Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PERTANIAN BERLANJUT

ANALISIS SPASIAL
ASPEK TANAH

Oleh :
Nama

: Charis Taufan Nugroho

NIM

: 135040201111127

Kelas

:V

Asisten

: Mualifah Hana R

UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS PERTANIAN
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
MALANG
2015

I.

APLIKASI GIS

a. Aplikasi Sistem Informasi Geografi (Sig) Untuk Mempelajari


Keragaman Struktur Habitat Laba-Laba Pada Lansekap Pertanian Di
Daerah Aliran Sungai (Das) Cianjur
Struktur lansekap merupakan suatu cara untuk menerangkan pola spasial
elemen-elemen lansekap, yang memuat tentang ukuran, bentuk, komposisi,
jumlah dan distribusi ekosistem di dalam lansekap (Arifin et al. 2001, Barnes
2003). Pada ekosistem sawah, komunitas arthropoda adalah salah satu
kelompok yang berperanan penting, yaitu sebagai pemakan tumbuhan,
pemangsa, parasitoid, pemakan bahan organik dan pengunjung sementara
(Rizali et al. 2002). Tujuan penelitian ini untuk memetakan keragaman
struktur lansekap pertanian di DAS Cianjur dan mempelajari pengaruh
keragaman struktur lansekap tersebut terhadap keanekaragaman laba-laba
yang terdapat di dalamnya.

b. Aplikasi Sig (Sistem Informasi Geografis) Untuk Evaluasi Sistem


Jaringan Drainase Di Sub Das Lowokwaru Kota Malang
Perencanaan kota merupakan sesuatu yang tidak sederhana, karena di
dalamnya akan menyangkut berbagai kepentingan yang bertujuan untuk
memperlancar kehidupan kota. Perencanaan tersebut memerlukan suatu
analisis yang cukup tepat baik dari segi teknis maupun social yang
menyangkut hidup orang banyak. Sistem Jaringan Drainase perkotaan dapat
juga memanfaatkan teknologi informasi yang sedang berkembang saat ini,
salah satu sistem informasi tersebut adalah Sistem Informasi Geografis (SIG)
atau Geographical Information System (GIS) yaitu suatu sistem informasi
yang didesain untuk bekerja dengan data yang berrefensi pada spatial atau
koordinat geografis. Perubahan penggunaan dan penutupan lahan, yang
merupakan fungsi ruang dan waktu, serta penyebab terjadinya banjir ini dapat

dipresentasikan lebih baik dalam data digital yang berstruktur data Sistem
Informasi Geografis.
c. Pemanfaatan Aplikasi Gis Untuk Pemetaan Potensi Pertanian Di
Kabupaten Minahasa Utara
Sistem Informasi Geografis merupakan salah satu model sistem informasi
yang banyak digunakan untuk membuat berbagai keputusan, perencanaan,
dan analisis. Sistem Informasi Geografis (SIG) adalah teknologi yang
berbasis grafis yang berhubungan dengan pemanfaatan wilayah yang luas.
Melalui SIG banyak manfaat yang didapatkan baik dari segi pelayanan,
perencanaan, pembangunan maupun pemeliharaan. Penggunaan Sistem
Informasi Geografis (SIG) meningkat tajam sejak tahun 1980-an.
Peningkatan pemakaian sistem ini terjadi dikalangan pemerintah, militer,
akademis atau bisnis terutama di negara-negara maju. Perkembangan
teknologi digital sangat besar peranannya dalam perkembangan penggunaan
SIG dalam berbagai bidang. Hal ini dikarenakan teknologi SIG banyak
mendasarkan pada teknologi digital sebagai alat analisis.
d. Sistem Informasi Geografis Dalam Pertanian Presisi Aplikasi Pada
Kegiatan Pemupukan Di Perkebunan Tebu
Pertanian Presisi (precision farming/PF) merupakan informasi dan
teknologi pada sistem pengelolaan pertanian untuk mengidentifikasi,
menganalisa, dan mengelola informasi keragaman spasial dan temporal di
dalam lahan untuk mendapatkan keuntungan optimum, berkelanjutan, dan
menjaga lingkungan. Tujuan dari PF adalah mencocokkan aplikasi sumber
daya dan kegiatan budidaya pertanian dengan kondisi tanah dan keperluan
tanaman berdasarkan karakteristik spesifik lokasi di dalam lahan. PF sebagai
teknologi baru yang sudah demikian berkembang di luar Indonesia perlu
segera dimulai penelitiannya di Indonesia untuk memungkinkan perlakuan
yang lebih teliti terhadap setiap bagian lahan sehingga dapat meningkatkan
produktivitas dengan meningkatkan hasil, menekan biaya produksi dan
mengurangi dampak lingkungan. Tujuan dari aplikasi sistem informasi
geografis dalam pertanian presisi adalah mempermudah dan mempercepat

pengolahan dan penampilan data sebagai bagian dari sistem pendukung


keputusan yang dibangun untuk strategi pemupukan pada budidaya tebu
dengan pendekatan pertanian presisi.
e. Aplikasi Gis Dalam Penaksiran Risiko Gelinciran Tanah (Lra): Kajian
Kes Bagi Kawasan Sekitar Bandaraya Kota Kinabalu, Sabah, Malaysia
Penaksiran risiko gelinciran tanah (LRA) ditakrifkan sebagai suatu proses
membuat cadangan keputusan bagi mengukur tahap tolerabiliti risiko yang
hadir dan memastikan langkah-langkah pengawalan risiko adalah mencukupi,
dan sekiranya tidak, langkah-langkah pengawalan risiko alternatif perlu
dijustifikasikan ataupun dilaksanakan. Penyelidikan LRA memerlukan
komunikasi yang bukan hanya di kalangan jurutera ataupun geosaintis, tetapi
juga di kalangan tenaga-tenaga pakar lain yang berbeda dari segi latar
belakang bidang penyelidikan. Dalam set ini, kaedah serta keadaan topografi
(contoh: sudut cerun, kelengkungan mendatar dan menegak, aspek cerun,
jarak pembahagi) dikaitkan dengan keadaan hidrologi (contoh: tanah tepu,
kebolehtelapan, keberkonduksian hidraulik) serta maklumat geoteknikal
pencirian tanah secara menyeluruh (contoh: kejelikitan, sudut geseran, berat
unit) bagi menjalankan analisis kestabilan cerun.
f. Aplikasi Inderaja Dan Sig Untuk Monitoring Keberhasilan Reboisasi
Di Kabupaten Kupang Propinsi Nusa Tenggara Timur
Pemanfaatan sumber daya hutan khususnya pembalakan oleh HPH,
kegiatan penebangan liar dan perambahan hutan serta kebakaran hutan telah
mengakibatkan banyak terjadinya lahan kritis. Keberadaan lahan kritis akan
menyebabkan terganggunya siklus air dan terjadi tanah longsor. Upaya untuk
mengatasi masalah lahan kritis dilakukan melalui program reboisasi dan
penghijauan, yang telah dimulai sejak PELITA I. Melalui program reboisasi
diharapkan dapat meningkatkan kualitas lingkungan hidup yakni melalui
pengurangan bahaya erosi, perbaikan kondisi drainase dan aerasi tanah yang
diharapkan dapat mengatasi bahaya banjir serta meningkatkan jumlah
cadangan air tanah. Penelitian ini bertujuan untuk menyediakan data sebagai

dasar dalam memberikan pertimbangan kepada perencana dan pengambil


keputusan untuk mengevaluasi kegiatan reboisasi.
g. Infestasi Beberapa Hama, Penting Terhadap Jagung Hibrida
Pengembangan Dari Jagung Lokal Bengkulu Kondisi Input Rendah Di
Dataran Tinggi Andisol
Tanaman jagung sudah lama diusahakan petani Indonesia dan merupakan
tanaman pokok kedua setelah padi. Jagung memiliki peranan penting dalam
industry berbasis agribisnis. Jagung merupakan sumber karbohidrat dan
protein yang dapat di gunakan sebagai bahan pangan, pakan ternak, dan
bahan baku untuk industri. Di Indonesia hamper 50 jenis serangga yang
menyerang tanaman jagung tetapi hanya beberapa saja yang sering
menimbulkan kerugian ekonomi. Saat ini petani kita umumnya menggunakan
benih jagung varietas unggul yang mempunyai karakteristik antara lain adalah
sangat rensponsif terhadap pemupukan dan hanya cocok di tanam pada tanah
yang subur dengan tingkat pemupukan yang tinggi. Selain tanaman unggul
ada juga varietas local yang mempunyai keunggulan khusus diantaranya
tahan cekaman biotik dan abiotic, tahan terhadap serangan hama gudang,
tahan di simpan lebih lama, tidak mudah rebah, mempunyai biomassa tinggi,
rasa lebih di sukai, teteapi produktivitasnya relative rendah. Tujuan penelitian
ini adalah untuk mempelajari varietas jagung hibrida pengembangan dari
jagung local Bengkulu yang tahan terhadap infestasi hama-hama penting pada
kondisi input rendah di dataran tinggi andosol.

II.

PENGGUNAAN GIS

Pada maanfaat GIS di ambil contoh pada jurnal Aplikasi Sistem


Informasi Geografi (Sig) Untuk Mempelajari Keragaman Struktur
Habitat Laba-Laba Pada Lansekap Pertanian Di Daerah Aliran Sungai
(Das) Cianjur.
Penelitian ini dilakukan selama sembilan bulan (Januari sampai September
2003), pada lansekap pertanian di DAS Cianjur. Pada penelitian ini dipilih
tiga daerah yang mewakili bagian hulu, tengah dan hilir DAS Cianjur. Pada
bagian hulu DAS Cianjur dipilih Desa Nyalindung (S 064722,7 E
1070330,6) dengan ketinggian 879 1010 meter diatas permukaan laut (m.
dpl), bagian tengah dipilih Desa Gasol (S 064817,0 E 1070540,1)
dengan ketinggian 665 - 693 m. dpl., dan bagian hilir dipilih Desa Selajambe
(S 064809,0 E 1071252,9) dengan ketinggian 346 351 m. dpl. Pada
ketiga lokasi penelitian dilakukan analisis lansekap dengan menggunakan
perangkat lunak Global Positioning System (GPS), program komputer Arc
View GIS 3.2. (ESRI 1999) dan Peta Rupa Bumi Digital Indonesia skala 1 :
25.000 lembar 1209 214 dan 1209 219 (Bakosurtanal 1999).
Sampel laba-laba diambil dari 20 titik pengambilan sampel (jarak antar
titik adalah 100 meter) pada setiap lokasi penelitian dengan menggunakan
dua alat, yaitu: perangkap jebak dan jaring ayun (Suana 2005). Perangkap
jebak digunakan untuk menangkap laba-laba yang hidup di tanah. Pada setiap
titik pengambilan sampel dipasang sebuah perangkap jebak atau pitfall.
Perangkap dipertahankan tetap terpasang selama 1 x 24 jam. Jaring ayun
dipakai untuk mengoleksi laba-laba yang hidup di tanaman padi atau vegetasi
lainnya. Pada setiap titik pengambilan sampel dilakukan 20 kali ayunan jaring
secara kontinyu. Pada ketiga lokasi penelitian juga dilakukan analisis vegetasi
untuk mengetahui vegetasi bukan-tanaman (non-crop) yang terdapat di sekitar
tanaman budidaya. Pengambilan sampel dilakukan pada lahan bera, kebun
campur, tepian saluran irigasi, tepian sungai, tepian jalan dan pematang
sawah, masing-masing 10 titik pada setiap lokasi penelitian, dengan metode

kuadrat yang berukuran 1 m2. Semua vegetasi yang terdapat dalam kuadrat
dicatat nama spesiesnya dan dihitung jumlah individunya.
Dalam melakukan penerapan GIS pada Aplikasi Sistem Informasi
Geografi (Sig) Untuk Mempelajari Keragaman Struktur Habitat LabaLaba Pada Lansekap Pertanian Di Daerah Aliran Sungai (Das) Cianjur
lebih cocok jika di terapkan pada pertanian yang masih menyunsung prinsip
ekologi dimana kondisi lahan pada daerah pertanian yang sedang di amati
mendukung adanya keberadaan keanekaragaman dari suatu ekologi dalam
menjaga keseimbangan lingkungan serta rantai makanan agar tetap berjalan
sesuai dengan kondisi alam yang seharusnya seperti pada pengamatan
keanekaragaman laba-laba dimana berfungsi sebagai musuh alami di lingkup
pertanian.
Data yang di butuhkan dalam melakukan dalam pengaplikasian GIS adalah
keragaman struktur lansekap yang di tentukan dengan menggunakan indeks
keanekaragaman dimana jika Semakin tinggi nilai H maka semakin beragam
tipe penutupan lahan dan semakin banyak jumlah tipe penutupan lahan yang
menyusun suatu lansekap. Dengan demikian semakin tinggi nilai H maka
semakin beragam lansekap tersebut. Bila lansekap tersebut adalah sebuah
lahan pertanian maka dapat diartikan bahwa pola tanam pada lansekap
tersebut bersifat polikultur. Demikian pula sebaliknya semakin rendah nilai H
maka semakin sederhana struktur lansekap tersebut atau pola tanamnya
bersifat monokultur. Kemudian keanekaragaman laba-laba, dimana dalam
mengetahui keanekaragaman laba-laba menggunakan indeks keanekaragaman
Shannon & Wiener (H') dihitung dengan program Ecological Methodology
2nd Edition (Krebs 2000). ANOVA satu-arah (one-way ANOVA) dan uji
Scheffe pada taraf kepercayaan 95% dipakai untuk mengetahui perbedaan
keanekaragaman laba-laba pada masing-masing lansekap. Analisis statistik
menggunakan program SPSS for Windows 11.0 (SPSS 2001). Dan yang
terakhir adalah data keanekaragaman vegetasi bukan-tanaman.

Manfaat dari penerapan GIS pada jurnal Aplikasi Sistem Informasi


Geografi (Sig) Untuk Mempelajari Keragaman Struktur Habitat LabaLaba Pada Lansekap Pertanian Di Daerah Aliran Sungai (Das) Cianjur
adalah untuk mengetahui tingkat populasi laba-laba pada suatu daerah
tertentu pada daerah pertanian, sehingga keberadaan laba-laba dapat menjadi
sebagai salah satu indikator keberlanjutan suatu system pertanian berlanjut
dimana laba-laba merupakan musuh alami yang melengkapi dari siklus rantai
makanan. Selain itu jika mengetahui tingkat populasi laba-laba pada suatu
daerah maka petani dapat menekan penggunaan bahan kimia tertentu yang
memakan biaya serta dapat merusak system pertanian berlanjut seperti
penggunaan pestisida karena laba-laba beperan sebagai musuh alami yang
mampu menggantikan fungsi pestisida sebagai pengendali hama penggangu
tanaman budidaya dan sehingga menekan ambang batas ekonomi sehingga
mengurangi penggunaan biaya dan tidak merusak sistem pertanian berlanjut
karena pengendali berasal dari alam itu sendiri.

III. PEMBAHASAN GIS


Struktur lansekap pertanian di DAS Cianjur terdiri atas empat tipe tapak
utama yaitu: pertanaman padi, pertanaman sayuran, kebun campur di sekitar
pemukiman, dan rerumputan di pinggiran sungai atau saluran irigasi. Tapaktapak yang lain berupa kebun campur yang terdapat di pemukiman serta dekat
areal persawahan. Selain itu terdapat juga sungai, saluran irigasi dan jalan
yang menghubungkan pemukiman penduduk. Di pinggir-pinggir sungai,
saluran irigasi dan jalan ditumbuhi vegetasi liar berupa rerumputan, semak
dan pepohonan. Sebaran tapak-tapak pada ketiga lansekap tersaji pada Padi
yang ditanam umumnya varietas berumur panjang pada ketinggian 900 m.
dpl. keatas, tetapi sebagian kecil pada persawahan di bagian bawah
(ketinggian dibawah 900 m. dpl.) masih dijumpai varietas padi berumur
pendek. Luas penutupan lahan oleh pertanaman padi mencapai 394368,57 m2
atau 52,02%. Sisanya 47,98% merupakan tapak pertanaman sayuran dan
kebun campur di sekitar pemukiman.

Struktur lansekap pertanian DAS Cianjur di bagian hulu (a), tengah (b), hilir
(c).

Terdapat pengaruh nyata antara kompleksitas struktur lansekap pertanian


di DAS Cianjur terhadap keanekaragaman laba-laba (F2,57 = 34.932 ; p =
0.000). Lansekap di bagian hulu memiliki keanekaragaman laba-laba tertinggi
dan berbeda nyata dengan di bagian tengah (p = 0.008) serta di bagian hilir
DAS Cianjur (p = 0.000).
Pada bagian hulu DAS Cianjur terdapat 52 spesies vegetasi bukantanaman yang termasuk ke dalam 22 familia. Sedangkan di bagian tengah dan
hilir DAS Cianjur berturut-turut terdapat 47 spesies (22 familia) dan 42
spesies (22 familia).

Keanekaragaman
lansekap

pertanian

laba-laba pada
di

DAS

Cianjur

yang

dinyatakan dalam rata-rata (), galat baku ( )dan 95% simpangan baku
(). Jumlah sampel pada tiap-tiap lansekap pertanian adalah duapuluh. Huruf
berbeda pada gambar yang sama menyatakan perbedaan yang nyata (one-way
ANOVA dan Scheffe tests pada taraf kepercayaan 95%).

Rizali et al. (2002), Shochat et al. (2004) serta Suana & Haryanto
(2006) telah mempelajari hubungan antara kompleksitas struktur habitat
dengan keanekaragaman spesies, dan menyimpulkan bahwa keanekaragaman

spesies umumnya meningkat sejalan dengan meningkatnya keragaman


struktur habitat. Pada penelitian ini juga ditemukan bahwa keanekaragaman
laba-laba meningkat seiring dengan semakin kompleksnya struktur lansekap
pertanian. Struktur lansekap yang kompleks dapat menyediakan beragam tipe
habitat sehingga semakin banyak spesies dapat berkoeksistensi di dalamnya.
Selain karena pola tanam di bagian hulu DAS Cianjur bersifat polikultur,
varietas padi yang ditanam juga turut menambah kompleksitas struktur
habitat. Padi yang ditanam di bagian hulu DAS Cianjur umumnya adalah
varietas berumur panjang yang memiliki habitus tinggi dan rumpunnya tidak
terlalu rapat. Sedangkan di bagian tengah dan hilir DAS Cianjur varietas yang
ditaman umumnya padi berumur pendek dengan habitus rendah serta
pertumbuhan rumpunnya sangat rapat. Laba-laba pembuat jaring lebih
menyukai rumpun padi yang tidak terlalu rapat karena tersedia cukup ruang
untuk menempatkan jaring perangkapnya. Hasil penelitian ini juga
menunjukkan hal serupa, dimana lansekap pertanian di bagian hulu yang
memiliki keanekaragaman vegetasi bukan-tanaman tertinggi juga memiliki
keanekaragaman laba-laba tertinggi. Beragam vegetasi bukan-tanaman
tersebut menyediakan habitat sementara bagi laba-laba pada saat tanaman
padi dipanen, dan dengan segera dapat melakukan rekolonisasi setelah
tanaman padi ada di persawahan.
Pada jurnal Aplikasi Sistem Informasi Geografi (Sig) Untuk
Mempelajari Keragaman Struktur Habitat Laba-Laba Pada Lansekap
Pertanian Di Daerah Aliran Sungai (Das) Cianjur dapat menjadi salah
satu peluang besar dalam mendukung konsep pertanian berlanjut dalam
penggunaan aplikasi GIS. Karena jika mengetahui biodiversitas dari suatu
daerah khususnya pada jurnal ini biodiversitas laba-laba dapat membantu para
petani dalam memprediksi proses budidaya seperti penanggulan OPT dan
menekan biaya budidaya serta ambang batas ekonomi.
IV. KESIMPULAN

Struktur lansekap pertanian di DAS Cianjur terdiri atas empat tipe tapak
utama yaitu: pertanaman padi, pertanaman sayuran, kebun campur dan
rerumputan. Lansekap pertanian di bagian hulu DAS Cianjur memiliki
struktur paling kompleks dibandingkan dengan di bagian tengah dan hilir,
dimana kompleksitas struktur lansekap sangat berpengaruh terhadap
keanekaragaman laba-laba yang terdapat di dalamnya. Vegetasi bukantanaman yang tumbuh di pinggir-pinggir sungai, saluran irigasi, jalan,
pematang sawah dan lahan bera dapat menjadi koridor penghubung dan
habitat sementara apabila tanaman budidaya tidak terdapat di persawahan.

DAFTAR PUSTAKA
Arifin HS. Sakamoto K & Takeuchi K. 2001. Study of rural landscape structure
based on its different bioclimatic conditions in middle part of Citarum
Watershed, Cianjur District, West Java, Indonesia. Proceeding of the 1st
Seminar Toward Harmonization between Development and Environmental
Conservation in Biological Production. Tokyo 21 23 February 2001: 99
108.
Bakosurtanal (Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional). 1999. Peta
Rupa Bumi Digital Indonesia. Jakarta.
Krebs CJ. 2000. Programs for ecological methodology. Second Edition. AddisonWesley. Menlo Park.
Rizali A. Buchori D & Triwidodo H. 2002. Keanekaragaman serangga pada
tepian hutan-hutan persawahan: faktor indikator untuk kesehatan
lingkungan. Hayati. 9 : 41 48.
Shochat E. Stefanov WL, Whitehouse MEA & Faeth SH. 2004. Urbanization and
spider diversity: influences of human modification of habitat structure and
productivity. Ecol. Appl. 14 (1): 268 280.
SPSS. 2001. SPSS for Windows 11.0. Lead Tech, USA.
Suana IW. 2005. Bioekologi laba-laba pada bentang alam pertanian di Cianjur:
kasus Daerah Aliran Sungai (DAS) Cianjur, sub-sub DAS Citarum Tengah,
Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. [Disertasi]. IPB, Bogor.
Suana IW. & Haryanto H. 2006. Keanekaragaman, ekologi dan potensi laba-laba
sebagai salah satu agens pengendalian hayati hama padi. [Laporan
Penelitian Fundamental DP2M DIKTI]. Unram, Mataram.

Anda mungkin juga menyukai