ANALISIS PRODUKSI DAN KONSUMSI SUSU
DI INDONESIA
(Analysis of Milk Production and Consumption in Indonesia)
TRDAM AHMAD dan HERMIVETTL
Sekolah Tinggl Ekonomi Kewangan dan Perbankan Indonesia, Jakarta
‘The objective of the study was to evaluate the development of milk production and consumption in
Indonesia, along to determine factors that influence the milk consumption. The date was gathered from
National Socio-Economic survey in 2005 that hasbeen collected by The Stastictics Center Agency of
Indonesia. A case of household sample in East Java was used to analyze the information on milk consumption
‘that consist of: fresh mik, fresh milk from the industry, sweet condensed milk, powdered milk and baby
formula milk. Doubled logarithm method was used 10 analyze the date, The results have shown that
hhouschold expenditure as proxy to the income, have positive effect to the consumption of powdered milk,
‘baby formula milk and sweet condensed milk significantly. Ths is not true for milk consumption affected of
fresh milk and fresh milk from the industry, although positively. The elasticity of household expenditures on
‘powdered milk consumption was 0.382, indicated that increases household expenditure of 1% will increase
the consumption of powdered milk by 0.382%, The elasticities of household expenditure on baby formula
‘ilk and sweet condensed milk were 0.421 and 0.151, respectively.
Keywords: Milk, production analysis, consumption analysis
ABSTRAK
Peneltian ini bertujuan untuk mengetahui perkembangan produksi dan Konsumsi susu di Indonesia seta
faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi susu. Data konsumsi susu yang digunakan adalah hasil Survei
Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) tahun 2005 dari Badan Pusat Statistik (BPS), dengan mengambil kasus
rumahtangga sampel di Propinsi Jawa Timur. Informasi tentang Konsumsi susu yang dikumpulkan meliputi
susu muri, susu cair pabrik, susu kental manis, susu bubuk dan susu bubvk bayi, Analisis dengan
‘menggunakan fungsi double logaritma, menunjukkan behwa pengeluaran rumahtangga, yang merupekan
proksi terhadap data pendapatan, mempunyai pengaruh posit dan signifikan terhadap Konsumsi susu bubuk,
susu bubuk bayi dan susu kental manis. Hal tersebut tidak berlaku bagi konsumsi susu muri dan susu cait
pabrik, meskipun berpengaruh positif. lasistas pengeluaran rumahtangga pada konsumsi susu bubuk adalah
sebesar 0,382, yang berartijika pengeluaran rumabtangga meningkat satu persen, maka konsumsi susu bubuk
‘akan bertamboh sebesar 0,382 persen. Elastisitas pengeluaran rumahtangga untuk konsumsi susu bubuk bayi
ddan susu Kental manis, masing-masing adalah 0,421 dan 0,151. Dari populasi sapi perah, produksi susu yang
ditasilkan hanya sekitar 1,2 jua liter per hari, atau hanya Sekitar 30 persen dari kebutuhan bahan baku untuk
industri pengolahan susu di dalam neger, selebihnya (sekitar 70 persen) harus diimpor.
Kata kunei: Susu, analisis produksi, analisis konsumsi
PENDAHULUAN
Susu merupakan salah satu sumber protein
hewani yang sangat penting bagi tubuh
manusia, karena mempunyai kandungan nutrisi
yang lengkap dan seimbang. Susu juga dikenal
sebagai sumber kalsium, yang sangat
bermanfaat bagi pertumbuhan tulang dan dapat
mencegah penyakit perapuhan tulang atau
‘osteoporosis http//www.detikpublishing.com).
Oleh karena itu, kebiasaan minum susu secara
rutin akan memberikan dampak positif bagi
Kesehatan. Sungguhpun demikian, konsumsi
susu penduduk Indonesia hanya sekitar 7,9 liter
per kapita per tahun, atau jauh lebih rendah
dibandingkan dengan konsumsi susu penduduk
Malaysia dan Thailand yang sudah mencapai
413Semiloka Nasional Prospek Industri Sapl Perak Menuju Perdagangan Bebas ~ 2020
25 liter per kapita per tahun (http:/www.
detikpublishing.com).
Di Indonesia, upaya peningkatan konsumsi
susu sebenamya sudah sejak lama dilakukan,
salah satunya adalah oleh PROF. POORWO
SUDARMO, yang mencetuskan semboyan
Empat Sehat Lima Sempuma pada tahun 1950-
an, dimana usu merupakanmakanan
pelengkap yang kelima, Tetapi rupanya upaya
yang sudah dilakukan selama ini untuk
meningkatkan konsumsi susu.perkapita,
tampaknya belum memberikan hasil yang
‘memuaskan,
Sebenamya, kondisi persusuan di Indonesia
menghadapi dilema antara upaya peningketan
konsumsi susu dengan produksi susu di dalam
negeti. Pada saat ini produksi susu di dalam
negeri hanya mampu memenuhi sekitar 30
persen dari kebutuhan nasional, sedangkan 70
persen masih harus diimpor '(ariefdaryanto.
wordpress.com). Jika kenaikan Konsumsi susu
tidak diimbangi oleh peningkatan produksi
susu di dalam negeri, maka impor susu akan
ferus meningkat setiap tahun. Tulisan ini
mencoba menganalisis produksi dan konsumsi
susu di Indonesia. Aspek produksi akan
mengkaji perkembangan populasi temak sapi
perah dan produksi susu, sedangkan dari aspek
konsumsi akan dianalisis tingkat dan pola
konsumsi susu per kapita di Indonesia
Penelitian ini bertujuan untuk: (1)
mengetahui perkembangan populasi sapi perah
dan produksi susu. selama beberapa tahun
terakhir, serta pola konsumsi susu per kapita,
2) mengetahui faktor-faktor yang mem-
pengeruhi konsumsi susu di Indonesia, dan
ketiga, menghitung besamya —elastisitas
pendapatan rumahtangga terhedap konsumsi
ssusu, untuk mengetahui perubahan permintaan
terhadap susu akibat perubahan pendapatan,
METODE PENELITIAN
Data yang digunakan pada penelitian ini
adalah data sekunder yang berasal dari
Direktorat Jenderal Petermakan serta dari
berbagai publikasi Badan Pusat Statistik
(BPS). Untuk — menghitung —_elastisitas
ermintaan tethadap —sususerta untuk
‘mengetahui faktor-faktor yang mempengarthi
Konsumsi susu digunakan data hasil Survei
Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) tahun
414
2005. Sampel yang digunakan sekitar 7150
rumahtangga di Provinsi Jawa Timur, yang
‘merupakan penghasil susu terbesar di
Indonesia. Ada lima macam jenis susu yang
ditanyakan pada Susenas, yaitu susu mumi
(iter), susu cair pabrik (250 ml), susu kental
manis (397 gram), susu bubuk (kg) dan susu
‘bubuk bayi (400 gram).
‘Analisis data dilakukan dengan meng-
gunakan tiga metode. Pertama, —analisis
deskriptif, menggunakan tabel dan grafik,
untuk mengetahui perkembangan produksi
‘susu selama beberapa tahun dan pola konsumsi
susu per kapita di Indonesia. Kedua, analisis
regresi linear menggunakan fungsi double
logaritma untuk menghitung —elastisitas
pendapatan rumahtangga tethadap konsumsi
susu, Ketiga, analisis regresi logitik berganda
untuk —mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi kecenderungan untuk meng-
konsumsi susu atau tidak mengkonsumsi susu,
dengan menggunakan persamaan _regresi
logistik berganda sebagai berikut:
Ln (P/L-P) = Bo + BiDi + Bz Da + BD; +
BuDs+ B:Ds
Dimana: P= 1 untuk rumahtangea yang
mengkonsumsi susu, dan
P = 0 untuk rumahtangga yang tidak
‘mengkonsumsi susu
D, = ummy variabel pengeluaran rumah-
tangga (Rupiah), dimana;
Dy = 1 untuk pengeluaran > Rp 872.853
(rata-rata pengeluaran)
‘untuk pengeluaran < Rp 872.853
Dummy variabel pendidikan kepala
rumahtangga, dimana;
D, = 1 untuk yang berpendidikan SLTA
keatas
Dy = 0 untuk yang berpendidikan SLTP
kebawah
D; = Dummy variabel jumlah BALITA,
dimang;
D; = 1 untuk rumahtangga yang punya
Balita> 1
Ds = 0 untuk rumahtangga yang punya
Balita <1
D, = Dummy variabel banyaknya anggota
rumahtangga
D, = 1 untuk jumlah anggota rumahtangga
yang>4
1D, = 0 untuk jumlah anggota rumahtangga
yang <4‘Semiloka Nasional Prospek industri Sapi Perah Menuju Perdagangan Bebas - 2020
Ds = Dummy variabel daerah tempat
inggal, dimana;
Ds = 1 untuk rumahtangga yang tinggal
i perkotaan
Ds = 0 untuk rumahtangga yang tinggal
di perdesaan
PERKEMBANGAN PRODUKSI SUSU
Secara geografis dan dilihat dari aspek
potensi yang
sangat besar untuk mengembangkan_usaha
peternakan. Tetapi, saat ini populasi sapi perah
hanya terkonsentrasi di _provinsi-provinsi
dalam Pulau Jawa, dimana dari sekitar 382,3
ribu ekor populasi sapi perah yang eda di
Indonesia, sekitar 97 persen diantaranya ada di
propinsi-propinsi dalam Pulau Jawa
(Drrsennax, 2006).
Dilihat dari perkembangannya, populasi
sapi perah di Indonesia selama 10 tahun
terakhir hanya bertambah sekitar 0,95 persen
per tahun, yaitu dari 347,9 ribu ekor tahun
1996 menjadi 382,3 ribu ekor tahun 2006
(Tabel 1). Populasi sapi perah yang paling
banyak terdapat di Jawa Timur, kemudian
diikuti oleh Jawa Tengah dan Jawa Barat. Pada
tahun 2006, populasi sapi perah di Jawa Barat
tampak meningkat dengan cukup banyak, yaitu
dari 92,8 ribu ekor tahun 2005 menjadi’ 109,6
ribu ekor tahun 2006,
‘Tabel 1, Popul pera di Indonesia, 1996-2006 (000 ekor)
Provinsi 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 20032004 2005 2006
DKivaara—43—~«43~~4AASOOALSOBOGCAO83ORD
Jawa Bart 119.7 95.2 79.2 80.7 848 849 912 955 99 928 1096
Jawa Tengah 975 1028 1021 1052 1148 1149 119 1277 1122 NAL 1165
Vo te a
Jawa Timur 1136 8.1 1246 129.8 139.1 1309 1313 1318 1328 134 135.1
Lainnya ol 105 79 79 77 77 81 85 9 9 93
Indonesia 3479 3344 32233223544 _347_3583_373.7_3642 3614 3823
‘Sumber: BPS, Statistik Indonesia, Beberapa Edis
Dari populasi sapi perah sebanyak 382,3
ribu ekor tahun 2006, produksi susu yang