Anda di halaman 1dari 7

http://www.ceritakecil.

com/cerita-dan-dongeng/Petanidan-Anak-anaknya-53
Petani dan Anak-anaknya
Aesop

Seorang petani yang sangat kaya yang merasa tidak akan hidup terlalu lama lagi, memanggil
anak-anaknya di samping tempat tidurnya.
"Anak-anakku," dia berkata, "Perhatikanlah apa yang akan saya katakan pada kalian. Dengan
alasan apapun, jangan pernah menjual tanah yg menjadi milik keluarga kita selama beberapa
generasi. Karena di tanah ini tersembunyi harta karun. Saya tidak tahu di mana letak pastinya,
tetapi harta tersebut ada di sini. Carilah harta tersebut dengan sekuat tenaga dengan cara
menggali dan jangan lewatkan sejengkal tanah pun yang tidak tergali.
Sang Petani kemudian meninggal, dan tidak lama setelah penguburannya, anak-anaknya
mulai bekerja sekeras mungkin menggali setiap jengkal tanah pertanian mereka dengan
sekop, bahkan setelah selesaipun, mereka masih melakukannya sampai berulang dua-tiga
kali.
Tidak ada satupun emas tersembunyi yang mereka dapatkan, tetapi saat musim panen,
kantong dan pundi-pundi uang mereka menjadi penuh dengan keuntungan panen yang sangat
besar dibandingkan dengan tetangga-tetangga mereka. Pada akhirnya mereka menjadi sadar
bahwa harta karun yang disebutkan oleh ayah mereka adalah kekayaan dari hasil panen yang
berlimpah, dan kerja keras mereka sebenarnya adalah harta karun.

Kerja keras adalah harta karun

Lalat dan Madu


Aesop

Sebuah toples madu jatuh terbalik sehingga madu yang manis dan lengket, mengalir turun ke
atas meja. Rasa manis dari madu tersebut mengundang sekawanan lalat yang terbang
mengitari madu tersebut, lalu kawanan lalat itu turun untuk memakan madu yang manis tanpa
mempedulikan betapa lengketnya cairan madu itu. Lalat-lalat tersebut dengan cepat terbalut
cairan madu dari kaki hingga kepala dan sayap-sayap mereka melengket menjadi satu.
Akhirnya mereka tidak bisa lagi menarik kakinya keluar dari cairan lengket itu dan mati
karena sifat rakus mereka.
Janganlah serakah dan rakus, karena hal tersebut bisa menghancurkan kamu.

Nelayan dan Ikan Kecil


Aesop

Seorang nelayan miskin yang hidup berdasarkan ikan hasil tangkapannya, pada suatu hari
mengalami nasib kurang beruntung dan hampir tidak mendapatkan tangkapan apapun selain
seekor ikan kecil. Saat sang Nelayan itu akan memasukkan ikan tersebut ke keranjang yang
dibawanya, ikan kecil itu berkata:
"Mohon lepaskan aku, tuan nelayan! Saya sangat kecil hingga tidak berharga untuk dibawa
pulang ke rumah. Saat saya menjadi lebih besar nanti, saya akan menjadi santapan yang lebih
lezat untuk tuan."
Tetapi sang Nelayan tetap menaruh ikan tersebut di keranjangnya.
"Betapa bodohnya saya jika melepaskan ikan ini." kata Nelayan. "Bagaimana kecilpun ikan
yang saya tangkap, tetap lebih baik daripada tidak ada tangkapan sama sekali."
Hasil yang kecil lebih berharga dibandingkan dengan janji-janji muluk.

Pasir dan Batu


Aesop

Dua orang sahabat sedang berjalan di padang pasir. Selama dalam perjalanan mereka
berdebat tentang sesuatu. Salah seorang dari kedua sahabat itu menampar temannya, dan
yang ditampar itu merasa sakit tetapi dia tak berkata apa apa, hanya menulis diatas tanah :
"HARI INI TEMAN BAIKKU MENAMPARKU"
Mereka tetap berjalan sampai mereka menemukan sebuah oasis (sumber air), mereka sepakat
untuk mandi, teman yang telah ditampar tergelincir dan hampir saja tenggelam di oasis
tersebut, tetapi temannya datang dan menolongnya, dan setelah diselamatkan oleh
temannya dari bahaya, dia menulis di Batu "HARI INI TEMAN BAIKKU
MENYELAMATKAN NYAWAKU"
Teman yang telah menampar dan yang telah menyelamatkan nyawa teman baiknya itu
bertanya kepadanya, "Setelah saya menyakitimu, kamu menulisnya di tanah dan sekarang,
kamu menulisnya diatas batu, mengapa?
Temannyapun menjawab : "Ketika seseorang menyakiti kita, kita harus menulisnya diatas
tanah, agar angin dapat menerbangkannya dan dapat menghapusnya sehingga dapat
termaafkan. Tetapi ketika seseorang melakukan sesuatu yang baik kepada kita, kita harus
mengukirnya diatas batu dimana tak ada angin yang dapat menghapusnya"
"Tulislah sakit hatimu di atas tanah, dan Ukirlah kebaikan dia atas batu"

Pemburu dan Penebang Kayu


Aesop

Seorang pemburu yang tidak terlalu berani, sedang


mencari jejak seekor singa. Dia lalu bertemu dengan seorang penebang kayu di dalam hutan
dan dia pun bertanya kepada penebang itu jika saja ia melihat adanya tanda-tanda jejak sang
Singa atau tahu di mana singa tersebut bersarang.
"Saya tahu," kata penebang kayu itu, "sekaligus saya bisa menunjukkan dan memperlihatkan
kamu dimana Singa itu berada sekarang."
Sang Pemburu berubah menjadi sangat pucat hingga giginya berbunyi karena gemetaran
akibat rasa takut. Ia pun menjawab, "Tidak, terima kasih, saya tidak meminta semua itu, saya
hanya mencari jejak kakinya, dan bukan singanya."
Orang yang berani, dibuktikan dengan perbuatan.

Pemuda dan Seekor Burung Layang-Layang


Aesop

Seorang pemuda yang sangat terkenal


diantara teman-temannya karena boros dan royal, dengan cepat menghabiskan kekayaannya.
Suatu hari, sang Pemuda ini sudah tidak memiliki uang lagi dan harta yang ada padanya,
hanyalah pakaian yang dipakainya.
Sang Pemuda itu berjalan dengan maksud menemui temannya di pagi itu, dan sembari
berjalan, sang Pemuda ini berpikir bagaimana caranya agar dia bisa mendapatkan uang untuk
berfoya-foya lagi. Tepat pada saat itu, seekor burung layang-layang terbang melintas dan
berkicau riang, dan sang Pemuda berpikir bahwa musim panas telah tiba, oleh karena itu, dia
lalu menjual jubah dan celana panjangnya kepada teman yang ditemuinya.
Beberapa hari kemudian, cuaca berubah menjadi sangat dingin; sedangkan sang Pemuda yang
hanya memakai baju tipis dan celana pendek, terpaksa gemetar menahan rasa dingin.

Jangan terlalu cepat mengambil kesimpulan dari suatu bukti kecil.

Pengembara dan Sebuah Pohon


Aesop

Dua orang pengembara berjalan


di sepanjang jalan yang berdebu dan tandus di hari yang sangat panas. Tidak lama kemudian,
mereka menemukan sebuah pohon besar, dan dengan gembira keduanya lalu berteduh dari
teriknya sinar matahari di bawah naungan daun-daun pohon yang lebat. Saat mereka
beristirahat, mereka melihat ke atas pohon dan berkata kepada teman seperjalannya,
"Betapa tidak bergunanya pohon besar ini! Pohon ini tidak memiliki buah sehingga tidak
berguna untuk manusia sama sekali."
Pohon besar tersebut lalu berkata:
"Kamu manusia yang tidak tahu berterima kasih! katanya: "kamu datang dan bernaung di
bawah naungan daun-daunku dari teriknya matahari, dan kamu menikmati teduhnya
perlindungan cabang dan daunku, tetapi kamu masih menyebutku tidak berguna sama sekali!"
Terkadang, orang tidak menghargai bantuan yang telah mereka dapatkan.

Anda mungkin juga menyukai