Anestesi Lokal
Anestesi lokal adalah obat yang menghasilkan blokade konduksi atau blokade
Na Channel pada dinding saraf secara sementara terhadap rangsang transmisi
sepanjang saraf, jika digunakan pada saraf sentral atau perifer. Anestesi lokal setelah
keluar dari saraf diikuti dengan pulihnya konduksi saraf secara spontan dan lengkap
tanpa diikuti oleh kerusakan struktur saraf.4
Kokain merupakan obat anestesi yang penggunaannya secara sistemik akan
menyebabkan efek samping berupa keracunan sistem saraf, kardiovaskular, dan
adiksi sehingga penggunaannya hanya aman untuk anestesi lokal seperti pada
mata,hidung dan tenggorokan.4
Anestesi lokal yang ideal yaitu poten, bersifat sementara, tidak menimbulkan
reaksi lokal, sistemik atau alergi, short acting dengan durasi memuaskan, stabil, dan
ekonomis.4
1.1
sehingga untuk tiap jenis obat anestesi lokal dicantumkan dosis maksimalnya.
Komplikasi dapat bersifat lokal atau sistemik.4
1. Komplikasi lokal
a. Terjadi di tempat suntikan berupa edema, abses, nekrosis dan gangren
b. Komplikasi infeksi hampir selalu disebabkan kelainan tindakan asepsis dan
antisepsis
c. Iskemia jaringan dan nekrosis karena penambahan vasokonstriktor yang
disuntikkan pada daerah dengan arteri buntu
3
2. Komplikasi sistemik
1.1 Manifestasi klinis umumnya berupa reaksi neurologis dan kardiovaskuler
1.2 Pengaruh pada korteks serebri dan pusat yang lebih tinggi adalah berupa
perangsangan sedangkan pengaruh pada pons dan batang otak berupa depresi
1.3 Pengaruh kardiovaskuler adalah berupa penurunan tekanan darah dan depresi
miokardium serta gangguan hantaran listrik jantung
2. Anestesi Regional
Anestesi regional adalah hambatan impuls nyeri pada hantaran saraf sensorik
yang bersifat sementara. Fungsi motorik dapat terpengaruh sebagian atau seluruhnya.
Penderita tetap sadar. Pembagian Anestesia atau Analgesia Regional1
1. Blok sentral (blok neuroaksial), yaitu meliputi blok spinal, epidural, dan kaudal.
Tindakan ini sering dikerjakan
2. Blok perifer (blok saraf), misalnya blok pleksus brakialis, aksiler, analgesia
regional intravena, dan lain-lainnya.
2.1 Anatomi
2.1.1 Vertebra
Terdiri dari tujuh vertebra servikal, 12 vertebra torakal, 5 vertebra lumbal, 5
vertebra sacral pada dewasa, 4-5vertebra koksigeal menyatu pada dewasa.
Ketinggian segmen anatomik :
a. C3-C4 : Klavikula
b. T2
: Ruang intercostal kedua
c. T4-T5 : Garis papilla mammae
d. T7-T9 : Arkus subkostalis
e. T10
: Umbilikus
f. L1
: Daerah inguinal
g. S1-S4
: Perineum
Ketinggian segmental reflek spinal:
a. T7T8 : Epigastrik
b. T9T12 : Abdominal
c. L1L2 : Kremaster
d. L3L4 : Lutut
e. S1S2 : Plantar, pergelangan kaki
f. S4S5 : Sfingterani, refleks kejut
Pelaksanaan pembedahan:
a. Tungkai bawah
: T12
b. Panggul
: T10
c. Uterovaginal
: T10
d. Buli-buliprostat
: T10
e. Tungkai bawah
: T8
f. Testis ovarium
: T8
g. Intraabdomen bawah :T6
h. Intraabdomen lain
:T4
kulit,
subkutis,
ligamentum
supraspinosum,
ligamentum
intraspinosum,
Pasien menolak
Infeksi pada tempat suntikan
Hipovolemia berat, syok
Koagulopati atau mendapat terapi antikoagulan
Tekanan intrakranial meninggi
Fasilitas resusitasi minim
Kurang pengalaman/tanpa didampingi konsultan anesthesia
Jarum spinal denan ujung tajam (ujung bambu runcing, Quincke-Babcock) atau jarum
spinal dengan ujung pensil (pencil point, Whitecare).
L4-5. Tusukan pada L1-2 atau di atasnya berisiko trauma terhadap medulla
spinalis.
3. Sterilkan tempat tusukan dengan betadin atau alkohol.
4. Beri anestetik lokal pada tempat tusukan, misalnya dengan lidokain 1-2% 2-3 ml.
5.
Cara tusukan median atau paramedian. Untuk jarum spinal sebesar 22G, 23G atau
25G dapat langsung digunakan. Sedangkan untuk yang kecil 27G atau 29G,
dianjurkan menggunakan penuntun jarum (introducer), yaitu jarum suntik biasa spuit
10cc.Tusukan jarum introducer sedalam kira-kira 2cm ke arah sefal, kemudian
masukan jarum spinal berikut dengan mandrinenya ke lubang jarum tersebut. Jika
menggunakan jarum tajam (Quinkle-Babcock) irisan jarum (bevel) harus sejajar
dengan durameter, yaitu pada posisi tidur miring bevel mengarah ke atas atau ke
bawah, untuk menghindari kebocoran cairan yang
10
kepala pasca spinal. Setelah resistensi menghilang, mandrin jarum spinal dicabut dan
keluar cairan, pasang spuit berisi obat dan obat dapat dimasukan perlahan 0,5 ml/
detik. Diselingi aspirasi sedikit, hanya untuk menyakinkan posisi jarum tetap baik.
Jika yakin ujung jarum spinal dalam posisi yang benar namun cairan tidak keluar,
o
putar arah jarum 90 biasanya cairan akan keluar. Untuk analgesia spinal kontinyu
6.
Komplikasi tindakan
1. Hipotensi berat
Akibat blok simpatis, terjadi venous pooling. Pada dewasa dicegah dengan
memberikan infuse cairan elektrolit 1000 ml atau koloid 500 ml sebelum tindakan.
2. Bradikardi
11
Dapat terjadi tapa disertai hipotensi atau hipoksia, terjadi akibat blok sampai T-2.
3. Hipoventilasi
Akibat paralisis saraf frenikus atau hipoperfusi pusat kendali napas.
4. Trauma pembuluh darah
5. Trauma saraf
6. Mual-muntah
7. Gangguan pendengaran
8. Blok spinal tinggi, atau spinal total.
Komplikasi pasca tindakan
1.
2.
3.
4.
5.
B. Anestesia Epidural
Anestesia atau analgesia epidural adalah blokade saraf dengan menempatkan obat
diruang epidural. Ruang ini berada diantara ligamentum flavum dan duramater.
Kedalaman ruang ini rata-rata 5mm dan di bagian posterior kedalaman maksimal
pada daerah lumbal.
Obat anestetik lokal di ruang epidural bekerja langsung pada akar saraf spinal
yang terletak di lateral. Awal kerja anestesi epidural lebih lambat dibanding anestesi
spinal, sedangkan kualitas blokade sensorik-motorik juga lebih lemah.1
Isi ruang epidural
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Sakus duralis
Cabang saraf spinal (spinal nerve roots)
Pleksus venosus epiduralis
Arteria spinalis
Pembuluh limfe
Jaringan lemak
12
1.
2.
3.
4.
13
4. Untuk mengenal ruang epidural digunakan banyak teknik. Tetapi yang paling
populer ialah teknik hilangnya resistensi dan teknik tetes tergantung.
a. Teknik hilangnya resistensi (loss of resistance)
Teknik ini menggunakan semprit kaca atau semprit plastik rendah resistensi yang diisi
oleh udara atau NaCl sebanyak kurang lebih 3 ml. setelah diberikan anestetik lokal
pda tempat suntikan, jarum epidural ditusukkan sedalam 1-2 cm. kemudian udara atau
NaCl
disuntikkan
perlahan-lahan
secara
terputus-putus
(intermiten)
sambil
14
15
Komplikasi
1.
2.
3.
4.
C. Anestesia Kaudal
Anesthesia kaudal sebenarnya sama dengan anesthesia epidural, karena
kanalis kaudalis adalah kepanjangan dari ruang epidural dan obat ditempatkan di
ruang kaudal melalui hiatus sakralis. Hiatus sakralis ditutup oleh ligamentum
sakrokoksigeal tanpa tulang yang analog dengan gabungan antara ligamentum
supraspinosum, ligamentum interspinosum dan ligamentum flavum. Ruang kaudal
berisi saraf sacral, pleksus venosus, felum terminale dan kantong dura.4
Indikasi
Bedah daerah sekitar perineum, anorektal misalnya hemoroid, fistula paraanal.
Indikasi kontra
Seperti anesthesia spinal dan anesthesia epidural.
Teknik Anestesia Kaudal
1. Posisi pasien telungkup dengan simfisis diganjal (tungkai dan kepala lebih
rendah dari bokong) atau dekubitus lateral, terutama pada wanita hamil
2. Dapat digunakan jarum suntik biasa atau jarum dengan kateter vena
(venocath, abbocath) ukuran 20-22 pada pasien dewasa
3. Pada dewasa biasanya digunakan volum 12-15 ml (1-2 ml/segmen)
4. Pada anak prosedur lebih mudah
16
17
sementara, tetapi kalau tidak segera ditanggulangi akan disusul oleh henti jantung
yang akan merenggut nyawa pasien. Pengenalan dini anestesia spinal total ini amat
penting supaya pertolongan dapat segera dilakukan.4
Tindakan terhadap anestesia spinal total pada pasien dewasa ialah dengan
menaikkan curah jantung, infuse cairan koloid 2-3 liter, menaikkan kedua tungkai,
kendalikan pernapasan dengan O2 100% kalau perlu intubasi trakea dan intubasi ini
dapat dikerjakan dengan sangat mudah karena terjadi relaksasi otot maksimal, beri
atropine untuk melawan bradikardi dan efedrin untuk melawan hipotensi.4
Pasang kateter vena pada kedua punggung tangan. Pada sisi lengan atau
tangan yang akan dibedah digunaka nuntuk memasukkan obat anestesi lokal,
sedangkan sisi lain untuk memasukkan obat-obat yang diperlukan seandainya
18
dikembangkan dahulu sampai 100 mmHg diatas tekanan sistolik supaya darah
arteri tidak masuk kelengan dan juga tentunya darah vena tidak akan ke
4
Setelah pembedahan selesai, deflasi manset dilakukan secara bertahap, buka tutup
selang beberapa menit untuk menghindari keracunan obat. Pada pembedahan yang
sangat singkat, untuk mencegah keracunan sistemik torniket harus tetap
dipertahankan selama 30 menit untuk memberi kesempatan obat keluar vena
menyebar dan melekat ke seluruh jaringan sekitar. Untuk tungkai jarang dikerjakan,
karena banyak pilihan lain
epidural atau kaudal.4