Identifikasi Daerah Rawan Longsor Pada Daerah Pugeran, Maguwoharjo, Depok, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta
Identifikasi Daerah Rawan Longsor Pada Daerah Pugeran, Maguwoharjo, Depok, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta
1. PENDAHULUAN
Seismik refraksi dapat diartikan
dengan suatu metoda geofisika yang
cara kerjanya menggunakan sifat
pembiasan gelombang seismik untuk
mempelajari keadaan bawah permukaan.
Asumsi
dasar
yang
digunakan
menggunakan pendekatan bahwa batasbatas perlapisan batuan merupakan
bidang datar dan miring, terdiri dari satu
lapis atau banyak lapis, serta kecepatan
seismik bersifat seragam pada setiap
lapisan.
Seismik refraksi digunakan untuk
mendeteksi batuan atau lapisan yang
letaknya cukup dangkal dan untuk
mengetahui lapisan tanah. Pada acara
ekskursi
seismik
refraksi
kali
menggunakan dua metode. Yang
pertama metode T-X yaitu metode
intercept time dan metode delay time
yaitu GRM.
2. DASAR TEORI
ITM adalah metode yang paling
sederhana, hasilnya cukup kasar dan
merupakan metode yang paling dasar
dari pengolahan seismik refraksi.
Intercept
time
artinya
waktu
penjalaran gelombang seismik dari
source ke geophone secara tegak
lurus (zero offset). Metode intercept
time ini menggunakan 2 asumsi,
yaitu Lapisan Homogen dan Bidang
batas lapisan rata
Metode Intercept Time Untuk
Lapisan
Miring
bila
reflektor
mempunyai dip, maka kecepatan pada
kurva T-X bukan kecepatan sebenarnya
(true velocity), melainkan kecepatan
semu (apparent velocity); Membutuhkan
dua jenis penembakan: Forward dan
Reverse Shoot ; Intercept time pada
kedua penembakan berbeda, maka
1. METODOLOGI
Lokasi
Penelitian
dan
Waktu
Penelitian
Pada acara lapangan mengenai
akuisisi data seismik refraksi ini di
adakan di luar kampus pada daerah
Pugeran, Maguwoharjo, Depok, Sleman,
D.I. Yogyakarta,. Pengambilan data
seismik refraksi ini di ambil pada
tanggal 10 Mei 2015 sampai 16 Mei
2015. Dimulai pada jam 06.00 WIB
sampai jam 04.00 WIB. Cuaca pada
siang itu cerah.
Pembahasan
Diagram
Alir
Pengambilan Data
1. Langkah
pertama
adalah
pengecekan alat yang hendak
digunakan. Alat yng digunakan
harus memenuhi standart atau
SOP. Agar data yang dihasilkan
nanti bisa maksimal.
2. Tahap selanjutnya memasang
meteran sepanjang 32 m yang
dilanjutkan dengan pemasangan
geophone sebanyak 3 buah.
3. Langkah berikutnya adalah
memulai akuisisi dengan cara
Profil Kedalaman
1. Line 1
3. Line 3
2. Line 2
Gambar IV.5. Profil Kedalaman Line 4
5. Line 5
Bila
dilihat
profil
bawah
permukaan, kondisi bidang refraktor
pada bawah permukaan tidak merata
atau berundulasi dengan nilai kedalaman
teringgi 3.9 meter pada offset 7 dan nilai
kedalaman terendah yaitu 2.4 meter
pada offset 27. Berdasarkan hasil
pengolahan data, bahwa ditemukan hidden layer pada lintasan ini dari offset
3 hingga offset 27. Hal itu disebabkan
karena berdasarkan tabel pengolahan,
nilai XY direct lebih kecil atau lebih
besar daripada XY obs disepanjang
lintasan pengukuran, sehingga bisa
dikatan pada lintasan tersebut terdapat
hidden layer.
7. Line 7
Bila
dilihat
profil
bawah
permukaan, kondisi bidang refraktor
pada bawah permukaan tidak merata
Bila
dilihat
profil
bawah
permukaan, kondisi bidang refraktor
pada bawah permukaan tidak merata
atau berundulasi dengan nilai kedalaman
teringgi 2.9 meter pada offset 27 dan
nilai kedalaman terendah yaitu 0.4 meter
pada offset 11. Berdasarkan hasil
pengolahan data, Berdasarkan hasil
pengolahan data, bahwa ditemukan
blind zone
9. Line 9
Bila
dilihat
profil
bawah
permukaan, kondisi bidang refraktor
pada bawah permukaan tidak merata
atau berundulasi dengan nilai kedalaman
teringgi 4.3 meter pada offset 5 dan nilai
kedalaman terendah yaitu 1.8 meter
pada offset 31. Berdasarkan hasil
pengolahan data, bahwa ditemukan
blind zone
10. Line 10
Peta Kecepatan V1
Bila
dilihat
profil
bawah
permukaan, kondisi bidang refraktor
pada bawah permukaan tidak merata
atau berundulasi dengan nilai kedalaman
teringgi 4.2 meter pada offset 7 dan nilai
kedalaman terendah yaitu 0.21 meter
pada offset 21. Berdasarkan hasil
pengolahan data, Berdasarkan hasil
pengolahan data, bahwa ditemukan
blind zone
Line 12
Bila
dilihat
profil
bawah
permukaan, kondisi bidang refraktor
pada bawah permukaan tidak merata
atau berundulasi dengan nilai kedalaman
teringgi 4. meter pada offset 9 dan nilai
kedalaman terendah yaitu 1 meter pada
offset 1. Berdasarkan hasil pengolahan
data, bahwa ditemukan blind zone
Peta Kecepatan V2
Gambar IV.20.
Subsurface GRM
Peta
Kecepatan
3D
3. PENUTUP
Kesimpulan
Kesimpulan dari hasil akusisi dari
beberapa line di atas dan penggunaan
metode ITM dan GRM dapat
disimpulkan pada peta kedalaman
metode ITM yang mempunyai line
sebanyak 12 line yang sudah mengcover
daerah tersebut dengan nilai kedalaman
paling dangkal dan paling dalam pada
setiap line yang berbeda-beda. Dari
beberapa line tersebut mempunyai nilai
kedalaman dengan kisaran mulai dari
0,2 m hingga yang paling dalam adalah
2,6 m. dari sini dapat diketahui litologi
pada lapisan pertama yaitu endapan
vulkanik kemudian pada lapisan kedua
diketahui terdapat litologi batupasir.
Saran
Sebaiknya sabar dan teliti dalam
pemilihan data yang akan diolah. Karena
dalam pengolahan data, banyak yang
9