Anda di halaman 1dari 16

Makalah Individu

Teknik Rehabilitasi Ekosistem Pesisir

REHABILITASI PADANG LAMUN

ANGGA DWIYANTO
L111 13 316
ILMU KELAUTAN

Jurusan Ilmu Kelautan


Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan
Universitas Hasanuddin
Makassar
2015

I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia (the largest archipelagic
country in the world) dengan jumblah pulau sebayak 17.508 pulau, garis pantai
sepanjang 81.000 km, dan luas lautan 5,8 juta km (75 % dari total luas wilayah
Indonesia).
Perairan laut Indonesia secara garis besar dibagi dua yaitu perairan dangkal
berupa paparan dan perairan laut dalam. Paparan (shelf) adalah zona mulai dari
garis surut terendah hingga pada kedalaman sekitar 120-200 meter, yang
kemudian disusul dengan lereng yang lebih curam ke arah laut dalam. Ada dua
paparan yang luas di Indonesia, yaitu Paparan Sunda di sebelah barat dan Paparan
Arafuru-Sahul di sebelah timur. Di antara keduanya terdapat laut dalam dengan
topografi yang kompleks.
Letak geografis, kondisi fisik, serta luasnya wilayah perairan laut dangkal dan
pesisir memungkinkan tingginya sumber daya hayati di perairan Indonesia.
Ekosistem pesisir Indonesia merapakan salah satu lingkungan dengan
kompleksitas kehidupan dan keanekaragaman hayati yang sangat tinggi.
Diberbagai wilayah pesisir Indonesia, terdapat tiga ekosistem yang khas yang
saling terkait, yaitu padang lamun, manggrove, dan terumbu karang. Ketika ketiga
ekosistem ini berada di suatu wilayah, maka padang lamun berada di tengahtengah di antara ekositem manggrove yang berhubungan dengan daratan dan
ekosistem terumbu karang yang berhubungan dengan laut dalam. Sebagaimana
manggrove dan terumbu karang, padang lamun juga merupakan ekosistem penting
bagi kehidupan di laut maupun daratan. Padang lamun merupan salah satu mata
rantai bagi kehidupan akuatik. Karena itu, merusak dan menghilangkan padang
lamun berarti akan memutuskan satu mata rantai kehidupan.

II.

PEMBAHASAN

A. Pengertian
Untuk menghindari kesalahpahaman antara lamun dan rumput laut, berikut
ini disajikan istilah tentang lamun, padang lamun, dan ekosistem lamun (Azkab,
2006) :
Lamun (seagrass) adalah tumbuhan air berbunga (anthophyta) yang hidup
dan tumbuh terbenam di lingkungan laut, berpembuluh, berimpang (rhizome),
berakar, dan berkembangbiak secara generative (biji) dan vegetatif. Rimpangnya
merupakan batang yang beruas-ruas yang tumbuh terbenam dan menjalar dalam
substrat pasir, lumpur, dan pecahan karang.
Padang lamun (seagrass bed) adalah hamparan vegetasi lamun yang
menutupi suatu area pesisir/laut dangkal yang terbentuk oleh satu jenis lamun
(monospecific) atau lebih (mixed vegetation) dengan kerapatan tanaman yang
padat (dense) atau jarang (sparse).
Ekosistem lamun (seagrass ecosystem) adalah satu sistem (organisasi)
ekologi padang lamun yang di dalamnya terjadi hubungan timbal balik antara
komponen abiotik (air dan sedimen) dan biotik (hewan dan tumbuhan).
Sedangkan rumput laut (seaweed) adalah sejenis makroalga yang termasuk
tumbuhan tingkat rendah (thallophyta), tidak memiliki akar, batang, dan daun
sejati.
B. Penyebaran dan Jenis Lamun di Indonesia
Tumbuhan lamun tumbuh di perairan laut dangkal dan tersebar luas mulai
dari utara, benua Artika sampai ke sebelah selatan, benua Afrika dan New Zeland.
Lamun terkonsentrasi di dua daerah utara yaitu Indo-Pasifik dan Pantai-pantai
Amerika Tengah, di daerah Caribean-Pasifik(Supriharyono,2007).
Di Indonesia ada 12 spesies lamun, sedangkan di dunia ada 55 spesies
(Nontji, 1987), sedangkan keanekaragaman hayati lamun paling tinggi dapat
dijumpai di perairan Teluk Flores dan lombok, masing-masing dengan 11 spesies.
Luas total padang lamun di Indonesia semula diperkirakan mencapai 30.000 km 2,
tetapi diperkirakan kini menyusut 30-40% (Nontji, 2010).
Namun sekarang di Indonesia telah di temukan 14 jenis lamun telah ditemukan di
Indonesia yaitu , Secara lengkap klasifikasi beberapa jenis lamun yang terdapat di
perairan pantai Indonesia (Phillips dan Menez,1988) adalah sebagai berikut :

Divisi : Anthophyta
Kelas : Angiospermae
Subkelas : Monocotyledonae
Ordo : Helobiae
Famili : Hydrocharitaceae
Genus : Enhalus
Species : Enhalus acoroides
Genus : Halophila
Species : Halophila decipiens, Halophila ovalis, Halophila minor, Halophila
spinulosa
Genus : Thalasia
Species : Thalasia hemprichii
Famili : Cymodoceaceae
Genus : Cymodocea
Species : Cymodocea rotundata, Cymodocea serrulata
Genus : Halodule
Species : Halodule pinifolia, Halodule uninervis
Genus : Syringodium
Species : Syringodium isoetifolium
Genus : Thalassodendron
Species : Thalassodendron ciliatum
Tambahan 2 spesies baru:
Divisi : Anthophyta
Kelas : Angiospermae
Subkelas : Monocotyledonae
Ordo : Helobiae
Famili : Hydrocharitaceae
Genus : Halophila
Species : Halophila beccari & H. sulawesii
C. Karakteristik Lamun
Reproduksi lamun dapat dilakukan secara aseksual dan seksual. Secara
aseksual dengan membentuk stolon, secara aseksual dengan hydrophilus:

polennya tersebar di badan air dan epihidrophyly: polenya berada di permukaan


air.
Secara morfologis, tumbuhan lamun mempunyai bentuk yang hampir sama,
terdiri atas ; akar, batang, dan daun. Daun pada lamun umumnya memanjang,
kecuali jenis Halophila memiliki bentuk daun lonjong (Tuwo, 2011) :
1. Akar
Terdapat perbedaan morfologi dan anatomi akar yang jelas antar jenis lamun
yang dapat digunakan dalam kajian taksonomi lamun. Akar pada beberapa jenis
seperti Halophila dan Halodule memiliki karateristik tipis (fragile) seperti rambut,
sedangkan jenis Thalassodendron memiliki akar yang kuat dan berkayu dengan
sel epidermal. Akar pada lamun memiliki pusat stele yang dikelilingi oleh
endodermis. Stele mengandung phloem atau jaringan transport nutrien, dan xylem
atau jaringan yang menyalurkan air (Tuwo, 2011)
Akar lamun memiliki pembuluh floem yang berkembang baik dan pembuluh
xilem yang kurang berkembang. Jadi, akar lamun tidak memiliki peran besar
dalam menyerap air. Meskipun begitu, akar lamun berfungsi dalam respirasi. Akar
dan umbi lamun menyimpan oksigen yang digunakan untuk keperluan tumbuhan
tersebut.
2. Rhizoma dan Batang
Struktur rhizoma dan batang lamun memiliki variasi yang sangat tinggi
tergantung dari susunan di dalam stele masing-masing lamunnya. Rhizoma
seringkali terbenam di dalam substrat yang dapat meluas secara ekstensif dan
memiliki peran yang utama pada reproduksi secara vegetatif (merupakan hal yang
penting untuk penyebaran dan pembibitan lamun). Volume rhizoma merupakan
60-80% dari biomasa lamun (Tuwo, 2011).
3. Daun
Daun lamun berkembang dari meristem basal yang terletak pada rhizoma dan
percabangannya. Secara morfologi daun pada lamun memiliki bentuk yang
hampir sama secara umum, dimana jenis lamun memiliki morfologi khusus dan
bentuk anatomi yang memiliki nilai taksonomi yang sangat tinggi. Daun lamun
mudah dikenali dari bentuk daun, ujung daun dan ada tidaknya ligula (lidah daun).
Daun lamun memiliki dua bagian yang berbeda yaitu pelepah dan daun.

Sedangkan secara anatomi, daun lamun memiliki ciri khas dengan tidak memiliki
stomata dan memiliki kutikel yang tipis (Tuwo, 2011).
Seperti halnya bentuk akar dan batang, daun juga memiliki bentuk yang
beraneka ragam. Sebagai contoh, bentuk ujung daun Cymodocea serrulata bulat
dan bergerigi. Sementara, bentuk ujung daun C. Rotundata rata dan mulus. Bentuk
Halophyla ovalis berbentuk oval, sementara daun H. Australis lebih runcing.
Secara Faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap keberadaan ekosistem
padang lamun, antara lain kecerahan dan kedalaman, arus, suhu, salinitas, dan
substrat. Adapun deskripsi mengenai faktor pembatas padang lamun menurut
Tuwo (2011) sebagai berikut :
1. Kecerahan dan kedalaman
Sebagai tumbuhan, lamun membutuhkan cahaya matahari untuk proses
fotosintesis. Kedalaman perairan dimana lamun dapat tumbuh sangat bergantung
pada kecerahan, semakin jernih perairan, maka semakin dalam daerah yang
ditumbuhi lamun. Kemampuan tumbuh lamun pada kedalaman tertentu sangat
dipengaruhi oleh saturasi cahaya. Kekeruhan yang disebabkan oleh suspensi
sedimen dapat menghambat penetrasi cahaya, dan secara otomatis kondisi ini
akan mempengaruhi pertumbuhan lamun. Selain itu, kekeruhan juga dapat
disebabkan oleh fitoplankton, limbah domestik, dan limbah organik, yang
semuanya dapat menurunkan keberadaan energi cahaya untuk pertumbuhan
lamun.
2. Arus
Tumbuhan lamun hidup pada perairan yang dangkal dan jernih, dengan
sirkulasi air yang baik. Air yang bersirkulasi dengan baik diperlukan untuk
membawa zat hara dari luar ekosistem lamun, dan membawa hasil metabolisme
lamun ke luar ekosistem padang lamun. Arus atau pergerakan air dapat membantu
suplai unsur hara dan gas-gas terlarut kepada tumbuhan lamun. Produktivitas
ekosistem padang lamun sangat dipengaruhi oleh kecepatan arus perairan.
Thalassia testudium dapat tumbuh optimal pada kecepatan arus sekitar 0,5
m/detik.
3. Suhu

Ekosistem padang lamun dapat hidup pada daerah dingin dan tropis karena
memiliki toleransi yang cukup luas terhadap perubahan suhu. Lamun yang hidup
di daerah tropis dapat tumbuh optimal pada suhu 28C sampai 30C. Hal ini
berkaitan dengan kemampuan proses fotosintesis lamun yang dapat menurun jika
temperatur berada di luar kisaran optimal tersebut. Lamun yang tumbuh pada
kondisi mendekati level kompensasi atau kekurangan cahaya akan mencapai
pertumbuhan optimal pada suhu rendah, tetapi pada suhu tinggi akan
membutuhkan cahaya yang cukup banyak untuk mengatasi pengaruh respirasi
dalam rangka menjaga keseimbangan karbon.
4. Salinitas
Kisaran salinitas yang dapat ditolerir oleh tumbuhan lamun adalah 10 s.d
40 , dimana nilai optimalnya adalah 35 . Penurunan salinitas akan
menurunkan kemampuan lamun untuk melakukan fotosintesis. Toleransi lamun
terhadap salinitas bervariasi menurut jenis dan umur. Lamun yang tua dapat
mentoleransi fluktuasi salinitas yang besar. Salinitas juga berpengaruh terhadap
biomassa, produktivitas, kerapatan, lebar daun, dan kecepatan pulih.
5. Substrat
Hampir semua substrat dapat ditumbuhi oleh lamun, dari substrat berlumpur
sampai berbatu, namun ekosistem padang lamun yang luas umumnya dijumpai
pada substrat lumpur berpasir yang tebal; substrat seperti ini umumnya berada di
antara ekosistem mangrove dan terumbu karang. Tumbuhan lamun dapat hidup
pada berbagai sedimen, mulai dari berlumpur sampai karang. Syarat utama dari
substrat yang dikehendaki oleh lamun adalah kedalaman sedimen atau substrat
yang cukup dalam. Ada dua manfaat dari sedimen yang dalam, yaitu dasar
perairan lebih stabil, dan dapat menjamin pasokan nutrien ke tumbuhan lamun.
D. Struktur vegetasi lamun secara umum
Struktur vegetasi berasal dari dua kata, yakni struktur yang berarti bentuk dari
sebuah susunan, dan vegetasi yang berarti keseluruhan komunitas tumbuhtumbuhan yang menempati suatu ekosistem. Jadi struktur vegetasi lamun
merupakan bentuk susunan komunitas lamun yang tumbuh di suatu ekosistem.
Menurut tipe vegetasinya, padang lamun dapat dibagi menjadi 3

kelompok, sebagai berikut (Makwin, 2010) :


1. Padang lamun vegetasi monospesifik (monospesifik seagrass beds) Hanya
terdiri dari 1 spesies saja. Contoh jenis lamun yang dapatmembentuk vegetasi
tunggal, yakni Enhalus accoroides, Halodule uninervis, Halophila ovalis, dan
Thalassia hemprichii.
2. Padang lamun vegetasi asosiasi 2 atau 3 spesies Ini merupakan komunitas
lamun yang terdiri dari 2 sampai 3 spesies saja. Dan lebih sering dijumpai
dibandingkan padang lamun monospesifik.
3. Padang lamun vegetasi campuran (mixed seagrass beds) Padang lamun
campuran umumnya terdiri dari sedikitnya 4 dari 7 spesies, yakni Cymodocea
rotundata, Cymodocea serrulata, Enhalus acoroides, Halodule uninervis,
Halophila ovalis, Syringodium isoetifolium, dan Thalassia hemprichii. Tetapi
padang lamun campuran ini, dalam kerangka struktur komunitasnya, selalu
terdapat asosiasi spesies Enhalus acoroides dengan Thalassia hemprichii
(sebagai spesies lamun yang dominan), dengan kelimpahan yang lebih tinggi
dibandingkan spesies lamun yang lain.
E. Pemanfaatan serta Fungsi Lamun
a. Lamun
Belum banyaknya informasi mengenai kegunaan dan pemanfaatan lamun,
baik daun, batang maupun akarnya. Namun di beberapa negara lamun telah
dimanfaatkan sebagai bahan makanan, pupuk, pakan ternak,obat-obatan,dll.
b. Marikultur
Ekosistem ini sangat ideal dalam pengembangan marikultur, di daerah padang
lamun yang dangkal dapat dipilih untuk budidaya biota laut ekonomis
(teripang,bulu babi, dll) dengan menggunakan wadah berupa pagar keliling.
Sedangkan di perairan yang agak dalam dapat dipih budidaya ranjungan, udang,
sotong, dan ikan dengan menggunakan JKD (jaring kurung dasar) dan KJA
(keramba jaring apung).
c. Pariwisata
Keindahan ekosistem padang lamun membentuk suatu pemandangan alamiah
yang indah di dalam laut. Dengan berbagai spesies lamun dan berbagai biota laut
lainnya, kawasan padang lamun menciptakan panorama alam bawah laut yang

luar biasa bagi para penyelam, wisatawan yang melakukan snorkeling, olah raga
pancing, permainan air, dan sebagainya dalam pariwisata bahari.
d. Biota ekonomis di padang lamun
Karena ekosistem ini menjadi tempat habitat oleh biota ekonomis. Seperti
ikan-ikan, moluska, mamalia, reptile, ecinodermata, krustacea, dll. Sehingga dapat
membawa keuntungan bagi masyarakat di daerah tersebut.
e. Ilmu dan Teknologi
Pengembangan Ilmu dan teknologi tentang lamun yang besar dapat membawa
keuntungan ekonomi, namun di Indonesia penelitian tentang lamun dapat di
hitung dengan jari, baik dalam bahasa Indonesia maupun bahasa asing.
Keuntungan ekonomi dari ruang lingkup ilmu dalam pengembang teknologi
tentang lamun dapat membawa keuntung terhadap para peneliti yang meneliti
tentang lamun, sehingga hasil penelitiannya dapat dimanfaatkan.
Dari segi teknologi, pemanfaatannya masih terbatas dan hanya dilakukan
secara tradisional seperti mengisi kasur, membuat keranjang, dan atap rumpi. Di
negara maju telah dikembangkan dan diolah menjadi makanan ternak, pupuk,
pengganti benang, bahan kertas, dan obat-obatan(farmasi).
Philips & Menez (1988) dalam Tangke (2010) menyatakan bahwa lamun
digunakan sebagai komoditi yang sudah banyak dimanfaatkan oleh masyarakat
baik secara tradisional maupun secara modern. Secara tradisional lamun telah
dimanfaatkan untuk :
1. Kompos dan pupuk;
2. Cerutu dan mainan anak-anak;
3. Dianyam menjadi keranjang;
4. Tumpukan untuk pematang;
5. Mengisi kasur;
6. Ada yang dapat dimakan atau dikonsumsi; dan
7. Dibuat jaring ikan.
Pada zaman modern ini, lamun telah dimanfaatkan untuk :
1. Penyaring limbah;
2. Stabilisator pantai;

3. Bahan untuk pabrik kertas;


4. Makanan; dan
5. Obat-obatan.
Fungsi lamun :

Sebagai produsen primer


Lamun mempunyai tingkat produktivitas primer tertinggi bila dibandingkan

dengan ekosistem lainnya yang ada di laut dangkal seperti ekosistem terumbu
karang (Thayer et al., 1975).
Tabel Perbandingan produktifitas primer ekosistem tropis

Tipe Ekosistem
Manggove
Padang Lamun

PP (g C/m2/tahun)
2.300-5.074
4.650-6.825

Terumbu Karang

4.200

Sebagai habitat biota laut


Lamun yang dalam jumblah banyak membentuk ekosistem padang lamun,

ekosistem padang lamun menjadi habitat biota laut, tempat mencari makan,
tempat berlindung dan menempel,berkembang biak, tempat asuhan dan singgahan,
serta berasosiasi dengan flora dan fauna lainnya.
Faktor ekologi inilah yang menjadikan ekosistem padang lamun sebagai
tmepat jaring-jaring makanan yang kompleks.

Pendukung ekosistem laut


Ekosistem padang lamun berada di pesisir, karenanya berhubungan dengan

darat dan laut. Pada wilayah terentu, ekosistem padang lamun berada di tengahtengah antara ekosistem manggrove yang berhubungan langsung dengan darat dan
ekosistem terumbu karang yang berhubungan dengan laut. Ekosistem padang
lamun juga berasosiasi dengan ekosistem manggrove dan ekostem terumbu
karang. Karenanya ketiga ekosisem ini menjadi penyangga bagi kehidupan di laut
maupun di darat.
Serasah yang diproduksi lamun membantu kelimpahan fitoplankton dan
zooplankton di terumbu karang, sehingga sebagian energi lamun juga memasuki

ekosistem terumbu karang. Maka ekosistem padang lamun juga memberikan


sumbangan terhadap produktivitas ekositem terumbu karang.

Pelindung pantai dan penjernih air


Akar rhizoma lamun mampu merayap dibawah permukaan dasar perairan
sehingga mampu mengikat sedimen dan memperkokoh tumbuhan lamun, lumpur
yang terperangkap di rhizomanya tentunya harus juga dikung oleh terumbu karang
dan manggrove. ketika terjadi arus dan gelombang yang besar, daya rusaknya
semakin berkurang di zona padang lamun yang kokoh dengan ketebalan tumbuh
lamunnya (daun lamun yang lebat memperlambat gerakan air).
Pada wilayah dengan tiga ekosistem utama di pesisir, yaitu terumbu karang,
padang lamun, dan manggrove, maka daya rusak ombak termasuk badai topan dan
tsunami pun akan berkurang. Pada perairan dangkal, kecepatan gelombang
menjadi berkurang.

Pendaur unsur zat hara

Menurut Philips & Menez (1988), ekosistem lamun merupakan salah satu
ekosistem bahari yang produktuf yang mempunyai fungsi antara lain:
a. Menstabilkan dan menahan sedimen-sedimen yang terbawa melalui arus dan
gelombang,
b. Daun-daun lamun memperlambat dan mengurangi arus dan gelombang,
c. Memberikan perlindungan terhadap hewan-hewan muda dan dewasa yang
berkunjung ke padang lamun,
d. Daun-daun sangat membantu organisme-organisme epifit,
e. Mempunyai produktivitas dan pertumbuhan yang tinggi,
f. Memfiksasi karbon yang sebagian besar masuk ke dalam sistem daur rantai
makanan.

Mata Rantai Makanan


Berdasarkan nilai produktivitas padang lamun, asosiasi organisme, uraian

tentang biota dan sumberdaya hayati laut dan tujuannya menem pati atau
mengunjungi padang lamun, maka dapat disimpulkan bahwa pada ekosistem
padang lamun terdapat tiga tipe rantai makanan, yaitu :

1. Rantai Makanan Detritus (Detritus Food Chain), karena sebagian besar biota
yang hidup pada ekosistem padang lamun menanfaatkan serasah lamun
sebagai makanan (sumber energi).
2. Rantai Makanan Merumput (Grazing Food Chain), karena sejumlah fauna
laut termasuk reptilia dan mamalia laut menggunakan padang lamun sebagai
padang penggembalaan.
3. Rantai makanan plankton (Plankton Food Chain). Ketiga rantai makanan
tersebut membentuk jala makanan pada ekosistem padang lamun.
F. Penyebab kerusakan padang lamun
Kerusakan yang terjadi pada padang lamun dapat disebabkan oleh natural
stress (kerusakan yang disebabkan oleh faktor alam) dan anthropogenic stress
(kerusakan yang disebabkan oleh aktivitas atau kegiatan manusia). Natural stress
bisa disebabkan gunung meletus, tsunami, kompetisi, maupun predasi. Sedangkan
anthropogenik stress disebabkan oleh kegiatan sebagai berikut (Bengen, 2001) :
1. Perubahan fungsi pantai untuk pelabuhan atau dermaga.
2. Eutrofikasi (blooming mikro alga dapat menutupi lamun dalam memperoleh
sinar matahari).
3. Aquakultur (pembabatan dari hutan mangrove untuk tambak).
4. Water polution (logam berat dan minyak).
5. Over fishing (pengambilan ikan yang berlebihan dan cara penangkapannya
yang merusak.
Selain itu juga limbah pertanian, industri, dan rumah tangga yang dibuang ke
laut, pengerukan lumpur, lalu lintas perahu yang padat, dan lain-lain kegiatan
manusia dapat mempengaruhi kerusakan lamun.
G. Rehabilitasi Padang Lamun
Merujuk pada kenyataan bahwa padang lamun mendapat tekanan gangguaun
utama dari aktivitas manusia maka untuk merehabilitasinya dapat dilakukan
melalui dua pendekatan: yakni ; 1) Rehabiltasi lunak (soft Rehabilitation), dan 2)
rehabilitasi keras (Hard Rehabilitation)
a. Rehabilitasi lunak

Rehabilitasi lunak lebih

menekankan

pada

pengendalian

perilaku

manusia.Rehabilitasi lunak mencakup hal-hal sebagai berikut:


1) Kebijakan

dan strategi pengelolaan.

Dalam pengelolaan lingkungan

diperlukan kebijakan dan strategi yan jelas untuk menjadi acuan pelaksanaan
oleh para pemangku kepentingan ( stake holdes).
2) Penyadaran masyarakat (Public awareness). Penyadaran masyarakat dapa
dilaksanakan dengan berbagai pendekatan.
3) Pendidikan. Pendidikan mengenai lingkungan

termasuk

pentingnya

melestarikan lingkungan padang lamun. Pendidikan dapat disampaikan lewat


jalan pendidikan formal dan non-formal.
4) Pengembangan riset.Riset diperlukan untukmendapatkan informasi yang
akurat untuk mendasari pengambilan Keputusan dalam pengelolaan
lingkungan.
5) Mata pencaharian yang alternatif. Perlu dikembangkan berbagai kegiatan
untuk mengembangkan mata pencarian alternatif yang ramah lingkungan
yang dapat dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Masyarakat yang
sejahtera akan lebih mudah diajak untuk menghargai dan melindungi
lingkungan.
6) Pengikut sertaan masyarakat. Pertisipasi masyrakat dalam berbagai kegiatan
lingkungan apat memberi motivasi yang lebih kuat dan lebih menjamin
keberlanjutanya.Kegiaan bersih pantai dan pengelolaan sampah misalnya
merupakan bagian dari kegiatan ini.
7) Pengembangan Daerah Pelindungan Padang Lamun (segrass sanctuary)b
erbasis masyarakat. Daerah perlidungan padang lamun merupakan bank
sumberdaya yang dapat lebih menjamin ketersediaan sumberdaya ikan dalam
jangka panjang.
8) Peraturan perundangan.

Pengembangan

peraturan

perundangan

perlu

dikembangkan dan dilaksanakan dengan tidak meninggalkan kepentingan


masyarakat luas.Keberadaan hukum adat, serta kebiasaan masyarakat lokal
perlu dihargai dan dikembangkan.
9) Penegakan huku secara konsisten. Segala peraturan perundangan tidak akan
ada dimankan bila tidak ada ditegakan secara konsisten. Lembaga-lembaga
yang terkait dengan penegakan hukum perlu diperkuat, termasuk lembagalembaga adat.

b. Rehabilitasi Keras
Rehabiltasi keras menyangkut kegiatan langsung perbaikan lingkungan
dilapangan.Ini dapat dilaksanakan misalnya dengan rehabilitasi lingkungan atau
dengan transplantasi lamun dilingkungan yang perlu direhabilitasi.Kegiatan
transplantasi lamun di Indonesia belum berkembang luas.Berbagai percobaan
transplantasi lamun telah dilaksanakanoleh Pusat Penelitian Oseanografi LIPIyang
masih dalam taraf awal. Pengembangan transplantasi lamun telah dilaksanakan
diluar negeri dengan berbagai tingkat keberhasilan, (Himnasurai Untama, 2012)

III.
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Lamun (seagrass) adalah tumbuhan air berbunga (anthophyta) yang hidup

dan tumbuh terbenam di lingkungan laut, berpembuluh, berimpang (rhizome),


berakar, dan berkembangbiak secara generative (biji) dan vegetatif.
Rimpangnya merupakan batang yang beruas-ruas yang tumbuh terbenam dan
2.
3.
4.
5.
6.

menjalar dalam substrat pasir, lumpur, dan pecahan karang.


Di Indonesia ada 14 spesies lamun, sedangkan di dunia ada 55 spesies.
Reproduksi lamun dapat dilakukan secara aseksual dan seksual
Lamun memiliki akar, batang, daun dan bunga serta buah.
Lamun dapat berasosiasi antara sesama lamun serta dengan biota laut lainnya.
Lamun memiliki fungsi ekologis dan dapat dimanfaatkan oleh manusia

B.
1.
2.
3.

Saran
Melakukan pengelolaan ekosistem padang lamun.
Pemberdayaan kesadaran dalam mengurangi kerusakan ekosistem alam.
Melakukan penelitian sebanyak-banyaknya tentang ekosistem padang lamun.

DAFTAR PUSTAKA
Kuo, J. 2007. New monoecious seagrass of Halophila sulawesii
(Hydrocharitaceae) from Indonesia. Aquatic Botany 87(2): 171-175.
http://konservasi-laut.blogspot.com/2011/05/holophila-sulawesi.html. 16
September 2015.
Tjandara, Ellen. 2011. Mengenal Padang Lamun.Bogor: Pakar Media.
Arifbayuadi, 2010. Pengelolaan Ekosistem Lamun. Word Press.com
Dahuri, dkk. 2001. Pengelolaan Sumberdaya Wilayah Pesisir dan Lautan Secara
Terpadu. Pradnya Paramita, Jakarta.
Gufron & Kordi, 2011. Ekosistem Padang Lamun, Fungsi Potensi dan
Pengelolaan. Rineka Cipta Jakarta
Himnasurai Untama, 2012. Pengelolaan Padang Lamun. Blog Himpunan
Mahasiswa Manajemen Sumberdaya Perairan (Himnasurai), Universitas
Antakusuma Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah
http://MexskilMauday.blogspot.com/makalah-padang-lamun.html.diakses
30102015 jam 10:20

Anda mungkin juga menyukai