189 594 1 PB
189 594 1 PB
SARI
Pemanfaatan airtanah secara tidak tepat, dapat mengakibatkan
degradasi kualitas dan kuantitas terhadap airtanah itu sendiri,. Oleh karena itu
sangat penting untuk memahami keberadaan airtanah (lokasi, kedalaman, dan
arah aliran) serta potensi airtanah (kualitas dan kuantitas). Daerah telitian secara
geografis terletak pada koordinat 109o4728 BT110o820 BT dan 7o320 LS
7o540 LS, secara administrasi merupakan wilayah Kecamatan Bruno,
Kabupaten Purworejo dengan luas wilayah 108,43 km 2 yang terletak kurang
lebih 60 km dari Yogyakarta. Penelitian ini didasarkan pada kondisi geologi yang
ada, karena keterdapatan airtanah sangat dipengaruhi oleh topografi, litologi,
curah hujan dan tata guna lahan. Litologi didominasi dari batuan beku yang masif
keras tetapi dirajam kekar secara rapat, sehingga memiliki struktur bercelah
dengan porositas retakan. dan aliran airnya juga akan melalui rekahan, dan
celah-celah batuan. Berdasarkan analisa fisik seperti warna, bau, rasa, dan suhu
di lapangan serta nilai pH, DHL dan TDSnya termasuk mutu airtanah baik, mutu
cukup untuk kepentingan air minum dan mutu sangat baik-mutu baik untuk
kepentingan irigasi. Hasil analisa kimia dari laboratorium didapatkan jenis air
tanah yang ada di daerah telitian yaitu Magnesium Bikarbonat sedang mutu
airtanah berdasarkan konsentrasi unsur/senyawa yang dominan adalah baik
tanpa ada faktor penghambat, sedangkan hasil analisa biologinya berdasarkan
kandungan bakteri Colli, mutu air jelek untuk air minum sehingga perlu
penanganan lebih khusus. Kecamatan Bruno termasuk wilayah potensi tinggi
sampai rendah karena berdasarkan kualitas didapatkan mutu air minum baik
dan, kuantitas yang ada mempunyai debit air 0,02-12 liter/detik.
1. Latar Belakang
Pemanfaatan sumber daya air tanah pada saat ini untuk menunjang
kegiatan pembangunan menunjukkan kecenderungan yang semakin meningkat,
seiring dengan pertumbuhan penduduk dan kemajuan pembangunan. Sumber
daya airtanah telah menjadi komoditi ekonomi yang mempunyai peran penting
dalam menunjang masyarakat dalam segala aktivitas yang dilakukanya terutama
2. Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan cara pengumpulan data melalui
pengkajian pustaka, penelitian di lapangan, dan analisa di laboratorium. Data
yang dikumpulkan ada dua macam, yaitu :
Data primer, yaitu data yang didapat dengan cara pengamatan di
lapangan, observasi, dan wawancara langsung di lapangan, serta hasil analisa di
laboratorium. Data primer berupa ketinggian dan kedalaman muka airtanah,
fluktuasi muka airtanah, sifat fisika dan sifat kimia airtanah.
Data sekunder, yaitu data yang dikumpulkan dari pustaka dan instansi
terkait. Data sekunder berupa Peta Rupa Muka Bumi, Peta Geologi, dan data
curah hujan.
A
Natrium (Na)
Kalium (K)
Kalsium (Ca)
Satuan
mg/l
mg/l
mg/l
Metode Uji
Titrimetri
Titrimetri
Titrimetri
Magnesium (Mg)
Besi (Fe)
Mangan (Mn)
Klorida (Cl)
HCO3
SO4
CaCO3
NO2
NO3
Zat Organik
Deterjen
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
Titrimetri
Spektrofotometri
Spektrofotometri
Titrimetri
Titrimetri
Spektrofotometri
Spektrofotometri
Spektrofotometri
Titrimetri
Spektrofotometri
21,8
0,05
< LD
6,0
79,8
0
24,2
<LD
1,8513
0,603
ttd
17,8
0,3
< LD
6,0
32,7
2
20,2
< LD
9,0168
1,505
Ttd
Lokasi
Konsentrasi (mg/l)
Cl
NO2
NO3
Fe
Mn
SO4
Desa
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
0,05
< LD
6.0
< LD
1,8513
0
Singolopo I
Desa
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
0,03
8.0
< LD
9,0168
2
< LD
Singolopo II
Keterangan :
pH
TDS
(+)
0,2
(+)
0,2
7,2
7,1
Klas
Mutu
(+)
B8J0
(+)
B8J0
DHL
(mS/cm)
Kurang
0,500
dari
0,500 1,000
1,000 1,500
Lebih
dari
1,500
Baik
Sangat
Baik
Cukup
Sedang
Baik
Cukup
Jelek
Sedang
Lokasi
Sebagian Desa Sibayan, desa Brunorejo,
desa Gowong, desa Pengempon, desa
Singojoyo, desa Kalitapen,
desa
Kaliwungu, desa Plipiran, desa Cacaban,
dan desa Kaliwungu
-
BeratUnsur
No.Massa
ElektronVa lensi
%Y
rY
100%
rK
Keterangan :
rY
: unsur yang dihitung
rK : jumlah r Kation (meq)
Misalkan perhitungan untuk sampel Singolopo Kec. Bruno
r Ca = 0,120
rK = 2,2046
0,120
%Y =
x 100% = 5,4432 %
2,2046
Diperoleh harga % meq sebesar 5,4432 %
Menghitung A% (% pencemaran)
A%
rK rA 100%
rK rA
apabila
SAR
Na
Ca Mg
2
0,2174
SAR =
= 0,2209
(0,12 + 1,8167)/2
maka termasuk dalam airtanah dengan Bahaya Na/Alkali tidak ada atau sedikit
(Suharyadi, 1982). Ini menunjukkan bahwa airtanah bisa dimanfaatkan untuk
+
kepentingan irigasi. Dengan kadar Na yang sangat sedikit maka air tidak akan
membahayakan.
SAR
0 10
10 18
18 26
> 26
Keterangan
Bahaya Na/alkali tidak ada atau
sedikit
Bahaya Na (alkali) sedang
Bahaya Na (alkali) besar
Bahaya Na (alkali) sangat besar
Tabel Klasifikasi air untuk irigasi berdasarkan nilai RSC (Suharyadi, 1982)
RSC
< 1,25
1,25 2,5
> 2,5
Keterangan
Aman untuk dipakai
Kurang aman dipakai
Tidak aman dipakai
Tabel. Klasifikasi air berdasarkan kesadahan menurut Sawer dan Mc. Carty ,
1980.Todd, 1980
Kesadahan (mg/l CaCO3)
0 75
75 150
150 300
>300
Klas Air
Lunak
Menengah
Keras
Sangat Keras
Desa Bruno II
0,12
6,5495
5, 33 % ( Tercemar )
0,2137
(Bahaya Na/alkali tidak ada
atau sedikit)
(-) Aman untuk dipakai
78,98 ( Menengah )
Magnesium Bikarbonat
Air Hujan
Ca(HCO3)2(larut)
Ca(HCO3)2(larut)
CaCO3 + H2CO3
Ca(HCO3)2(larut)
MgCO3 + H2CO3
Mg(HCO3)2(larut)
memperoleh airtanah, selain karena litologi yang didominasi Satuan Andesit Tua
juga faktor topografi yang tinggi sehingga airtanah cenderung hanya muncul
malalui mata air pada daerah lembah melalui celah dari retakan-retakan yang
berkembang.
Sedangkan ditinjau dari segi kualitas airtanah, dilihat dari analisis kimia
tidak didapatkan faktor penghambat, dengan kata lain semua unsur yang ada
tidak melebihi ambang batas yang telah ditentukan. Namun dari sampel analisa
kimia yang diambil di Desa singolopo menurut analisa prosentase pencemaran
masuk dalam kategori tercemar. Begitu juga dengan tingkat kesadahan (Hr) di
kedua titik sampel analisa kimia menunjukkan bahwa airtanah yang ada
termasuk dalam kategori sangat keras Hal ini disebabkan karena prosentase
kation sangat dominan dengan kandungan Mg relatif besar jika dibandingkan
dengan unsur yang lain. Unsur Magnesium (Mg) ini umumnya diperoleh dari
mineral dolomit, olivine, biotit, hornblende, augit, nefelin, serpentin, talk dan
diopsid. Untuk penanganannya dapat dilakukan dengan memanaskan air sampai
mendidih kemudian ditunggu beberapa menit agar partikel Mg yang ada dapat
mengendap.
Kesadahan berasal dari kontak air dengan tanah dan batuan. Air hujan
sebenarnya tidak memiliki kemampuan untuk melarutkan ion-ion penyusun
kesadahan yang banyak terikat di dalam tanah dan batuan kapur (limestone),
meskipun memiliki kadar karbondioksida yang relatif tinggi. Larutnya ion-ion yang
dapat meningkatkan kesadahan tersebut lebih banyak disebabkan oleh aktifitas
bakteri di dalam tanah, yang banyak mengeluarkan karbondioksida.
Akuifer Bruno
Akuifer Bruno disusun oleh batuan resisten, yang terdiri dari dua
kelompok yaitu :
1. Batupasir tufan, batupasir konglomerat, tufa, breksi, lempung, batugamping,
napal dan batupasir napalan.
2. Seri dari campuran endapan vulkanik (breksi, tufa dan lava) dengan endapan
sedimen marin (batupasir, konglomerat, serpih dan napal).
Tipe/Jenis dan Produktivitas Akuifer
Akuifer Bruno termasuk akuifer bercelah/ retakan, yaitu akuifer yang
mengalirkan airtanahnya melalui retakan-retakan yang ada padanya. Akuifer
Bruno yang secara umum tersusun oleh batuan resisten, pada umunya bersifat
vulkanik.
Jika ditinjau dari susunan stratigrafi berdasar ada/tidaknya lapisan penyekat
didalamnya, Akuifer Bruno termasuk akuifer bebas, dengan muka air tanah
freatik. Berdasar data mataair yang ada, Akuifer Bruno mempunyai produktivitas
rendah tinggi (0,08 33,3 liter/detik).
Karakteristik Hidrolika
Akuifer Bruno secara umum mempunyai porositas, konduktivitas
hidrolika yang tidak merata (tidak homogen) dengan nilai yang bervariasi, nilai
porositas 5 35%, dengan konduktivitas hidrolika 0,2 3,1 m/hari. Hal itu
dikarenakan air ada dan mengalir melalui kekar, celah-celah, dan retakanretakan yang ada pada batuan yang kompak keras.
Banyaknya air hujan yang mengisi tanah dipengaruhi oleh litologi yang
ada pada daerah tersebut. Kecamatan Bruno hanya terdiri dari satu akuifer, yaitu
akuifer Bruno. Karakter litologi dan air hujan yang mengisi tiap akuifer adalah
sebagai berikut :
Akuifer ini menempati keseluruhan wilayah Kecamatan Bruno pada sebelah
barat dekat dengan perbatasan Kecamatan Pituruh, pada bagian selatan
berbatasan dengan. Kecamatan Kemiri, pada bagaian timur berbatasan dengan
kecamatan Gebang Litologinya terdiri dari Batupasir tufan, batupasir
konglomerat, tufa, breksi, lempung, batugamping, napal, batupasir napalan, dan
seri dari campuran endapan vulkanik (breksi, tufa dan lava) dengan endapan
sedimen marin (batupasir, konglomerat, serpih dan napal). Merupakan akuifer
rekahan/celah dengan nilai porositas 5 35%. Maka air hujan yang mengisi
tanah sebesar 1334,3073 liter hingga 9340,1512 liter.
D = 3625,8351 mm
L akuifer bruno = 7,36 km 2
5
{
= 1334,3073 liter
100
35
{
Kesimpulan
Dari hasil pengolahan data sekunder maupun primer tentang studi
hidrogeologi mengenai kualitas dan potensi airtanah Kecamatan Bruno
Kabupaten Purworejo dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Keterdapatan airtanah sangat dipengaruhi oleh morfologi, litologi,
hidrogeologi, curah hujan dan tata guna lahan.
2. Akuifer yang mengandung airtanah di Wilayah Kecamatan Bruno
Kabupaten Purworejo terdiri dari akuifer bercelah yaitu Akuifer Bruno
yang dominan disusun oleh batuan vulkanik.
3. Ketinggian muka airtanah berkisar antara dari 137 sampai 640 meter
diatas permukaan air laut dengan arah aliran airtanah dari arah utara
4.
5.
6.
7.
Kesadahan
Merupakan jenis air Magnesium Bikarbonat, dengan unsur/senyawa
2+
dominan Mg dan HCO3 .
Dari nilai SAR, menunjukkan bahwa airtanah mempunyai bahaya Na
tidak ada atau sedikit. Ini berarti bahwa sampel airtanah dapat
digunakan untuk kepentingan irigasi. Sedangkan dilihat dari nilai
RSC, airtanah aman dipakai untuk kepentingan irigasi.
Kecamatan Bruno merupakan wilayah dengan potensi airtanah sedang
dengan debit optimum antara 0,08 liter/detik hingga 12 liter/detik.
Banyaknya airtanah yang meresap di Kecamatan Bruno sebanyak
1334,3073 liter hingga 9340,1512 liter.
Mutu airtanah yang terdapat di Kecamatan Bruno berdasarkan
konsentrasi unsur/senyawa yang dominan adalah baik. Sedangkan
berdasarkan nilai DHL mutu airtanahnya bervariasi dari baik hingga
cukup.
Daftar Pustaka
______, Executive Summary : Penelitian dan Pemetaan Air Bawah Tanah di
Kabupaten Purworejo BAPEDA Kabupaten Purworejo dan LPPM
UPNVY, 2003, tidak dipublikasikan.
______, Keputusan Menteri Energi Dan Sumber Daya Mineral No. 1451
K/10/MEM/2000, tentang Pedoman Teknis Penyelengaraan Tugas
Pemerintahan Di Bidang Pengelolaan Air Bawah Tanah. 2000.
______,
Keputusan
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia
No.
907/MENKES/SK/VII/2002 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan
Kualitas Air Minum, 2002
______, Peraturan Pemerintah No.82 Tahun 2001 Tgl. 14 Desember 2001
tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air,
2001.
Anonim, Siklus Air, Edisi 18, Modul 18, PUSLITBANG Fisika Terapan LIPI,
November 1990, 34-113.
Effendi Hefni, Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan
Lingkungan Perairan, Penerbit Kanisius, 2003, 258P.
Hindarko S., Manfaatkan Air Tanah Tanpa Merusak Kelestariannya, Seri
Lingkungan Hidup, Penerbit ESHA, 2002.
Kusumayudha Sari B., Model Pengelolaan Airtanah Di Pulau Jawa : Arti Penting
dan Permasalahanya, Vol.18, No.3, IAGI, Desember 2003, 227-230.
Mahida U.N, Pencemaran Air dan Pemanfaatan Limbah Industri, Radar jaya
Offset, 1984, 107-127.
Munir Moch., Geologi Lingkungan, Bayumedia Publishing, Juli 2003.
Pratiknyo Puji, Neraca Air dan Potensi Air tanah Daerah Semarang Jawa
Tengah, Tesis Magister, 1997, tidak dipublikasikan.
Pratiknyo Puji, Panduan Praktikum Hidrogeologi, Laboratorium Hidrogeologi
Jurusan Teknik Geologi UPN Veteran Yogyakarta, 2003.
Pratiknyo Puji, Penentuan Kualitas Airtanah Untuk Air Minum dan Irigasi Daerah
Pakem dan Sekitarnya Kec. Pakem Kab. Sleman DIY, Fakultas Teknik
Geologi UPN Veteran Yogyakarta, 1992, tidak dipublikasikan.
R. Allan Freeze & John A. Cherry, Groundwater, Department of Geological
sciences, University or British Columbia, Vancouver, British Columbia,
1979.
Soetrisno .S, Geologi Tata Lingkungan dan Airtanah Untuk Perencanaan
Wilayah, Buletin Geologi Tata Lingkungan, No.25, Desember 1998,
Direktorat Geologi Tata Lingkungan, Bandung, 5-23.
Suharyadi., Diktat kuliah Geohidrologi (ilmu airtanah) Forum teknik, Fakultas
teknik UGM. 1982.
Sumarwoto, Kriteria Air Untuk Keperluan Konsumsi, IPB, Bogor.1978.
Tirtomiharjo Haryadi, Cekungan Air Tanah di P. Jawa dan P. Madura, Direktorat
Geologi dan Sumber Daya Mineral, http/www.DGSM.co.id/.2003
Van Bemmelen, R.W, 1949, The Geology of Indonesia, Vol. IA, Martinus Nljhoff,
The Hague, 792 Halaman.