Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

Nama Mahasiswa

: Astriana Soeharyanti

NIM

: 0610723003

Masalah Kesehatan
Diabetic Foot
Definisi
Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang
ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia (Brunner &
Suddarth, 2002). Diabetes Melllitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul
pada seseorang yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar gula
(glukosa) darah akibat kekurangan insulin baik absolut maupun relatif (Arjatmo,
2002). Kaki diabetik adalah kelainan pada tungkai bawah yang merupakan
komplikasi kronik diabetes mellitus. Suatu penyakit pada penderita diabetes
bagian kaki, dengan gejala dan tanda sebagai berikut:
1. Sering kesemutan/gringgingan (asmiptomatus)
2. Jarak tampak menjadi lebih pendek (klaudilasio intermil)
3. Nyeri saat istirahat
4. Kerusakan jaringan (necrosis, ulkus)
Salah satu komplikasi yang sangat ditakuti penderita diabetes adalah kaki
diabetik. Komplikasi ini terjadi karena terjadinya kerusakan saraf, pasien tidak
dapat membedakan suhu panas dan dingin, rasa sakit pun berkurang.
Jenis Kaki Diabetik
Terdapat 2 jenis kaki diabetic berdasarkan penyebabnya:
a. Kaki Diabetik akibat angiopati / iskemia
Penderita hiperglikemia yang lama akan menyebabkan perubahan
patologi pada pembuluh darah. Ini dapat menyebabkan penebalan tunika intima
hiperplasia membran basalis arteria, oklusi (penyumbatan) arteria, dan
hiperkeragulabilitas atau abnormalitas tromborsit, sehingga menghantarkan
pelekatan (adhesi) dan pembekuan (agregasi). Selain itu, hiperglikemia juga
menyebabkan lekosit DM tidak normal sehingga fungsi khemotoksis di lokasi

radang terganggu. Demikian pula fungsi fagositosis dan bakterisid intrasel


menurun sehingga bila ada infeksi mikroorganisme (bakteri), sukar untuk
dimusnahkan oleh sistem plagositosis-bakterisid intraseluler. Hal tersebut akan
diperoleh lagi oleh tidak saja kekakuan arteri, namun juga diperberat oleh
rheologi darah yang tidak normal. Adanya peningkatan kadar fribronogen dan
bertambahnya reaktivitas trombosit, akan menyebabkan tingginya agregasi sel
darah merah sehingga sirkulasi darah menjadi lambat, dan memudahkan
terbentuknya trombosit pada dinding arteria yang sudah kaku hingga akhirnya
terjadi gangguan sirkulasi.
Manifestasi angiopati pada pembuluh darah penderita DM antara lain
berupa penyempitan dan penyumbatan pembuluh darah perifer (yang utama).
Sering terjadi pada tungkai bawah (terutama kaki). Akibatnya, perfusi jaringan
bagian distal dari tungkai menjadi kurang baik dan timbul ulkus yang kemudian
dapat berkembang menjadi nekrosis/gangren yang sangat sulit diatasi dan tidak
jarang memerlukan/tindakan amputasi.
Tanda-tanda dan gejala-gejala akibat penurunan aliran darah ke tungkai
meliputi klaudikasi, nyeri yang terjadi pada telapak atau kaki depan pada saat
istirahat atau di malam hari, tidak ada denyut popliteal atau denyut tibial superior,
kulit menipis atau berkilat, atrofi jaringan lemak subkutan ,tidak ada rambut pada
tungkai dan kaki bawah, penebalan kuku, kemerahan pada area yang terkena
ketika tungkai diam, atau berjuntai, dan pucat ketika kaki diangkat.
b. Kaki Diabetik akibat neuropati
Pasien diabetes mellitus sering mengalami neuropati perifer, terutama
pada pasien dengan gula darah yang tidak terkontrol. Neuropati diabetik dapat
menyebabkan insensitivitas atau hilangnya kemampuan untuk merasakan nyeri,
panas, dan dingin. Diabetes yang menderita neuropati dapat berkembang
menjadi luka, parut, lepuh, atau luka karena tekanan yang tidak disadari akibat
adanya insensitivitas. Apabila cedera kecil ini tidak ditangani, maka akibatnya
dapat terjadi komplikasi dan menyebabkan ulserasi dan bahkan amputasi.
Secara klinis dijumpai parestesi, hiperestesi, nyeri radikuler, hilangnya reflek
tendon, hilangnya sensibilitas, anhidrosis, pembentukan kalus, ulkus tropik,
perubahan bentuk kaki karena atrofi otot ataupun perubahan tulang dan sendi
seperti Bunion, Hammer Toes (ibujari martil), dan Charcot Foot. Secara radiologis
akan nampak adanya demineralisasi, osteolisis atau sendi Charcot.

Klasifikasi Kaki Diabetik


Menurut Wagner kaki diabetik dibagi menjadi:
Derajat 0 : tidak ada lesi terbuka, kulit masih utuh disertai dengan
pembentukan kalus claw
Derajat I : ulkus superfisial terbatas pada kulit
Derajat II : ulkus dalam dan menembus tendon dan tulang
Derajat III : abses dalam, dengan atau tanpa osteomielitis
Derajat IV : gangren jari kaki atau bagian distal kaki dengan atau tanpa
selullitis
Derajat V : gangren seluruh kaki atau sebagian tungkai bawah
Insiden
Menurut catatan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), pada tahun 1996 di
dunia terdapat 120 juta penderita diabetes mellitus yang diperkirakan naik dua
kali lipat pada tahun 2025. Kenaikan ini disebabkan oleh pertambahan umur,
kelebihan berat badan (obesitas), dan gaya hidup. Salah satu komplikasi
menahun dari DM adalah kelainan pada kaki yang disebut sebagai kaki diabetik.
Menurut dr Sapto Adji H SpOT dari bagian bedah ortopedi Rumah Sakit
Internasional Bintaro (RSIB), komplikasi yang paling sering dialami pengidap
diabetes adalah komplikasi pada kaki (15 persen) yang kini disebut kaki diabetes.
Di negara berkembang prevalensi kaki diabetik didapatkan jauh lebih besar
dibandingkan dengan negara maju yaitu 2-4%, prevalensi yang tinggi ini
disebabkan kurang pengetahuan penderita akan penyakitnya, kurangnya
perhatian dokter terhadap komplikasi ini serta rumitnya cara pemeriksaan yang
ada saat ini untuk mendeteksi kelainan tersebut secara dini
Etiologi
Penyebab

kaki

diabetik

biasanya

melibatkan

banyak

komponen.

Penelitian terbaru menyatakan bahwa 63% kaki diabetik disebabkan oleh


neuropati perifer yang menimbulkan gangguan sensorik, motorik dan autonom
yang masing-masing memegang peranan penting pada terjadinya luka kaki.
Faktor lain yang berperan adalah iskemia, pembentukan kalus dan edema.
Paralisis otot kaki menyebabkan perubahan keseimbangan di sendi kaki,
perubahan cara berjalan, dan akan menimbulkan titik tekan baru pada telapak
kaki sehingga terjadi kalus ditempat itu. Neuropati sensorik menyebabkan

hilangnya sinyal terhadap rasa sakit (mati rasa) setempat dan hilangnya
perlindungan terhadap trauma, sehingga penderita mengalami cedera tanpa
disadari, akibatnya kalus yang sudah terbentuk berubah menjadi ulkus yang bila
disertai infeksi berkembang menjadi selulitis dan berakhir dengan gangren.
Neuropati motorik mengawali terjadinya kelemahan otot dan atrofi otot di
ekstremitas. Hilangnya mekanisme vaskuler yang normal akibat angiopati
diabetik dan gangguan regulasi termal menyebabkan vena membengkak dan
selanjutnya menyebabkan terjadinya ulkus. Bila ulkus disertai infeksi akan
mempermudah

terjadinya

disfungsi

outonom

(neuropati

outonom)

yang

selanjutnya akan mengakibatkan hilangnya sekresi kulit sehingga kulit akan


kering dan mudah mengalami luka yang sukar sembuh yang selanjutnya mudah
mengalami nekrosis.
Faktor Risiko Terjadinya Kaki Diabetik
Ada 3 alasan mengapa orang diabetes lebih tinggi risikonya mengalami
masalah kaki. Pertama, berkurangnya sensasi rasa nyeri setempat (neuropati)
membuat pasien tidak menyadari bahkan sering mengabaikan luka yang terjadi
karena tidak dirasakannya. Luka timbul spontan sering disebabkan karena
trauma misalnya kemasukan pasir, tertusuk duri, lecet akibat pemakaian
sepatu/sandal yang sempit dan bahan yang keras. Mulanya hanya kecil,
kemudian meluas dalam waktu yang tidak begitu lama. Luka akan menjadi borok
dan menimbulkan bau yang disebut gas gangren. Jika tidak dilakukan perawatan
akan sampai ke tulang yang mengakibatkan infeksi tulang (osteomylitis). Upaya
yang dilakukan untuk mencegah perluasan infeksi terpaksa harus dilakukan
amputasi (pemotongan tulang).
Kedua, sirkulasi darah dan tungkai yang menurun dan kerusakan endotel
pembuluh darah. Manifestasi angiopati pada pembuluh darah penderita DM
antara lain berupa penyempitan dan penyumbatan pembuluh darah perifer (yang
utama). Sering terjadi pada tungkai bawah (terutama kaki). Akibatnya, perfusi
jaringan bagian distal dari tungkai menjadi kurang baik dan timbul ulkus yang
kemudian dapat berkembang menjadi nekrosi/gangren yang sangat sulit diatasi
dan tidak jarang memerlukan tindakan amputasi.
Gangguan mikrosirkulasi akan menyebabkan berkurangnya aliran darah
dan hantaran oksigen pada serabut saraf yang kemudian menyebabkan
degenarasi dari serabut saraf. Keadaan ini akan mengakibatkan neuropati. Di

samping itu, dari kasus ulkus/gangren diabetes, kaki DM 50% akan mengalami
infeksi

akibat

munculnya

lingkungan

gula

darah

yang

subur

untuk

berkembanguya bakteri patogen. Karena kekurangan suplai oksigen, bakteribakteri yang akan tumbuh subur terutama bakteri anaerob. Hal ini karena plasma
darah penderita diabetes yang tidak terkontrol baik mempunyai kekentalan
(viskositas) yang tinggi. Sehingga aliran darah menjadi melambat. Akibatnya,
nutrisi dan oksigen jaringan tidak cukup. Ini menyebabkan luka sukar sembuh
dan kuman anaerob berkembang biak.
Ketiga, berkurangnya daya tahan tubuh terhadap infeksi. Secara umum
penderita diabetes lebih rentan terhadap infeksi. Hal ini dikarenakan kemampuan
sel darah putih memakan dan membunuh kuman berkurang pada kondisi kadar
gula darah (KGD) diatas 200 mg%. Kemampuan ini pulih kembali bila KGD
menjadi normal dan terkontrol baik. Infeksi ini harus dianggap serius karena
penyebaran kuman akan menambah persoalan baru pada borok. Kuman pada
borok akan berkembang cepat ke seluruh tubuh melalui aliran darah yang bisa
berakibat fatal, ini yang disebut sepsis (kondisi gawat darurat).
Sejumlah peristiwa yang dapat mengawali kerusakan kaki pada penderita
diabetes sehingga meningkatkan risiko kerusakan jaringan antara lain :
o

Luka kecelakaan

Trauma sepatu

Stress berulang

Trauma panas

Iatrogenik

Oklusi vascular

Kondisi kulit atau kuku

Faktor risiko demografis

Usia
Semakin tua semakin berisiko

Jenis kelamin
Laki-laki dua kali lebih tinggi. Mekanisme perbedaan jenis kelamin tidak jelas
(mungkin dari perilaku, mungkin juga dari psikologis)

Etnik
Beberapa kelompok etnik secara signifikan berisiko lebih besar terhadap
komplikasi kaki. Mekanismenya tidak jelas, bisa dari faktor perilaku,

psikologis,

atau

berhubungan

dengan

status

sosial

ekonomi,

atau

transportasi menuju klinik terdekat.


Situasi social

Hidup sendiri dua kali lebih tinggi


Faktor risiko perilaku
Ketrampilan manajemen diri sendiri sangat berkaitan dengan adanya
komplikasi

kaki

diabetik.

Ini

berhubungan

dengan

perhatian

terhadap

kerentanan.
Faktor risiko lain
Ulserasi terdahulu (inilah faktor risiko paling utama dari ulkus)
Berat badan
Merokok
Patofisiologi Kaki Diabetik
Diabetes seringkali menyebabkan penyakit vaskular perifer yang
menghambat sirkulasi darah. Dalam kondisi ini, terjadi penyempitan di sekitar
arteri yang sering menyebabkan penurunan sirkulasi yang signifikan di bagian
bawah tungkai dan kaki. Sirkulasi yang buruk ikut berperan terhadap timbulnya
kaki diabetik dengan menurunkan jumlah oksigen dan nutrisi yang disuplai ke
kulit maupun jaringan lain, sehingga menyebabkan luka tidak sembuh-sembuh.
Kondisi kaki diabetik berasal dari suatu kombinasi dari beberapa
penyebab seperti sirkulasi darah yang buruk dan neuropati. Berbagai kelainan
seperti neuropati, angiopati yang merupakan faktor endogen dan trauma serta
infeksi yang merupakan faktor eksogen yang berperan terhadap terjadinya kaki
diabetik.
Angiopati diabetes disebabkan oleh beberapa faktor yaitu genetik,
metabolik dan faktor risiko yang lain. Kadar glukosa yang tinggi (hiperglikemia)
ternyata mempunyai dampak negatif yang luas bukan hanya terhadap
metabolisme karbohidrat, tetapi juga terhadap metabolisme protein dan lemak
yang dapat menimbulkan pengapuran dan penyempitan pembuluh darah
(aterosklerosis), akibatnya terjadi gaangguan peredaran pembuluh darah besar
dan kecil., yang mengakibatkan sirkulasi darah yang kurang baik, pemberian
makanan dan oksigenasi kurang dan mudah terjadi penyumbatan aliran darah
terutama daerah kaki.

Neuropati diabetik dapat menyebabkan insensitivitas atau hilangnya


kemampuan untuk merasakan nyeri, panas, dan dingin. Diabetes yang menderita
neuropati dapat berkembang menjadi luka, parut, lepuh, atau luka karena
tekanan yang tidak disadari akibat adanya insensitivitas. Apabila cedera kecil ini
tidak ditangani, maka akibatnya dapat terjadi komplikasi dan menyebabkan
ulserasi dan bahkan amputasi.
Sirkulasi yang buruk juga dapat menyebabkan pembengkakan dan
kekeringan pada kaki. Pencegahan komplikasi pada kaki adalah lebih kritis pada
pasien diabetik karena sirkulasi yang buruk merusak proses penyembuhan dan
dapat menyebabkan ulkus, infeksi, dan kondisi serius pada kaki.
Dari faktor-faktor pencetus diatas faktor utama yang paling berperan
dalam timbulnya kaki diabetik adalah angiopati, neuropati dan infeksi. Infeksi
sendiri sangat jarang merupakan faktor tunggal untuk terjadinya kaki diabetik.
Infeksi lebih sering merupakan komplikasi yang menyertai kaki diabetik akibat
iskemia atau neuropati.
PENATALAKSANAAN.
Pengobatan kelainan kaki diabetik terdiri dari pengendalian diabetes dan
penanganan terhadap kelainan kaki.
a. Pengendalian Diabetes.
Langkah awal penanganan pasien dengan kaki diabetik adalah dengan
melakukan manajemen medis terhadap penyakit diabetes secara sistemik
karena kebanyakan pasien dengan kaki diabetik juga menderita malnutrisi,
penyakit ginjal kronik, dan infeksi kronis. Diabetes melitus jika tidak dikelola
dengan baik akan dapat menyebabkan terjadinya berbagai komplikasi kronik
diabetes, salah satunya adalah terjadinya gangren diabetik. Jika kadar glukosa
darah dapat selalu dikendalikan dengan baik, diharapkan semua komplikasi yang
akan terjadi dapat dicegah, paling sedikit dihambat.
Mengelola diabetes melitus langkah yang harus dilakukan adalah pengelolaan
non farmakologis, berupa perencanaan makanan dan kegiatan jasmani. Baru
kemudian kalau dengan langkah-langkah tersebut sasaran pengendalian
diabetes yang ditentukan belum tercapai, dilanjutkan dengan langkah berikutnya,
yaitu dengan penggunaan obat atau pengelolaan farmakologis.
Perencanaan makanan pada penderita diabetes melitus masih tetap
merupakan pengobatan utama pada penatalaksanaan diabetes melitus,

meskipun sudah sedemikian majunya riset di bidang pengobatan diabetes


dengan ditemukannya berbagai jenis insulin dan obat oral yang mutakhir.
Sarana pengendalian secara farmakologis pada diabetes melitus dapat
berupa:
1) Pemberian Insulin.
2) Pemberian Obat Hipoglikemik Oral (OHO).

Golongan Sulfonylurea.

Golongan Biguanid.

Golongan Inhibitor Alfa Glukosidase.

Golongan Insulin Sensitizing.


b. Penanganan Kelainan Kaki.
1) Strategi Pencegahan
Fokus utama penanganan kaki diabetik adalah pencegahan terhadap
terjadinya luka. Strategi pencegahan meliputi edukasi kepada pasien,
perawatan kulit, kuku dan kaki dan penggunaan alas kaki yang dapat
melindungi.

Pada

penderita

dengan

risiko

rendah

diperbolehkan

menggunakan sepatu, hanya saja sepatu yang digunakan tidak sempit


atau sesak. Sepatu atau sandal dengan bantalan yang lembut dapat
mengurangi resiko terjadinya kerusakan jaringan akibat tekanan langsung
yang dapat memberi beban pada telapak kaki. Pada penderita diabetes
melitus dengan gangguan penglihatan sebaiknya memilih kaos kaki yang
putih karena diharapkan kaos kaki putih dapat memperlihatkan adanya
luka dengan mudah. Perawatan kuku yang dianjurkan pada penderita
diabetes melitus adalah kuku-kuku harus dipotong secara transversal
untuk mengurangi risiko terjadinya kuku yang tumbuh kedalam dan
menusuk jaringan sekitar.Edukasi tentang pentingnya perawatan kulit,
kuku dan kaki serta penggunaan alas kaki yang dapat melindungi dapat
dilakukan saat penderita datang untuk kontrol. Kaidah pencegahan kaki
diabetik, yaitu:

Setiap infeksi meskipun kecil merupakan masalah penting


sehingga menuntut perhatian penuh.

Kaki harus dibersihkan secara teliti dan dikeringkan dengan

handuk kering setiap kali mandi.


Kaki harus diinspeksi setiap hari termasuk telapaknya, dapat

dengan menggunakan cermin.


Kaki harus dilindungi dari kedinginan.
Kaki harus dilindungi dari kepanasan,batu atau pasir panas dan
api.


Sepatu harus cukup lebar dan pas.

Dianjurkan memakai kaus kaki setiap saat.

Kaus kaki harus cocok dan dikenakan secara teliti tanpa lipatan.

Alas kaki tanpa pegangan, pita atau tali antara jari.

Kuku dipotong secara lurus.

Berhenti merokok.
2) Penanganan Ulkus
Penanganan ulkus diabetik dapat dilakukan dalam beberapa tingkatan,
yaitu:

Tingkat 0.
Penanganan meliputi edukasi kepada pasien tentang alas kaki
khusus dan pelengkap alas kaki yang dianjurkan. Sepatu atau sandal
yang dibuat secara khusus dapat mengurangi tekanan yang terjadi.
Bila pada kaki terdapat tulang yang menonjol atau adanya
deformitas, biasanya tidak dapat hanya diatasi dengan penggunaan
alas kaki buatan umumnya memerlukan tindakan pemotongan tulang

yang menonjol (exostectomy) atau dengan pembenahan deformitas.


Tingkat I.
Memerlukan debridemen jaringan nekrotik atau jaringan yang

infeksius, perawatan lokal luka dan pengurangan beban.


Tingkat II.
Memerlukan debridemen, antibiotik yang sesuai dengan hasil kultur,
perawatan lokal luka dan teknik pengurangan beban yang lebih

berarti.
Tingkat III.
Memerlukan debridemen jaringan yang sudah menjadi gangren,
amputasi sebagian, imobilisasi yang lebih ketat, dan pemberian

antibiotik parenteral yang sesuai dengan kultur.

Tingkat IV.
Pada tahap ini biasanya memerlukan tindakan amputasi sebagian
atau amputasi seluruh kaki.
c. Diet yang tepat
Bagi orang diabetes manajemen diet yang tepat sangat penting dalam
mengontrol kadar glukosa darah. Kebutuhan kalori orang dengan diabetes
dapat dihitung yaitu dengan menentukan terlebih berat badan ideal untuk
mengetahui jumlah kalori basal pasien DM. Cara menghitungnya bisa
dengan menggunakan
Berat badan ideal = (Tinggi Badan dalam cm-100) -10% Kg
Pada laki-laki yang tingginya <160 cm atau perempuan yang tingginya <150
cm berlaku rumus:
Berat badan ideal = (TB dalam cm-100) x 1 kg

Kemudian hitung jumlah kalori yang dibutuhkan. Ada beberapa cara untuk
menentukan jumlah kalori yang dibutuhkan seorang pasien DM yaitu:
1) Menghitung kebutuhan kebutuhan basal dengan cara mengalikan berat
badan ideal dengan 30 untuk laki-laki dan 25 untuk wanita. Kebutuhan
kalori sebenarnya harus ditambah lagi sesuai dengan kegiatan seharihari
2) Kebutuhan basal dihitung seperti cara pertamatetapi ditambah kalori
berdasarkan persentase kalori basal.

Kerja ringan ditambah 10% dari jumlah kalori basal

Kerja sedang ditambah 20% dari jumlah kalori basal

Kerja berat ditambah 10% dari jumlah kalori basal

Kerja ringan ditambah 40-100% dari jumlah kalori basal

Pasien kurus, masih tumbuh kembang, terdapat infeksi, sedang


hamil atau menyusui ditambah 20-30% dari kalori basal

3) Kebutuhan kalori dihitung berdasarkan tabel dibawah ini:

pasien kurus = 2300-2500 kkal

pasien normal= 1700-2100 kkal

pasien gemuk = 1300-1500 kkal

d. Memberikan pendidikan kesehatan


Pendidikan kesehatan yang bisa diberikan yaitu:

Apa itu penyakit DM itu

Makna dan perlunya pemantauan dan pengendalian DM

Komplikasi DM

Perencanaan makanan

Pengobatan (pemberian insulin): mengajarkan cara menyuntik


insulin dengan benar, lokasi penyuntikan, jenis insulin dan waktu yang
penyutikan insulin.
Perawatan kaki

Prognosis

Prognosis penderita kaki diabetik sangat tergantung dari usia karena


semakin tua usia penderita diabetes melitus semakin mudah untuk mendapatkan
masalah yang serius pada kaki dan tungkainya, lamanya menderita diabetes
melitus, adanya infeksi yang berat, derajat kualitas sirkulasi, dan keterampilan
dari tenaga medis atau paramedis.

Diagnosa Keperawatan
Adapun diagnosa keperawatan bisa yang muncul pada pasien DM
dengan kaki diabetik adalah sebagai berikut :
Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan melemahnya /

menurunnya aliran darah

ke daerah gangren akibat adanya

obstruksi

pembuluh darah.
Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan adanya gangren

pada ekstrimitas.

Nyeri akut berhubungan dengan iskemik jaringan.

Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan rasa nyeri pada


luka.
Potensial terjadinya penyebaran infeksi ( sepsis ) berhubungan

dengan tingginya kadar gula darah.


Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang

penyakitnya.
Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit, diet, perawatan

dan pengobatan berhubungan dengan kurangnya informasi.


Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan bentuk

salah satu anggota tubuh.


Ganguan pola tidur berhubungan dengan rasa nyeri pada luka di

kaki.

Intervensi Keperawatan
1. Gangguan perfusi berhubungan dengan melemahnya/menurunnya aliran
darah ke daerah gangren akibat adanya obstruksi pembuluh darah.
Tujuan : mempertahankan sirkulasi perifer tetap normal.
Kriteria Hasil :

Denyut nadi perifer teraba kuat dan reguler


Warna kulit sekitar luka tidak pucat/sianosis
Kulit sekitar luka teraba hangat.
Oedema tidak terjadi dan luka tidak bertambah parah.
Sensorik dan motorik membaik

Rencana tindakan :
a. Ajarkan pasien untuk melakukan mobilisasi
Rasional : dengan mobilisasi meningkatkan sirkulasi darah.

b. Ajarkan tentang faktor-faktor yang dapat meningkatkan aliran darah

Tinggikan kaki sedikit lebih rendah dari jantung ( posisi elevasi pada
waktu istirahat ), hindari penyilangkan kaki, hindari balutan ketat, hindari
penggunaan bantal, di belakang lutut dan sebagainya.
Rasional : meningkatkan melancarkan aliran darah balik sehingga tidak
terjadi oedema.
c. Ajarkan tentang modifikasi faktor-faktor resiko berupa : Hindari diet tinggi
kolestrol, teknik relaksasi, menghentikan kebiasaan merokok, dan
penggunaan obat vasokontriksi.
Rasional : kolestrol tinggi dapat mempercepat terjadinya arterosklerosis,
merokok dapat menyebabkan terjadinya vasokontriksi pembuluh darah,
relaksasi untuk mengurangi efek dari stres.
d. Kerja sama dengan tim kesehatan lain dalam pemberian vasodilator,
pemeriksaan gula darah secara rutin dan terapi oksigen ( HBO ).
Rasional : pemberian vasodilator akan meningkatkan dilatasi pembuluh
darah sehingga perfusi jaringan dapat diperbaiki, sedangkan pemeriksaan
gula darah secara rutin dapat mengetahui perkembangan dan keadaan
pasien, HBO untuk memperbaiki oksigenasi daerah ulkus/gangren.
2. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan adanya gangren pada
ekstrimitas.
Tujuan : Tercapainya proses penyembuhan luka.
Kriteria hasil:

Berkurangnya oedema sekitar luka.


Pus dan jaringan berkurang
Adanya jaringan granulasi.
Bau busuk luka berkurang.

Rencana tindakan :
a. Kaji luas dan keadaan luka serta proses penyembuhan.
Rasional

Pengkajian

yang

tepat

terhadap

luka

dan

proses

penyembuhan akan membantu dalam menentukan tindakan selanjutnya.


b. Rawat luka dengan baik dan benar : membersihkan luka secara abseptik
menggunakan larutan yang tidak iritatif, angkat sisa balutan yang
menempel pada luka dan nekrotomi jaringan yang mati.
Rasional : merawat luka dengan teknik aseptik, dapat menjaga
kontaminasi luka dan larutan yang iritatif akan merusak jaringan granulasi

tyang timbul, sisa balutan jaringan nekrosis dapat menghambat proses


granulasi.
c. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian insulin, pemeriksaan kultur
pus pemeriksaan gula darah pemberian anti biotik.
Rasional : insulin akan menurunkan kadar gula darah, pemeriksaan
kultur pus untuk mengetahui jenis kuman dan anti biotik yang tepat untuk
pengobatan,

pemeriksaan

kadar

gula

darahuntuk

mengetahui

perkembangan penyakit.
3. Nyeri akut berhubungan dengan iskemik jaringan.
Tujuan : rasa nyeri hilang/berkurang
Kriteria hasil :

Penderita secara verbal mengatakan nyeri berkurang/hilang .

Penderita

dapat

melakukan

metode

atau

tindakan

untuk

mengatasi atau mengurangi nyeri .Pergerakan penderita bertambah luas.

Tidak ada keringat dingin, tanda vital dalam batas normal.( S : 36


37,5 0C, N: 60 80 x /menit, T : 100 130 mmHg, RR : 18 20 x
/menit ).

Rencana tindakan :
a. Kaji tingkat, frekuensi, dan reaksi nyeri yang dialami pasien.
Rasional : untuk mengetahui berapa berat nyeri yang dialami pasien.
b. Jelaskan pada pasien tentang sebab-sebab timbulnya nyeri.
Rasional : pemahaman pasien tentang penyebab nyeri yang terjadi akan
mengurangi ketegangan pasien dan memudahkan pasien untuk diajak
bekerjasama dalam melakukan tindakan.
c. Ciptakan lingkungan yang tenang.
Rasional : Rangasangan yang berlebihan dari lingkungan akan
memperberat rasa nyeri.
d. Ajarkan teknik distraksi dan relaksasi.
Rasional : Teknik distraksi dan relaksasi dapat mengurangi rasa nyeri
yang dirasakan pasien.
e. Atur posisi pasien senyaman mungkin sesuai keinginan pasien.
Rasional

Posisi

yang

nyaman

akan

membantu

memberikan

kesempatan pada otot untuk relaksasi seoptimal mungkin.


f. Lakukan massage dan kompres luka dengan BWC saat rawat luka.

Rasional : massage dapat meningkatkan vaskulerisasi dan pengeluaran


pus sedangkan BWC sebagai desinfektan yang dapat memberikan rasa
nyaman.
g. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgesik.
Rasional : Obat obat analgesik dapat membantu mengurangi nyeri
pasien.
4. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan rasa nyeri pada luka di kaki.
Tujuan : Pasien dapat mencapai tingkat kemampuan aktivitas yang optimal.
Kriteria Hasil :
Pergerakan paien bertambah luas
Pasien dapat melaksanakan aktivitas sesuai dengan kemampuan
( duduk, berdiri, berjalan ).
Rasa nyeri berkurang.
Pasien dapat memenuhi kebutuhan sendiri secara bertahap sesuai
dengan kemampuan.
Rencana tindakan :
a. Kaji dan identifikasi tingkat kekuatan otot pada kaki pasien.
Rasional : Untuk mengetahui derajat kekuatan otot-otot kaki pasien.
b. Beri penjelasan tentang pentingnya melakukan aktivitas untuk menjaga
kadar gula darah dalam keadaan normal.
Rasional : Pasien mengerti pentingnya aktivitas sehingga dapat
kooperatif dalam tindakan keperawatan.
c. Anjurkan pasien untuk menggerakkan/mengangkat ekstrimitas bawah
sesui kemampuan.
Rasional : Untuk melatih otot otot kaki sehingg berfungsi dengan baik.
d. Bantu pasien dalam memenuhi kebutuhannya.
Rasional : Agar kebutuhan pasien tetap dapat terpenuhi.
e. Kerja sama dengan tim kesehatan lain : dokter ( pemberian analgesik )
dan tenaga fisioterapi.
Rasional : Analgesik dapat membantu mengurangi rasa nyeri, fisioterapi
untuk melatih pasien melakukan aktivitas secara bertahap dan benar.
5. Gangguan pemenuhan nutrisi ( kurang dari ) kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake makanan yang kurang.
Tujuan : Kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi
Kriteria hasil :
Berat badan dan tinggi badan ideal.

Pasien mematuhi dietnya.


Kadar gula darah dalam batas normal.
Tidak ada tanda-tanda hiperglikemia/hipoglikemia.
Rencana Tindakan :
a. Kaji status nutrisi dan kebiasaan makan.
Rasional : Untuk mengetahui tentang keadaan dan kebutuhan nutrisi
pasien sehingga dapat diberikan tindakan dan pengaturan diet yang
adekuat.
b. Anjurkan pasien untuk mematuhi diet yang telah diprogramkan.
Rasional : Kepatuhan terhadap diet dapat mencegah komplikasi
terjadinya hipoglikemia/hiperglikemia.
c. Timbang berat badan setiap seminggu sekali.
Rasional : Mengetahui perkembangan berat badan pasien ( berat badan
merupakan salah satu indikasi untuk menentukan diet ).
d. Identifikasi perubahan pola makan.
Rasional : Mengetahui apakah pasien telah melaksanakan program diet
yang ditetapkan.
e. Kerja sama dengan tim kesehatan lain untuk pemberian insulin dan diet
diabetik.
Rasional : Pemberian insulin akan meningkatkan pemasukan glukosa ke
dalam jaringan sehingga gula darah menurun,pemberian diet yang sesuai
dapat mempercepat penurunan gula darah dan mencegah komplikasi.
6. Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakitnya.
Tujuan : rasa cemas berkurang/hilang.
Kriteria Hasil :
Pasien dapat mengidentifikasikan sebab kecemasan.
Emosi stabil., pasien tenang.
Istirahat cukup.
Rencana tindakan :
a. Kaji tingkat kecemasan yang dialami oleh pasien.
Rasional : Untuk menentukan tingkat kecemasan yang dialami pasien
sehingga perawat bisa memberikan intervensi yang cepat dan tepat.
b. Beri kesempatan pada pasien untuk mengungkapkan rasa cemasnya.
Rasional : Dapat meringankan beban pikiran pasien.
c. Gunakan komunikasi terapeutik.

Rasional : Agar terbina rasa saling percaya antar perawat-pasien


sehingga pasien kooperatif dalam tindakan keperawatan.
d. Beri informasi yang akurat tentang proses penyakit dan anjurkan pasien
untuk ikut serta dalam tindakan keperawatan.
Rasional : Informasi yang akurat tentang penyakitnya dan keikutsertaan
pasien dalam melakukan tindakan dapat mengurangi beban pikiran
pasien.
e. Berikan keyakinan pada pasien bahwa perawat, dokter, dan tim
kesehatan lain selalu berusaha memberikan pertolongan yang terbaik dan
seoptimal mungkin.
Rasional : Sikap positif dari timkesehatan akan membantu menurunkan
kecemasan yang dirasakan pasien.
f.

Berikan kesempatan pada keluarga untuk mendampingi pasien secara


bergantian.
Rasional : Pasien akan merasa lebih tenang bila ada anggota keluarga
yang menunggu.

g. Ciptakan lingkungan yang tenang dan nyaman.


Rasional : lingkung yang tenang dan nyaman dapat membantu
mengurangi rasa cemas pasien.
7. Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit, diet, perawatan, dan
pengobatan berhubungan dengan kurangnya informasi.
Tujuan : Pasien memperoleh informasi yang jelas dan benar tentang
penyakitnya.
Kriteria Hasil :
Pasien mengetahui tentang proses penyakit, diet, perawatan dan
pengobatannya dan dapat menjelaskan kembali bila ditanya.
Pasien dapat melakukan perawatan diri sendiri berdasarkan pengetahuan
yang diperoleh.
Rencana Tindakan :
a. Kaji tingkat pengetahuan pasien/keluarga tentang penyakit DM dan
gangren.
Rasional : Untuk memberikan informasi pada pasien/keluarga, perawat
perlu mengetahui sejauh mana informasi atau pengetahuan yang
diketahui pasien/keluarga.
b. Kaji latar belakang pendidikan pasien.

Rasional : Agar perawat dapat memberikan penjelasan dengan


menggunakan kata-kata dan kalimat yang dapat dimengerti pasien sesuai
tingkat pendidikan pasien.
c. Jelaskan tentang proses penyakit, diet, perawatan dan pengobatan pada
pasien dengan bahasa dan kata-kata yang mudah dimengerti.
Rasional : Agar informasi dapat diterima dengan mudah dan tepat
sehingga tidak menimbulkan kesalahpahaman.
d. Jelasakan prosedur yang kan dilakukan, manfaatnya bagi pasien dan
libatkan pasien didalamnya.
Rasional : Dengan penjelasdan yang ada dan ikut secra langsung dalam
tindakan yang dilakukan, pasien akan lebih kooperatif dan cemasnya
berkurang.
e. Gunakan gambar-gambar dalam memberikan penjelasan ( jika ada /
memungkinkan).
Rasional : gambar-gambar dapat membantu mengingat penjelasan yang
telah diberikan.
8. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan bentuk salah satu
anggota tubuh.
Tujuan : Pasien dapat menerima perubahan bentuk salah satu anggota
tubuhnya secar positif.
Kriteria Hasil :
Pasien mau berinteraksi dan beradaptasi dengan lingkungan.

Tanpa rasa malu dan rendah diri.


Pasien yakin akan kemampuan yang dimiliki.

Rencana tindakan :
a. Kaji

perasaan/persepsi

pasien

tentang

perubahan

gambaran

diri

berhubungan dengan keadaan anggota tubuhnya yang kurang berfungsi


secara normal.
Rasional : Mengetahui adanya rasa negatif pasien terhadap dirinya.
b. Lakukan pendekatan dan bina hubungan saling percaya dengan pasien.
Rasional : Memudahkan dalm menggali permasalahan pasien.
c. Tunjukkan rasa empati, perhatian dan penerimaan pada pasien.
Rasional : Pasien akan merasa dirinya di hargai.
d. Bantu pasien untuk mengadakan hubungan dengan orang lain.

Rasional : dapat meningkatkan kemampuan dalam mengadakan


hubungan dengan orang lain dan menghilangkan perasaan terisolasi.
e. Beri kesempatan kepada pasien untuk mengekspresikan perasaan
kehilangan.
Rasional : Untuk mendapatkan dukungan dalam proses berkabung yang
normal.
f. Beri dorongan pasien untuk berpartisipasi dalam perawatan diri dan
hargai pemecahan masalah yang konstruktif dari pasien.
Rasional : Untuk meningkatkan perilaku yang adiktif dari pasien.
9. Gangguan pola tidur berhubungan dengan rasa nyeri pada luka di kaki.
Tujuan : Gangguan pola tidur pasien akan teratasi.
Kriteria hasil :
Pasien mudah tidur dalam waktu 30 40 menit.
Pasien tenang dan wajah segar.
Pasien mengungkapkan dapat beristirahat dengan cukup.
Rencana tindakan :
a. Ciptakan lingkungan yang nyaman dan tenang.
Rasional : Lingkungan yang nyaman dapat membantu meningkatkan
tidur/istirahat.
b. Kaji tentang kebiasaan tidur pasien di rumah.
Rasional : mengetahui perubahan dari hal-hal yang merupakan
kebiasaan pasien ketika tidur akan mempengaruhi pola tidur pasien.
c. Kaji adanya faktor penyebab gangguan pola tidur yang lain seperti
cemas, efek obat-obatan dan suasana ramai.
Rasional : Mengetahui faktor penyebab gangguan pola tidur yang lain
dialami dan dirasakan pasien.
d. Anjurkan pasien untuk menggunakan pengantar tidur dan teknik
relaksasi .
Rasional : Pengantar tidur akan memudahkan pasien dalam jatuh dalam
tidur, teknik relaksasi akan mengurangi ketegangan dan rasa nyeri.
e. Kaji tanda-tanda kurangnya pemenuhan kebutuhan tidur pasien.
Rasional : Untuk mengetahui terpenuhi atau tidaknya kebutuhan tidur
pasien akibat gangguan pola tidur sehingga dapat diambil tindakan yang
tepat.
Daftar Pustaka

Arjatmo Tjokronegoro. 2002. Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu.Cet 2.


Jakarta : Balai Penerbit FKUI.
Guyton&Hall. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta : EGC.
Armstrong, D & Lawrence, A . 1998. Diabetic Foot Ulcers,Prevention,Diagnosis
and

Classification..

http://www.aafp.org/afp/980315ap/armstron.html.

Diakses tanggal 10 Oktober 2010.


Cunha,

BA.

2005.

Diabetic

http://www.emedicine.com/med/topic3547.htm.

Foot
Diakses

Infections.
tanggal

10

Oktober 2010.
Misnadiarly. 2005. Permasalahan Kaki Diabetes dan Upaya Penanggulangannya.
http://horison_kaki diabetik.htm. Diakses tanggal 10 Oktober 2010.

Anda mungkin juga menyukai