problem dalam mengunyah ( menurunnya reflek palatum dan faring ).
Obesitas ( faktor resiko )
f.Sensori neural
Data Subjektif:
- Pusing / syncope ( sebelum CVA/ sementara selama TIA )
- Nyeri kepala : pada perdarahan intra serebral atau perdarahan sub
arachnoid.
- Kelemahan,
kesemutan/kebas,
sisi
yang
terkena
terlihat
seperti
lumpuh/mati
- Penglihatan berkurang
- Sentuhan : kehilangan sensor pada sisi kolateral pada ekstremitas dan
pada muka ipsilateral ( sisi yang sama )
- Gangguan rasa pengecapan dan penciuman
Data objektif:
- Status mental ; koma biasanya menandai stadium perdarahan , gangguan
tingkah laku (seperti: letergi, apatis, menyerang) dan gangguan fungsi
kognitif
- Ekstremitas : kelemahan / paraliysis ( kontralateral pada semua jenis
stroke, genggaman tangan tidak imbang, berkurangnya reflek tendon
dalam ( kontralateral )
- Wajah: paralisis / parese ( ipsilateral )
- Afasia ( kerusakan atau kehilangan fungsi bahasa, kemungkinan
ekspresif/ kesulitan berkata kata, reseptif / kesulitan berkata kata
komprehensif, global / kombinasi dari keduanya.
- Kehilangan kemampuan mengenal atau melihat, pendengaran, stimuli
taktil
- Apraksia : kehilangan kemampuan menggunakan motorik
- Reaksi dan ukuran pupil : tidak sama dilatasi dan tak bereaksi pada sisi
ipsi lateral.
18
g. Nyeri / kenyamanan
Data Subjektif:
- Sakit kepala yang bervariasi intensitasnya
Data objektif:
- Tingkah laku yang tidak stabil, gelisah, ketegangan otot / fasial
h. Respirasi
Data Subjektif:
- Perokok ( faktor resiko )
i. keamanan
Data objektif:
- Motorik/sensorik : masalah dengan penglihatan
- Perubahan persepsi terhadap tubuh, kesulitan untuk melihat objek, hilang
kewasadaan terhadap bagian tubuh yang sakit
- Tidak mampu mengenali objek, warna, kata, dan wajah yang pernah
dikenali
- Gangguan merespon terhadap panas, dan dingin/gangguan regulasi suhu
tubuh
- Gangguan dalam memutuskan, perhatian sedikit terhadap keamanan,
berkurang kesadaran diri
j. Interaksi Sosial
Data Objektif :
- Problem berbicara, ketidakmampuan berkomunikasi.
k. Pengajaran / pembelajaran
Data Subjektif :
- Riwayat hipertensi keluarga, stroke
- Penggunaan kontrasepsi oral
l. Pertimbangan rencana pulang
- Menentukan regimen medikasi / penanganan terapi
- Bantuan untuk transportasi, shoping , menyiapkan makanan ,
perawatan diri dan pekerjaan rumah.
19
20
2.2
1. Diagnosa : Perubahan perfusi jaringan, serebral berhubungan dengan interupsi aliran darah : gangguan oklusif, hemoragi,
vasospasme serebral, edema serebral.
Tujuan
Rasional
Mandiri
1. Tentukan
faktor-faktor
yang
berhubungan
dengan Mempengaruhi
penetapan
intervensi.
keadaan/penyebab khusus selama koma/penurunan perfusi Kerusakan/kemunduran tanda/gejala neorologis atau kegagalan
serebral dan potensial terjadi peningkatan TIK.
memperbaikinya setelah fase awal memerlukan tindakan
pembedahan daan/atau pasien harus dipindahkan ke ruang
perawatan kritis untuk melakukan pematangan terhadap
2. Pantau/catat status neurologis sesering mungkin dan peningkatan TIK.
bandingkan dengan keadaan normalnya/standar.
Mengetahui kecenderungan tingakat kesadaran dan
potensial peningkatan TIK dan mengetahui lokasi, luas dan
kemajuan kerusakan SSP. Dapat menunjukan TIA yang
3. Pantau tanda-tanda vital, seperti catat :
merupakan tanda terjadi thrombosis CVS baru.
Adanya hipertensi/hipotensi, bandingkan tekanan darah yang Variasi mungkin terjadi oleh karena tekanan serebral
terbaca pada kedua lengan.
pada daerah vasomotor otak. Hipertensi/hipotensi postural dapat
menjadi faktor pencetus. Hipotensi dapat terjadi karena syok.
Penningkatan TIK dapat terjadi karena edema adanya faktor
pembekuan darah. Tersumbatnya arteri subklavia dapat
dinyatakan dengan adanya perbedaan tekanan pada ke dua
Frekuensi dan irama jantung : auskultasi adnaya mur-mur.
lengan.
10. Kaji ragiditas nukal, kedutan, kegelisahan yang meningkat, Maneuver valsalva dapat meningkatkan TIK
dan
peka rangssang dan serangan kejang.
memperbesar resiko terjadinya pendarahan
Merupakan indikasi adanya iritasi maningeal. Kejang
dapt mencerminkan adanya peningkatan TIK/trauma serebral
Kolaborasi :
yang memerlukan perhatian dan intervensi selanjutnya.
11. Berikan oksigen sesuai indikasi.
12. Berikan obat sesuai indikasi :
antikoagulasi, seperti natrium warfarin (coumadin), heparin. Menurunkan hipoksia yang dapat menyebabkan
vasodilatasi serebral dan tekanan meningkat / terbentuknya
edema.
Dapat digunakan untuk meningkatkan/ memperbaiki
aliran darah serebral dan selanjutnya dapat mencegah
Antifibrolatik, seperti asam aminokaproid (amicar).
pembekuan saat embolus/trombus merupakan faktor
masalahnya. Merupakan kontraindikasi pada pasien dengan
hipertensi sebagai akibat dari peningkatan resiko perdarahan.
Antihipertensi
Pengunaan dengan hati-hati dalam perdarahan untuk
mencegah lisis bekuan yang terbentuk dan perdarahan berulang
yang serupa.
Hipertensi lama/ kronis memerlukan penanganan yang
hati-hati, sebab penenganan yang berlebihan meningkatkan
Vasodilatasi perifer, seperti siklandelat, papaverin, resiko terjadinya perluasan kerusakan jaringan. Hipertensi
isoksupresin.
sementara seringkali terjadi selama fase stroke akut dan
Steroid, deksametason.
penangulangannya seringkali tanpa intervensi terapeutik.
Digunakan untuk memperbaiki sirkulasi kolateral atau
Fenitoin, fenobarbital.
menurunkan vasospasme.
Pengunaannya kontrolversial dalam mengendalikan
edema serebral.
Pelunak feses.
Dapat digunakan untuk mengontrol kejang dan / atau
2. Diagnosa : Kerusakan mobilitas fisik, berhubungan dengan Keterlibatan neuromuskuler : Kelemahan, parestesia, Paralisis
hipotonik (awal), Paralisis spastis.
Tujuan
: Mempertahankan posisi optimal dari fungsi yang dibuktikan oleh takadanya kontraktur, footdrop.
Mempertahankan/ meningkatkan kekuatan dan fungsi bagian tubuh yang terkena atau kompensasi.
Mendemonstrasikan teknik/ perilaku yang memungkinkan melakukan aktivitas.
Mempertahankan integritas kulit.
Perencanaan/intervensi
Rasional
Mandiri
1. Kaji kemampuan secara fungsional/ luasnya kerusakan awal Mengidentifikasi
kekuatan/kelemahan
dan
dapat
dan dengan cara yang teratur.
memberikan informasi mengenai pemulihan. Bantu dalam
pemilihan terhadap intervensi, sebab teknik yang berbeda
digunakan untuk paralisis spastik dengan flaksid.
2. Ubah posisi minimal setiap 3 jam (Terlentang,miring) dan Menurunkan resiko terjadinya trauma/iskemia jaringan.
sebagainya dan jika memungkinkan bisa lebih sering jika
Daerh yang terkena mengalami perburukan/sirkulasi yang lebih
diletakkan dalam posisi bagian yang terganggu.
jelek dan menurunkan sensasi dan lebih besar menimbulkan
kerusakan pada kulit/dekubitus.
3. Letakkan pada posisi terlengkuk satu kali atau dua kali sehari Membantu mempertahankan ekstensi pinggul funngsional;
jika pasien dapat mentoleransinya.
tetapi kemungkinan akan meningkatkan ansietas terutama
mengenai kemampuan pasien untuk bernapas.
4. Mulailah melakukan latihan rentang gerak aktif dan pasif pada Meminimalkan atrofi otot, meningkatkan sirkulasi,
semua ekstermitas saat masuk. Anjurka melakukan latihan
membantu mencegah kontraktur. Menurunkan resiko terjadinya
seperti latihan quadrisep/gluteal, meremas bola karet,
hiperkalsiuria dan osteoporosis jika masalah utamanya adalah
melebarkan jari-jari dan kaki/telapak.
perdarahan. Catatan; stimulasi yang berlebihan dapat menjadi
pencetus adanya perdarahan berulang.
5. Sokong ekstermitas dalam posisi fungsionalnya, gunakan Mencegah
kontrakur/footdrop
dan
memfasilitasi
papan kaki (footboard) selama periode paralisis flaksid,
kegunaannya jika berfungsi kembali. Paralisis flaksid dapat
pertahankan posisi kepala netral.
mengganggu kemampuannya untuk menyangga kepala, dilain
pihak paralisis spastik dapat mengarah pada deviasi kepala
6. Gunakan penyangga lengan ketika pasien berada dalam posisi
kesalah satu sisi.
tegak, sesuai indikasi.
Selama paralisis flaksid, penggunaan penyangga dapat
menurunkan resiko terjadinya subluksasio lengan dan sindrom
7. Evaluasi penggunaan dari kebutuhan alat bantu untuk
bahu-lengan.
pengaturan posisi atau alat pembalut selama periode paralisis Kontraktur fleksi dapat terjadi akibat dari otot fleksor
spastik.
lebih kuat dibandingkan dengan otot ekstensor.
Meningkatkan
harapan
terhadap
perkembangan/peningkatan
dan
memberikan
perasaan
kontrol/kemandirian.
Dapat berespons dengan baik jika daerah yang sakit tidak
menjadi lebih terganggu dan memerlukan dorongan serta
latihan aktif untuk menyatukan kembali sebagai bagian dari
tubuhnya sendiri.
: Mendemonstrasikan metode makan tepat untuk situasi individual dengan aspirasi tercegah.
Rasional
Mandiri :
1. Tinjau ulang patologi/ kemampuan menelan pasien secara
individual, catat luasnya paralisis fasial, gangguan lidah,
kemampuan untuk melindungi jalan napas. Timbang BB
sesuai kebutuhan.
2. Tingkatkan upaya untuk dapat melakukan proses menelan
yang efektif, seperti :
3. Bantu pasien dengan mengontrol kepala.
4. Letakan pasien pada posisi duduk/tegak selama dan setelah
makan.
5. Stimulasi bibir untuk menutup dan membuka mulut secara
manual dengan menekan ringan di atas bibir/dibawah dagu
jika di butuhkan.
6. Letakan makanan pada daerah mulut yang tidak terganggu.
7. Sentuh bagian pipih bagian dalam dengan spatel
lidah/tempatkan es untuk mengetahui kelemahan lidah.
8. Berikan makan dengan perlahan pada lingkungan yang tenang.
9. Mulai untuk memberikan makanan per oral setengah cair,
makanan lunak ketika pasien dapat menelan air. Pilih/bantu
pasien untuk memilih makanan yang kecil/tidak perlu
mengunyah dan mudah di telan, contoh : telur, agar-agar,
makanan kecil yang lunak lainnya.
10. Anjurkan pasien menggunakan sedotan untuk meminum
cairan.
11. Anjurkan orang terdekat untuk membawa makanan kesukaan
pasien.
12. Pertahanakan masukan dan keluaran dengan akurat, catat - Dapat meningkatkan pelepasan endorfin dalam otak yang
jumlah kalori yang masuk.
meningkatkan perasaan senang dan meningkatkan nafsu
13. Anjurkan untuk berpartisipasi dalam program latihan atau
makan.
kegiatan
- Mungkin diperlukan untuk memberikan cairan pengganti dan
Kolaborasi:
juga makanan jika pasien tidak mampu untuk memasukkan
14. Berikan cairan melalui IV dan/atau makanan melalui selang.
segala sesuatu melalui mulut.
BAB III
ASKEP PADA KLIEN
A. Riwayat Keperawatan
Unit/ Instansi Rumah Sakit : IRNA Rawat Inap Bangsal Saraf
Ruang/ Kamar : Seruni/ III-5
Tanggal Masuk Rumah Sakit : 14 Oktober 2015
1.
Identitas
a. Klien Nama
Nama Lengkap ( Inisial) : Tn. B
Umur
: 50 Tahun
Agama
: Islam
Jenis Kelamin
: Laki-Laki
Status
: Sudah Menikah
Pendidikan
: SMA
Pekerjaan
: Buruh
Suku Bangsa
: Banjar
Alamat
: Jl. XXX
Tanggal Masuk
: 14 Oktober 2015
No. Register
: 11601xx
: Ny. I
Umur
: Guru
Alamat
: Jl. XXX
Klien mengatakan kaki tangan sebelah kiri susah bergerak sejak 2 hari yang lalu.
III. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Sekarang :
Klien mengatakan kelemahan tubuh sebelah kiri, 1 hari sebelum masuk rumah
sakit, mendadak, setelah pasien bangun tidur mengeluhkan bicara mulai tidak
jelas, 2 hari sebelum masuk RS pasien mengeluh ada demam, demam naik turun
tanpa pemberian obat, pasien tidak ada mengeluhkan mual dan muntah, pasien
mengeluhkan sakit kepala, 2 hari sebelum masuk RS sakit kepala menghilang
dengan tidak diberikan apa-apa, sakit kepala berdenyut-denyut, nafas terasa
sesak,dan tidurnya kurang nyaman ketika malam hari suka terbangun dan tidak
bisa tidur lagi
b. Riwayat Kesehatan Masa Lalu :
Klien mengatakan 3 tahun yang lalu pernah masuk Rumah Sakit dengan
penyakit jantung setelah itu sekarang masuk lagi rumah sakit, ada riwayat
hipertensi (+)
c. Riwayat Penyakit Keluarga :
Klien mengatakan tidak ada riwayat penyakit jantung turunan sebelumnya,
tetapi dari ibu memang ada riwayat hipertensi
IV. Keadaan Umum
a. Kesadaran
1. Kulitatif : Kesadaran Composmentis
2. Kuantitatif : E4M5V6
b. Tanda-Tanda Vital
Tekanan Darah : 140/90mmHg, posisi headup, MAP : 106,6 kesimpulan MAP
c.
d.
e.
f.
tidak normal
Nadi : 97x/menit, irama ireguler
Suhu : 36,6/ axilla
Pernafasan : 25x/menit, irama normal, jenis pernapasan dada
Pengukuran : TB. 169 cm, BB : 74 kg, BBI : 69kg
selama tidak ada keluhan, dan selain itu kx tidak mempunyai pantangan
makan
Telinga
Simetris kiri kanan, bersih, peradangan dan pendarahan, tidak ada cairan yang
keluar, px tidak menggunakan alat bantu dengar.
Leher
Simetris kiri kanan, tampak bersih, tidak ada lesi,tidak ada benjolan, tidak ada
pembesaran kelenjar tiroid.
Dada
I : simetris kiri kanan, bersih, tidak ada retraksi dada, tidak ada menggunakan alat
bantu nafas, pergerakan rongga dada normal
P : taktil premitus normal, tidak ada nyeri tekan
P : sonor
A : Ronchi basah (+)
Jantung
I:
P : Teraba ikturs kordis teraba 4 cm di kiri midclavikula
P : pembesaran jantung
A : S3 gallop ventrikel
Abdomen
Simetris, bersih, tidak ada lesi, tidak ada memar, asites (-), bising usus (+) 18 detik
sekali, tidak adda pembesaran hepar, tidak ada nyeri tekan kekakuan dan masa
Genitalia dan anus
Tidak ada lesi dan tidak ada hemoroid
Ekstremitas
Kekuatan otot :
5555 1111
5555 1111
Pemeriksaan Saraf Kranial
NI
Dapat membedakan bau parfum dan minyak angin
NII
Dapat membaca tulisan dengan jarak 30 cm
NIII
Mata Kx dapat mengikuti pergerakan tangan perawat, reaksi pupil positif
NIV
Pergerakan mata positif
NV
Wajah bereaksi pada benda tumpul (kapas)
NVI
Abduksi mata (+)
NVII
Kx dapat mengerutkan wajah, kx dapat membedakan rasa asin
NVIII
Pendengaran (+)
NIX
Kesulitan menelan,
NX
V. Analisis Data
MASALAH
DATA
DS : klien mengeluhan
ETIOLOGI
Faktor pencetus
KEPERAWATAN
Penurunan Curah Jantung
Resp. 25x/menit
Pulse.97x/menit
BP 140/90 mmHg
Temp.36,5
Klien
Arteroklerosis
tampak
Iskemia miokard
batuk-batuk
-
CRT 3 detik
EKG
Sinus
Tachicardy
-
Nekrosis/Infark Miokard
Penurunan Kontraktilitas
Miokard
Hasil
rontgen
Cardiomegali 56,6%
DS : Klien mengatakan
:
Faktor pencetus
Arteroklerosis
DO :
-
Klien tampak
berbaring kategori III
Intoleransi aktivitas
(dibantu sepenuhnya)
serebral
Kerusakan otak
Hemaparisis, Paralisis
Faktor pencetus
Gangguan menelan
Arteroklerosis
Kerusakan otak
DS:
keluarga
pasien
lemas
DS : sebelum sakit tidak
pernah berolahraga sama
sekali, dan tidak pernah
memeriksakan
rutin
makan,
sakit
jantung,
keluarga
klien tidak
pernah mengetahui bahwa
klien mengalami stroke.
DO :
- Keluarga pasien tampak
bingung saat ditanyakan
tentang penyakit pasien
sekarang.
Kurang pengetahuan
: III-5
Dokter
: Dr. O
Intervensi
Keperawatan
1.
Observasi tandatanda vital
2.
Anjurkan pasien
untuk tirah baring
Berikan terapi
oksigen
Rasional
1. Untuk mengetahui
tanda-tanda
perubahan klinis
2. Mengurangi beban
jantung
3. Mencegah
peningkatan beban
jantung
4. Untuk
memenuhi
kebutuhan
oksigenasi
yang
adekuat
Implementasi
Pukul 18.00 WITA
1. BP:140/80
Temp.
36,6
Pulse
:
97x/menit
Resp.25x/menit
2. Menganjurkan pasien
untuk tirah baring
dengan posisi headup
3. Menganjurkan pasien
untuk
membatasi
minum air
- Memberikan IV
RL asnet
4. Memberikan O2
3L/menit
Evaluasi
Pukul. 21.00 WITA
S : klien mengeluhan
nafas masih sesak,
O : klien tampak lemah,
Resp. 25x/menit, klien
tampak batuk-batuk.
A : Penurunan curah
jantung
berhubungan
dengan
penurunan
kontraktilitas jantung
P:
Observasi tandatanda vital
Anjurkan pasien
untuk tirah baring
Batasi natrium dan
air
Berikan terapi
oksigen
I : BP:140/90
Pulse : 95x/menit
Temp : 36,4
Resp :25x/menit
E:
masalah
masih,
lanjutkan
intervensi
1,2,3 dan 4
: III-5
Dokter
: Dr. O
Intervensi
Keperawatan
Rasional
Implementasi
Evaluasi
: III-5
Dokter
: Dr. O
Diagnosa Keperawatan III : Gangguan pola tidur berhubungan dengan kegelisahan dan sering bangun malam ditandai dengan
keluarga pasien mengatakan pasien sering bangun malam hari setelah itu tidak bisa tidur lagi, nafasnya masih sesak, gelisah dan
tampak lemas, BP. 140/90mmHg
Hasil yang diharapkan
Diharapkan
setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan selama 1 x
24 jam diharapkan
pasien dapat istirahat
tidur malam optimal
dengan kritera hasil :
Melaporkan
tidur
malam
sudah
nyenyak
Tidak menunjukan
perilaku gelisah.
Intervensi
Keperawatan
a. Pantau keadaan
umum pasien dan
TTV
Rasional
Implementasi
1. Untuk mengetahui
Pukul18.00 WITA
tanda-tanda
1. Memantau TTV
perubahan klinis
BP:140/90
2. Untuk
Pulse : 97x/menit
b. Kaji faktor yang
mengidentifikasi
Temp : 36,6
menyebabkan
penyebab aktual dari
Resp :25x/menit
gangguan
tidur
gangguan tidur.
2. Menanyakan kepada
(nyeri, takut, stress,
pasien penyebab
ansietas, imobilitas,
kurang tidur
gangguan eliminasi
gangguan
transportasi,
lingkungan
yang
asing.
3. Memberikan posisi
3. Untuk
membantu
nyaman untuk pasien
c. ciptakan
suasana
relaksasi saat tidur.
tidur, meminta
nyaman dan posisi
keluarga untuk tidak
tidur pasien yang
membuat keributan
nyaman
selama pasien
istirahat
Evaluasi
Pukul 21.00 WITA
S : klien mengatakan
masih susah tidur
O:
Pasien tampak masih
terjaga,
mengeluh
nafasnya
masih
sesak,gelisah
dan
tampak lemas, BP.
mmHg.
A:
Gangguan pola tidur
berhubungan
dengan
kegelisahan dan sering
bangun malam
P:
- pantau keadaan umum
pasien dan TTV
- Kaji
faktor
yang
menyebabkan
gangguan tidur (nyeri,
takut, stress, ansietas,
imobilitas, gangguan
eliminasi
gangguan
transportasi,
lingkungan
yang
asing.
- ciptakan
suasana
nyaman dan posisi
tidur pasien yang
nyaman
I : Memantau TTV
BP:140/90
Pulse : 95x/menit
Temp : 36,4
Resp :25x/menit
- Menanyakan kepada
pasien penyebab
kurang tidur
- Memberikan posisi
nyaman untuk pasien
tidur, meminta
keluarga untuk tidak
membuat keributan
selama pasien
istirahat
E : masalah masih,
lanjutkan intervensi 1,2
dan 3
DAFTAR PUSTAKA
Doengoes Marilynn. E, dkk. 2000, Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3.
Penerbit buku Kedokteran EGC: Jakarta.
Novak, Patricia D. 1998. Kamus Saku Kedokteran Dorland Cetakan I. Buku
Kedokteran EGC: Jakarta.
Akperppnisolo. 2008, Sistem Persarafan Stroke Non Hemoragik. Blogspot.
Dalam http://www.akperppni.ac.id/sistem-persarafan/stroke-non-hemoragik. Diakses
pada 05 Mei 2011 pukul 20:00 WITA.
Anonim. 2000, Manifestasi Klinik Stroke Non Hemoragik. Blogspot. Dalam
http://www.infofisioterapi.com/manisfestasi-klinik-stroke.html. Diakses pada 05 Mei
2011 20:43 wita.
Anonim. 2000, Konsep Dasar Stroke Non Hemoragik . Adobe Acrobat
Dokument.
Dalam
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/109/jtptunimus-gdl-
Dalam
http://mhs.blog.ui.ac.id/fer50/2008/09/17/asuhan-keperawatan-
2009,
Stroke
Non
Hemoragik.
Wordpress.
http://hidayat2.wordpress.com/2009/04/23/askep-stroke-non-hemoragik/.
Dalam
Diakses
Dalam