Disusun oleh:
Niamul Huda, ST., M.Pd
Linda Dwinanada, S.Pd., M.Si
Didukungi oleh:
Dikembangkan oleh:
ETC Foundation the Netherlands
KATA PENGANTAR
Bahan ajar siswa ini dimaksudkan untuk memandu siswa untuk melaksanakan tugas
kegiatan belajar di sekolah. Dengan demikian diharapkan setiap siswa akan berusaha
untuk
melatih
persoalan
dalam
mempelajari dan
melaksanakan semua
petunjuk dari bahan ajar siswa ini secara tuntas, akan mempunyai kompetensi sesuai
dengan tuntutan pekerjaan sebagai tenaga pelaksana pemeliharaan Teknik Energi
Terbarukan.
ii
DAFTAR ISI
2.
3.
4.
5.
Rangkuman ...................................................................................................... 11
6.
7.
2.
3.
4.
2.
3.
4.
5.
Rangkuman ...................................................................................................... 65
iii
6.
7.
BAB 3 ............................................................................................................................ 68
PENUTUP ..................................................................................................................... 68
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 69
iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. 1 Prinsip Kerja GC ......................................................................................... 6
Gambar 1. 2. Prinsip Kerja HPLC .................................................................................... 7
Gambar 1. 3. Proses Pencampuran Enzim ..................................................................... 7
Gambar 1. 4. Skala Pada Alkohol Meter ......................................................................... 8
Gambar 1. 5. Mengukur Kadar Bioetanol ........................................................................ 9
Gambar 2. 1. Ilustrasi Pengujian Viskositas Biodiesel ................................................... 32
Gambar 2. 2. Piknometer .............................................................................................. 33
Gambar 3. 1. Ilustrasi Penggunaan Bom Kalorimeter ................................................... 43
Gambar 3. 2. Alur Kerja Pengujian Nilai Kalor ............................................................... 44
Gambar 3. 3. Grafik Hubungan Pirolisis terhadap Nilai Kalor ........................................ 45
Gambar 3. 4. Contoh Oven Pemanas dan Cawan Porselen ........................................ 47
Gambar 3. 5. Contoh Timbangan Digital ....................................................................... 47
Gambar 3. 6. Alur Pengujian Kadar Air ......................................................................... 48
Gambar 3. 7. Grafik Hubungan Pirolisis Terhadap Kadar Air ........................................ 49
Gambar 3. 8. Grafik Hubungan Suhu Pirolisis Terhadap Rendemen ............................ 50
Gambar 3. 9. Alur Pengujian Kadar Zat Terbang .......................................................... 52
Gambar 3. 10. Grafik Hubungan Pirolisis terahadap Kadar Zat Terbang ...................... 53
Gambar 3. 11. Alur Pengujian Kadar Abu ..................................................................... 55
Gambar 3. 12. Grafik Hubungan Pirolisis Terhadap Kadar Abu ................................... 56
Gambar 3. 13. Alur Pengujian Kadar Karbon ................................................................ 57
Gambar 3. 14. Jangka Sorong....................................................................................... 58
Gambar 3. 15. Grafik Hubungan Pirolisis Terhadap Berat Jenis ................................... 60
Gambar 3. 16. Ilustrasi Metoda drop test ...................................................................... 61
Gambar 3. 17. Force Gauge .......................................................................................... 64
DAFTAR TABEL
Tabel 1. 1 Standar dan Mutu Bahan Bakar Nabati Jenis Bioetanol ................................. 4
Tabel 2. 1. Standar Biodiesel yang Berlaku di Indonesia (SNI-04-7182-2006) .............. 14
Tabel 3. 1. Standar Kualitas Briket Arang Kayu (SNI 1-6235-2000) .............................. 39
Tabel 3. 2. Standar Kualitas Briket Hasil Penelitian ....................................................... 39
Tabel 3. 3. Sifat Fisik dan Kimia Briket Arang Komersial ............................................... 40
Tabel 3. 4. Standar Kualitas Briket untuk Pemakaian Rumah Tangga .......................... 40
Tabel 3. 5. Jenis ASTM yang Digunakan dalam Pengujian Briket ................................. 41
Tabel 3. 6. Contoh Hasil Pengujian Nilai Kalor Briket Arang Tempurung Kelapa .......... 44
Tabel 3. 7. Contoh Hasil Pengujian Kadar Air Briket Tempurung Kelapa ...................... 48
Tabel 3. 8. Contoh hasil pengukuran rendemen Arang Tempurung Kelapa .................. 50
Tabel 3. 9. Contoh Hasil Pengujian Kadar Zat Terbang Briket Tempurung Kelapa ....... 52
Tabel 3. 10. Contoh Hasil Pengujian Kadar Abu Briket Arang Tempurung Kelapa ....... 55
Tabel 3. 11. Contoh Hasil Pengujian Berat Jenis Arang Tempurung Kelapa................. 59
vi
1. Baca semua isi dan petunjuk pembelajaran bahan ajar siswa mulai halaman
judul hingga akhir bahan ajar siswa ini. Ikuti semua petunjuk pembelajaran yang
harus diikuti pada setiap Kegiatan Belajar
2. Belajar dan bekerjalah dengan penuh tanggung jawab dan sepenuh hati, baik
secara kelompok maupun individual sesuai dengan tugas yang diberikan.
3. Kerjakan semua tugas yang diberikan dan kumpulkan sebanyak mungkin
informasi yang dibutuhkan untuk meningkatkan pemahaman Anda terhadap
bahan ajar siswa ini.
4. Jagalah keselamatan dan keamanan kerja serta peralatan baik di kelas,
laboratorium maupun di lapangan.
5. Kompetensi yang dipelajari di dalam bahan ajar siswa ini merupakan kompetensi
minimal. Oleh karena itu disarankan Anda mampu belajar lebih optimal.
6. Laporkan semua pengalaman belajar yang Anda peroleh baik tertulis maupun
lisan sesuai dengan tugas setiap bahan ajar siswa.
vii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejak tahun 2005 pemerintah mulai memfokuskan lebih sistematis pada energi
terbarukan. Aplikasi energi terbarukan di Indonesia saat ini berlangsung di bidang
tenaga air, energi panas bumi, bio-energi, energi angin, energi surya, dan energi
pasang surut. Dalam Cetak Biru Pengelolaan Energi Nasional 2005-2025 (2005)
menunjukkan bahwa ada pemanfaatan yang belum jelas dari sumber energi
terbarukan: kapasitas terpasang hanya sebagian kecil dari potensi sumber energi
terbarukan yang berbeda. Untuk Micro Hydro Power (MHP) ini adalah 18%, tetapi
untuk energi terbarukan lain bahkan jauh lebih rendah, Untuk aplikasi biomassa ini
hanya 0,6%. UU Energi Nomor 30 Tahun 2007 merupakan dasar hukum energi
kebijakan pasokan Indonesia untuk melayani kebutuhan energi nasional, prioritas
kebijakan pengembangan energi, kebijakan pemanfaatan sumber daya energi
nasional dan saham energi nasional. Hukum menyatakan bahwa setiap warga
negara Indonesia memiliki hak untuk mengakses sumber-sumber energi modern.
Dalam Visi Energi 25/25 arah kebijakan energi nasional diuraikan. Kebijakan ini
bertujuan untuk meningkatkan pemanfaatan energi terbarukan menjadi 25% dari
total pasokan energi pada tahun 2025. Visi menunjukkan pergeseran dari
konsentrasi pada pasokan energi fosil ke energi terbarukan, setidaknya di mana
harga biaya energi fosil yang lebih tinggi.
C. Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari bahan ajar siswa ini diharapkan peserta mampu :
o Menjelaskan standar produk bioetanol.
o Menjelaskan proses pengujian bioetanol
o Menyebutkan alat pengujian bioetanol
o Melakukan pengujian biodiesel
o Menjelaskan standar produk biodiesel
1
BAB II
KEGIATAN BELAJAR
2. Indikator Keberhasilan
Setelah mempelajari bahan ajar ini siswa mampu :
2.1
2.2
2.3
2.4
3. Uraian Materi
3.1. Standar Biodiesel
Keputusan Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi
Energi No. 722 K/10/DJE/2013 tanggal 02 Mei 2013.
Metode Uji
Persyaratana.
99,9 (setelah
didenaturasi
SNI 7390:2012
dengan
Kadar etanolb.
Satuan,
min/max
%-v, min.
denatonium
benzoate),
94,0 (setelah
didenaturasi
dengan
hidrokarbon)
2
Kadar
0,5
%-v, maks
No Parameter Uji
methanol
Metode Uji
Persyaratana.
Satuan,
min/max
Kadar air
%-v, maks
Kadar
denaturan
- Hidrokarbon
atau
7390:2012
2-5
%-v
4-10
mg/l
0,1
mg/kg,
- Denatonium
Benzoat
5
Kadar
tembaga (Cu)
maks
SNI 7390:2012
6
Keasaman
sebagai asam
BS6392-1 atau
asetat
30
mg/L,
maks
SNI 7390:2012
7
Tampakan
Kadar ion
klorida (Cl)
20
mg/L, maks
50
mg/L, maks
5,0
mg/100ml,
SNI 7390:2012
9
Kandungan
belerang (S)
10
Kadar getah
purwa dicuci
maks
selama
periode
waktu
yang
lebih
singkat,
3.2.4. Hydrometer
Alat untuk mengukur kadar etanol ini dikenal dengan nama
hydrometer alkohol atau alkohol meter. Di bagian atas alkohol
meter tersebut dilengkapi dengan skala yang menunjukkan kadar
alkohol. Prinsip kerjanya berdasarkan berat jenis campuran antara
alkohol dengan air. Bentuknya seperti gambar di bawah ini.
ii.
iii.
iv.
v.
UKM
atau
rumahan
rasanya
sudah
cukup
memadai.
GC (Gas Chromatography)
b.
c.
Metode Enzym
d.
Hidrometer
15 0C
b.
18 0C
c.
20 0C
d.
Temperatur kamar
10
4.5. Metode pengukuran bioetanol yang paling cocok untuk skala UKM atau
rumahan adalah :
a. GC (Gas Chromatography)
b. HPLC (High Performance Liquid Chromatography)
c. Metode Enzym
d. Hidrometer
Penugasan :
Lakukan pengukuran bioetanol menggunakan metode hidrometer.
Bahan
Tugas :
1. Jelaskan langkah-langkah pengukuran bioetanol.
2. Berapa kadar bioetanol yang diukur?
5. Rangkuman
Metode pengukuran kadar bioetanol ada 4, yaitu : metode GC (Gas
Chromatography),
metode
HPLC
(High
Performance
Liquid
hidrometer
dan
amati
termometer,
pada
waktu
11
12
2. Indikator Keberhasilan
Setelah mempelajari bahan ajar ini siswa mampu :
2.1 Mendeskripsikan pengertian pengukuran biodiesel.
2.2 Mendeskripsikan cara pengukuran biodiesel
2.3 Menyebutkan alat pengukuran biodiesel
2.4 Menguji produkbiodiesel
3. Uraian Materi
3.1. Standar Biodiesel
Standar biodiesel disusun untuk menjaga kualitas biodiesel yang
diproduksi dan diniagakan sehingga membangun kepercayaan dari
konsumen. Selain itu, standar biodiesel menuntun para produsen
biodiesel dan peneliti dalam penelitian dan pengembangan biodiesel.
Beberapa syarat mutu yang penting dalam standar biodiesel adalah :
a. Kadar ester metil biodiesel, yakni tidak boleh lebih kecil dari 96,5%.
Apabila syarat ini tidak terpenuhi, maka harus dilakukan proses
pemisahan TAG, DAG, dan MAG dari ester, yang merupakan proses
yang mahal dan sulit.
b. Kestabilan oksidasi, yakni untuk mengetahui sejauh mana biodiesel
stabil terhadap serangan oksigen. Kestabilan oksidasi merupakan
salah satu sifat yang paling penting. Produk-produk hasil oksidasi
dapat mengganggu fungsi mesin/kendaraan dan bahkan dapat
menciptakan kerusakan dalam mesin. Buruknya kestabilan oksidasi
meningkatkan resiko pembentukan gum, endapan, dan senyawa tak
terlarut lainnya.
c. Viskositas, hal ini penting dalam hal perpompaan dan atomisasi bahan
bakar. Apabila viskositasnya besar berakibat kepada buruknya
atomisasi, sebaliknya apabila viskositasnya terlalu kecil maka bahan
13
dan
dapat
menyediakan
informasi
mengenai
Batas nilai
Metode Uji
Metode
setara
850 890
ASTM D 1298
ISO 3675
2,3 6,0
ASTM D 445
ISO 3104
Angka setana
min. 51
ASTM D 613
ISO 5165
min. 100
ASTM D 93
ISO 2710
Titik kabut,C
maks. 18
ASTM D 2500
maks. no. 3
ASTM D 130
ISO 2160
maks. 0,05
(maks. 0,3)
ASTM D 4530
ISO 10370
maks. 0,05
ASTM D 2709
maks. 360
ASTM D 1160
maks. 0,02
ASTM D 874
maks. 100
ASTM D 5453
ISO 3987
prEN ISO
20884
maks. 10
maks. 0,8
maks. 0,02
maks. 0,24
kg/m
Viskos. kinem. pd 40 C,
2
mm /s (cSt)
AOCS Ca 1255
AOCS Cd 3-63
AOCS Ca 1456
AOCS Ca 14-
FBI-A05-03
FBI-A01-03
FBI-A02-03
FBI-A02-03
14
Batas nilai
Metode Uji
Metode
setara
56
Kadar ester alkil, %-b
Angka iodium, %-b (gI2/100 g)
Uji Halphen
min. 96,5
dihitung
FBI-A03-03
maks. 115
AOCS Cd 1-25
FBI-A04-03
Negatif
AOCS Cb 1-25
FBI-A06-03
15
Bahan
1. Kloroforom Pa
2. Etanol teknis 95%
3. KOH Pa
4. Fenolftalein
Larutan-larutan
Larutan 0,1 N kalium hidroksida di dalam etanol 95 %-v
1.
a. Refluks campuran 1,2 liter etanol 95 %-v dengan 10 gram KOH dan
6 gram pelet aluminium (atau aluminum foil) selama 1 jam dan
kemudian langsung destilasikan
b. Buang 50 mL distilat awal dan selanjutnya tampung 1 liter alkohol
distilat berikutnya dalam wadah bersih bertutup gelas.
c. Larutkan 7 gram KOH mutu reagen atau pro analisis ke dalam 1
liter alkohol distilat tersebut. Biarkan selama 5 hari untuk
mengendapkan pengotor-pengotor dan kemudian dekantasikan
larutan jernihnya ke dalam botol gelas coklat bertutup karet.
d. Normalitas larutan ini harus diperiksa/distandarkan setiap akan
digunakan
e. Standarisasi larutan KOH
Cara 1 :
a. Timbang seksama kira-kira 100 mg kalium hidrogen ftalat kering
(KHC8H4O4)
b. larutkan dalam sebuah gelas piala ke dalam 100 ml akuades
c. Tambahkan 0,5 mL larutan indikator fenolftalein
d. Isi buret dengan larutan KOH dalam alkohol yang akan distandarkan
e. Atur posisi gelas piala pada pelat pengaduk sehingga ujung buret
cukup dekat dengan permukaan cairan, untuk menjamin semua
percikan jatuh ke dalam cairan dalam gelas piala tersebut
f.
Sambil terus diaduk, titrasi isi gelas piala dengan larutan KOH
beralkohol sampai ke titik akhir berjangkitnya warna merah jambu
16
WKHF
(VKOH .204,21)
dimana:
WKHF adalah berat kalium hidrogen ftalat (mg)
VKOH adalah volume larutan KOH yang distandarkan (mL)
204,21 adalah berat molekul kalium hidrogen ftalat (g/mol)
Cara 2:
a. Pipet 5 mL larutan HCl 0,1 0,0005 N ke dalam sebuah gelas piala
yang berisi 100 ml akuades
b. Tambahkan 0,5 mL larutan indikator fenolftalein
c. Isi buret dengan larutan KOH dalam alkohol yang akan distandarkan
d. Atur posisi gelas piala pada pelat pengaduk sehingga ujung buret
cukup dekat dengan permukaan cairan, untuk menjamin semua
percikan jatuh ke dalam cairan dalam gelas piala tersebut
e. Sambil terus diaduk, titrasi isi gelas piala dengan larutan KOH
beralkohol sampai ke titik akhir berjangkitnya warna merah jambu
f.
Catat volume larutan KOH dalam alkohol yang dibutuhkan (VKOH mL)
2.
5.N HCl
VKOH
Prosedur Analisa
1. Timbang 19 21 0,05 gram contoh biodiesel ester alkil ke dalam
sebuah labu erlenmeyer 250 mL
17
56,1.V.N
m
mg KOH/g
biodiesel
dimana:
V = volume larutan KOH dalam alkohol yang dibutuhkan pada titrasi (mL)
N = normalitas eksak larutan KOH dalam alkohol.
M = berat contoh biodiesel ester alkil (g)
Catatan :
Campuran pelarut yang sudah dinetralkan adalah campuran pelarut (50 mL
etanol dan 50 mL kloroforom) ditambahkan 6 tetes fenolftalein kemudian
ditambahkan KOH-etanol sampai warna campuran merah jambu.
3.2.2. Metode Analisis Standar untuk Angka Penyabunan dan Kadar Ester
Biodiesel Ester Alkil
Definisi
Dokumen Metode Analisis Standar ini menguraikan prosedur untuk
menentukan angka penyabunan biodiesel ester alkil dengan proses
titrimetri. Angka asam adalah banyak miligram KOH yang dibutuhkan untuk
menyabunkan satu (1) gram contoh biodiesel. Melalui kombinasi dengan
18
hasil-hasil analisis angka asam (FBI-A01-03) dan gliserol total (FBI-A0203), angka penyabunan yang diperoleh dengan metode standar ini dapat
dipergunakan untuk menentukan kadar ester di dalam biodiesel ester alkil.
Ruang Lingkup
Dapat diterapkan untuk biodiesel yang berupa ester alkil (metil, etil,
isopropil, dsj.) dari asam-asam lemak serta berwarna pucat.
Acuan Normatif
Standar ini disusun berdasarkan acuan AOCS Official Method Ca 14-56
Prinsip
Asam lemak bebas ataupun terikat bereaksi dengan KOH membentuk
sabun
Alat
1. Labu erlenmeyer berasah 250 mL
2. Kondensor spiral
3. Hot plate dan stirrer
4. Buret 25 atau 50 mL
5. Gelas kimia 100 mL
6. Pipet volume 50 mL
Bahan
1. HCl pekat 37% Pa
2. Etanol teknis 95%
3. KOH Pa
4. Fenolftalein
Larutan-larutan
1. Asam khlorida (HCl) 0,5 N yang sudah terstandarkan (normalitas
eksaknya diketahui).
2. Larutan kalium hidroksida (lihat Catatan peringatan) di dalam etanol
95 %-v. Refluks campuran 1,2 liter etanol 95 %-v (lihat Catatan
19
hari
20
Perhitungan
56,1(B - C)N
mg
m
KOH/g biodiesel
dimana :
B = volume HCl 0,5 N yang dihabiskan pada titrasi blanko (mL)
C = volume HCl 0,5 N yang dihabiskan pada titrasi contoh (mL)
N = normalitas eksak larutan HCl 0,5 N.
m = berat contoh biodiesel ester alkil (g)
100 ( As Aa 4,57Gttl )
As
dimana :
As = angka penyabunan yang diperoleh di atas (mg KOH/g biodiesel)
Aa = angka asam (prosedur FBI-A01-03) (mg KOH/g biodiesel)
Gttl = kadar gliserin total dalam biodiesel (prosedur FBI-A02-03) (%-b)
3.2.3. Metode Analisis Standar Kadar Gliserol Total, Bebas dan Terikat
dengan menggunakan Metoda Iodometri
Definisi
Gliserol bebas adalah gliserol yang terdapat dalam sampel biodiesel.
Gliserol total adalah gliserol bebas dan terikat yang ada dalam sampel
biodiesel. Gliserol terikat adalah gliserol dalam bentuk mono, di,
trigliserida yang ada dalam sampel biodiesel. Gliserol bebas ditentukan
langsung pada contoh yang dianalisis, gliserol total setelah contohnya
disaponifikasi, dan gliserol terikat dari selisih antara gliserol total
dengan gliserol bebas.
21
Ruang Lingkup
Metoda ini digunakan untuk menentukan kadar gliserol total, bebas dan
terikat di dalam ester alkil dengan batas tertinggi 0,24 %-berat untuk
gliserol total dan 0,02 %-berat untuk gliserol bebas.
Acuan Normatif
Standar ini disusun berdasarkan acuan AOCS Official Method ca 14-56
Prinsip
Asam periodat berlebih bereaksi dengan gliserol membentuk senyawa
asam format, formaldehid, ion IO3- dan sisa IO4-. Kemudian ion IO3- dan
IO4- sisa bereaksi dengan KI membentuk senyawa I2 yang berwarna
coklat. I2 yang terbentuk kemudian dititrasi dengan natrium tiosulfat
membentuk senyawa I-. Saat senyawa I2 habis bereaksi dengan
natrium tiosulfat, terjadi perubahan warna indikator pati dari biru
menjadi tak berwarna. Jumlah IO4- awal diketahui dengan menitrasi
blangko. Perbedaan jumlah antara jumlah titran untuk blangko dan
titran ekivalen dengan jumlah gliserol dalam sampel.
Alat
1. Labu erlenmeyer berasah 250 mL
2. Kondensor spiral
3. Hot plate dan stirrer
4. Buret 25 atau 50 mL
5. Gelas kimia 100 mL
6. Gelas ukur 100 mL
7. Pipet ukur 1, 5, 10, 25, dan 50 mL
8. Pipet volume 100 mL
9. Labu ukur 1000 mL
Bahan
1. Kloroform Pa
2. Etanol teknis 95%
3. KOH Pa
4. Asam asetat glasial
22
hipokhlorit
[NaOCl]
%-b,
yang
tersedia
di
23
Normalitas lar. Na 2 S 2 O 3
dengan pengertian :
VK 2Cr2O7 N K 2Cr2O7
VNa 2S2O3
menitrasi
5. Larutan kalium iodida (KI)
a. Timbang 150 g Kalium iodida
b. Larutkan ke dalam aquades, disusul dengan pengenceran hingga
bervolume 1 L
c. Larutan KOH alkoholik
melarutkan 40 gram KOH dalam 1 liter etanol 95 %-v
jika larutan agak keruh, saring larutan sebelum digunakan
24
Prosedur Analisis
1. Gliserol Total
a. Timbang 9,9 10,1 0,01 gram contoh biodiesel ester alkil ke
dalam sebuah labu erlenmeyer.
b. Tambahkan 100 mL larutan KOH alkoholik, sambungkan labu
dengan kondensor berpendingin udara dan didihkan isi labu
dengan perlahan selama 30 menit untuk mensaponifikasi esterester.
c. Tambahkan 91 0,2 mL khloroform dari sebuah buret ke dalam
labu takar 1 liter. Kemudian tambahkan 25 mL asam asetat glasial
dengan menggunakan gelas ukur.
d. Singkirkan labu saponifikasi dari hot plate, bilas dinding dalam
kondensor dengan sedikit aquades. Lepaskan kondensor dan
pindahkan isi labu saponifikasi secara kuantitatif ke dalam labu
takar pada langkah (c) dengan menggunakan 500 mL aquades
sebagai pembilas.
e. Tutup rapat labu takar dan kocok isinya kuat-kuat selama 30 60
detik.
f.
lapisan
khloroform
dan
lapisan
akuatik
memisah
sempurna.
g. Pipet masing-masing 6 mL larutan asam periodat ke dalam 2 atau
3 labu erlenmeyer 500 ml dan siapkan dua blanko dengan mengisi
masing-masing 50 ml aquades ditambah 6 mL larutan asam
periodat.
h. Pipet 100 mL lapisan akuatik yang diperoleh dalam langkah (f) ke
dalam labu erlenmeyer berisi larutan asam periodat dan kemudian
kocok gelas piala ini perlahan supaya isinya tercampur baik.
Sesudahnya, tutup gelas piala dengan kaca arloji/masir dan
biarkan selama 30 menit. Jika lapisan akuatik termaksud
mengandung
bahan
tersuspensi,
saring
dahulu
sebelum
25
j.
Titrasi isi gelas piala dengan larutan natrium tiosulfat yang sudah
distandarkan (diketahui normalitasnya). Teruskan titrasi sampai
warna
coklat
iodium
ini tercapai,
Ulangi langkah (h) s/d (k) untuk mendapatkan data duplo dan (jika
mungkin) triplo.
Catatan:
Pada temperatur kamar, tenggang waktu antara penyiapan contohcontoh (langkah h) dan penitrasiannya (langkah j) tidak boleh lebih dari
1,5 jam.
2. Gliserol Bebas
a. Timbang 9,9 10,1 0,01 gram contoh biodiesel ester alkil dalam
sebuah botol timbang.
b. Bilas contoh ini ke dalam labu takar 1 liter dengan menggunakan 91
0,2 mL khloroform yang diukur dengan buret.
c. Tambahkan kira-kira 500 ml aquades, tutup rapat labu dan kemudian
kocok kuat-kuat selama 30 60 detik.
d. Tambahkan akuades sampai ke garis batas takar, tutup lagi labu rapatrapat dan campurkan baik-baik isinya dengan membolak-balikkan dan,
26
j.
Ulangi langkah (f) s/d (i) untuk mendapatkan data duplo dan (jika
mungkin) triplo.
k. Lakukan analisis blanko dengan menerapkan langkah (g) s/d (i) pada
dua gelas piala berisi larutan blanko tersebut pada (e).
Catatan :
Pada temperatur kamar, tenggang waktu antara penyiapan contoh-contoh
(langkah f) dan penitrasiannya (langkah h) tidak boleh lebih dari 1,5 jam.
27
Perhitungan
1. Kadar gliserol total
Menghitung kadar gliserol total (Gttl, %-b) dengan rumus :
Gttl (%-b) =
2.302(B C)N
W
dimana :
C = volume larutan natrium tiosulfat yang habis dalam titrasi contoh
(mL)
B = volume larutan natrium tiosulfat yang habis dalam titrasi blangko
(mL)
N = normalitas eksak larutan natrium tiosulfat.
W=
aDari
bDari
28
Tambahkan 5 mL HCl pekat,10 mL larutan KI dan aduk baikbaik dan tutup labu tersebut
Simpan di tempat yang gelap selama 5 menit dan selanjutnya
tambahkan 100 ml aquades.
Titrasi dengan larutan natrium tiosulfat sambil terus diaduk,
sampai warna kuning hampir hilang
Tambahkan 1 2 mL larutan pati dan teruskan titrasi pelahanlahan sampai warna biru persis sirna.
Hitung normalitas larutan natrium tiosulfat dengan persamaan
berikut
Normalitas lar. Na 2 S 2 O 3
VK 2Cr2O7 N K 2Cr2O7
VNa 2S2O3
Dimana,
VK 2Cr2O7 adalah volume kalium dikromat (mL)
menitrasi
Prosedur Analisis
1. Timbang 0,13 0,15 0,001 gram contoh biodiesel ester alkil ke
dalam labu iodium.
2. Tambahkan 15 mL larutan karbon tetrakhlorida (atau 20 ml camp.
50 %-v sikloheksan 50 %-v asam asetat) dan kocok-putar labu
untuk menjamin contoh larut sempurna ke dalam pelarut
3. Tambahkan 25 mL reagen Wijs dengan pipet seukuran dan tutup
labu. Kocok-putar labu agar isinya tercampur sempurna dan
kemudian segera simpan di tempat gelap bertemperatur 25 5 oC
selama 1 jam.
4. Sesudah perioda penyimpanan usai, ambil kembali labu, dan
tambahkan 20 mL larutan KI serta kemudian 150 ml akuades.
30
12,69(B C)N
W
dengan:
C = volume larutan natrium tiosulfat yang habis dalam titrasi contoh
(mL).
B = volume larutan natrium tiosulfat yang habis dalam titrasi blangko
(mL).
N = normalitas eksak larutan natrium tiosulfat
W = berat eksak contoh biodiesel yang ditimbang
3.2.5. Uji Viskositas Biodiesel
Definisi
Viskositas dapat didefinisikan sebagai tahanan yang dimiliki suatu fluida
bila dialirkan di dalam pipa kapiler terhadap gaya gravitasi, yang pada
umumnya dinyatakan dalam satuan waktu yang dibutuhkan untuk
mengalir sejauh jarak tertentu
Ruang Lingkup
Mengukur kekentalan biodiesel atau solar pada suhu 40C
Acuan Normatif
Standar ini disusun berdasarkan acuan ASTM D 445
31
Alat
1. Viskometer cannon fenske (K= 0,01728)
2. Filer
Prosedur Analisis
1. 13 mL sampel biodiesel, dimasukkan ke dalam pipa kapiler
2. Masukkan ke dalam water bath pada suhu 40C
3. Sampel biodiesel dihisap menggunakan filer sampai batas (a)
4. Biarkan sampel turun sampai batas (b), kemudian catat waktu dari
batas( b) sampai batas (c)
Dimana:
V = viskositas (Cst)
k = konstanta pipa kapiler
t = waktu (s)
32
Gambar 2. 2. Piknometer
Perhitungan
Dimana:
a = berat pikno kosong (g)
b = berat pikno kosong + biodiesel (g)
v = volume pikno (mL)
33
34
dan ginjal yang fatal. Zat ini tidak mudah menyala, tetapi akan terbakar juga
bila terus-terusan terkena nyala api atau berada pada temperatur tinggi,
serta menghasilkan fosgen (bahan kimia berbahaya) jika terpanaskan
sampai temperatur dekomposisinya. Khloroform dapat bereaksi eksplosif
dengan aluminium, kalium, litium, magnesium, natrium, disilan, N 2O4, dan
campuran
natrium
hidroksida
dengan
metanol.
Angka
ambang
4. Latihan soal
Pilihlah jawaban yang paling tepat dibawah ini.
4.1. Apakah resiko biodiesel yang mempunyai sifat kestabilan oksidasi tidak
baik
a. Pembentukan gum dan endapan
b. Korosif
c. viskositas rendah
d. kadar ester metil rendah
d. Angka setana
4.3. Gliserol dalam bentuk mono, di, trigliserida yang ada dalam sampel
biodiesel disebut
a. Gliserol bebas
b. gliserol Terikat
c. Gliserol total
d. Gliserol majemuk
5. Rangkuman
36
Angka asam
Angka fosfor
Gliserol bebas, terikat dan total
6. Evaluasi Materi
a) Mengapa standar biodiesel diperlukan keberadaannya?
b) Jelaskan beberapa syarat mutu yang penting dalam standar biodiesel,
minimal 5 !
c) Jelaskan mengapa kadar air dalam biodiesel tidak boleh melebihi
ketentuan standar biodiesel ?
d) Sebutkan alat keselamatan kerja di laboratorium yang diperlukan ketika
pengujian sifat-sifat biodiesel ?
e) Jelaskan fungsi dari lemari asam ?
37
2. Indikator Keberhasilan
Setelah mempelajari bahan ajar ini siswa mampu :
2.1 Mendeskripsikan pengertian pengukuran standar kualitas biobriket.
2.2 Mendeskripsikan cara pengukuran standar kualitas biobriket
2.3 Menyebutkan alat pengukuran standar kualitas biobriket
2.4 Menguji produk kualitas biobriket
3. Uraian Materi
3.1. Standar Produk Biobriket
Sebagai komoditas yang akan dipergunakan secara umum, maka
biobriket harus mempunyai standar tertentu yang sudah ditetapkan oleh
lembaga yang berwenang dalam hal ini lembaga pemerintah. Standar ini
akan menjadi acuan oleh industri pengolahan briobriket dalam proses
produksi, sehingga produk yang dihasilkan akan memenuhi persyaratan
yang diinginkan oleh para pengguna dan diakui secara nasional ataupun
internasional.
Dalam Standar Nasional Indonesia (SNI) hanya mencantumkan
standar briket sebatas sifat fisik dan kimia. Belum ada ketentuan tentang
standar
untuk
sifat
lainnya
yang
berpengaruh
dalam
proses
38
1. sifat fisik:
Nilai kalor
Densitas
Kadar air
rendemen
2. sifat kimia:
Kadar abu
Kadar karbon
Zat yang mudah menguap
3. sifat mekanik:
a. Stability
b. Drop test
Nilai
Maks 8
15
Min 500
Maks 8
Nilai
78,35%
39
Kerapatan (gr/cm3)
0,4407
0,46
Standar
Jepang
Inggris
USA
6-8
3-4
3-6
8-10
18
15-20
16
19
75
58
1-2
0,84
60
12,7
62
6000-7000
7300
6200
< 7,5 %
8 - 15 %
Kadar belerang
<1%
Nilai kalor
>4000 kal/gram
Kuat tekan
>25 kg/cm2
40
Jenis ASTM
nilai kalor
ASTM D 5865-01.
kadar air
ASTM D 176284.
Volatile Matter
ASTM D 1762-84.
kadar abu
ASTM D 1762-84
kadar karbon
ASTM D 3172-89
Drop Test
41
a) Kalori
Nilai kalori briket sangat berpengaruh pada efisiensi pembakaran
briket. Makin tinggi nilai kalori briket makin bagus kualitas briket
tersebut karena efisiensi pembakarannya tinggi.
Menurut beberapa referensi nilai kalor adalah jumlah panas yang
dihasilkan saat bahan menjalani pembakaran sempurna atau dikenal
sebagai kalor pembakaran. Nilai kalor ditentukan melalui rasio
komponen dan jenisnya serta rasio unsur didalam biomassa itu sendiri
(terutama kadar karbon).
Nilai kalor sangat menentukan kualitas briket. Semakin tinggi
nilai kalor, maka semakin baik kualitas briket yang dihasilkan. Kadar
air, kadar abu dan volatile matter yang rendah dapat meningkatkan
nilai kalor. Kandungan kadar karbon yang tinggi dapat meningkatkan
nilai kalor. Pengujian terhadap nilai kalor bertujuan untuk mengetahui
sejauh mana nilai panas pembakaran yang dihasilkan oleh briket.
Pengujian nilai kalor menggunakan alat Oksygen Bomb Calorimeter.
Prosedur nilai kalor berdasarkan standar ASTM D-5865-01.
42
43
masukan gas
oksigen ke dalam
bom kalorimeter
dengan tekanan
20-30bar
Timbang
sampel
1gram ke
tempat
sampel
Unit bom
kalorimeter
masukan ke dalam
chamber (wadah)
yang terisi air 2
liter
Timbang berat
kawat dan
benang
pembakaran
(gram)
kenaikan suhu =
suhu akhir- awal
Rangkaikan
benang dan kawat
ke alat bom
kalorimeter
masukan 1 ml
aquades ke dalam
bom kalorimeter dan
selanjutnya tutup
dengan kuat dan rapat
Alirkan arus
listrik dengan
menekan tombol
fire selama 5
detik
Persentase perekat
3%
5%
7%
9%
250 oC
6564,27
6485,81
6506,91
6407,75
300 oC
6740,98
6960,44
6920,78
6542,70
350 oC
7057,14
7030,38
6968,92
6764,18
400 oC
7150,14
7025,46
6935,30
6928,89
44
7200
7000
3%
5%
6800
7%
9%
6600
6400
250
300
350
400
Suhu pirolisis ( o C)
dengan :
Q = jumlah panas untuk mendidihkan air (kal)
c = panas jenis air (kal/g.0C)
m = massa briket (g)
t = kenaikan suhu (0C)
b) Kadar air
Briket yang berkadar air tinggi akan membutuhkan udara lebih
banyak untuk mengeringkan briket tersebut sehingga briket sulit
terbakar.
Kadar air briket adalah perbandingan berat air yang terkandung
dalam briket dengan berat kering briket tersebut. Kadar air
berhubungan langsung dengan nilai kalor dan densitas. Kadar air
tinggi mengakibatkan penurunan nilai kalor densitas. Hal ini
diakibatkan oleh panas yang dihasilkan terlebih dahulu digunakan
untuk mengeluarkan air dalam bahan bakar. Kadar air kayu sangat
menentukan kualitas arang yang dihasilkan.
Arang dengan nilai kadar air rendah akan memiliki nilai kalor
tinggi, arang ini dihasilkan dari jenis kayu yang memiliki kadar air
rendah. Semakin tinggi kadar air kayu maka dalam proses
karbonisasi kayu, akan lebih banyak kalor yang dibutuhkan untuk
mengeluarkan air tersebut menjadi uap sehingga energi yang tersisa
dalam arang menjadi lebih kecil.
Dari beberapa referensi menyebutkan bahwa kadar air briket
diharapkan serendah mungkin agar nilai kalornya tinggi dan mudah
dinyalakan. Kadar air mempengaruhi kualitas briket yang dihasilkan.
Semakin rendah kadar air semakin tinggi nilai kalor dan daya
pembakarannya. Sebaliknya, kadar air yang tinggi menyebabkan
nilai kalor yang dihasilkan akan menurun, karena energi yang
dihasilkan banyak terserap untuk menguapkan air.
Alat yang digunakan untuk pengujian kadar air adalah oven,
cawan porselin dan timbangan digital. Timbangan digital diperlukan
46
AB
A
) x 100%
Keterangan:
A : Berat sampel mula-mula (gram)
B : Berat sampel setelah dikeringkan pada 105 0C (gram)
47
Timbang
cawan yang
berisi bahan
dan catat
sebagai berat
akhir
Hancurkan
sampel
briket yang
akan diuji
Hitung
prosentase
kadar air
((Berat
awal-berat
akhir)/berat
awal) x
100%
Ambil bahan
dan simpan
dalam
desikator
selama 15
menit
Timbang
cawan tempat
sampel (p)
gram
Timbang bahan
2 gram catat
sebagai berat
awal
Persentase perekat
pirolisis
3%
5%
7%
9%
250 oC
3,56
3,90
4,03
4,11
300 oC
2,98
2,89
3,90
4,03
350 oC
2,73
2,96
3,80
3,85
400 oC
2,65
2,83
2,94
3,23
Data kadar air (%) secara lebih jelas dapat dilihat pada Grafik
berikut:
48
Rendemen (%)
49
Rendemen (%)
250
42.81
300
34.30
350
32.94
400
31.77
pada suhu 250 oC adalah 42,81%. Ternyata masih cukup besar dan
arang yang dihasilkan belum sempurna. Rendemen yang
cukup
50
terhadap
pembakaran
briket.
Semakin
banyak
) x 100%
Keterangan:
B : Berat sampel setelah dikeringkan pada 105 0C(gram)
C : Berat sampel setelah dikeringkan pada 905 0C (gram)
51
Hancurkan
sampel briket
yang akan diuji
Timbang cawan
tempat sampel
(p) gram
Hitung kadar
Volatile (%)
Hitung kadar
zat hilang
Timbang bahan
1 gram. Catat
sebagai berat
awal
KADAR
VOLATILE
Timbang bahan
dan catat sebagai
berat akhir
Masukan cawan
tersebut dalam
oven bersuhu 920
C -950 C
selama 3 jam
Persentase perekat
Pirolisis
3%
5%
7%
9%
250 oC
48,60
48,83
48,17
47,44
300 oC
37,95
38,80
36,77
35,67
350 oC
33,99
33,67
34,27
32,66
400 oC
30,09
29,08
29,88
27,68
Data
menyebabkan
di
atas
nilai
menunjukkan
kadar
zat
bahwa
mudah
suhu
menguap
pirolisis
mengalami
e) Kadar abu
Semua briket mempunyai kandungan zat anorganik yang dapat
ditentukan jumlahnya sebagai berat yang tinggal apabila briket
dibakar secara sempurna. Zat yang tinggal ini disebut abu. Abu
briket berasal dari clay, pasir dan bermacam-macam zat mineral
lainnya. Briket dengan kandungan abu yang tinggi sangat tidak
menguntungkan karena akan membentuk kerak.
53
briket
karena
kandungan
abu
yang
tinggi
dapat
Keterangan:
D : berat residu (gram)
B : berat sampel setelah dikeringkan pada 720-750 0C (gram)
54
Hitung
prosentas
e kadar
abu
Timbang cawan
yang berisi
bahan dan
catat sebagai
berat akhir
Hancurkan
sampel briket
yang akan diuji
Timbang
cawan tempat
sampel (p)
gram
Masukan cawan
yang sudah berisi
bahan ke dalam oven
dengan suhu (720750)C selama 2 jam
atau 2,5 jam
Timbang bahan
1 gram catat
sebagai berat
awal
Persentase perekat
Pirolisis
3%
5%
7%
9%
250 oC
1,26
1,16
1,08
1,37
300 oC
1,37
1,46
1,58
1,55
350 oC
1,38
1,32
1,39
1,66
400 oC
1,41
1,60
1,71
1,89
55
Data kadar abu (%) secara lebih jelas dapat dilihat pada Grafik
berikut:
2.5
2
3%
5%
1.5
7%
9%
1
0.5
250
300
350
400
Suhu pirolisis ( o C)
Gambar 3. 12. Grafik Hubungan Pirolisis Terhadap Kadar Abu
f) Kadar karbon
Nilai kadar karbon diperoleh melalui pengurangan angka 100
dengan jumlah kadar air (kelembaban), kadar abu, dan jumlah zat
terbang.
Fixed carbon menunjukkan jumlah zat dalam biomassa
kandungan utamanya adalah carbon, hidrogen oksigen, sulfur dan
nitrogen yang tidak terbawa dalam bentuk gas.
Kandungan selulosa dalam kayu akan mempengaruhi besarnya
kadar karbon terikat dalam briket. Semakin besar kandungan
selulosa menyebabkan kadar karbon terikat semakin besar, hal ini
dikarenakan komponen penyusun selulosa adalah karbon. Kadar
karbon briket menentukan kualitas briket. Kadar karbon terikat yang
tinggi menunjukkan kualitas yang baik (Saputro, 2008). Semakin
tinggi kandungan kadar karbon terikat maka nilai kalor yang
dihasilkan akan tinggi.
56
Hancurkan
sampel briket
yang akan
diuji
Timbang
cawan tempat
sampel (p)
gram
Timbang bahan
1 gram catat
sebagai berat
awal
Timbang
cawan yang
berisi bahan
dan catat
sebagai berat
akhir
Hitung
prosentase
kadar karbon
Masukan cawan
yang sudah berisi
bahan ke dalam
oven dengan suhu
500 C selama 3
jam sampai
beratnya konstan
57
Berat
Jenis
briket
sangat
dipengaruhi
oleh
tekanan
spesimen
(diameter
dan
panjang
mula-mula)
58
jangka
sorong
setelah
minggu
untuk
m
V
Keterangan :
= Massa jenis (gram/cm3)
m = Massa briket (gram)
v = Volume ( cm3)
Persentase perekat
pirolisis
3%
5%
7%
9%
250 oC
1,06
1,08
1,03
0,98
300 oC
1,07
1,07
1,06
1,09
350 oC
1,11
1,08
1,09
1,10
400 oC
1,12
1,16
1,13
1,12
briket arang tempurung kelapa yang didapat maka nilai berat jenis
briket arang sudah baik dan hampir semuanya memenuhi standar
buatan Jepang. Data hasil pengujian berat jenis menunjukkan
kenaikan atau penurunan yang tidak terlalu besar karena pengaruh
suhu pirolisis maupun persentase perekat. Akan tetapi kisaran
angka untuk standar berat jenis yaitu 1 1,2, menyebabkan
59
akan
secara lebih
Grafik berikut :
1.2
Berat jenis
1.15
3%
1.1
5%
1.05
7%
9%
0.95
0.9
250
300
350
400
Suhu pirolisis ( o C)
Gambar 3. 15. Grafik Hubungan Pirolisis Terhadap Berat Jenis
h) Drop Test
Drop test dilakukan untuk menguji ketahanan briket dengan
benturan pada permukaan keras dan datar ketika dijatuhkan dari
ketinggian 1,8 meter. Berat bahan yang hilang atau yang lepas dari
briket diukur dengan timbangan digital dengan ketelitian 1/10.000
gram. Menurut referensi kualitas bahan bakar padat pada waktu
perlakuan pengujian drop test partikel yang hilang tidak lebih dari 4
%. Semakin sedikit partikel yang hilang dari briket pada saat
pengujian drop test, maka briket semakin bagus.
Briket ditimbang dengan menggunakan timbangan untuk
mengetahui berapa berat awalnya, kemudian briket dijatuhkan pada
60
) x 100%
Keterangan:
A : Berat briket sebelum dijatuhkan (gram)
B : Berat briket setelah dijatuhkan (gram)
61
diulang setiap jam pada hari pertama dan setiap 24 jam hingga hari
ke 10 menggunakan jangka sorong (Widayat, 2008:909).
Setelah briket mengalami penekanan sebesar 6000 Psig, dari
partikel bahan tentu mempunyai gaya elastisitas sehingga akan
cenderung mengalami perubahan bentuk dan ukuran setelah keluar
dari cetakan. Tingkat kestabilan yang dimaksud adalah seberapa
lama briket akan mengalami perubahan bentuk dan ukuran yang
terjadi mulai pertama kali briket keluar dari cetakan sampai stabil.
Menurut Ndiema dkk (2002:2159) prosedur perhitungan stability
briket arang dengan rumus:
Stability-pertambahan tinggi (%) =
2 1
1
100%
Keterangan:
T1 = Tinggi briket sesaat setelah keluar dari cetakan (mm)
T2 = Tinggi briket saat pengukuran setelah jangka waktu
tertentu (mm)
2 1
1
100%
j) Sifat
Ketahanan
Briket
Biomassa
Terhadap
Air
(Water
Resistance)
Dalam SNI, ketahanan briket biomassa terhadap air belum
ditentukan. Padahal sifat ketahan biomassa terhadap air merupakan
salah satu faktor yang harus dipertimbangkan untuk meningkatkan
kemampuan dari briket biomassa sebagai energi alternatif untuk
massa depan yaitu dalam hal penyimpanan dan transportasi.
62
x 100%
Dengan :
mb = massa akhir briket setelah direndam 30 menit (kg)
ma = massa akhir briket sebelum direndam (kg)
Berdasarkan metode perhitungan indek ketahanan air, briket yang
baik memiliki nilai indeks ketahanan air (WRI) lebih dari 93%.
k) Kuat Tekan
Uji kuat tekan dilakukan dengan menggunakan force gauge
untuk mengetahui kekuatan briket dalam menahan beban dengan
tekanan tertentu.
63
gaya (N)
luas (cm2 )
4. Latihan soal
Pilihlah jawaban yang paling tepat dibawah ini!
64
5. Rangkuman
Standar kualitas biobriket meliputi sifat fisik, sifat kimia dan sifat
mekanik
sifat kimia meliputi kadar abu, kadar karbon, dan zat yang mudah
menguap
65
sifat mekanik meliputi stability, drop test, dan ketahanan terhadap air
Briket yang bermutu baik sebagai bahan bakar memiliki sifat sebagai
berikut :
Tidak berasap dan tidak berbau.
Mempunyai kekuatan tekan lebih dari 6 kg/cm 2 sehingga tidak
mudah pecah saat dipindah atau diangkat.
Mempunyai suhu pembakaran tetap (350 C) dalam waktu yang
lama (8-10 jam).
Gas hasil dari proses pembakaran tidak mengandung CO yang
tinggi.
Tidak mengotori tangan, tidak cepat habis terbakar, dapat
menyala terus tanpa dikipas dan tidak memercik.
nilai kalor adalah nilai panas pembakaran yang dihasilkan oleh briket
Kadar air briket adalah perbandingan berat air yang terkandung dalam
briket dengan berat kering briket tersebut
Kadar karbon terikat (fixed carbon) merupakan fraksi karbon (C) yang
terikat di dalam briket selain fraksi abu, air, dan zat menguap.
66
6. Evaluasi Materi
a) Jelaskan menurut pendapat kalian apa keuntungan adanya standar
kualitas untuk biobriket?
b) Coba kalian identifikasi peralatan di laboratorium kimia, apakah ada
peralatan yang bisa dijadikan alat untuk pengujian biobriket secara
sederhana?
c)
(a)
(b)
(c)
Ada tiga buah briket dengan luas alas yang sama. Bila tinggi dan
massa ketiga briket berturut turut adalah
a) 7 cm dan 50 gr
b) 6 cm dan 60 gr
c) 5 cm dan 60 gr
Manakah di antara ketiga briket di atas yang memiliki kualitas paling
bagus? Jelaskan alasan jawaban kalian
d) Hitunglah kadar air sebuah briket bila berat mula-mula adalah 70 gr dan
berat setelah dikeringkan adalah 50 gram!
67
BAB 3
PENUTUP
sudah tidak bisa ditawar lagi. Hal ini dikarenakan persediaan bakar bakar yang berasal
dari fosil persediaanya sudah menipis, sedangkan kebutuhan manusia akan bahan
bakar semakin meningkat. Peningkatan produksi bahan bakar nabati diupayakan terus
menerus melalui berbagai macam cara, mulai dari kebijakan yang dikeluarkan
pemerintahan mengenai bahan bakar nabati sampai upaya mandiri dari masyarakat
untuk memproduksi bahan bakar nabati skala kecil.
Peningkatan produksi bahan bakar nabati harus disertai peningkatan kualitas
produk. Kualitas produk bahan bakar nabati akan mengacu pada standar yang
ditetapkan oleh pemerintahan yaitu standar nasional Indonesia (SNI) untuk keperluan
dalam negeri atau standar yang ditetapkan oleh negara pemakai produk bahanbakar
nabati kita.
Bahan bakar nabati yang telah diproduksi akan melalui proses pengujian yang
telah distandarkan sebelum dipasarkan. Pengujian kualitas merupakan rangkaian yang
tidak bisa dihilangkan dalam proses produksi bahan bakar nabati.
68
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Syafiq. 2009. Uji Kualitas Fisik Dan Kinetika Reaksi Briket Kayu Kalimantan
Dengan Dan Tanpa Pengikat. Surakarta. Universitas Sebelas Maret
Andes Ismayana* dan Moh. Rizal Afriyanto . Vol. 21 (3), 186-193. Pengaruh Jenis Dan
Kadar Bahan Perekat Pada Pembuatan Briket Blotong Sebagai Bahan Bakar
Alternatif. Institut Pertanian Bogor.
Anonim, 2008. Brosur PT. Madu Baru Yogyakarta. PS. Madukismo : Yogyakarta.
Desroir, Norman.1988, Unit Processing Organic Synthesis, Ed 5, Mc Graw Hill Book
Company, New York.
Fadiz, S. 1998. Mikrobiologi Pangan 1. Gramedia Pustaka Utama : Jakarta.
Groggin P. H. 1968, Alkohol Their Chemistry, Properties & Manufactures, Reinhold
Book Corporation, New York.
http://id.scribd.com/doc/76890578/Cara-Kerja-Kalorimeter-Bom, 11 Maret 2014 pukul
10.15
Munas Martynis, Elmi Sundari dan Ellyta Sari. 2012. Pembuatan Biobriket Dari Limbah
Cangkang Kakao. Padang. Universitas Bung Hatta
Nodali Ndraha. 2009, Uji Komposisi bahan pembuat briket bioarang tempurung kelapa
dan serbuk kayu terhadap mutu yang dihasilkan. Departemen Teknologi
Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.
Perry, J H. 1949, Chemical Engineering Hand Book Edition, Mc. Graw Hill Company.
Inc . New York, Toronto & London
SNI No. 06-3565-2009. BSN. Jakarta
Suharto, Ign. 1995. Bioteknologi dalam Dunia Industri. Andi Offset : Yogyakarta.
Toharisman, Aris dan Hendro Santosa. 1999. Mutu Bahan Baku dan Preparasi Medium
Fermentasi Pelatihan Teknologi Alkohol, Pusat Penelitian Perkebunan
Indonesia, Pasuruan.
Moch. Ervando Among Satmoko. 2013. Pengaruh Variasi Temperatur Cetakan
Terhadap Karakteristik Briket Kayu Sengon Pada Tekanan Kompaksi 6000 Psig.
Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang.
69
Sugeng Riyanto. 2009. Uji Kualitas Fisik Dan Uji Kinetika Pembakaran Briket Jerami
Padi Dengan Dan Tanpa Bahan Pengikat. Surakarta.
Fakultas Teknik
Universitas Sebelas Maret
Santosa, Mislaini R., dan Swara Pratiwi Anugrah. 2010. Studi Variasi Komposisi Bahan
Penyusun Briket dari Kotoran Sapi dan Limbah Pertanian. Padang. Jurusan
Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Andalas
Kampus Limau Manis.
70