Anda di halaman 1dari 24

BAB II

PENGUKURAN DAYA LISTRIK

II.1

Tujuan
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengenal berbagai metode

pengukuran daya listrik dan mengetahui beberapa perbedaannya.

II.2

Alat-alat yang Dipergunakan


Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah sebagai berikut

dibawah ini.
1. Voltmeter
2. Amperemeter
3. Wattmeter 1 (Fasa)
4. Wattmeter 3 (Fasa)
5. Panel Percobaan
6. Konektor

II.3

Teori Dasar
Daya adalah energi yang dikeluarkan untuk melakukan usaha yang

dilakukan per satuan waktu. Daya listrik biasanya dinyatakan dalam satuan Watt
atau Horse Power (HP). Horse Power merupakan unit daya listik dimana 1 Watt
memiliki daya setara dengan daya yang dihasilkan oleh perkalian arus 1 Ampere
dan tegangan 1 Volt.
Daya dinyatakan dalam P dengan satuan Watt. Tegangan dinyatakan
dalam V dengan satuan Volt. Arus dinyatakan dalam I dengan satuan Ampere.
Besaran daya dinyatakan:
= ................................................(2.1)

Daya dibagi menjadi tiga jenis, yaitu daya aktif, daya reaktif, dan daya
nyata.
a. Daya Aktif
Daya aktif adalah daya yang terpakai untuk melakukan energi
sebenarnya. Satuan daya aktif adalah Watt. Misalnya energi panas, cahaya,
mekanik, dan lain-lain.
= . . cos .............................................(2.2)
= 3 . . . cos ..........................................(2.3)
Daya ini digunakan secara umum oleh konsumen dan dikonversikan
dalam bentuk kerja.
b. Daya Reaktif
Daya reaktif (Q) adalah jumlah daya yang diperlukan untuk
pembentukan medan magnet. Dari pembentukan medan magnet maka akan
terbentuk fluks medan magnet. Contoh daya yang menimbulkan daya reaktif
adalah transformator, motor, lampu pijar, dan lain-lain. Satuan daya reaktif
adalah Var.
= . . sin .......................................(2.4)
= 3 . . . sin ..................................(2.5)
c. Daya Nyata
Daya nyata adalah daya yang dihasilkan oleh perkalian antara tegangan
rms dan arus rms dalam suatu jaringan atau daya yang merupakan hasil
penjumlaham trigonometri daya aktif dan daya reaktif. Satuan daya nyata
adalah VA.

Gambar 2.1 Penjumlahan Trigonometri Daya Aktif, Reaktif, dan Semu

Pada dasarnya daya yang diserap oleh suatu elemen adalah hasil
perkalian antara besar tegangan terminal-terminal elemen dan arus yang melintasi
elemen tersebut. Jika tegangan sesaat yang dikenakan terhadap elemen tersebut
adalah berbentuk sinusoidal, persamaannya sebagai berikut:
= . cos .........................................(2.6)
maka arus yang mengalisr melintasi elemen tersebut adalah sebagai berikut:
= . cos( ) .....................................(2.7)
Dimana :
= sudut beda phase antara V dan I, dengan tanda positif untuk I lagging
terhadap V dan bertanda negatif untuk I leading terhadap V.
maka daya sesaat (instanteneus power) yang diserap elemen adalah sebagai berikut:
= = cos( ) ................................(2.8)
dengan menerapkan identitas trigonometri maka diperoleh sebagai berikut:
= 0,5 . cos + 0,5 cos(2 ) ...............(2.9)
Harga rata-rata dan daya sesaat di atas adalah sebagai berikut:
= . . .........................................(2.10)
Dimana :
=
=

................................................(2.11)
.................................................(2.12)

V = nilai rms dari tegangan


I = nilai rms dari arus
Dari persamaan di atas yang merupakan harga rata-rata dari daya sesaat
yang disebut daya aktif atau nyata yang berdimensi Watt sedangkan cos disebut
faktor daya. Berdasarkan formula di atas juga dapat diturunkan berbagai metode
pengukuran daya listrik dalam percobaan ini.

II.4

Langkah Percobaan

II.4.1

Pengukuran Daya 1 Phase

II.4.1.1

Metode volt-ampere meter


Daya dapat dihitung dengan persamaan 2.1 yang tertera diatas.
A

Vs

Vs
+
-

V
BEBAN

Gambar 2.1 Rangkaian I Metode Volt

+
-

V
BEBAN

Gambar 2.2 Rangkaian II Metode

Ampere Meter

Volt Ampere Meter

1. Siapkan rangkaian percobaan seperti gambar 2.1 pada panel yang


tersedi.
2. Telitilah apakah rangakaian yang anda buat sudah benar!
3. Siapkan beban dengan cermat minimal 10 buah yang nilainya
berbeda-beda (lakukan kombinasi dan beban yang tersedia).
4. Hubungkan beban pertama, catat penunjuk

voltmeter dan

amperemeter.
5. Lakukan prosedur yang sama untuk beban-beban yang lain dan jaga
V konstan. Tabulasikan hasilnya dalam tabel.
6. Buat rangkaian percobaan seperti gambar 2.2 pada panel.
7. Lakukan prosedur 1 sampai 5 diatas untuk rangkaian ini.

Tabel 2.1 Hasil Pengukuran Metode Volt-Ampere Meter

Beban
(Watt)

V1

I1

II
P1=V1I1

V2

I2

P2=V2I2

II.4.1.2

Metode Tiga Voltmeter

V
V

R
V
V

B
e
b
a
n

V2 = I
R

Gambar 2.3 Rangkaian Metode Tiga Voltmeter

Untuk metode ini, daya dapat dihitung dengan persamaan sebagai


berikut:
1

= 2 (3 2 2 2 1 2 ) .......(2.13)
1. Buat rangkaian percobaan gambar 2.3 pada panel.
2. Pastikanlah bahwa rangkaian telah benar.
3. Siapkan beban minimal 10 buah yang nilainya berbeda-beda
(lakukan kombinasi dan beban-beban tersebut).
4. Hubungkan beban pertama, catat harga yang ditunjukkan ketiga
Voltmeter.
5. Lakukan pengukuran untuk beban-beban yang lain yang tersedia dari
catat hasilnya ke dalam tabel.

Tabel 2.2 Hasil pengukuran metode tiga Voltmeter


R = ...

Beban

V1

V2

V3

(Watt)

(Volt)

(Volt)

(Volt)

= ( )

II.4.1.3

Metode Tiga Amperemeter


Daya dihitung dengan persamaan sebagai berikut:
=
A

(3 2 2 2 1 2 ) ..................................(2.14)

A2

B
e
b
a
n

I1

I3

Gambar 2.4 Metode Tiga Amperemeter

1. Buat rangkaian percobaan sesuai gamba4 2.4.


2. Lakukan pengukuran terhadap setiap beban yang tersedia.
3. Catat hasil penunjukan ketiga ampertemeter kedalam tabel.

Tabel 2.3 Hasil Pengukuran Metode Tiga Amperemeter


R = ...

Beban
(Watt)

II.4.1.4

I1
(Ampere)

I2
(Ampere)

I3
(Ampere)

( )

Metode Wattmeter
1. Buat rangkaian percobaan seperti gambar 2.5.
2. Siapkan beberapa beban dan berbagai kombinasi yang mungkin.
3. Hubungkan beban satu-persatu dan catat hasil penunjukan Wattmeter
kedalam tabel.

W
VS

B
e
b
a
n

Gambar 2.5 Rangkaian Metode Wattmeter

Tabel 2.4 Hasil Pengukuran Metode Wattmeter

Beban (Watt)

Wattmeter

II.4.2

Pengukuran Daya 3 Phase

II.4.2.1

Metode tiga wattmeter 1 phase


1. Buatlah rangkaian percobaan seperti gambar 2.6!
2. Siapkan beberapa buah beban (lakukan kombonasi).
3. Hubungkan beban secara bertahap dan catat penunjukan ketiga
Wattmeter untuk setiap beban kedalam tabel.

R
S
T

Ptot=W1+W2+W3
W1
W2

W3

0
Gambar 2.6 Rangkaian Metode Tiga Wattmeter 1 Fasa

II.4.2.2

Metode dua wattmeter


Ptot=W1+W2

W1

W1

W1

W2

W2

W2
Gambar 2.7 Rangkaian metode dua Wattmeter

1. Buatlah rangkaian percobaan seperti gambar 2.7.


2. Siapkan beberapa beban.
3. Hubungkan beban satu-persatu dan catat penunjukkan kedua
Wattmeter pada tabel.

Tabel 2.5 Hasil Pengukuran Metode Dua Wattmeter

Beban

W1

W2

PTOT

W1

W2

PTOT

II.5

Data Hasil Percobaan


Adapun data hasil percobaan yang telah diperoleh pada praktikum

pengukuran daya listrik sebagai berikut:


II.5.1

Pengukuran Daya 1 Phase

II.5.1.1

Metode Volt-Ampere meter

Tabel 2.6 Metode Volt-Ampere Meter

Beban
(Watt)

V1

I1

II
P1 = V1 . I1

V2

I2

P2 = V2 . I2

40

220,4 V 0,168 A

37,0272 W

220,5 V 0,168 A

37,044 W

80

220,2 V 0,335 A

73,767 W

220,4 V 0,335 A

73,834 W

120

220,1 V 0,513 A

112,9113 W

220,1 V 0,513 A

112,911 W

II.5.1.2

Metode Tiga Voltmeter

Tabel 2.7 Metode Tiga Voltmeter


R = 10

Beban

( )

V1

V2

V3

40

217 V

1,769 V

216,6 V

8,828 W

80

217 V

3,530 V

214,6 V

52,415 W

120

217V

5,21 V

213 V

87,357 W

(Watt)

II.5.1.3

Metode Tiga Amperemeter

Tabel 2.8 Metode Tiga Amperemeter


R = 10

Beban


( )

I1

I2

I3

40

0,169 A

0,046 A

0,216 A

0,08 W

80

0,339 A

0,046 A

0,386 A

0,1598 W

120

0,507 A

0,046 A

0,553 A

0,233 W

(Watt)

II.5.1.4

Metode Wattmeter

Tabel 2.9 Metode Wattmeter

Beban

Wattmeter

(Watt)
40

220,9 V x 0,169 A = 37,3321 W

80

220,8 V x 0,335 A = 73,968 W

120

220,8 V x 0,514 A = 113,4912 W

II.5.2

Pengukuran Daya 3 Phase

II.5.2.1

Metode Dua Wattmeter

Tabel 2.10 Metode Dua Wattmeter

Beban
(Watt)
40

60

100
Daerah 2

W1

W2

222,2 x 0,166 =

227,7 x 0,169 =

36,8852 W

38,4813 W

222,2 x 0,246 =

228,1 x 0,247 =

54,6612 W

56,3407 W

222,4 x 0,429 =

227,8 x 0,435 =

95,4096 W

99,093 W

PTotal

W1 + W2 = 75, 3665 W

W1 + W2 = 111,0019 W

W1 + W2 = 194,5026 W

II.1

Analisa Data Hasil Percobaan

II.6.1

Pengukuran Daya 1 Phase

II.6.1.1 Metode Volt-Amperemeter


Berdasarkan hasil percobaan pada metode Volt-Ampere menggunakan
beban sebesar 40 watt, 80 watt, dan 120 watt pada rangkaian I didapatkan data
sebagai berikut :
Tabel 2.11 Data Hasil Percobaan Volt-Amperemeter Rangkaian I

Beban
(Watt)

V1

I1

P1 = V1 . I1

40

220,4 V

0,168 A

37,0272 W

80

220,2 V

0,335 A

73,767 W

120

220,1 V

0,513 A

112,9113 W

Dari hasil data pada tabel 2.11 dapat dihitung kesalahan relatif pada
masing-masin beban menggunakan persamaan berikut :
% = |

| 100%(2.7)

Berdasarkan persamaaan 2.7 dapat dihitung presentase kesalahan relatif


pengukuran daya pada rangkaian I sebagai berikut :
a. Beban 40 Watt
% kesalahan = |

4037,072
40

| x 100%

= 7,32 %
b. Beban 80 Watt
% kesalahan = |

8073,767
80

| x 100%

= 7,79 %
c. Beban 120 Watt
% kesalahan = |

120112,9113

= 5,9 %

120

| x 100%

Tabel 2.12 Kesalahan Relatif pada Metode Volt-Ampere Rangkaian I

Beban (Watt)

PPengukuran (Watt)

%Kesalahan

40

37,0272

7,32 %

80

73,767

7,79 %

120

112,9113

5,9 %

Berdasarkan data pada tabel 2.12 didapatkan grafik perbandingan hasil


pengukuran dan hasil perhitungan daya metode Volt-Ampere pada rangkaian I
sebagai berikut :

Gambar 2.8 Grafik Perbandingan Daya pada Rangkaian I

Berdasarkan gambar 2.8 dapat dilihat bahwa terdapat perbedaan antara


daya secara teori dan daya hasil pengukuran saat praktikum. Hal ini disebabkan
oleh adanya rugi- rugi daya pada rangkaian. Rugi-rugi daya ini menyebabkan nilai
tegangan menjadi tidak stabil sehingga nilai tegangan tidak sesuai dengan ketetapan
tegangan normal, yakni 220 Volt dan berpengaruh terhadap nilai daya, dimana nilai
daya merupakan hasil kali dari nilai tegangan dan arus yang terukur. Selain itu,
kesalahan pengukuran juga dapat disebabkan karena terdapat kesalahan pada alat
ukur yang diakibatkan oleh perubahan nilai tahanan dalam dari alat ukur tersebut.

Peningkatan nilai tahanan dalam ini juga menyebabkan nilai besaran yang terukur
menjadi tidak tepat.
Berdasarkan

dari

hasil

percobaan

metode

Volt-Amperemeter

menggunakan beban sebesar 40 Watt, 80 Watt, dan 120 Watt pada rangkaian II
didapatkan data sebagai berikut :
Tabel 2.13 Data Hasil Percobaan Volt-Amperemeter Rangkaian II

II

Beban
(Watt)

V1

I1

P1 = V1 . I1

40

220,5 V

0,168 A

37,044 W

80

220,4 V

0,335 A

73,834 W

120

220,1 V

0,513 A

112,911 W

Berdasarkan persamaaan 2.7 dapat dihitung presentase kesalahan relatif


pengukuran daya pada rangkaian II sebagai berikut :
a. Beban 40 Watt
% kesalahan = |

4037,044
40

| x 100%

= 7,39 %
b. Beban 80 Watt
% kesalahan = |

8073,834
80

| x 100%

= 7,71 %
c. Beban 120 Watt
% kesalahan = |

120112,911
120

| x 100%

= 5,91 %
Tabel 2.14 Kesalahan Relatif pada Metode Volt-Ampere Rangkaian II

Beban (Watt)

PPengukuran (Watt)

%Kesalahan

40

37,044

7,39 %

80

73,834

7,71 %

120

112,911

5,91 %

Berdasarkan data pada tabel 2.14 didapatkan grafik perbandingan hasil


pengukuran dan hasil perhitungan daya metode Volt-Ampere pada rangkaian II
sebagai berikut :

Gambar 2.9 Grafik Perbandingan Daya pada Rangkaian II

Berdasarkan gambar 2.9 dapat dilihat bahwa terdapat perbedaan antara


daya secara teori dan daya hasil pengukuran saat praktikum. Hal ini disebabkan
oleh adanya rugi- rugi daya pada rangkaian. Rugi-rugi daya ini menyebabkan nilai
tegangan menjadi tidak stabil sehingga nilai tegangan tidak sesuai dengan ketetapan
tegangan normal, yakni 220 Volt dan berpengaruh terhadap nilai daya, dimana nilai
daya merupakan hasil kali dari nilai tegangan dan arus yang terukur. Selain itu,
kesalahan pengukuran juga dapat disebabkan karena terdapat kesalahan pada alat
ukur yang diakibatkan oleh perubahan nilai tahanan dalam dari alat ukur tersebut.
Peningkatan nilai tahanan dalam ini juga menyebabkan nilai besaran yang terukur
menjadi tidak tepat.
Pada tabel 2.1 tidak terdapat perbedaan antara nilai arus yang terukur pada
rangkaian I dan rangkaian II metode Volt-Amperemeter. Secara teori, nilai arus
pada rangkaian I seharusnya lebih besar dibandingkan dengan nilai arus pada
rangkaian II. Hal ini disebabkan karena pada rangkaian I, Amperemeter terletak
sebelum percabangan sehingga nilai arus yang terukur sama dengan nilai arus dari

sumber. Sedangkan pada rangkaian II, Amperemeter terletak setelah percabangan


sehingga nilai arus dari sumber yang terukur pada Amperemeter sudah terbagi
dengan nilai arus yang mengalir pada Voltmeter. Pada tabel 2.12 dan 2.14 dapat
dilihat kesalahan pengukuran pada rangkaian I tidak berbeda jauh berbeda dengan
kesalahan pengukuran pada rangkaian II.

II.6.1.2 Metode Tiga Voltmeter


Pengukuran dengan metode tiga voltmeter mengunakan acuan tegangan,
dan beban pada rangkaian untuk mendapatkan daya.
Berdasarkan hasil percobaan pada metode tiga Voltmeter menggunakan
beban sebesar 40 watt, 80 watt, dan 120 watt didapatkan data sebagai berikut :
Tabel 2.15 Data Hasil Percobaan Tiga Voltmeter

R = 10
Beban

( )

V1

V2

V3

40

217 V

1,769 V

216,6 V

8,828 W

80

217 V

3,530 V

214,6 V

52,415 W

120

217V

5,21 V

213 V

87,357 W

(Watt)

Berdasarkan persamaaan 2.7 dapat dihitung presentase kesalahan relatif


pengukuran daya pada metode tiga Voltmeter sebagai berikut :
a. Beban 40 Watt
% kesalahan = |

408,828
40

| x 100%

= 77,93 %
b. Beban 80 Watt
% kesalahan = |

8052,415
80

| x 100%

= 34,48 %
c. Beban 120 Watt
% kesalahan = |

12087,357
120

| x 100%

= 27,20 %

Tabel 2.16 Kesalahan Relatif pada Metode Tiga Voltmeter

Beban (Watt)

PPengukuran (Watt)

%Kesalahan

40

8,828

77,93 %

80

52,415

34,48 %

120

87,357

27,20 %

Berdasarkan data pada tabel 2.16 didapatkan grafik perbandingan hasil


pengukuran dan hasil perhitungan daya metode tiga Voltmeter sebagai berikut :

Gambar 2.10 Grafik Perbandingan Daya pada Metode Tiga Voltmeter

Berdasarkan gambar 2.10 dapat dilihat bahwa terdapat perbedaan antara


daya secara teori dan daya hasil pengukuran saat praktikum. Hal ini disebabkan
oleh adanya rugi- rugi daya pada rangkaian. Rugi-rugi daya ini menyebabkan nilai
tegangan menjadi tidak stabil sehingga tegangan yang terukur tidak sesuai dengan
ketetapan tegangan normal. Hal ini dapat dilihat pada tabel 2.15, dimana nilai
tegangan hasil pengukuran melebihi nilai ketetapan tegangan normal yakni 220
Volt. Selain itu, kesalahan pengukuran juga dapat disebabkan karena terdapat
kesalahan pada alat ukur yang diakibatkan oleh perubahan nilai tahanan dalam dari

alat ukur tersebut. Peningkatan nilai tahanan dalam ini juga menyebabkan nilai
tegangan yang terukur menjadi tidak tepat.

II.6.1.3 Metode Tiga Amperemeter


Pengukuran dengan metode tiga amperemeter mengunakan acuan arus
pada rangkaian, dan beban pada rangkaian untuk mendapatkan daya.
Berdasarkan

hasil

percobaan

pada

metode

tiga

Amperemeter

menggunakan beban sebesar 40 watt, 80 watt, dan 120 watt didapatkan data sebagai
berikut :
Tabel 2.17 Data Hasil Pengukuran Metode Tiga Amperetmeter
R = 10

Beban


( )

I1

I2

I3

40

0,169 A

0,046 A

0,216 A

0,08 W

80

0,339 A

0,046 A

0,386 A

0,1598 W

120

0,507 A

0,046 A

0,553 A

0,233 W

(Watt)

Berdasarkan persamaaan 2.7 dapat dihitung presentase kesalahan relatif


pengukuran daya pada metode tiga Amperemeter sebagai berikut :
a. Beban 40 Watt
% kesalahan = |

400,08
40

| x 100%

= 99,8 %
b. Beban 80 Watt
% kesalahan = |

800,1598
80

| x 100%

= 99,8 %
c. Beban 120 Watt
% kesalahan = |

1200,233
120

= 99,8 %

| x 100%

Tabel 2.18 Kesalahan Relatif pada Metode Tiga Amperemeter

Beban (Watt)

PPengukuran(Watt)

%Kesalahan

40

0,08

99,8 %

80

0,1598

99,8 %

120

0,233

99,8 %

Berdasarkan data pada tabel 2.18 didapatkan grafik perbandingan hasil


pengukuran dan hasil perhitungan daya metode tiga Amperemeter sebagai berikut
:

Gambar 2.11 Grafik Perbandingan Daya pada Metode Tiga Amperemeter

Berdasarkan gambar 2.11 dapat dilihat bahwa terdapat perbedaan yang


sangat besar antara daya secara teori dan daya hasil pengukuran saat praktikum. Hal
ini disebabkan oleh adanya rugi- rugi daya pada rangkaian. Rugi-rugi daya ini
menyebabkan nilai tegangan menjadi tidak stabil sehingga nilai tegangan tidak
sesuai dengan ketetapan tegangan normal, yakni 220 Volt dan berpengaruh
terhadap nilai arus yang terukur. Selain itu, kesalahan pengukuran juga dapat
disebabkan karena terdapat kesalahan pada alat ukur yang diakibatkan oleh
perubahan nilai tahanan dalam dari alat ukur tersebut. Peningkatan nilai tahanan
dalam ini juga menyebabkan nilai arus yang terukur menjadi tidak tepat.

II.6.1.4 Metode Wattmeter


Berdasarkan hasil percobaan pada metode Wattmeter menggunakan beban
sebesar 40 watt, 80 watt, dan 120 watt didapatkan data sebagai berikut :
Tabel 2.19 Data Hasil Pengukuran Metode Wattmeter

Beban (Watt)

Wattmeter

40

220,9 x 0,169 = 37,3321 W

80

220,8x 0,335 = 73,968 W

120

220,8 x 0,514 = 113,4912 W

Berdasarkan persamaaan 2.7 dapat dihitung presentase kesalahan relatif


pengukuran daya pada metode Wattmeter sebagai berikut :
a. Beban 40 Watt
% kesalahan = |

4037,3321
40

| x 100%

= 6,67 %
b. Beban 80 Watt
% kesalahan = |

8073,968
80

| x 100%

= 7,54 %
c. Beban 120 Watt
% kesalahan = |

120113,4912
120

| x 100%

= 5,42 %
Tabel 2.20 Kesalahan Relatif pada Pengukuran Wattmeter

Beban

W Pengukuran

(Watt)

(Watt)

Kesalahan

40

37,3321

6,67 %

80

73,968

7,54 %

120

113,4912

5,42%

Berdasarkan data pada tabel 2.20 didapatkan grafik perbandingan hasil


pengukuran dan hasil perhitungan daya metode Wattmeter sebagai berikut :

Gambar 2.12 Perbandingan Daya Metode Wattmeter

Berdasarkan gambar 2.12 dapat dilihat bahwa terdapat perbedaan antara


daya secara teori dan daya hasil pengukuran saat praktikum. Hal ini disebabkan
oleh adanya rugi- rugi daya pada rangkaian. Rugi-rugi daya ini menyebabkan nilai
tegangan menjadi tidak stabil sehingga nilai tegangan tidak sesuai dengan ketetapan
tegangan normal, yakni 220 Volt dan berpengaruh terhadap nilai daya, dimana nilai
daya merupakan hasil kali dari nilai tegangan dan arus yang terukur. Selain itu,
kesalahan pengukuran juga dapat disebabkan karena terdapat kesalahan pada alat
ukur yang diakibatkan oleh perubahan nilai tahanan dalam dari alat ukur tersebut.
Peningkatan nilai tahanan dalam ini juga menyebabkan nilai besaran yang terukur
menjadi tidak tepat.
Dari tabel 2.20 dapat dilihat kesalahan relatif pada pengukuran dengan
wattmeter sekitar 5,42% sampai 6,67%. Kesalahan ini lebih besar dibandingkan
dengan kesalahan pada metode Volt-ampere.

II.6.2

Pengukuran Daya 3 Phase

II.6.2.1 Metode Dua Wattmeter


Berdasarkan hasil percobaan pada metode dua Wattmeter menggunakan
beban sebesar 40 watt, 60 watt, dan 100 watt didapatkan data sebagai berikut :

Tabel 2.21 Data Hasil Pengukuran Metode Dua Wattmeter

Beban
(Watt)
40

60

100

W1

W2

222,2 x 0,166 =

227,7 x 0,169 =

36,8852 W

38,4813 W

222,2 x 0,246 =

228,1 x 0,247 =

54,6612 W

56,3407 W

222,4 x 0,429 =

227,8 x 0,435 =

95,4096 W

99,093 W

PTotal

W1 + W2 = 75,3665 W

W1 + W2 = 111,0019 W

W1 + W2 = 194,5026 W

Daerah 2

Berdasarkan persamaaan 2.7 dapat dihitung presentase kesalahan relatif


pengukuran daya pada metode dua Wattmeter sebagai berikut :
a. Beban 40 Watt
% kesalahan = |

8075,3665
40

| x 100%

= 7,32 %
b. Beban 60 Watt
% kesalahan = |

120111,0019
120

| x 100%

= 7,79 %
c. Beban 100 Watt
% kesalahan = |

200194,5026

= 5,9 %

200

| x 100%

Tabel 2.22 Perbandingan Presentasi Kesalahan Metode Dua Wattmeter

Beban

PPengukuran (Watt)

%Kesalahan Relatif

40

75,3665

7,32 %

60

111,0019

7,79 %

100

194,5026

5,9 %

(Watt)

Berdasarkan data pada tabel 2.22 didapatkan grafik perbandingan hasil


pengukuran dan hasil perhitungan daya metode dua Wattmeter sebagai berikut

Gambar 2.23 Grafik pengukuran Metode Dua Wattmeter

Berdasarkan gambar 2.23 dapat dilihat bahwa terdapat perbedaan antara


daya secara teori dan daya hasil pengukuran saat praktikum. Hal ini disebabkan
oleh adanya rugi- rugi daya pada rangkaian. Rugi-rugi daya ini menyebabkan nilai
tegangan menjadi tidak stabil sehingga nilai tegangan tidak sesuai dengan ketetapan
tegangan normal, yakni 220 Volt dan berpengaruh terhadap nilai daya, dimana nilai
daya merupakan hasil kali dari nilai tegangan dan arus yang terukur. Selain itu,
kesalahan pengukuran juga dapat disebabkan karena terdapat kesalahan pada alat
ukur yang diakibatkan oleh perubahan nilai tahanan dalam dari alat ukur tersebut.
Peningkatan nilai tahanan dalam ini juga menyebabkan nilai besaran yang terukur
menjadi tidak tepat.

Terdapat perbedaan pada hasil pengukuran Wattmeter I dan Wattmeter II,


perbedaan ini dapat disebabkan adanya perbedaan sudut fasa pada masing - masing
fasa sebesar 120. Dimana wattmeter I dipasang pada phase R rangkaian dan
Wattmeter II pada phase S rangkaian. Untuk mendapatkan daya total dilakukan
dengan penjumlahan daya pada wattmeter I dan wattmeter II.

II.8

Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan

adalah sebagai berikut:


1. Pada pengukuran daya listrik menggunakan voltmeter, alat ukur
dirangkai secara paralel terhadap beban.
2. Pada pengukuran daya listrik menggunakan amperemeter, alat ukur
dirangkai secara seri terhadap beban.
3. Pada metode Volt-Amperemeter, nilai daya merupakan hasil kali dari
nilai arus dan tegangan yang terukur.
4. Pada metode tiga Voltmeter dan tiga Amperemeter daya yang
diperoleh pada pengukuran ini berbanding lurus dengan beban, arus,
dan tegangan.
5. Pengukuran menggunakan metode Wattmeter menghasilkan nilai
daya listrik yang mendekati nilai daya secara teori karena memiliki
persentase kesalahan yang terkecil dibandingkan dengan metode
lainnya untuk pengukuran daya satu phase.
6. Pengukuran wattmeter dilakukan dengan menghubungkan Wattmeter
secara paralel ke fasa N dan ke salah satu fasa R atau S atau T.
7. Pada metode dua Wattmeter, Wattmeter I dihubungkan secara paralel
ke fasa R dan N, serta Wattmeter kedua dihubungkan secara paralel
ke fasa S dan N. Daya total pada pengukuran dua Wattmeter
didapatkan dari menjumlahkan daya wattmeter I dan wattmeter II.

Anda mungkin juga menyukai