ANGGA DWIYANTO
L111 13 316
ILMU KELAUTAN
I.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia (the largest archipelagic
country in the world) dengan jumblah pulau sebayak 17.508 pulau, garis pantai
sepanjang 81.000 km, dan luas lautan 5,8 juta km (75 % dari total luas wilayah
Indonesia).
Perairan laut Indonesia secara garis besar dibagi dua yaitu perairan dangkal
berupa paparan dan perairan laut dalam. Paparan (shelf) adalah zona mulai dari
garis surut terendah hingga pada kedalaman sekitar 120-200 meter, yang
kemudian disusul dengan lereng yang lebih curam ke arah laut dalam. Ada dua
paparan yang luas di Indonesia, yaitu Paparan Sunda di sebelah barat dan Paparan
Arafuru-Sahul di sebelah timur. Di antara keduanya terdapat laut dalam dengan
topografi yang kompleks.
Letak geografis, kondisi fisik, serta luasnya wilayah perairan laut dangkal dan
pesisir memungkinkan tingginya sumber daya hayati di perairan Indonesia.
Ekosistem pesisir Indonesia merapakan salah satu lingkungan dengan
kompleksitas kehidupan dan keanekaragaman hayati yang sangat tinggi.
Diberbagai wilayah pesisir Indonesia, terdapat tiga ekosistem yang khas yang
saling terkait, yaitu padang lamun, manggrove, dan terumbu karang. Ketika ketiga
ekosistem ini berada di suatu wilayah, maka padang lamun berada di tengahtengah di antara ekositem manggrove yang berhubungan dengan daratan dan
ekosistem terumbu karang yang berhubungan dengan laut dalam. Sebagaimana
manggrove dan terumbu karang, padang lamun juga merupakan ekosistem penting
bagi kehidupan di laut maupun daratan. Padang lamun merupan salah satu mata
rantai bagi kehidupan akuatik. Karena itu, merusak dan menghilangkan padang
lamun berarti akan memutuskan satu mata rantai kehidupan.
II.
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Untuk menghindari kesalahpahaman antara lamun dan rumput laut, berikut
ini disajikan istilah tentang lamun, padang lamun, dan ekosistem lamun (Azkab,
2006) :
Lamun (seagrass) adalah tumbuhan air berbunga (anthophyta) yang hidup
dan tumbuh terbenam di lingkungan laut, berpembuluh, berimpang (rhizome),
berakar, dan berkembangbiak secara generative (biji) dan vegetatif. Rimpangnya
merupakan batang yang beruas-ruas yang tumbuh terbenam dan menjalar dalam
substrat pasir, lumpur, dan pecahan karang.
Padang lamun (seagrass bed) adalah hamparan vegetasi lamun yang
menutupi suatu area pesisir/laut dangkal yang terbentuk oleh satu jenis lamun
(monospecific) atau lebih (mixed vegetation) dengan kerapatan tanaman yang
padat (dense) atau jarang (sparse).
Ekosistem lamun (seagrass ecosystem) adalah satu sistem (organisasi)
ekologi padang lamun yang di dalamnya terjadi hubungan timbal balik antara
komponen abiotik (air dan sedimen) dan biotik (hewan dan tumbuhan).
Sedangkan rumput laut (seaweed) adalah sejenis makroalga yang termasuk
tumbuhan tingkat rendah (thallophyta), tidak memiliki akar, batang, dan daun
sejati.
B. Penyebaran dan Jenis Lamun di Indonesia
Tumbuhan lamun tumbuh di perairan laut dangkal dan tersebar luas mulai
dari utara, benua Artika sampai ke sebelah selatan, benua Afrika dan New Zeland.
Lamun terkonsentrasi di dua daerah utara yaitu Indo-Pasifik dan Pantai-pantai
Amerika Tengah, di daerah Caribean-Pasifik(Supriharyono,2007).
Di Indonesia ada 12 spesies lamun, sedangkan di dunia ada 55 spesies
(Nontji, 1987), sedangkan keanekaragaman hayati lamun paling tinggi dapat
dijumpai di perairan Teluk Flores dan lombok, masing-masing dengan 11 spesies.
Luas total padang lamun di Indonesia semula diperkirakan mencapai 30.000 km 2,
tetapi diperkirakan kini menyusut 30-40% (Nontji, 2010).
Namun sekarang di Indonesia telah di temukan 14 jenis lamun telah ditemukan di
Indonesia yaitu , Secara lengkap klasifikasi beberapa jenis lamun yang terdapat di
perairan pantai Indonesia (Phillips dan Menez,1988) adalah sebagai berikut :
Divisi : Anthophyta
Kelas : Angiospermae
Subkelas : Monocotyledonae
Ordo : Helobiae
Famili : Hydrocharitaceae
Genus : Enhalus
Species : Enhalus acoroides
Genus : Halophila
Species : Halophila decipiens, Halophila ovalis, Halophila minor, Halophila
spinulosa
Genus : Thalasia
Species : Thalasia hemprichii
Famili : Cymodoceaceae
Genus : Cymodocea
Species : Cymodocea rotundata, Cymodocea serrulata
Genus : Halodule
Species : Halodule pinifolia, Halodule uninervis
Genus : Syringodium
Species : Syringodium isoetifolium
Genus : Thalassodendron
Species : Thalassodendron ciliatum
Tambahan 2 spesies baru:
Divisi : Anthophyta
Kelas : Angiospermae
Subkelas : Monocotyledonae
Ordo : Helobiae
Famili : Hydrocharitaceae
Genus : Halophila
Species : Halophila beccari & H. sulawesii
C. Karakteristik Lamun
Reproduksi lamun dapat dilakukan secara aseksual dan seksual. Secara
aseksual dengan membentuk stolon, secara aseksual dengan hydrophilus:
Sedangkan secara anatomi, daun lamun memiliki ciri khas dengan tidak memiliki
stomata dan memiliki kutikel yang tipis (Tuwo, 2011).
Seperti halnya bentuk akar dan batang, daun juga memiliki bentuk yang
beraneka ragam. Sebagai contoh, bentuk ujung daun Cymodocea serrulata bulat
dan bergerigi. Sementara, bentuk ujung daun C. Rotundata rata dan mulus. Bentuk
Halophyla ovalis berbentuk oval, sementara daun H. Australis lebih runcing.
Secara Faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap keberadaan ekosistem
padang lamun, antara lain kecerahan dan kedalaman, arus, suhu, salinitas, dan
substrat. Adapun deskripsi mengenai faktor pembatas padang lamun menurut
Tuwo (2011) sebagai berikut :
1. Kecerahan dan kedalaman
Sebagai tumbuhan, lamun membutuhkan cahaya matahari untuk proses
fotosintesis. Kedalaman perairan dimana lamun dapat tumbuh sangat bergantung
pada kecerahan, semakin jernih perairan, maka semakin dalam daerah yang
ditumbuhi lamun. Kemampuan tumbuh lamun pada kedalaman tertentu sangat
dipengaruhi oleh saturasi cahaya. Kekeruhan yang disebabkan oleh suspensi
sedimen dapat menghambat penetrasi cahaya, dan secara otomatis kondisi ini
akan mempengaruhi pertumbuhan lamun. Selain itu, kekeruhan juga dapat
disebabkan oleh fitoplankton, limbah domestik, dan limbah organik, yang
semuanya dapat menurunkan keberadaan energi cahaya untuk pertumbuhan
lamun.
2. Arus
Tumbuhan lamun hidup pada perairan yang dangkal dan jernih, dengan
sirkulasi air yang baik. Air yang bersirkulasi dengan baik diperlukan untuk
membawa zat hara dari luar ekosistem lamun, dan membawa hasil metabolisme
lamun ke luar ekosistem padang lamun. Arus atau pergerakan air dapat membantu
suplai unsur hara dan gas-gas terlarut kepada tumbuhan lamun. Produktivitas
ekosistem padang lamun sangat dipengaruhi oleh kecepatan arus perairan.
Thalassia testudium dapat tumbuh optimal pada kecepatan arus sekitar 0,5
m/detik.
3. Suhu
Ekosistem padang lamun dapat hidup pada daerah dingin dan tropis karena
memiliki toleransi yang cukup luas terhadap perubahan suhu. Lamun yang hidup
di daerah tropis dapat tumbuh optimal pada suhu 28C sampai 30C. Hal ini
berkaitan dengan kemampuan proses fotosintesis lamun yang dapat menurun jika
temperatur berada di luar kisaran optimal tersebut. Lamun yang tumbuh pada
kondisi mendekati level kompensasi atau kekurangan cahaya akan mencapai
pertumbuhan optimal pada suhu rendah, tetapi pada suhu tinggi akan
membutuhkan cahaya yang cukup banyak untuk mengatasi pengaruh respirasi
dalam rangka menjaga keseimbangan karbon.
4. Salinitas
Kisaran salinitas yang dapat ditolerir oleh tumbuhan lamun adalah 10 s.d
40 , dimana nilai optimalnya adalah 35 . Penurunan salinitas akan
menurunkan kemampuan lamun untuk melakukan fotosintesis. Toleransi lamun
terhadap salinitas bervariasi menurut jenis dan umur. Lamun yang tua dapat
mentoleransi fluktuasi salinitas yang besar. Salinitas juga berpengaruh terhadap
biomassa, produktivitas, kerapatan, lebar daun, dan kecepatan pulih.
5. Substrat
Hampir semua substrat dapat ditumbuhi oleh lamun, dari substrat berlumpur
sampai berbatu, namun ekosistem padang lamun yang luas umumnya dijumpai
pada substrat lumpur berpasir yang tebal; substrat seperti ini umumnya berada di
antara ekosistem mangrove dan terumbu karang. Tumbuhan lamun dapat hidup
pada berbagai sedimen, mulai dari berlumpur sampai karang. Syarat utama dari
substrat yang dikehendaki oleh lamun adalah kedalaman sedimen atau substrat
yang cukup dalam. Ada dua manfaat dari sedimen yang dalam, yaitu dasar
perairan lebih stabil, dan dapat menjamin pasokan nutrien ke tumbuhan lamun.
D. Struktur vegetasi lamun secara umum
Struktur vegetasi berasal dari dua kata, yakni struktur yang berarti bentuk dari
sebuah susunan, dan vegetasi yang berarti keseluruhan komunitas tumbuhtumbuhan yang menempati suatu ekosistem. Jadi struktur vegetasi lamun
merupakan bentuk susunan komunitas lamun yang tumbuh di suatu ekosistem.
Menurut tipe vegetasinya, padang lamun dapat dibagi menjadi 3
luar biasa bagi para penyelam, wisatawan yang melakukan snorkeling, olah raga
pancing, permainan air, dan sebagainya dalam pariwisata bahari.
d. Biota ekonomis di padang lamun
Karena ekosistem ini menjadi tempat habitat oleh biota ekonomis. Seperti
ikan-ikan, moluska, mamalia, reptile, ecinodermata, krustacea, dll. Sehingga dapat
membawa keuntungan bagi masyarakat di daerah tersebut.
e. Ilmu dan Teknologi
Pengembangan Ilmu dan teknologi tentang lamun yang besar dapat membawa
keuntungan ekonomi, namun di Indonesia penelitian tentang lamun dapat di
hitung dengan jari, baik dalam bahasa Indonesia maupun bahasa asing.
Keuntungan ekonomi dari ruang lingkup ilmu dalam pengembang teknologi
tentang lamun dapat membawa keuntung terhadap para peneliti yang meneliti
tentang lamun, sehingga hasil penelitiannya dapat dimanfaatkan.
Dari segi teknologi, pemanfaatannya masih terbatas dan hanya dilakukan
secara tradisional seperti mengisi kasur, membuat keranjang, dan atap rumpi. Di
negara maju telah dikembangkan dan diolah menjadi makanan ternak, pupuk,
pengganti benang, bahan kertas, dan obat-obatan(farmasi).
Philips & Menez (1988) dalam Tangke (2010) menyatakan bahwa lamun
digunakan sebagai komoditi yang sudah banyak dimanfaatkan oleh masyarakat
baik secara tradisional maupun secara modern. Secara tradisional lamun telah
dimanfaatkan untuk :
1. Kompos dan pupuk;
2. Cerutu dan mainan anak-anak;
3. Dianyam menjadi keranjang;
4. Tumpukan untuk pematang;
5. Mengisi kasur;
6. Ada yang dapat dimakan atau dikonsumsi; dan
7. Dibuat jaring ikan.
Pada zaman modern ini, lamun telah dimanfaatkan untuk :
1. Penyaring limbah;
2. Stabilisator pantai;
dengan ekosistem lainnya yang ada di laut dangkal seperti ekosistem terumbu
karang (Thayer et al., 1975).
Tabel Perbandingan produktifitas primer ekosistem tropis
Tipe Ekosistem
Manggove
Padang Lamun
PP (g C/m2/tahun)
2.300-5.074
4.650-6.825
Terumbu Karang
4.200
ekosistem padang lamun menjadi habitat biota laut, tempat mencari makan,
tempat berlindung dan menempel,berkembang biak, tempat asuhan dan singgahan,
serta berasosiasi dengan flora dan fauna lainnya.
Faktor ekologi inilah yang menjadikan ekosistem padang lamun sebagai
tmepat jaring-jaring makanan yang kompleks.
darat dan laut. Pada wilayah terentu, ekosistem padang lamun berada di tengahtengah antara ekosistem manggrove yang berhubungan langsung dengan darat dan
ekosistem terumbu karang yang berhubungan dengan laut. Ekosistem padang
lamun juga berasosiasi dengan ekosistem manggrove dan ekostem terumbu
karang. Karenanya ketiga ekosisem ini menjadi penyangga bagi kehidupan di laut
maupun di darat.
Serasah yang diproduksi lamun membantu kelimpahan fitoplankton dan
zooplankton di terumbu karang, sehingga sebagian energi lamun juga memasuki
Menurut Philips & Menez (1988), ekosistem lamun merupakan salah satu
ekosistem bahari yang produktuf yang mempunyai fungsi antara lain:
a. Menstabilkan dan menahan sedimen-sedimen yang terbawa melalui arus dan
gelombang,
b. Daun-daun lamun memperlambat dan mengurangi arus dan gelombang,
c. Memberikan perlindungan terhadap hewan-hewan muda dan dewasa yang
berkunjung ke padang lamun,
d. Daun-daun sangat membantu organisme-organisme epifit,
e. Mempunyai produktivitas dan pertumbuhan yang tinggi,
f. Memfiksasi karbon yang sebagian besar masuk ke dalam sistem daur rantai
makanan.
tentang biota dan sumberdaya hayati laut dan tujuannya menem pati atau
mengunjungi padang lamun, maka dapat disimpulkan bahwa pada ekosistem
padang lamun terdapat tiga tipe rantai makanan, yaitu :
1. Rantai Makanan Detritus (Detritus Food Chain), karena sebagian besar biota
yang hidup pada ekosistem padang lamun menanfaatkan serasah lamun
sebagai makanan (sumber energi).
2. Rantai Makanan Merumput (Grazing Food Chain), karena sejumlah fauna
laut termasuk reptilia dan mamalia laut menggunakan padang lamun sebagai
padang penggembalaan.
3. Rantai makanan plankton (Plankton Food Chain). Ketiga rantai makanan
tersebut membentuk jala makanan pada ekosistem padang lamun.
F. Penyebab kerusakan padang lamun
Kerusakan yang terjadi pada padang lamun dapat disebabkan oleh natural
stress (kerusakan yang disebabkan oleh faktor alam) dan anthropogenic stress
(kerusakan yang disebabkan oleh aktivitas atau kegiatan manusia). Natural stress
bisa disebabkan gunung meletus, tsunami, kompetisi, maupun predasi. Sedangkan
anthropogenik stress disebabkan oleh kegiatan sebagai berikut (Bengen, 2001) :
1. Perubahan fungsi pantai untuk pelabuhan atau dermaga.
2. Eutrofikasi (blooming mikro alga dapat menutupi lamun dalam memperoleh
sinar matahari).
3. Aquakultur (pembabatan dari hutan mangrove untuk tambak).
4. Water polution (logam berat dan minyak).
5. Over fishing (pengambilan ikan yang berlebihan dan cara penangkapannya
yang merusak.
Selain itu juga limbah pertanian, industri, dan rumah tangga yang dibuang ke
laut, pengerukan lumpur, lalu lintas perahu yang padat, dan lain-lain kegiatan
manusia dapat mempengaruhi kerusakan lamun.
G. Rehabilitasi Padang Lamun
Merujuk pada kenyataan bahwa padang lamun mendapat tekanan gangguaun
utama dari aktivitas manusia maka untuk merehabilitasinya dapat dilakukan
melalui dua pendekatan: yakni ; 1) Rehabiltasi lunak (soft Rehabilitation), dan 2)
rehabilitasi keras (Hard Rehabilitation)
a. Rehabilitasi lunak
menekankan
pada
pengendalian
perilaku
diperlukan kebijakan dan strategi yan jelas untuk menjadi acuan pelaksanaan
oleh para pemangku kepentingan ( stake holdes).
2) Penyadaran masyarakat (Public awareness). Penyadaran masyarakat dapa
dilaksanakan dengan berbagai pendekatan.
3) Pendidikan. Pendidikan mengenai lingkungan
termasuk
pentingnya
Pengembangan
peraturan
perundangan
perlu
b. Rehabilitasi Keras
Rehabiltasi keras menyangkut kegiatan langsung perbaikan lingkungan
dilapangan.Ini dapat dilaksanakan misalnya dengan rehabilitasi lingkungan atau
dengan transplantasi lamun dilingkungan yang perlu direhabilitasi.Kegiatan
transplantasi lamun di Indonesia belum berkembang luas.Berbagai percobaan
transplantasi lamun telah dilaksanakanoleh Pusat Penelitian Oseanografi LIPIyang
masih dalam taraf awal. Pengembangan transplantasi lamun telah dilaksanakan
diluar negeri dengan berbagai tingkat keberhasilan, (Himnasurai Untama, 2012)
III.
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Lamun (seagrass) adalah tumbuhan air berbunga (anthophyta) yang hidup
B.
1.
2.
3.
Saran
Melakukan pengelolaan ekosistem padang lamun.
Pemberdayaan kesadaran dalam mengurangi kerusakan ekosistem alam.
Melakukan penelitian sebanyak-banyaknya tentang ekosistem padang lamun.
DAFTAR PUSTAKA
Kuo, J. 2007. New monoecious seagrass of Halophila sulawesii
(Hydrocharitaceae) from Indonesia. Aquatic Botany 87(2): 171-175.
http://konservasi-laut.blogspot.com/2011/05/holophila-sulawesi.html. 16
September 2015.
Tjandara, Ellen. 2011. Mengenal Padang Lamun.Bogor: Pakar Media.
Arifbayuadi, 2010. Pengelolaan Ekosistem Lamun. Word Press.com
Dahuri, dkk. 2001. Pengelolaan Sumberdaya Wilayah Pesisir dan Lautan Secara
Terpadu. Pradnya Paramita, Jakarta.
Gufron & Kordi, 2011. Ekosistem Padang Lamun, Fungsi Potensi dan
Pengelolaan. Rineka Cipta Jakarta
Himnasurai Untama, 2012. Pengelolaan Padang Lamun. Blog Himpunan
Mahasiswa Manajemen Sumberdaya Perairan (Himnasurai), Universitas
Antakusuma Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah
http://MexskilMauday.blogspot.com/makalah-padang-lamun.html.diakses
30102015 jam 10:20