Anda di halaman 1dari 25

TENTANG GADAI TANAH ULAYAT DI MINANGKABAU

1. Gadai Menurut Hukum Adat Minangkabau


Gadai menurut hukum adat adalah timbul dari suatu perjanjian yang
bersifat tolong menolong, berfungsi sosial, sebab kebanyakan orang yang
menggadaikan dan si pemegang gadai adalah oarang yang masih sekaum,
sesuku, dan sejauh-jauhnya adalah senagari. Jarang di temui gadai itu
dilakukan oleh persekutuan hukum yang berbeda nagari, kalau ada itu adalah
merupakan pengecualian, yang mungkin saja karena adanya hubungan
perkawinan atau merupakan belahan dari satu kaum, tetapi dia tinggal dinagari
lain dan telah menjadi orang nagari tersebut. Terjadinya gadai ini yaitu
seseorang anggota kaum yang sangat memerlukan uang, sedangkan dalam
kaum itu sendiri dia tidak dapat mengusahakannya, maka anak kemenakan itu
dapat mengadaikan harta pusaka tersebut kepada orang lain atas kesepakatan
anggota kaum dan penghulunya.
2. Pengertian Gadai Tanah Ulayat
3. Menurut Ter Haar gadai itu adalah : Perjanjian yang menyebabkan
4. bahwa tanahnya diserahkan untuk menerima tunai sejumlah uang, dengan
5. permufakatan bahwa si penyerah akan berhak mengembalikan tanah itu
6. kedirinya sendiri dengan jalan membayar sejumlah uang sama, maka
7. perjanjian (transaksi), sedemikian itu oleh Van Vollenhoven dengan
8. konsekwen dinamakan gadai tanah (sawah) Vervanding.18
9. Menurut J.C.T Simorangkir dan Wiryono Sastropranto : jual gadai
10. yaitu penyerahan tanah dengan pembayaran kontan dengan syarat bahwa
11. penjual setelah waktu yang ditentukan oleh kedua belah pihak, berhak
12. akan mengembalikan kembali tanah itu.19
13. 18 Mr.B.Ter Haar, Azas-azas dan susunan hukum adat, Pradnya Paramita,
Jakarta,(tt), hal
14. 93
15. 19 J.C.T Simorangkir dan Wiryono Sastropranto, Pelajaran Hukum Indonesia,
Gunung
16. Agung, Jakarta, 1962, hal 83
17. Menurut Sofyan Asnawi dalam Mukhtar Naim, gadai adalah
18. hubungan dengan tanah kepunyaan orang lain yang mempunyai hutang
19. kepadanya, selama hutang tersebut belum dibayar, maka tanah itu tetap
20. berada dalam penguasaan yang meminjamkan uang tadi (pemegang gadai).
21. Selama itu hasil tanah seluruhnya menjadi hak pemegang gadai yang
22. dengan demikian merupakan bunga dari hutang tersebut, penebusan tanah
23. itu tergantung kepada kemauan dan kemampuan yang mengadaikan itu.20
24. Menurut S.A Hakim, yang mengatakan jual gadai ialah penyerahan

25. tanah dengan pembayaran sejumlah uang secara kontan, demikian rupa
26. sehingga yang menyerahkan tanah itu, masih mempunyai hak untuk
27. mengembalikan tanah itu kepadanya dengan pembayaran kembali
28. sejumlah uang yang tersebut21.
29. Hak gadai merupakan hubungan hukum antara seseorang dengan
30. tanah milik orang lain yang telah menerima uang gadai dari padanya.
31. Selama uang gadai itu belum dikembalikan, maka tanah yang
32. bersangkutan dikuasai oleh pihak yang memberi uang (pemegang gadai).
33. Selama itu pemegang gadai berwenang untuk mempergunakan atau
34. mengambil manfaat dari tanah tersebut. Pengembalian uang gadai atau
35. yang lazim disebut penebusan itu tergantung pada kemauan pemilik
36. tanah yang mengadaikannya, kecuali jika diperjanjikan lain. Hanya tanah
37. hak milik yang dapat digadaikan.
38. 20 Mukhtar Naim, Mengali Hukum Adat dan Hukum Waris Minangkabau, Sri
Dharma,
39. Padang, 1968, hal 140
40. 21 S.A Hakim, Jual Lepas, Jual Gadai dan Jual Tahunan, Bulan Bintang,
Jakarta, 1965,
41. hal 30
42. Berlainan dengan hak hipotik atau credietverband, maka hak gadai
43. merupakan hak atas tanah, karena memberi wewenang kepada pemegang
44. gadai untuk mempergunakan atau mengambil manfaat dari tanah yang
45. bersangkutan.
46. Hak gadai yang dimaksud disini adalah gadai terhadap tanah ulayat
47. yang ada terhadap tanah adat di Minangkabau. Di Minangkabau tidak
48. mengenal istilah jual untuk harta pusaka tinggi yang boleh hanya
49. digadaikan22. Dengan demikian dapat dikatakan pada prinsipnya seluruh
50. lahan atau tanah yang ada di Sumatera Barat atau wilayah adat
51. Minangkabau, tidak boleh diperjual belikan karena untuk menjaga
52. martabat kaum.
53. Alasan Gadai
54. Hanya karena 4 (empat) alasan hak gadai bisa dilakukan. Itupun
55. harus ada kesepakatan semua warga kaum. Keempat alasan itu adalah23 :
56. Rumah gadang yang bocor atau penutup harga diri (Rumah gadang
57. ketirisan)
58. Bila salah satu anggota kaum berutang yang belum dapat dilunasi
59. maka dari pada malu seluruh keluarga, apa boleh buat terpaksa
60. mengadaikan. Begitu pula bila rumah gadang sebagai rumah milik
61. 22 Muchtar Naim, , Op cit, hal 146
62. 23 A.A.Navis, Alam Terkembang Menjadi Guru Adat dan Kebudayaan
Minangkabau,
63. Grafitifers,Jakarta,1984
64. bersama, ternyata sudah rusak seperti bocor atau sudah lapuk, maka
65. boleh mengadaikan untuk keperluan perbaikan itu.
66. Gadis gadang tidak bersuami (gadih gadang indak balaki)
67. Bila kemenakan perempuan belum bersuami, hal ini sangat
68. merisaukan keluarga, apalagi kalau anak tunggal, keluarga ketakutan

69. karena bisa punah, bila perlu dicari orang jemputan untuk menjadi
70. suami dengan memberi uang jemputan.
71. Mayat terbujur di dalam rumah (mayik tabujuah didalam rumah)
72. Dalam hal kematian di mana pihak keluarga tidak mempunyai dana
73. yang cukup untuk membiayai penguburan, maka boleh digadaikan
74. tanah tersebut.
75. Adat tidak berdiri sendiri (mambangkik batang tarandam)
76. Adat tidak berdiri sendiri artinya pada kaum atau rumah itu sudah
77. perlu mendirikan penghulu atau sudah lama pusaka penghulu
78. terbenam saja, maka untuk mendirikan penghulu tersebut harta
79. pusaka dapat digadaikan untuk hal tersebut.
80. Gadai ini dapat dilaksanakan dengan syarat semua anggota ahli
81. waris harta pusaka tersebut sudah sepakat. Jadi untuk menggadaikan harta
82. pusaka syaratnya sangat berat. Dengan digadaikan harta itu dapat ditebus
83. kembali dan tetap menjadi milik ahli warisnya. Gadai tidak tertebus
84. dianggap hina. Disamping itu manggadaikan biasanya tidak jatuh pada
85. suku lain melainkan kepada kaum sabarek sapikua (seberat sepikul)
86. yang bertetangga masih dalam suku itu juga.
87. Si penggadai memperoleh sejumlah uang atau emas yang diukur
88. dengan luas harta yang digadaikan dan penafsirannya atas persesuaian
89. kedua belah pihak. Bila sawah yang menjadi jaminan atau sebagai sando
90. (sandera), maka boleh ditebusi oleh si penggadai paling kurang sudah dua
91. kali panen. Jika sudah dua kali turun kesawah tidak juga ditebusi, maka
92. hasil tetap dipungut oleh orang yang memberi uang atau emas tadi.
93. Berkaitan dengan pegang gadai ini, perlu juga disimak bunyi Pasal
94. 7 Undang-undang Nomor 56 Prp Tahun 1960 (Undang-undang Pokok
95. Agraria) berbunyi:
96. barang siapa menguasai tanah pertanian dengan hak gadai yang
97. pada mulai berlakunya peraturan ini sudah berlangsung 7 (tujuh) tahun
98. atau lebih, wajib mengembalikan tanah itu kepada pemiliknya dalam
99. waktu sebulan setelah tanaman yang ada selesai dipanen.
100.
Bila dilihat isi dari UUPA yang dikutip di atas tidak sesuai dengan
101.
kebiasaan yang berlaku dalam masyarakat adat Minangkabau dalam hal
102.
hak gadai. Pada umumnya yang memegang gadai adalah orang yang
103.
kekurangan tanah. Seandainya diberlakukan UUPA itu tentu saja uang si
104.
pemegang tidak kembali sedangkan dia kekurangan pula dalam segi harta,
105.
tentu saja hal ini tidak adil. Oleh karena itu hak gadai di Minangkabau
106.
masih tetap seperti semula dan masih berlangsung secara azas
107.
kekeluargaan. Bahkan gadai dalam adat dirasakan suatu upaya pertolongan
108.
darurat yang berfungsi sosial.
109.
Secara terperinci, sistem kepemilikan harta di Minangkabau dibagi
110.
atas dua kategori yakni harta pusaka (pusako) dan harta pencaharian.
111.
Menurut Abbas24 harta pusaka di Minangkabau sesungguhnya dapat
dibagi
112.
menjadi dua bagian yakni :
113.
Harta Pusaka Tinggi (Harto Pusako Tinggi)
114.
Harta pusaka tinggi (harto pusako tinggi) adalah hak milik
115.
bersama dari pada suatu kaum yang mempunyai pertalian darah dan

116.
117.
118.
119.
120.
121.
122.
123.
124.
125.
126.
127.
128.
129.
130.
131.
132.
133.

diwarisi secara turun temurun dari nenek moyang terdahulu, dan harta
ini berada di bawah pengelolahan mamak kepala waris (lelaki tertua
dalam kaum). Proses pemindahan kekuasaan atas harta pusaka ini dari
mamak kepada kemenakan dalam istilah adat disebut juga dengan
pusako basalin25. Menurut Anwar26, bagi harta pusaka tinggi
berlaku ketentuan adat sebagai berikut :
Tajua indak dimakan bali (Terjual tidak bisa dibeli)
Tasando indak dimakan gadai (Anggunan tidak dapat digadai).
Hal tersebut berarti bahwa harta pusaka tinggi tidak boleh dijual.
Sebagai pusaka tinggi, dalam hal warisan memerlukan
persetujuan penghulu kaum untuk mengubah statusnya, umpamanya
untuk mengadaikannya. Persetujuan penghulu dan seluruh ahli waris
sangat diperlukan sebelum warisan tersebut digadaikan. Pepatah dalam
masyarakat Minangkabau mengatakan tentang harta warisan itu adalah
warih dijawek pusako ditolong (warisan dijawab pusaka ditolong).
Yang artinya sebagai warisan, ia diturunkan kepada yang berhak dan
24 Abbas, Syaifoni,. Varia Peradilan. Majalah. IKAHI, 1987
25 Amir, M.S, Adat Minangkabau : Pola dan Tujuan Hidup Orang

Minang Jakarta : PT.


134.
Mutiara Sumber Widya, 2003
135.
26 Anwar, Chaidir, Hukum Adat Indonesia : Meninjau Hukum Adat
Minangkabau. Jakarta
136.
: Rineka Cipta, 1997.
137.
yang berhak menjawabnya (menyambutnya), tetapi sebagai pusaka
138.
(yakni sebagai warisan yang telah terima), maka ditolong atau pelihara,
139.
karena ia merupakan suatu lembaga milik bersama untuk turun
140.
temurun.
141.
Rumah gadang sebagai pusaka mempunyai nilai sendiri
142.
dalam sistem pewarisan, dia ditempatkan seolah-olah pusaka yang
143.
sakti atau tidak dapat diganggu gugat atau dipindahtangankan
144.
seperti sawah dan ladang. Rumah kediaman biasa, meskipun telah
145.
menjadi warisan pada umumnya tidaklah menimbulkan
146.
persengketaan antara ahli waris. Oleh karena itu akhirnya ia
147.
merupakan milik yang dikuasai kerabat yang perempuan. Orang lakilaki
148.
tidak dapat mengaturnya.
149.
Sebagaimana rumah gadang, rumah kediaman biasa
150.
dibangun secara kolektif. Seorang laki-laki yang sukses
151.
kehidupannya, disamping membantu membangun rumah untuk
152.
saudara perempuannya, ia harus juga membangun rumah untuk anak
153.
perempuannya.
154.
Dengan bantuan atau tanpa bantuan mamak-mamak
155.
anaknya. Untuk menghindari persengketaan di kemudian hari. Maka
156.
rumah yang dibuat untuk anak itu dibangun di atas tanah kaum
157.
isterinya. Jika dibangun diatas tanah kaum sendiri, rumah itu berarti
158.
akan menjadi warisan bagi kemenakan perempuannya.27
159.
27 A.A.Navis, Op Cit, hal 164
160.
Harta Pusaka Rendah (Harto Pusako Randah)

161.
162.
163.
164.
165.
166.
167.
168.
169.
170.
171.
172.
173.
174.
175.
176.
177.
178.
179.
180.
181.
182.
183.
184.
185.
186.
187.
188.
189.
190.
191.
192.
193.
194.
195.
196.
197.
198.
199.
200.
201.
202.
203.

Harta pusaka rendah (harto pusako randah) adalah warisan


yang ditinggalkan oleh seseorang pada generasi pertama, karena ahli
warisnya masih sedikit itulah statusnya masih dipandang rendah.
Mereka dapat melakukan kesepakatan bersama untuk
memanfaatkannya, baik dijual atau dibagi-bagi antara mereka.
Pusaka rendah berarti harta pencaharian suami istri dalam rumah
tangga. Atau dengan kata lain merupakan segala harta hasil
pencaharian dari bapak bersama ibu (suami istri) sewaktu masih
hidup dalam ikatan perkawinan, ditambah dengan pemberian mamak
dan tungganai dari hasil pencaharian mamak dan tungganai itu
sendiri.
Kebanyakan semasa mereka hidup harta pencaharian itu telah
dihibahkan kepada anak-anaknya yang apabila si orang tua
meninggal, anak-anaknya tersebutlah yang menjadi warisnya. Tetapi
apabila semua ahli waris tetap menjaga keutuhannya tanpa dijual
atau dibagi-bagi, lalu pada waktunya diwariskan kepada generasi
berikut secara terus menerus sehingga sulit menelusurinya, maka ia
beralih menjadi harta pusaka tinggi. Jadi pada dasarnya harta pusaka
tinggi juga berasal dari harta pusaka rendah yang dimanfaatkan
secara turun temurun. Sekali ia diwariskan secara adat, maka ia
menjadi harta pusaka tinggi.
Aturan Menggadaikan Harta Pusaka
Aturan mengadaikan harta pusaka itu adalah28 :
Apabila orang hendak mengadaikan harta pusakanya kerena alasan
yang benar sepanjang adat, terlebih dahulu dia wajib memberitahukan
kepada kaumnya yang sama-sama serumah, kalau-kalau ada diantara
mereka yang bisa membeli atau memegang harta itu, maka namanya
sepanjang adat memperlegarkan di dalam rumah.
Lepas dari yang serumah, baru boleh berkisar kepada yang sebuah
perut, lepas dari yang sebuah perut bergelegar kepada yang
sekampung, lepas sekampung kepada sesuku, lepas dari sesuku baru
beralih ke dalam nagari dan seterusnya.
Apabila tidak dilakukan yang seperti itu, maka pekerjaan itu boleh
dibatalkan oleh orang yang berhak memegang harta itu, menurut
jenjang masing-masing tadi. Kalau belum lepas dari yang serumah,
harta telah digadaikan begitu saja kepada orang yang sekampung maka
pekerjaan itu salah, sepanjang adat dan boleh dibatalkan oleh orang
yang serumah tadi.
Sekali-kali dilarang orang yang sekampung atau yang lainnya itu
melampui orang serumah itu, meskipun uang orang itu sudah diterima,
dia wajib mengembalikan uang itu kembali dan menyerahkan kepada
orang yang serumah yang sanggup memegang harta tadi.
28 Ibrahim Dt. Sangguno Dirajo, Curaian Adat minangkabau, Bukittinggi,

1987, hal 201204.


203
205.
Kalau sudah lepas dari yang serumah, belum pula dibeli saja oleh
206.
orang yang sama-sama sesukunya, kalau belum lepas dari yang sama
207.
seperut atau dari yang sama sekampung dengan orang yang akan

208.
mengadaikan harta itu, melainkan yang sama dan yang sama
209.
sekampung itu yang berhak lebih dahulu memegang harta itu,
210.
kemudian selepasnya berjenjang naik bertangga turun, dan seterusnya
211.
tidak boleh lampau melampui atau lompat melompati, melainkan wajib
212.
turut lebih dahulu jenjang-jenjangnya sesuai dengan aturan adat.
213.
Jika ada yang melanggar aturan itu, maka tiap-tiap jenjang berhak
214.
melarang atau membatalkan hak gadai itu, serta mengadakan uang untuk
215.
pembeli atau pemegang harta itu, menurut sebagaimana yang dimaksud
216.
kepada orang lain itu.
217.
Adapun orang yang menghambat atau membatalkan itu wajib
218.
mengadakan uang itu tidak lebih dari sebanyak yang diperlukan
219.
melepaskan salah satu hutang adat, apabila harta itu sekedar akan
220.
digadaikan saja.
221.
Status Barang Gadaian Menurut Hukum Adat Minangkabau
- Barang-barang Yang Dapat Digadaikan
222.
Semua harta sangat besar artinya bagi keselamatan hidup, baik
223.
harta itu harta pribadi maupun harta pusaka. Ini adalah untuk menjaga
224.
keselarasan hidup orang yang tidak sanggup lagi berusaha untuk
225.
mencari penghidupannya, tetapi ada juga orang yang sanggup berusaha
226.
tapi tidak mencukupi. Jadi supaya seseorang itu jangan sampai
227.
menyeleweng dan melanggar hukum adat dan agama maka harta itulah
228.
yang digunakan untuk menyambung penghidupannya.
229.
Justru itulah harta itu tidak boleh dijual atau digadaikan, karena
230.
kalau harta itu boleh dijual tentu lama kelamaan akan habis. Namun
231.
demikian kalau keadaan memaksa harta itu dapai digadaikan.
Barangbarang
232.
yang dapat digadaikan pada dasarnya adalah sebagaimana yang
233.
dijelaskan oleh Ter Haar sebagai berikut :
234.
dalam hukum kekayaan maka tanah yang paling digemari sebagai
235.
objeknya dapat disamakan dengan tanah adalah empang-empang ikan
236.
dan perairan lannya yang dapat ditaruhkan hak-hak perseorangan.
237.
Selanjutnya juga pohon-pohon menjadi objek, pula rumah-rumah,
238.
itupun bila dijualnya atau digadaikannya bersama-sama dengan
239.
halamannya.29
240.
Jadi yang dapat digadaikan selain tanah (sawah dan ladang) juga
241.
dapat digadaikan tebat ikan, rumah bersama dengan halamannya dan
242.
pohon-pohon, seperti kelapa, cengkeh, buah pala dan sebagainya.
- Orang Yang Berhak Menggadaikan
243.
Di Minangkabau soal tanah itu adalah masalah pokok dan
244.
menentukan, untuk menentukan seseorang itu adalah orang
245.
Minangkabau asli, dia mempunyai tanah perumahan, ada pandam
246.
perkuburan, ada sawah dan ladang. Tetapi kalau dia tidak mempunyai
247.
tanah di daerah minang maka ia bukanlah orang Minangkabau asli,
248.
walaupun dia punya harta yang lain, sebab itu soal tanah di
249.
Minangkabau tidak dapat diabaikan begitu saja.
250.
29 Ter Haar, Op Cit, hal 90
251.
Tingginya nilai seseorang dalam harta bersangkut paut dengan
252.
tanah, oleh sebab itu tanah di Minangkabau tidak mudah digadaikan

253.
apalagi menjualnya. Tetapi walaupun demikian ada juga tanah yang
254.
boleh digadaikan, dan hal itu mempunyai syarat-syarat tertentu. Kalau
255.
mengadaikan harta pusaka tinggi dan harta tersebut di Minangkabau
256.
diperuntukan bagi perempuan, karena asas keturunan di Minangkabau
257.
adalah berdasarkan matrilineal (keibuan).
258.
Harta tersebut dijaga oleh seorang mamak yang tertua dalam kaum
259.
atau mamak kepala waris. Kalau laki-laki yang tertua tidak ada dan
260.
halnya laki-laki itu masih kecil maka kedudukan mamak kapala waris
261.
dapat digantikan oleh seorang perempuan yang tua (tertua) yang
262.
disebut dengan ekor waris. Dialah yang berwenang untuk menentukan
263.
harta pusaka yang akan diolah anak kemenakan yang sekaum itu.
264.
Maka dalam soal mengadaikan ini sudah barang tentu yang berhak
265.
melakukan dan yang mempunyai wewenang atau kekuasaan penuh
266.
atas tanah adalah mamak kepala waris dengan adanya persetujuan dari
267.
kaum itu.
268.
Pelaksanaan Gadai terhadap Tanah Ulayat di Kabupaten Padang
269.
Pariaman
270.
Gambaran Lokasi Penelitian
271.
Sebelum penulis membahas mengenai pelaksanaan sistem gadai
272.
terhadap tanah ulayat di Minangkabau khususnya di Kabupaten Padang
273.
Pariaman, sebaiknya kita mengetahui terlebih dahulu kondisi wilayah
274.
Kabupaten Padang Pariaman. Kabupaten Padang Pariaman adalah
275.
merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Sumatera Barat, dengan luas
276.
wilayah 1.328,79 km dan posisi 011-049 LS dan 98 36-100 28 BT.
277.
Kabupaten Padang Pariaman berbatasan dengan wilayah sebelah utara
278.
Kabupaten Agam, timur Kabupaten Solok dan Kabupaten Tanah Datar,
279.
selatan kota Padang, barat kota Pariaman dan samudera Indonesia.
280.
Kabupaten Padang Pariaman sebagian besar memiliki wilayah yang
281.
pengaturan didalamnnya adalah tanah ulayat.
282.
Di daerah Kabupaten Padang Pariaman adalah merupakan daerah
283.
rantau, kerajaan lama di Minangkabau itu mempunyai 3 (tiga) rantau,
284.
sering disebut rantau tigo jurai yaitu :
- Hulu dari sungai batang hari
- Hulu batang kuantan
- Hulu kampar kiri
285.
Sistem pemerintahan baik daerah rantau maupun daerah darat
286.
berbentuk daerah Nagari yang berlandaskan pada mufakat atau
287.
permunsyawaratan adat, yang tercermin dalam pepatah :
288.
Kemenakan barajo kamamak,
289.
Mamak barajo ka penghulu,
290.
Penghulu barajo ka mufakat,
291.
Nan barimbo rajo-rajo,
292.
Nan bahutan kareh, penghulu,
293.
Nan bahutan lambuik, kemenakan,
294.
Adapun padusi nan rajo pada tampeknyo,
295.
Tatkalo batanak dan manggulai,
296.
Maksud dari pepatah diatas bahwa kemenakan seperintah mamak
297.
dan kemenakan menguasai dan mengusahakan ladang dan sawah, gelar

298.
pusaka tinggi (sako) yang diterima oleh yang patut menerima gelar pusaka
299.
tersebut dalam ketentuan adat. Sako turun temurun, pusako jawek bajawek
300.
(pusaka jawab berjawab) dan setelah masuk agama Islam di Minangkabau
301.
istilah ini disebut sesuai dengan ajaran agama yaitu : warieh turun
302.
temurun, pusako jawek bajawek (waris turun temurun, pusaka jawab
303.
berjawab)
304.
Gelar sako tersebut dalam kaum yang bersangkutan sifatnya
305.
tidaklah dapat dibeli, diminta dan sebagainya karena gelar tersebut harus
306.
turun temurun bertali darah ibu (matrilineal).
307.
Di Kabupaten Padang Pariaman terhadap tanah ulayatnya dibawah
308.
penguasaan atau kepunyaan niniak mamak (bapenghulu atau barajo),
309.
dengan pepatah adat cupo nan sabatang dan ilalang nan sahalai niniak
310.
mamak nan punyo (cupo yang sebatang dan ilalang yang selembar
311.
mamak yang punya). Di Tanah ulayat tersebut terdiri atas :
312.
Tanah ulayat kaum
313.
Tanah ulayat yang terdiri atas sawah, ladang, perumahan,
314.
pandam pekuburan, irigasi. Tanah ulayat kaum di Kabupaten
315.
Pariaman, sebagian besar diseluruh nagari ada.
316.
Tanah ulayat kaum adalah tanah yang sudah diolah yang
317.
diperoleh dari penduduk anak kemenakan warga nagari dengan 4
318.
(empat) cara yaitu38 :
- Pewarisan
- Dengan tanbilang emas (emas/uang)
- Dengan tanbilang besi (dengan tenaga)
- Dengan pemberian
319.
Tanah yang diperoleh melalui pewarisan adalah harta pusaka
320.
yang diberikan melalui garis keturunan ibu (mande) dalam sistem
321.
matrilineal minangkabau. Tanah yang tanbilang emas dibeli dari orang
322.
lain, dan menjadi harta pusaka pada generasi kedua.
323.
Tanah yang dibeli oleh laki-laki dengan isterinya dengan
324.
usahanya sendiri (dengan cara dibeli) dan dapat diberikan kepada
325.
38 Hasan Basri Dt. Maharajo Indo, Pemanfaatan Tanah Ulayat sebagai
Jalan Pemecahan
326.
Masalah Tanah Ulayat di Sumatera Barat, Makalah, Padang, 2007, hal 2
327.
anak-anaknya dan bukan kepada kemenekannya. Ini bisa dengan
328.
bentuk hibah kepada anaknya dan dari segi anak-anaknya adalah harta
329.
warisan orang tuanya.
330.
Harta pusaka baru disebut harta pusaka rendah dan dari harta
331.
pusaka rendah tersebut lama kelamaan atau secara turun temurun akan
332.
menjadi harta pusaka tinggi. Harta pusaka lama disebut harta pusaka
333.
tinggi, sedangkan harta pusaka tidak memiliki tanah saja tetapi juga
334.
meliputi ternak, kolam ikan, benda-benda sako dan pusako pada
335.
prinsipnya tidak dapat hak atasnya, akan tetapi dapat berdasarkan
336.
persetujuan dari orang yang berfungsi secara sistem matrilinial
337.
Sistem matrilinial adalah suatu prinsip struktur sosial Nagari
338.
yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut39 :
a. Keturunan dan pembentukan kelompok berpusat disekitar garis
339.
keturunan ibu/mande/wanita : kelompok geneologis ini disebut

340.
suku.
- Payung atau jurai dan kaum atau perut adalah kelompok keturunan
341.
matrilinial yang dikepalai oleh laki-laki dan memiliki harta
342.
bersama (komunal kolektif). Harta pusaka itu dalam teorinya tidak
343.
dapat di ganggu gugat, tetapi digunakan untuk kaum perempuan
344.
karena perempuan yang akan memberikan keturunan. Sedangkan
345.
harta pusaka non matrilineal termasuk kedudukan adat, gelar
346.
diperlambangkan dan diperuntukan bagi kaum laki-laki yang
347.
39 Ibid, hal 3
348.
bertindak sebagai penjaga kelompok matrilineal tersebut.
349.
(penghulu suku, jurai dan tungganai)
350.
Kekuasaan tertinggi berada pada unit payung atau jurai dan
351.
perut dimana berada pada tangan mamak bukan ayah. Hubungan
352.
antara mamak dengan kemenakan adalah ikatan paling penting di
353.
sistem matrilineal.
354.
Tanah ulayat suku
355.
Tanah ulayat yang terdiri atas tepian tempat mandi, labuah atau
356.
jalan, rimbo cadangan. Tanah ulayat suku di Kabupaten Padang
357.
Pariaman, tidak seluruhnya ada di setiap nagari. Salah satu nagari yang
358.
memiliki tanah ulayat suku adalah Nagari Paritmalintang, Kecamatan
359.
Enam Lingkung, dalam ulayat suku guci, dan suku koto.
360.
Tanah ulayat nagari
361.
Tanah ulayat yang terdiri atas himpunan suku-suku dalam suatu
362.
Nagari yang merupakan rimba cadangan diluar rimba cadangan kaum
363.
dan suku. Tanah ulayat nagari di Kabupaten Padang Pariaman, mulai
364.
dari sekitar tepi bukit barisan yang masuk wilayah Kabupaten Padang
365.
Pariaman. Salah satu nagari yang yang memiliki tanah ulayat nagari
366.
adalah Nagari Tandikek, Nagari Kayu Tanam, Nagari Anduriang,
367.
Nagari Lubuk Alung, Nagari Sungai Buluah dan Nagari Kasang.
368.
Adat Minangkabau selalu menekankan bahwa nagari adalah
369.
kesatuan sosial utama yang dominan yang menjadi ciri khas
370.
masyarakat Minangkabau. Nagari merupakan kesatuan masyarakat
371.
adat yang otonom, ia merupakan republik mini dengan teritorial yang
372.
jelas bagi anggota-anggotanya, mempunyai pemerintahan sendiri, dan
373.
mempunyai
adat
sendiri
yang
mengatur
tata
kehidupan
anggotaanggotannya.
374.
Teritorial nagari itu biasanya terdiri dari hutan tinggi dan hutan
375.
rendah. Hutan tinggi adalah wilayah nagari yang terdiri dari hutan
376.
rimba yang belum dibuka, termasuk rawa-rawa dan paya-paya,
377.
sedangkan hutan rendah adalah sawah, ladang, dan tanah perumahan
378.
serta perkarangan, semua tanah yang telah diolah. Semuanya ini
379.
dimiliki secara komunal.
380.
Hutan tinggi yang dikenal pula sebagai tanah ulayat, dimiliki
381.
sesuai dengan tradisi yang ada dalam berbagai nagari. Pada umumnya
382.
ada dua tradisi adat yang utama yaitu tradisi koto piliang dan tradisi
383.
bodi caniago. Fungsi tanah ulayat ini adalah sebagai tanah cadangan
384.
bagi penduduk nagari atau warga suku yang terus berkembang.
385.
Andaikata tanah cadangan ini sudah menipis, maka sebagian

386.
387.
388.
389.
390.
391.
392.
393.
394.
395.
396.
397.
398.
399.
400.
401.
402.
403.
404.
405.
406.
407.
408.
409.
410.
411.
412.
413.
414.
415.
416.
417.
418.
419.
420.
421.
422.
423.
424.
425.
426.
427.
428.
429.
430.
431.
432.
433.

penduduk akan mencari dan membuka nagari baru. Pertumbuhan


nagari baru ini adalah dengan cara, warga suku yang sudah kekurangan
tanah akan membuka tanah baru diluar batas nagari. Dirintislah daerah
perladangan dan persawahan dan dibangun pemukiman baru. Daerah
ini dinamakan taratak. Peluasan taratak akan memunculkan sebuah
dusun. Dari dusun membentuk koto, koto yang berkembang berasal
dari berbagai suku dan berbentuk sebuah nagari.
Pemimpin-pemimpin kelompok matrilineal sebagai wakilwakil
mereka dalam forum yang lebih luas dipilih diantara anggota
kaum sesuai dengan ketentuan adat patah tumbuh hilang berganti.
Walaupun dalam pergantian tersebut ada unsur deskriptif yang kuat
namun adat membebani syarat-syarat objektif kepemimpinan yang
berat, karena kaum (tungganai, penghulu andiko, penghulu suku)
adalah wakil dari kaumnya dalam forum yang lebih luas. Ia tidak
hanya penting untuk meminpin kaumnya tetapi ia juga fungsional
untuk memajukan kepentingan masyarakat nagari. Anggota dari
kerapatan adat nagari yang dalam nagari tradisional merupakan
kekuasaan tertinggi dalam nagari
Tanah ulayat rajo
Tanah ulayat ini penguasanya adalah raja. Tanah ulayat raja di
Kabupaten Padang Pariaman, salah satu nagari yang yang memiliki
tanah ulayat rajo adalah : Nagari Kataping Kecamatan Batang Anai,
Nagari Ulakan, Sunur Kecamatan Ulakan Tapakis, dan kampung
dalam Kecamatan V Koto kampung dalam.
Raja dalam arti sesungguhnya yakni tanah ulayat di rantau
dimana dalam adat disebut bahwa luhak bapenghulu rantau barajo arti
lain dari raja yaitu kesepakatan penghulu atau ninik mamak di nagari
bahwa tanah ulayat tersebut merupakan hutan larangan atau hutan
cadangan yang tidak boleh dijamah kalau tidak atas kesepakatan ninik
mamak nagari.
Pada waktu sekarang tanah ini hampir sudah tidak dikenal
lagi dan kalau ada dapat digolongkan pada golongan tanah ulayat
nagari. Tanah ulayat di Minangkabau, khususnya di Kabupaten Padang
Pariaman diatur berdasarkan adat Minangkabau. Meskipun seluruh
wilayah Minangkabau memiliki adat yang sama (adat nan sabatang
panjang), tetapi setiap nagari memiliki otonomi sendiri untuk
menyusun tata cara pelaksanaan dari adat tersebut. Tata cara
pelaksanaan adat yang mungkin berbeda disetiap nagari itulah yang
dinamakan dengan adat istiadat, yang dalam gurindam adat
dinyatakan pusako salingka kaum, adat salingka nagari (pusaka
selingkar kaum, adat selingkar nagari).
Pelaksanaan Gadai Tanah Ulayat di Kabupaten Padang Pariaman
Ada tiga sistem Pemerintahan yang terdapat dalam adat dan
berlaku dalam wilayah Minangkabau, yaitu sistem kelarasan koto
piliang, kelarasan bodi caniago, kelarasan lareh nan panjang. Ketiga
kelarasan tersebut ada di Kabupaten Padang Pariaman, salah satunya
adalah :
Kelarasan koto piliang terdapat pada Nagari Ketaping, Kecamatan

434.
Batang Anai, Nagari Ulakan, Kecamatan Ulakan Tapakis, Nagari
435.
Lubuk Alung, Kecamatan Lubuk Alung.
436.
Kelarasan bodi caniago terdapat pada Nagari Lubuk Alung
437.
Kecamatan, Lubuk Alung, Nagari Sungai Buluah, Kecamatan
438.
Batang Anai
439.
Kelarasan lareh nan panjang terdapat pada Nagari Parit Malintang,
440.
Kecamatan Enam Lingkuang.
441.
Dalam ketiga kelarasan tersebut pelaksanaan gadai terhadap
442.
tanah ulayat memiliki perbedaan masing-masing, perbedaan mana
443.
dapat dilihat dari persetujuan untuk mengadaikan tanah ulayat (bagi
444.
pemberi gadai) yaitu40 :
a. Pelaksanaan Gadai pada Kelarasan Koto Piliang.
445.
Kelarasan ini berdasarkan sistem otokrasi, mulanya
446.
dipelopori oleh datuak kutumangguangan. Dalam sistem
447.
pemerintahan ini dipegang oleh kekuasan raja. Di Kabupaten
448.
Padang Pariaman terhadap kekuasaan raja dapat dilihat terhadap
449.
Nagari Ketaping yang sekarang dikuasai oleh rangkayo rajo
450.
sampono, di Nagari Ulakan yang sekarang dikuasai oleh amai saik,
451.
rajo dulu, rajo mangkuto, rajo sulaiman.
452.
Pelaksanaan gadainya dilaksanakan sebagai berikuti :
453.
Pusaka tinggi dalam kelarasan ini dipegang oleh kekuasaan
454.
raja, dimana tanah ulayat tersebut ada sebagian telah dikuasai
455.
oleh raja dan sebagian lagi tidak dikuasainya. Tanah ulayat
456.
yang tidak dikuasai oleh raja tersebut sebagian besar
457.
merupakan pusaka tinggi kaum yang penyerahannya secara
458.
turun temurun berdasarkan garis keturunan perempuan
459.
(matrilineal).
460.
40 Rangkayo Rajo Sampono, Wawancara Januari 2008
461.
Berdasarkan wawancara yang penulis lakukan dengan salah
462.
satu nara sumber yaitu Bapak Sudirman Rajo Mangkuto (ketua
463.
Kerapatan Adat Nagari Ulakan), yang menyatakan bahwa
464.
dalam proses menggadaikan tanah ulayatnya adalah sebagai
465.
berikut41 :
466.
a Persetujuan dalam kaum
467.
Kaum adalah merupakan satu garis keturunan lurus keatas
468.
dan kebawah yang bertali darah, yang terdiri dari beberapa
469.
paruik, dan beberapa paruik terdiri dari beberapa jurai.
470.
Dalam kaum tersebut juga terdapat kemenakan bertali adat
471.
(tidak setali darah, melainkan malakok). Jadi dalam hal ini
472.
untuk mengadaikan tanah ulayat kaum harus persetujuan
473.
dalam kaum yang bertali darah, dan apabila salah satu dari
474.
paruik dan jurai tersebut tidak menyetujui maka gadai
475.
tersebut tidak sah.
476.
b Persetujuan mamak kepala waris
477.
Mamak kepala waris adalah laki-laki tertua dalam kaum
478.
tersebut, mamak kepala waris berfungsi untuk mengawasi
479.
terhadap pelaksanaan segala sesuatu hal mengenai pusaka,
480.
khususnya tanah ulayat. Apabila mamak kepala waris tidak

481.
482.

menyetujui, maka gadai tersebut tidak sah.


41 Sudirman Rajo Mangkuto, Ketua Kerapatan Adat Nagari Ulakan

Tapakis, Wawancara,
483.
Januari 2008
484.
Dengan demikian bila mamak kepala waris mengadakan
485.
suatu transaksi seperti pegang gadai, sewa menyewa dalam
486.
hal ini mamak kepala waris tidak dapat bertindak atas nama
487.
sendiri, terlebih dahulu melakukan permufakatan dalam
488.
kaumnya, jadi bersama-sama dengan ahli waris dalam
489.
kaum.
490.
c Persetujuan mamak adat atau penghulu kaum
491.
Mamak adat atau penghulu kaum berkedudukan sebagai
492.
pemimpin tertinggi dalam kaumnya dan merupakan
493.
pengendali utama dalam masalah tanah ulayat kaum. Jika
494.
terjadi sengketa antara pihak luar maka kepala kaum
495.
merupakan wakil kaum didalam maupun diluar pengadilan.
496.
penghulu dalam kaum tersebut yang berfungsi dan berperan
497.
untuk mengurus seluruh kegiatan kemanakan dalam kaum.
498.
Penghulu kaum berperan kuat dalam masalah sako (gelar
499.
kebangsaan) dan pusako (harta benda), Apabila mamak
500.
adat atau penghulu kaum tidak menyetujui, maka gadai
501.
tersebut tidak syah.
502.
d Persetujuan penghulu suku
503.
Penghulu suku berkedudukan sebagai pucuk pimpinan
504.
tertinggi dalam suku yang bersangkutan, yang antara lain
505.
berfungsi mengatur pengelolaan tanah suku dalam
506.
persukuannya. Kedudukan tersebut juga diakui malah
507.
merupakan syarat harus ikut serta pengolahan tanah
508.
dilingkungannya, yang dalam persengketaan merupakan
509.
pemegang posisi kunci dalam penyelesaian masalah yang
510.
akan ditanggulangi, dimana dalam suku terdiri dari
511.
beberapa penghulu kaum, dan dipilih salah satu penghulu
512.
kaum tersebut menjadi penghulu suku. Penghulu suku
513.
merupakan pelengkap/turut mengetahui dalam proses
514.
menggadai.
515.
e Persetujuan urang tuo ulayat
516.
Urang tuo ulayat adalah merupakan urang tua yang ditandai
517.
bahwa dia yang pertama kali memegang kekuasaan ulayat,
518.
dimana dalam ulayat tersebut dipegang oleh rangkayo rajo
519.
sampono di nagari ketaping, amai saik, rajo dulu, rajo
520.
mangkuto, rajo seleman dinagari ulakan. Urang tuo ulayat
521.
merupakan pelengkap atau turut mengetahui dalam proses
522.
menggadai, yang bertujuan untuk mengetahui bahwa
523.
kemanakannya menggadaikan. Apabila dalam ulayat urang
524.
tuo, urang tuo tidak mengetahui maka gadai tersebut tidak
525.
sah.
526.
f Mengetahui dari unsur Pemerintahan adalah :
527.
1). Kerapatan adat nagari

528.
2). Wali nagari
529.
3). Wali korong
530.
Pusaka rendah dalam kelarasan ini tidak dipegang oleh
531.
kekuasaan raja, karena dalam pusaka tersebut diperoleh dari
532.
hasil mata pencaharian orang tua dan diwarisi atau hibah
533.
kepada anak (tambilang perak). Dalam pusaka rendah dapat
534.
dilakukan jual beli, pengsertifikatan dan bahkan digadaikan.
535.
Dalam proses menggadaikan terhadap tanah yang berasal dari
536.
pusaka rendah adalah sebagai berikut :
a. Persetujuan orang tua
b. Persetujuan dalam satu keluarga beradik kakak.(saudara
537.
kandung)
- Persertujuan dari mamak adat atau penghulu kaum dari adik
538.
kakak (saudara kandung).
- Mengetahui dari unsur pemerintahan adalah :
539.
1). Kerapatan adat nagari (ketua)
540.
2). Wali nagari
541.
3). Wali korong
542.
Sistem koto piliang berdasarkan otokrasi tersebut, semua
543.
keputusan ditentukan secara mutlak oleh pimpinan masyarakat
544.
dan semua anggota masyarakat tunduk dibawahnya.
545.
b. Pelaksanaan Gadai pada Kelarasan Bodi Caniago
546.
Kelarasan ini berdasarkan sistem demokrasi (musyawarah),
547.
mulanya dipelopori oleh datuak perpatih nan sabatang. Dalam
548.
sistem pemerintahan ini dibawah pengawasan penghulu. Di
549.
Kabupaten Padang Pariaman terhadap ulayat yang dipegang oleh
550.
pengawasan penghulu dapat dilihat di nagari Sungai Buluah
551.
Kecamatan Batang Anai, Nagari Lubuk Alung.
552.
Berdasarkan wawancara dengan salah satu nara sumber
553.
yaitu bapak Mulyadi (Sekretaris Wali Nagari) Sungai Buluh yang
554.
menyatakan bahwa42 :
555.
Pelaksanaan gadai dilaksanakan sebagai berikut :
556.
Pusaka tinggi dalam kelarasan ini dipegang oleh penghulu,
557.
Pusaka tinggi berasal dari nenek moyang yang mula-mula
558.
membuka lahan. Karena itu pusaka tinggi disebut juga harta tua
559.
yang berasal dari tembilang besi. Pusaka tinggi adalah harta
560.
turun-temurun dari beberapa generasi yang berdasarkan garis
561.
keturunan ibu (matrilineal) dalam satu kaum. Pusaka tinggi
562.
sekarang ini sudah banyak terjadi ganggam bauntuak, dimana
563.
ganggam bauntuak tersebut berasal dari pusaka tinggi yang
564.
sudah diuntuak-untuakan (dibagi-bagikan) kepada ahli waris
565.
yang perempuan untuk mengelola, dan bukan untuk memiliki.
566.
Pelaksanaan gadai dikabupaten Padang Pariaman, banyak
567.
terjadi terhadap pusaka tinggi kaum, terhadap tanah ulayat yang
568.
telah menjadi ganggam bauntuak. Dalam proses gadai adalah
569.
sebagai berikut :
570.
42 Mulyadi, Sekretaris Wali Nagari, Wawancara, Januari 2008
a. Persetujuan dalam kaum

b. Persetujuan mamak kepala waris


c. Persetujuan mamak adat atau penghulu kaum
d. Persetujuan penghulu suku
e. Persetujuan penghulu dagang
571.
Penghulu dagang adalah orang yang pertama kali datang
572.
dan bertanggung jawab dalam korong tersebut, dan ulayat
573.
tersebut mulanya berasal dari orang pendatang dan
574.
perolehan hak atas tanah tersebut berasal dari jual beli.
575.
Tidak semua ulayat atau nagari ada penghulu dagang, tetapi
576.
terdapat di (daerah) korong Padang Kunyit, Nagari Sungai
577.
Buluh Kecamatan Batang Anai. Jadi apabila terjadi gadai
578.
terhadap ulayat tersebut harus seizin penghulu dagang43.
- Persetujuan mamak ulayat
579.
Mamak ulayat adalah ninik mamak dalam ulayat yang
580.
memegang kekuasaan terhadap ulayat yang telah dibagibagi.
581.
Misalnya dinagari lubuk alung ada mamak ulayat
582.
yang berempat (basa nan barampek), yaitu Dt. Pado Basa
583.
(jambak), Dt. Marajo (panyalai) Dt. Rajo Basa (koto), Dt.
584.
Batuah (Sikumbang). Tidak semua nagari di Kabupaten
585.
Padang Pariaman memiliki mamak ulayat. Jadi apabila
586.
43 Datuak Rajo Batuah, Penghulu Suku, Wawancara Januari 2008
587.
terjadi gadai terhadap ulayat tersebut harus seizin dari
588.
mamak ulayat.44
- Mengetahui dari unsur pemerintahan adalah :
589.
1). Kerapatan adat nagari (ketua)
590.
2). Wali nagari
591.
3). Wali korong
592.
Pusaka rendah dalam kelarasan ini tetap dibawah pengawasan
593.
penghulu kaum, namun dalam hal ini penghulu kaum tidak
594.
dapat ikut campur dalam pemanfaatan tanah pusaka rendah
595.
tetapi penghulu kaum berkewajiban untuk memberikan saran
596.
dalam pemanfaatan tanah pusaka rendah tersebut. Pelaksanaan
597.
gadainya adalah sebagai berikut :
a. Persetujuan orang tua
b. Persetujuan dalam satu keluarga beradik kakak (saudara
598.
kandung)
599.
c. Persertujuan dari mamak adat / penghulu kaum dari adik
600.
kakak. (saudara kandung)
601.
d. Mengetahui dari unsur pemerintahan adalah :
602.
1). Kerapatan adat nagari
603.
2). Wali nagari
604.
3). Wali korong
605.
44 Asril Muktar Rang Kayo Basa, Ketua Kerapatan Adat Nagari Lubuk
Alung,
606.
Wawancara Januari 2008
607.
c. Pelaksanaan Gadai pada Kelarasan Lareh Nan Panjang
608.
Di samping sistem kelarasan koto piliang dan kelarasan
609.
bodi caniago diatas, juga terdapat kelarasan yang merupakan

610.
611.
612.
613.
614.
615.
616.
617.
618.
619.
620.
621.
622.
623.
624.
625.
626.
627.
628.
629.
630.
631.
632.
633.
634.
635.
636.
637.
638.
639.
640.
641.
642.
643.
644.
645.
646.
647.
648.
649.
650.
651.
652.
653.
654.
655.
656.
657.

campuran keduanya yang disebut kelarasan lareh nan panjang,


sehingga susah untuk dibedakan (dipisahkan). Dalam pepatah
adatnya yang digambarkan sebagai berikut :
Pisang si kalek-kalek utan
Pisang timbatu nan bagatah
Koto piliang inyo bukan
Bodi caniago inyo antah
(pisang sikelat-kelat hutan, pisang timbatu yang bergetah, koto
piliang dia bukan, bodi caniago dia entah).
Terhadap si pemegang gadai dalam ketiga kelarasan di atas
baik itu pusaka tinggi maupun pusaka rendah, dalam pelaksanaa
gadainya harus diketahui oleh mamak kepala waris dan mamak adat
atau penghulu kaum45.
Terjadi gadai ini adalah karena ada kesepakatan antara dua
orang atau lebih, mengenai jangka waktunya ada yang ditentukan dan
ada yang tidak ditentukan berapa lamanya. Yang punya uang atau si
pemegang gadai memperoleh hak sepenuhnya untuk memunggut hasil
dari objek gadai tersebut, sampai barang itu ditebus kembali oleh orang
yang mengadaikan tadi.
45 Samsul Bahri, Wali Nagari Paritmalintang, Wawancara Januari 2008
Pegang gadai tersebut adalah suatu perbuatan hukum berupa
persetujuan antara seseorang dengan orang lain. Perbuatan itu adalah
merupakan suatu perjanjian. Sebagaimana telah diketahui bahwa
perjanjian itu ada kalanya berasal dari undang-undang dan ada kalanya
berasal dari persetujuan. Dan hal ini jelas dinyatakan dalam Pasal 1233
Kitab Undang-undang Hukum Perdata yang berbunyi Tiap-tiap
perikatan dilahirkan baik kerena persetujuan, baik karena undangundang.
Dalam hal gadai ini maka perjanjiannya lahir dari persetujuan
kedua belah pihak, yaitu orang yang menggadaikan (si pemberi gadai)
dengan orang yang memegang gadai, mengenai gadai ini tidak semua
orang yang dapat melaksanakannya tetapi hanya dapat dilaksanakan
oleh orang yang cakap untuk melakukan tindakan hukum.
Pelaksanaan gadai di Kabupaten Padang Pariaman banyak
terjadi terhadap pusaka tinggi khususnya ulayat kaum yang telah
menjadi ganggam bauntuak dan pusako rendah. Dalam proses gadai
tersebut banyak terjadi tanpa persetujuan dalam kaum, mamak kepala
waris, mamak adat atau penghulu kaum, dan tanpa diketahui oleh
Ketua Kerapatan Adat Nagari dan Wali Nagari, bahkan sering pula
terjadi tanpa diketahui dari mamak adat atau penghulu kaum dari pihak
pemegang gadai itu sendiri.
Pelaksanaan gadai sebaiknya terlebih dahulu di gadaikan
kepada keluarga terdekat, dalam satu suku, atau dalam satu nagari,
agar objek gadai tersebut berada dalam kerabat dekat. Untuk itu juga
dilakukan pemindahan hak atas pemegang gadai, supaya pemegang
gadai jangan sampai merasa pemilik dari tanah tersebut.
Masyarakat Kabupaten Padang Pariaman melakukan sistem
gadai bertujuan agar jangan terjadi peralihan hak atas tanah, oleh
karena itu, menurut salah satu sumber yang di wawancarai, Dt Rajo

658.
659.
660.
661.
662.
663.
664.
665.
666.
667.
668.
669.
670.
671.
672.

Batuah di nagari Sungai Buluh Kecamatan Batang Anai, beliau


mengatakan terhadap gadai tanah ulayat ini lebih baik di pindah
tangankan berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak dalam arti tanah
ulayat itu dikelola oleh orang yang mampu, baik dari segi materil
maupun dari segi lainnya.
Untuk menandakan bahwa si pemberi gadai adalah pemilik
objek gadai, dapat diketahui melalui pemberian 5% hasil objek gadai,
berdasarkan suatu kesepakatan kedua belah pihak tersebut.46
Perkembangan zaman telah mempengaruhi pelaksanaan gadai
tersebut di Kabupaten Padang Pariaman, istilah gadai sekarang beralih
nama pada salang pinjam (pinjam meminjam), karena dalam hal ini
gadai merupakan suatu tindakan yang dapat dikategorikan malu dalam
kaum tersebut. Salang pinjam tersebut dalam proses dan
pelaksanaannya sama dengan proses atau pelaksanaan gadai.
46 Dt Rajo Batuah, Penghulu Suku di Nagari sungai Buluh, Wawancara,

Januari 2008
673.
B. Faktor-faktor Penyebab Masyarakat Kabupaten Padang Pariaman
674.
Melakukan Sistem Gadai Tanah Ulayat
675.
Tanah ulayat di Minangkabau di manfaatkan untuk kesejahteraan anak
676.
kemenakan atau sebagai tanah cadangan bagi anak kemenakan yang makin
677.
bertambah dikemudian hari. Pemanfaatan hak tanah ulayat baik oleh
678.
komunitas masyarakat yang bersangkutan maupun oleh orang lain dapat
679.
dilakukan dengan sistem bagi hasil atau sewa yang dalam istilah adat
680.
Minangkabau disebut membayar bungo atau bea.
681.
Orang yang mengelola tanah ulayat seperti ini disebut dengan
682.
penggarap. Besarnya bagi hasil, sewa dan bungo (bea) yang harus
683.
dibayarkan oleh si penggarap kepada pemegang hak tanah ulayat kaum
dan
684.
685.
686.
687.

suku biasanya disepakati bersama dalam suatu nagari.


Tanah sebagai sumber ekonomi utama adalah diperuntukan bagi
kesejahteraan anggota kaum tersebut. Pengolahan tanah dilakukan pula
secara tolong menolong. Kebersamaan satu kaum itu dimanifestasikan

pula
688.
dalam sistem kekerabatan matrilineal Minangkabau,.
689.
Di Kabupaten Padang Pariaman dalam hal pengelolaan tanah ulayat
690.
timbul persoalan mengenai gadai. Baik gadai terhadap harta pusaka tinggi
691.
maupun harta pusaka rendah dengan ,alasan dan faktor sebagai berikut :
692.
Untuk biaya pengangkatan penghulu kaum (mamak adat) yang sudah
693.
lama terbengkalai
694.
Untuk mengamankan pusaka
695.
Untuk biaya pendidikan anak kemenakan
696.
Untuk biaya memperoleh pekerjaan anak kemanakan
697.
Untuk biaya pengurusan anak kemanakan yang bermasalah baik itu
698.
menyangkut masalah pidana.
699.
Untuk memenuhi berbagai macam keperluaan dan kebutuhan dalam
700.
keluarga maupun kaum.
701.
Sebenarnya gadai yang terjadi di Minangkabau terhadap tanah

702.
703.
704.
705.
706.
707.
708.
709.
710.

pusaka atau dikenal dengan tanah ulayat tidak bisa dijual atau dialihkan.
Tanah pusaka hanya bisa digadaikan atau dialihkan sementara, karena 4
(empat) faktor (syarat) yaitu :
Rumah gadang ketirisan
Mayat terbujur didalam rumah
Gadis tua yang belum bersuami
Mendirikan penghulu
Namun di Kabupaten Padang Pariaman hanya 3 faktor (syarat)
untuk mengadaikan tanah pusaka yaitu pada poin 1, 2, dan 3, namun hal

ini
711.
berdasarkan perkembangan masyarakat, faktor tersebut di atas disebabkan
712.
karena masalah kebutuhan ekonomi masyarakat. Alasan di atas bahkan
tidak
713.
bisa lagi digunakan atau hilang dengan sendirinya. Mendirikan penghulu
714.
(mambangkik batang tarandam) tidak ada digunakan di Padang Pariaman,
715.
karena menurut masyarakat tersebut, untuk mendirikan penghulu
diusahakan
716.
oleh kaum itu sendiri tanpa harus mengadaikan harta pusakanya, dan hal
ini
717.
718.
719.
720.

juga bisa menjadi aib/malu jika tanah pusaka digadaikan hanya untuk
mendirikan penghulu.
Syarat pegang gadai sangat berat bagi pihak yang mengadaikan,
karena nilai harga gadaiannya hampir sama seperti harga jual, sehingga

sulit
721.
menebusnya kembali. Syarat dalam perjanjian pegang gadai adalah47 :
722.
Pegang gadai dianggap sah, apabila semua ahli wari telah
723.
menyatujuinya. Andai kata masih ada salah seorang saja yang
724.
berkeberatan, pegang gadai dipandang tidak sah.
725.
Jangka waktu perjanjian sekurang-kurangnya sampai si pemegang
726.
memetik hasil harta yang digadaikan, yakni satu atau dua kali panen.
727.
Pihak mengadaikan mempunyai hak pertama untuk mengarap tanah
728.
yang tergadai dengan sistem persenan, jika ia tidak menggarapnya
729.
pemegang boleh menyerahkan kepada orang lain.
730.
Pemegang gadai tidak boleh menggadaikan lagi tanah yang di
731.
pegangnya ke pihak ketiga tanpa persetujuan penggadai pertama dan
732.
sebaliknya, penggadai pertama wajib menyetujui penggadaian ke
733.
pihak ketiga, bila pemegang memerlukan uangnya dan sipenggadai
734.
belum dapat menebus. Dalam hal ini penggadai pertama atau ahli
735.
warisnya harus dapat menebus objek gadai itu langsung pada pihak
736.
ketiga.
737.
Jika salah satu pihak yang membuat perjanjian pegang gadai
738.
meninggal atau keduanya meninggal, maka hak untuk menebusi
739.
diwariskan kepada ahli warisnya masing-masing.
740.
47 A.A. Navis, Op cit, hal 168-169
741.
Menurut masyarakat Kabupaten Padang Pariaman gadai terhadap
742.
tanah ulayat adalah merupakan suatu tindakan yang dapat di kategorikan

743.
744.

untuk menutup malu dalam satu kaum atau satu keluarga, karena pemberi
gadai adalah seorang tuan tanah. Oleh karena itu setiap gadai wajib

ditebus.
745.
Dalam kenyataannya di Kabupaten Padang Pariaman saat ini
746.
terhadap permasalahan penebusan gadai terhadap tanah ulayat kaum yang
747.
digadaikan, ditebus oleh anggota kaum yang mampu dan tanah gadai
748.
tersebut beralih kepada pihak yang menebus, bukan dikembalikan kepada
749.
kaum, begitu pun sebaliknya terhadap pusaka rendah yang digadaikan,
750.
kakak atau adik (saudara kandung) dalam anggota keluarga tersebut yang
751.
mampu untuk menebus objek gadai dan objek gadai tersebut beralih
kepada
752.
pihak yang menebus, bukan dikembalikan kepada pihak yang
753.
menggadaikan.
754.
Bahkan sering pula terjadi objek gadai tersebut tidak pernah ditebus
755.
oleh pemberi gadai, dan bahkan pemilik tanah menambah dan meminjam
756.
kembali uang kepada pemegang objek gadai yang lama. Dengan tetap
757.
mengadaikan tanah itu dan terjadi secara terus menerus, sehingga jumlah
758.
uang yang dipinjam oleh pemilik tanah kepada pemegang gadai sama
759.
dengan nilai objek gadai tersebut, dan akhirnya tidak sanggup lagi untuk di
760.
tebusi sehingga objek gadai tersebut beralih haknya menjadi milik
761.
pemegang gadai. Kejadian ini dapat menguntungkan pemegang gadai
kerena
762.
kelalaian pemilik tanah, namun disini peranan satu kaum sangat
diperlukan
763.
agar tidak terjadinya peralihan hak atau tanah pusaka itu beralih ketangan
764.
orang lain.
765.
Prinsip-prinsip hukum adat tersebut nampaknya sudah mulai
766.
melonggar dalam masyarakat Minangkabau. Disatu pihak adanya
keinginan
767.
pribadi yang tidak terikat oleh turunan adat sebagai hak bersama, dilain
768.
pihak keberadaan hak bersama masyarakat adat tetap dipertahankan.
Kedua
769.
pendapat ini sering menimbulkan permasalahan pada tanah ulayat nagari,
770.
tanah ulayat suku, tanah ulayat kaum.
771.
Adat Minangkabau berpedoman pada 4 (empat) masalah adat yaitu48 :
a. Adat yang sebenar adat
772.
Adalah peraturan yang seharusnya menurut alur dan patut, menurut
773.
agama islam (syarak), menurut prikemanusiaan, adil dan beradap.
774.
b. Adat yang diadatkan
775.
Peraturan yang dibuat oleh Dt. Perpatih Nan Sabatang dan Dt.
776.
Ketumanggungan yang dicontoh dari adat yang sebenarnya adat
777.
dan dilukiskan dalam pepatah adat Minangkabau.
778.
c. Adat yang teradat
779.
Peraturan yang dibuat oleh ninik mamak, ninik mamak suatu
780.
nagari atau beberapa Nagari. Peraturan ini adalah untuk mencapai

781.
782.
783.

tujuan baik dalam masyarakat tersebut, yang dalam hal ini tidak
sama pada tiap Nagari. Meskipun begitu yang menyangkut dengan
48 Nurdin Yakub, Minangkabau Tanah Pusaka Tambo Minangkabau,

Buku Kedua,
784.
Pustaka Indonesia, Bukittinggi, 1989, hal 15
785.
undang-undang pokok adat, seluruh Minangkabau adalah sama.
786.
Hal ini terlihat pada pepatah :
787.
Adat sepanjang jalan Adat sepanjang jalan
788.
Bapucuak sepanjang batuang Berpucuk sepanjang betung
789.
Lain lubuak lain ikan Lain lubuk lain ikan
790.
Lain pada lain bilalangnyo Lain pada lain belalang
791.
d. Adat istiadat
792.
Adalah adat kebiasaan dalam suatu nagari atau satu golongan yang
793.
berupa kesukaan dari masyarakat itu sendiri, umpamanya bunyibunyian,
794.
permainan olah raga dan sebagainya49.
795.
C. PENYELESAIAN SENGKETA GADAI YANG TERJADI DI
796.
KABUPATEN PADANG PARIAMAN
797.
Hukum adat Minangkabau adalah hukum adat yang tidak tertulis,
798.
sehingga masyarakat Kabupaten Padang Pariaman dalam melakukan
799.
transaksi, gadai mengenai tanah pada waktu yang lampau belum
800.
membiasakan atau mengggunakan secara tertulis, apalagi membuat
801.
dokumen yang bersifat otentik yang dapat dijadikan sebagai alat bukti. Hal
802.
ini disebabkan oleh rasa kekerabatan yang kuat seperti yang dijumpai
803.
didalam petatah adat :
804.
kato dahulu, batapati kata dahulu di tepati
805.
49 Idrus Hakim Dt. Rajo Penghulu, Buku Peganga Penghulu di
Minangkabau, CV. Rosda,
806.
Bandung, 1986, hal 109
807.
Kato kamudian, kato bacari kata kemudian, kata dicari
808.
Ikrar ba muliakan ikrar dimiliakan
809.
Janji batapati janji di tepati
810.
Dalam sistem gadai yang dilakukan di Kabupaten Padang Pariaman,
811.
pada umumnya dilakukan dibawah tangan yang sifatnya saling percaya
dan
812.
813.
814.
815.
816.
817.
818.
819.
820.
821.
822.
823.
824.

mempunyai motifasi materil berupa emas atau padi (sawah). Gadai disini
dilakukan dengan 3 (tiga) cara yaitu :
Dilakukan dibawah tangan dengan disaksikan dan diketahui oleh
ninik mamak, Kerapatan Adat Nagari, Wali Korong dan Wali
Nagari.
Dilakukan dibawah tangan, tidak dihadiri oleh para saksi (mamak
kepala waris/penghulu, Kerapatan Adat Nagari, Wali Korong, Wali
Nagari)
Secara lisan, dimana dilakukan oleh kedua belah pihak yang
mengadakan transaksi.
Terhadap poin 2 (dua) dan 3 (tiga) banyak menimbulkan masalah
harta persengketaan, baik oleh para ahli waris si penggadai maupun para
ahliwaris si pemegang gadai. Persengketaan tersebut dapat berupa

825.
826.

pengsertifikatan yang dilakukan oleh pemegang gadai karena telah merasa


miliknya sejak puluhan tahun. Oleh karena itu apabila timbul masalah

dalam
827.
gadai tersebut, baru Kerapatan Adat Nagari dan wali nagari dilibatkan atau
828.
diikut sertakan.
829.
Dalam sistem gadai sekarang ini sulit untuk mencari legalitasnya,
830.
maka Kerapatan Adat Nagari, Wali Nagari dan Wali Korong menganjurkan
831.
dalam perjanjian gadai harus dilakukan secara tertulis untuk memiliki
832.
kepastian hukum. Terjadi sengketa dan perselisihan akan diselesaikan
833.
menurut peraturan hukum adat maupun di selesaikan di Pengadilan
Negeri.
834.
Peraturan hukum adat disebut juga sebagai Hukum Acara Perdata
835.
Adat atau hukum perdata formal adat. Ketentuan- ketentuan adat ini baik
836.
dalam penguasaan tanah maupun dalam mempertahankan atau
837.
menyelesaikan sengketa gadai tanah ulayat akan diselesaikan secara
838.
musyawarah dan mufakat yang mana sebagai asas bagi masyarakat
839.
Minangkabau. Dalam musyawarah dan mufakat akan selalu berpegang
pada
840.
unsur-unsur yang ada dan berkembang di dalam lingkungan masyarakat
841.
tersebut.
842.
Unsur itu lebih dikenal dengan Tali sapilin tigo (tali sapilin tiga)
843.
yaitu yang meliputi unsur-unsur agama, adat dan undang-undang.50
Dalam
844.
sengketa yang terjadi antara pemilik tanah dan pemegang gadai dapat
845.
diselesaikan di Kerapatan Adat Nagari.
846.
Di Kabupaten Padang Pariaman penyelesaian sengketa gadai tanah
847.
ulayat selalu menempuh jalur damai dan tidak pernah sampai ke
Pengadilan
848.
Negeri. Dimana penyelesaiannya dapat dilakukan sebagai berikut51:
849.
50 M. Nazir, Hukum acara Adat Dalam Penyelesaian Sengketa Tanah di
Minangkabau
850.
dalam Firman Hasan, Dinamika Masyarakat dan Adat Minangkabau,
Pusat Penelitian Universitas
851.
Andalas, Padang, 1988, hal 71
852.
51 Indra Kusuma Dt. Rangkawo Mulie (Penghulu Suku Guci di Nagari
Paritmalintang,
853.
Kecamatan Enam Lingkung, Wawancara Januari, 2008
a. Penyelesaian dilakukan dengan jalan musyawarah dan
854.
mufakat yang dilakukan oleh kedua belah pihak.
855.
b. Apabila penyelesaian di atas tidak di temui maka
856.
penyelesaiaanya dilanjutkan dalam tingkat kaum, dimana
857.
penyelesaian tersebut dilaksanakan di tempat pemberi gadai
858.
dan dihadiri oleh kedua belah pihak mamak kepala waris,
859.
kedua belah pihak penhulu kaumnya dan penghulu suku dari

860.
861.
862.
863.
864.
865.
866.
867.
868.
869.
870.
871.
872.
873.
874.
875.
876.
877.
878.
879.

pihak pemberi gadai yang sebagai penengah. Kedua belah


pihak saling membuktikan baik melalui saksi-saksi maupun
alat-alat bukti tersebut yang berbentuk ranji. Disini peranan
penghulu kaum dan penghulu suku untu menentukan siapa
yang berhak sebenarnya.
c. Apabila keputusan dalam tingkat kaum tersebut merasa tidak
puas maka dapat dilanjutkan pada tingkatan Kerapatan Adat
Nagari. Penyelesaian ini di hadiri oleh kedua belah pihak,
mamak kepala waris, penghulu kaum, ketua Kerapatan adat
Nagari dan Wali Nagari sebagai penengah dan mewakili
unsur pemerintahan. Jalan penyelesaian ini dilengkapi dengan
alat bukti, baik saksi maupun alat bukti tertulis. Disini yang
berperan adalah ketua Karapatan Adat Nagari dan Wali
Nagari dimana keputusan Kerapatan Adat Nagari dan wali
Nagari mengikat kedua belah pihak. Dan para pihak
menyetujui keputusan tersebut.
Peraturan Daerah Propinsi Sumatera Barat Nomor 2 Tahun 2007
tentang Pokok-pokok Pemerintahan Nagari, dalam Pasal 1 Ayat (9)
menyatakan bahwa : Wali Nagari adalah pimpinan Pemerintah Nagari,
sedangkan dalam Pasal 1 Ayat (8) menyatakan bahwa Pemerintahan

Nagari
880.
adalah penyelenggaraan urusan Pemerintahan yang dilaksanakan oleh
881.
Pemerintah Nagari dan badan permusyawaratan nagari berdasarkan asal
usul
882.
nagari di wilayah Propinsi Sumatera Barat yang berada dalam sistem
883.
Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
884.
Sebagaimana peranan Kerapatan Adat Nagari dalam kehidupan
885.
bernagari tersebut diserahkan kepada Pemerintahan Nagari yang
886.
bersangkutan dengan artian pengaturan lembaga adat nagari ditetapkan
887.
dengan keputusan pemerintahan nagari dimana tempat atau daerah
888.
Kerapatan Adat Nagari tersebut bernaung dalam suatu nagari.
889.
Kerapatan Adat Nagari mempunyai kewenangan dalam suatu nagari
890.
dimana mengenai masalah sako dan pusako. Dimana sako artinya warisan
891.
tidak bersifat benda seperti gelar pusaka (gelar penghulu). Sako juga
berarti
892.
asal atau tua, seperti dalam kalimat sebagai berikut
893.
sawah banyak padi dek urang sawah banyak padi untuk orang
894.
Lai karambie sako pulo kelapa ada namun sudah tua pula
895.
Sako dalam pengertian adat minang adalah segala kekayaan asal,
896.
yang tidak berwujud, atau harta tua berupa hak atau kekayaan tanpa
wujud,
897.
sedangkan pusaka adalah segala kekayaan materil atau harta benda yang
898.
juga disebut pusako harta. Yang termasuk pusako harato ini seperti52 :
899.
Hutan tanah
900.
Sawah ladang
901.
Tabek dan parak = tambak dan kebun

902.
Rumah dan perkarangan
903.
Pandam pekuburan
904.
Perhiasan dan uang
905.
Balai dan mesjid
906.
Peralatan dan lain-lain
907.
Ketentuan adat mengenai barang sako dan harato pusako adalah
908.
sebagai berikut :
909.
hak bapunyo hak berpunya
910.
Harato bamiliek harta bermilik
911.
Barang sako maupun harato pusako pada dasarnya dikuasai menjadi
912.
milik bersama, milik kolektif oleh kelompok-kelompok sebagai berikut :
a. kelompok samande atau seperinduan
b. kelompok sajurai
c. kelompok saparuikatau sapayung
d. kelompok sasuku
e. Milik nagari :
913.
Barang sako : - pepatah-petitih
914.
52 Amir M.S, Adat Minangkabau Pola dan Tujuan Hidup Orang Minang,
PT Mutiara
915.
Sumber Widya, 2006 hal 94
916.
Harato pusako : - Balai adat
- Tanah ulayat
- Mesjid
917.
-Pekuburan
- Pasar
918.
Jadi dalam hal ini Kerapatan Adat Nagari sangat berperan sekali
919.
untuk mengetahui setiap permasalahan yang terjadi didalam nagarinya dan
920.
juga terhadap permasalahan gadai. Sedangkan peranan Wali Nagari dan
921.
Wali Korong adalah merupakan unsur yang mewakili dalam pemerintahan
922.
nagari tersebut. Jadi dalam hal ini Wali Nagari dan Wali Korong sangat
923.
berperan sekali untuk mengetahui setiap permasalahan yang terjadi
didalam
924.
nagarinya dan juga terhadap permasalahan gadai. unsur tersebut
merupakan
925.
unsur pelengkap yang dapat dijadikan legal menurut hukum.
926.
Kerapatan Adat Nagari (KAN) adalah lembaga perwakilan
927.
permusyawaratan adat tertinggi yang telah ada dan diwarisi secara turun
928.
temurun sepanjang adat di tengah-tengah masyarakat nagari di Sumatera
929.
Barat. Jadi KAN ini meskipun didirikan beberapa tahun tetapi
musyawarah
930.
dan mufakat adat ini telah dilaksanakan juga oleh nenek moyang sejak
931.
dahulu kala, sejak dilaksanakannnya hukum adat di Minangkabau.
932.
Dalam Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2007 tentang pokokpokok
933.
Pemerintahan Nagari Pasal 1 Ayat (13) yang berbunyi
934.
Kerapatan adat nagari yang selanjutnya disebut KAN adalah
935.
Lembaga kerapatan dari niniak mamak yang telah ada dan diwarisi secara

936.
937.
938.
939.
940.
941.
942.
943.
944.
945.
946.
947.
948.
949.
950.
951.
952.
953.
954.
955.
956.
957.
958.
959.
960.
961.
962.
963.
964.

turun temurun sepanjang adat dan berfungsi memelihara kelestarian adat


serta menyelesaikan perselisihan sako dan pusako
Berdasarkan uraian diatas dapat di simpulkan kerapatan Adat
Nagari (KAN) mempunyai tugas :
Mengurus dan mengelola hal-hal yang berkaitan dengan adat
sehubungan dengan sako dan pusako.
Menyelesaikan perkara adat dan istiadat.
Mengusahakan perdamaian dan memberikan kekuatan hukum
terhadap anggota-anggota masyarakat yang bersangkutan serta
memberikan kekuatan hukum terhadap sesuatu hal dan
pembuktiannya menurut sepanjang adat.
Mengembangkan kebudayaan masyarakat nagari dalam upaya
melestarikan kebudayaan daerah dalam rangka memperkaya
khazanah kebudayaan nasional.
Menginventarisasikan, memelihara, dan mengurus serta
memanfaatkan kekayaan nagari untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat nagari.
Membina dan mengkoordinir masyarakat hukum adat mulai dari
kaum menurut sepanjang adat yang berlaku pada tiap nagari
berjenjang naik, bertangga turun yang berpucuk kepada KAN serta
memupuk rasa kekeluargaan yang tinggi di tengah-tengah
masyarakat nagari dalam rangka meningkatkan kesadaran sosial dan
semangat kegotong royongan.
Mewakili nagari dan bertindak atas nama dan untuk nagari atau
masyarakat hukum adat nagari dalam segala perbuatan hukum
didalam maupu diluar Pengadilan untu kepentingan dan atau hal-hal
yang menyangkut dengan hak dan harta kekayaan milik nagari.
Keputusan Kerapatan Adat Nagari (KAN) menjadi pedoman bagi
kepala desa dalam rangka menjalankan pemerintahan desa dan wajib

ditaati
965.
oleh seluruh masyarakat dan aparat pemerintah berkewajiban
966.
menegakkannya sepanjang tidak bertantangan dengan

Peraturan

Perundangundangan
967.
yang berlaku
968.
BAB V
969.
PENUTUP
A. KESIMPULAN
970.
Mengenai pelaksanaan sistem gadai terhadap tanah ulayat di
971.
Minangkabau, dapat dilihat pada tiga sistem kelarasan yaitu kelarasan
972.
koto piliang, budi caniago dan lareh nan panjang. Dimana tiga sistem
973.
kelarasan tersebut memiliki perbedaan, yang dapat dilihat dari
974.
persetujuan pelaksanaannya. Khususnya di Kabupaten Padang Pariaman
975.
ketiga sistem kelarasan tersebut telah ada di dalam wilayahnya.
976.
Pelaksanaan yang harus dipenuhi bagi pemilik tanah adalah:
a. Pelaksanaan sistem gadai pada kelarasan Koto Piliang ini berdasarkan
977.
sistem otokrasi, sistem pemerintahaannya dipegang oleh kekuasan
978.
raja. Pelaksanaan gadai dilakukan sebagai berikut :

979.
Pusaka tinggi, proses mengadaikan tanah pusaka tinggi adalah :
a. Persetujuan dalam kaum
b. Persetujuan mamak kepala waris
c. Perrsetujuan mamak adat atau penghulu kaum
d. Persetujuan penghulu suku
e. Persetujuan urang tuo ulayat
f. Mengetahui unsur Pemerintahan :
Kerapatan adat nagari
Wali nagari
Wali korong
980.
Pusaka rendah :
- Persetujuan orang tua
- Persetujuan dalam satu keluarga
- Persetujuan mamak atau penghulu kaum
- Unsur Pemerintah :
Kerapatan adat nagari
Wali nagari
Wali korong
981.
b. Pelaksanaan sistem gadai pada Kelarasan Budi Caniago, sistem ini
982.
berdasarkan sistem demokrasi atau musyawarah untuk mencapai
983.
suatu mufakat.
984.
Pelaksanaan gadai dilakukan sebagai berikut :
985.
Terhadap harta pusaka tinggi, prosesnya sama dengan kelarasan
986.
koto piliang, perbedaanya terhadap persetujuan penghulu dagang
987.
dan mamak ulayat, dimana tidak terdapat di kelarasan koto
988.
piliang. penghulu dagang ada di daerah Padang Kunyit Nagari
989.
Sungai Buluh Kecanatan Batang Anai. mamak ulayat ada di
990.
nagari Lubuk Alung.
991.
Pelaksanaan gadai terhadap harta pusaka rendah sama dengan
992.
kelarasan koto piliang.
993.
c. Kelarasan Lareh Nan Panjang ini berdasarkan perpaduan antara
994.
kelarasan koto piliang dan budi caniago. Pelaksanaan gadainya sama
995.
dengan koto piliang dan budi caniago.
996.
Pelaksanaan gadai bagi pemegang gadai cukup diketahui oleh
997.
mamak kepala waris, penghulu suku dan Kerapatan Adat Nagari.
998.
Pelaksanaan sistem gadai di Padang Pariaman ini harus memenuhi
999.
unsur-unsur diatas, baik bagi pemberi gadai maupun pemegang gadai.
1000. Kalau tidak dipenuhi maka gadai yang dilaksanakan tersebut tidak sah.
1001. Namun pada kenyataannya hal itu banyak juga yang mengabaikan atau
1002. tanpa dipenuhinya unsur-unsur tersebut. Hal ini dikarenakan banyaknya
1003. masyarakat Padang Pariaman yang tidak memahami tentang gadai itu
1004. sendiri.
1005. Pelaksanaan gadai yang tidak dipahami oleh masyarakat itu
1006. mengakibatkan gadai yang dilakukan tersebut pada umumnya hanya
1007. dilakukan oleh pihak pemberi dan pemegang gadai saja, tanpa diikut
1008. sertakan peran Kerapatan Adat Nagari atau Wali Nagari, sehingga
1009. apabila terjadi masalah diantara pihak-pihak tersebut sulit untuk
1010. diselesaikan.

1011. Di Kabupaten Padang Pariaman gadai dilakukan secara lisan dan


1012. kadang hanya dengan surat dibawah tangan saja, sehingga tidak
1013. mempunyai kekuatan yang kuat dalam pembuktiannya. Berdasarkan
1014. perkembangan masyarakat gadai ini lama kelamaan beralih nama pada
1015. salang pinjam atau pinjam meminjam.
1016. Dalam aturan hukum adat Minangkabau tanah ulayat tidak dapat dijual
1017. dalam keadaan apaupun kecuali digadaikan. Untuk menggadaikan di
1018. Kabupaten Padang Pariaman ada tiga faktor (syarat) yaitu :
a. Mayat terbujur didalam rumah
b. Gadis tua yang belum bersuami, dan
c. Rumah gadang ketirisan.
1019. Khususnya di Kabupaten Padang Pariaman sudah jarang
1020. ditemukan ketiga faktor tersebut, kerena gadai yang dilakukan pada
1021. umumnya adalah terhadap tanah pusako rendah. Salah satu bentuk atau
1022. faktor yang paling menonjol adalah alasan orang mengadaikan tanah
1023. tersubut untuk memenuhi kebutuhan hidup (ekonomi), untuk biaya
1024. pengangkatan penghulu dan untuk memagar pusaka, agar tanah pusaka
1025. tersebut tidak beralih haknya kepada orang lain. Dalam menggadaikan
1026. tanah pusaka itu lebih baik digadaikan kepada orang terdekat
1027. berdasarkan suatu kesepakatan kedua belah pihak.
1028. Penyelesaian sengketa gadai terhadap tanah ulayat di Kabupaten Padang
1029. Pariaman dapat di selesaikan dengan jalan musyawarah dan mufakat.
1030. Penyelesaian ini dilakukan dalam tingkat kaum atau antar kaum apabila
1031. tidak dapat diselesai di dalam kaum tersebut maka sengketa itu
1032. diselesaikan dalam suatu lembaga yaitu Kerapatan Adat Nagari. Di
1033. Padang Pariaman sengketa gadai tanah ulayat tidak sampai ke
1034. Pengadilan Negeri.
1035. B. SARAN
1036. Gadai yang dilakukan selama ini hanya secara lisan atau dibawah
1037. tangan antara pemberi gadai dan pemegang gadai tanpa adanya suatu
1038. bukti tertulis, dan jika adanya suatu sengketa sulit untuk dibuktikan.
1039. Sebaiknya dalam mengadaikan tanah ulayat baik terhadap tanah
1040. pusaka tinggi atau pusaka rendah seharusnya dilakukan secara tertulis,
1041. sehingga mempunyai kekuatan hukum. Dalam hal ini peran Notaris
1042. dapat dilibatkan untuk menciptakan pembuktian yang otentik.
1043. Agar tidak terjadinya peralihan hak atas tanah gadai kepada orang lain,
1044. sebaiknya dalam satu kaum itu menyumbang kepada keluarga yang
1045. membutuhkan. dan apabila tidak dapat diselesaikan masalah ekonomi
1046. tersebut maka diberikan kepada keluarga terdekat. Hal ini juga untuk
1047. melindungi tanah ulayat tersebut.
1048. Dalam penyelesaian sengketa gadai tanah ulayat sebaiknya jangan
1049. sampai ke Pengadilan Negeri. Supaya adat yang ada tidak hilang
1050. begitu saja. Dan oleh karena itu apabila terjadi sengketa lebih baik
1051. diselesaikan secara musyawarah dan mufakat sehingga rasa
1052. kekeluargaan dapat dipertahankan.

Anda mungkin juga menyukai