: Wahyu
Prasetyo
Kelas
: XII IPA 2
Tapi yang semula dicemaskan Sabeni yaitu terganggunya pelajaran akhirnya pun terjadi juga.
Akibat ia seringnya bermain band. Nilai rapornya jadi turun drastis. Sabeni pun jadi galau gara-gara
masalah ini. Semangat sedikit kendor. Tapi itu masih mending karena tidak angka merah.
Keesokan harinya, setelah menerima rapor ia datang ke rumah Muchlis, temannya. Di rumah itu
ternyata ada pula si Ujang temannya juga. Sabeni pun menceritakan apa yang menjadi kegundahan
hatinya. Yakni nilainya uang turun drastis. Setelah diyakinkan temannya. Sabenipun tetap menjalankan
kegiatannya bermain band namun denga pengurangan itensitasnya dan tidak terlalu keseringan agar
pelajarannya tak terganggu.
Sampai pada kelas III ia lalui kehidupan sekolah dengan baik. Tapi target untuk masuk fakultas
kedokteran jadi tidak kesampaian. Cita-cita ingin menjadi seorang dokter hanya tinggal mimpi. Tapi tidak
apa, sekarang ia sudah menjadi ekonom andal dan terkenal di seantero pelosok negeri ini bahkan
pandangannya sudah mendunia.
Jubah Hitam
Sejak kelas satu SD, Sabeni sudah belajar mngaji di Madrasah Ibtidaiyah Nurul Islam, sore
harinya. Ia blajar ilmu Al-Quran dan ilmu Hadist pada gurunya Pak Sahlan Alief.
Jika Sabeni pandai mengaji dan mengartikan serta memahami isi Al-Quran, itu bukan satu hal
yang mengherankan. Karena ia sendiri sudah memulainya sejak umur lima tahun di kampung
halamannya, Mersam desa tercinta.
Sabeni tidak pernah berhenti mempelajari ilmu agama. Sampai sekarang ia masih belajar kendati
usianya sdah di atas 50 tahun. Karena pemahamannya sangat mendasar tentang itu, ia ingin pula ilmu
yang ia peroleh dapat pula dimiliki orang lain. Inilah yang menjadi dorongan Sabeni berceramah dari
masjid ke masjid.
Kendati sudah bisa membaca Al-Quran, namun pemahamannya secara mendalam tentang isi AlQuran belum begitu seberapa. Ia baru mulai belajar mendalami isi Al-Quran pada seorang guru
keturunan Malaysia bernama Zuhdi.
Ustad Zuhdi kalau mengajar selalu memakai jubah hitam. Karena itu, ia dijuluki oleh pengikutnya,
termasuk Sabeni, si Jubah Hitam. Ustad Zuhdi mengajar di masjid besar di kota Jambi, beliau mengajar
santrinya tiga kali seminggu.
Sabeni kala itu sudah empat tahun di kota Jambikarena sekolah SMA hanya ada di kota Jambi. Si
Juba Hitam menjadi salh satu idola Sabeni saat itu.
Target pengajaran Ustad Zuhdi bukan hanya sekadar membuat muridnya pandai dalam membaca
Al- Quran dan memahaminya tapi juga bisa membaca huruf arab gundul.
Waktu itu pula Sabeni belajar huruf arab gundulnya dengan dua teman akrabnya yakni Sarkawi
dan Abdul Khalil. Mereka berkeinginan ingin bisa membaca huruf arab gundul. Bagaimanapun jua, niat
mereka untuk belajar lebih rajin, lalu dibatasi oleh keadaan terutama waktu dan kesempatan. Pelajaran
mereka di sekolah juga menuntut mereka lebih giat dan rajin belajar.
Akibatnya niat Sabeni dan teman-temannya hanya tinggal mimpi. Pengajian bersama si Jubah
Hitam tinggal kenangan. Mereka mulai jarang pergi ke masjid itu karena banyaknya tugas-tugas sekolah
yan harus mereka kerjakan. Terlebih Sabeni ikut grup Band Irama Siswa.
Selama dua tahun belajar bersama denga si Jubah Hitam. Mereka sudah banyak mendapatkan ilmu
agama. Terutama soal muamlah dan akidah.
Setelah tamat SMA, Sabeni melanjutkan sekolahnya ke Pulau Jawa. Ilmu dan petuah yang ia
peroleh dari si Jubah Hitam tetap mengakar di hatinya. Ia berpegang teguh terhadap ilmu yang di ajarkan
si Jubah Hitam samapai ia sekolah ke Amerika.
Buktinya, niatnya untuk menguasai huruf arab gundul tetap ia laksanakan waktu ia tugas belajar di
Amerika Serikat. Ia belajar bersama teman-temannya dari berbagai bangsa ikut kursus mmbaca huruf
arab gundul di sana dengan seorang guru, orang bule.
Tapi apa hendak dikata, sesampai di Amerika cita-cita ingin bisa menguasai huruf arab gundul
tetap ia tidak bisa membaca huruf arab gundul. Sesuai dengan kodrat Sabeni yang sangat terbatas.
Walaupun begitu ia tidak pernah putus asa.