Anda di halaman 1dari 46

PERBAIKAN PROPOSAL TESIS

KEWAJIBAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN


BANDUNG DALAM UPAYA PENCEGAHAN DAN
PENANGGULANGAN PENYAKIT CAMPAK BERDASARKAN
UNDANG-UNDANG KESEHATAN DAN UNDANG-UNDANG
WABAH DALAM RANGKA MENINGKATKAN DERAJAT
KESEHATAN PADA ANAK
PROPOSAL TESIS
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Guna Melanjutkan Penelitian Dalam Rangka Penyusunan Tesis
Pada Program Studi Magister Ilmu Hukum
Konsentrasi Hukum Kesehatan

Oleh:
Kokom Komariah
NPM : 20040014034

PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
BANDUNG
2015

UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG

PROGRAM PASCASARJANA
PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU HUKUM
_________________________________________________________________________

PERBAIKAN PROPOSAL TESIS


KEWAJIBAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BANDUNG
DALAM UPAYA PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN PENYAKIT
CAMPAK BERDASARKAN UNDANG-UNDANG KESEHATAN DAN
UNDANG-UNDANG WABAH DALAM RANGKA MENINGKATKAN
DERAJAT KESEHATAN PADA ANAK
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Guna Melanjutkan Penelitian Dalam Rangka Penyusunan Tesisi
Pada Program Studi Magister Ilmu Hukum
Konsentrasi Hukum Kesehatan

PROPOSAL TESIS

Oleh:
Kokom Komariah
NPM : 20040014034

Proposal Tesis ini telah diseminarkan pada tanggal .


Dan disetujui oleh tim pembimbing pada tanggal seperti tertera dibawah ini:

Bandung, ..

Pembimbing Utama

Pembimbing Pendamping

Dr. H. Asyhar Hidayat, S.H., M.H.

Dr. Hj. Alma Lucyati, dr., M.Kes., M.H.Kes.

__

UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG

PROGRAM PASCASARJANA
PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU HUKUM
_______________________________________________________________________

LEMBAR PERSETUJUAN
PERBAIKAN PROPOSAL TESIS
Proposal Tesis Berjudul

Kewajiban Pemerintah Daerah Kabupaten Bandung


Dalam Upaya Pencegahan Dan Penanggulangan
Penyakit Campak Berdasarkan Undang-Undang
Kesehatan Dan Undang-Undang Wabah Dalam
Rangka Meningkatkan Derajat Kesehatan Pada Anak

Nama Mahasiswa
Nomor Pokok Mahasiswa

:
:

Kokom Komariah
20040014034

Proposal Tesis ini telah diseminarkan pada tanggal ..


Dan telah diperbaiki sesuai dengan saran-saran tim pembimbing dan tim penguji.
1.
2.
3.
4.
5.

Dr. H. Asyhar Hidayat, S.H., M.H.


Dr. Hj. Alma Lucyati, dr., M.Kes.,
M.H.Kes.
Prof. Dr. H. Toto Tohir, S.H., M.H.
Dr. H. Yono Sudiyono, dr., MARS.
M.H.Kes.

(Pembimbing Utama)
1.
(Pembimbing Pendamping)

2.

(Penguji)
(Penguji)

3.
4.

Kaprodi Magister Ilmu Hukum

(Penguji)

5.

Proposal Tesis ini telah disetujui oleh tim penguji


Pada tanggal seperti tertera di bawah ini

Bandung, ..
Ketua Program Studi Magister Ilmu Hukum

Dr. Hj. Neni Sri Imaniyati, S.H., M.H.

UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG

PROGRAM PASCASARJANA
PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU HUKUM
_______________________________________________________________________

MATRIK PERBAIKAN PROPOSAL TESIS


NO.

NAMA PENGUJI

Prof. Dr. H. Toto Tohir,


S.H., M.H.

Dr. H. Yono Sudiyono, dr.,


MARS. M.H.Kes.

Dr. H. Asyhar Hidayat,


S.H., M.H.

DATA YANG HARUS DIPERBAIKI


-

Judul Tesis
Rumusan masalah
Tujuan penelitian
Kegunaan penelitian
Kerangka pikir
Buku sumber
Daftar pustaka
Cara penulisan
Gambaran umum penyakit campak
Tanggungjawab Pemda dalam hal
kesehatan
Tujuan penelitian
Baca buku panduan
Cara penulisan
Pembahasan
undang-undang
wabah
Perda tentang campak

HASIL
PERBAIKAN
Sudah diperbaiki

Sudah diperbaiki

Sudah diperbaiki

Dr. Hj. Alma Lucyati, dr.,


M.Kes., M.H.Kes.

Kaprodi
Hukum

Magister

Ilmu

- Latar belakang masalah


- Identifikasi masalah
- Daftar pustaka
Latar Belakang
- Tata cara penulisan
- Tabel penyakit campak
- Fakta-fakta
tentang
penyakit
campak
- Alasan pemilihan judul
- Lokasi penelitian
Rumusan Masalah
Tujuan penelitian disesuaikan rumusan
masalah
Kerangka pikir belum menggambarkan
esensi penelitian
Data penelitian
- Judul Tesis
- Al Quran di kerangka pikir
- Identifikasi masalah
- Penggunaan Al Quran & Hadist
disesuaikan
- Tidak perlu waktu dan jadwal
penelitian
- Penulisan
- Latar belakang belum terlihat
adanya problem
- Buku referensi

Sudah diperbaiki

Sudah diperbaiki

DAFTAR ISI
Halaman
Lembar Persetujuan
Lembar Pengesahan
Matrik Perbaikan Proposal Tesis
Daftar Isi ..
Daftar Gambar .
Daftar Tabel
A. Latar Belakang Penelitian
B. Rumusan Masalah ...
C. Tujuan Penelitian .
D. Kegunaan Penelitian
E. Kerangka Pemikiran
F. Metode Penelitian
G. Sistematika Penulisan ..
Daftar Pustaka .

iv
v
vi
1
8
8
8
9
19
27
30

DAFTAR GAMBAR
Gambar
1

Desa Drawati Kecamatan Paseh Kabupaten Bandung .

Halaman
2

DAFTAR TABEL
Tabel
1

Halaman
Perbandingan Metode Penelitian Epidemiologi Dengan
Pengamatan Klinis ..

20

KEWAJIBAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BANDUNG


DALAM UPAYA PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN PENYAKIT
CAMPAK BERDASARKAN UNDANG-UNDANG KESEHATAN DAN
UNDANG-UNDANG WABAH DALAM RANGKA MENINGKATKAN
DERAJAT KESEHATAN PADA ANAK

A. Latar Belakang Penelitian


Menurut data WHO (World Health Organization), Organisasi Kesehatan
Dunia1; kematian akibat penyakit campak diseluruh dunia pada tahun 2000 adalah
sebanyak 526.000 orang. Pada tahun 2012 jumlah kematian akibat penyakit
campak diseluruh dunia tersebut menurun menjadi 122.000 orang. Dengan
demikian kematian akibat penyakit campak diseluruh dunia selama dua belas
tahun terakhir telah turun sebesar sekitar 78%. Meskipun demikian penyakit
campak ini masih mengancam masyarakat dunia pada umumnya. Hal tersebut
terlihat dengan masih tingginya angka penderita penyakit campak setiap tahunnya
diseluruh dunia yang mencapai rata-rata sekitar 20 juta orang. Kebanyakan
diantaranya diderita oleh masyarakat di negara-negara berkembang yang ada di
benua Asia dan Afrika dengan tingkat pendapatan perkapita yang relatif rendah.
Penelitian ini didasari oleh suatu kenyataan bahwa telah terjadi kasus
penyakit campak di desa Drawati. Penyakit campak tersebut telah menyebabkan
sebagian masyarakat di desa Drawati mengalami sakit, tetapi tidak sampai
meninggal dunia.

1 Infoimunisasi, Campak Masih Mengancam Dunia,


http://infoimunisasi.com/news/campak-masih-mengancam-dunia/, diunduh hari Sabtu
tanggal 7 November 2015 jam 14.28 WIB.

Gambar 1. Desa Drawati Kecamatan Paseh Kabupaten Bandung


Desa Drawati terletak di Kecamatan Paseh Kabupaten Bandung. Desa
Drawati terdiri dari 13 RW (Rukun Warga), baru sekitar 5 (lima) RW diantaranya
yang sudah memperoleh fasilitas jalan beraspal walaupun dengan kondisi yang
tidak terlalu baik. Selebihnya, jalan yang menghubungkan antar RW tersebut
masih merupakan jalan berbatu.Secara geografis, desa Drawati terletak kurang
lebih 15 Km dari pusat kecamatan.
Pada umumnya masyarakat desa Drawati adalah petani. Hal tersebut dapat
terlihat dari gambaran desa Drawati menurut citra satelit dengan menggunakan
aplikasi google maps seperti pada gambar 1 diatas2. Di desa Drawati sudah
2 Google Map, https://www.google.co.id/maps/@7.0761467,107.795974,1603m/data=!3m1!1e3!5m1!1e4, diunduh hari Rabu tanggal 9
September 2015 jam 19.41 WIB.

terdapat sarana pelayanan dasar kesehatan seperti pos yandu (pos pelayanan
terpadu) dan puskesmas (pusat kesehatan masyarakat) pembantu, tetapi sarana
pelayanan dasar kesehatan tersebut tidak dapat difungsikan sebagaimana mestinya
dikarenakan tidak adanya tenaga kesehatan yang secara khusus ditugaskan di desa
Drawati. Pada kenyataannya tenaga kesehatan yang ada di desa Drawati adalah 2
(dua) orang bidan praktek swasta. Puskesmas pembantu yang ada di desa Drawati
adalah termasuk wilayah kerja Puskesmas Cipedes Kecamatan Paseh Kabupaten
Bandung yang beralamat di desa Cipedes Kecamatan Paseh.Puskesmas Cipedes
adalah puskesmas jenis non perawatan.
Penyakit campak menyerang warga desa Drawati antara bulan September
2014 sampai dengan bulan Nopember 2014. Penyakit campak tersebut
menjangkiti 20 orang anak dengan 6 (enam) orang anak diantaranya dirawat di
rumah sakit dengan memanfaatkan fasilitas Jamkesmas (Jaminan Kesehatan
Masyarakat). Adapun rinciannya adalah sebagai berikut:
1. 8 (delapan) orang anak dengan usia 0 5 tahun.
2. 7 (tujuh) orang anak dengan usia 5 8 tanun.
3. 5 (lima) orang anak dengan usia 8 15 tahun.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), sakit adalah berasa
tidak nyaman di tubuh atau bagian tubuh karena menderita sesuatu3. Menurut arti
bahasa, lawan kata sakit adalah sehat. Sehat menurut KBBI didefinisikan sebagai
baik seluruh badan serta bagian-bagiannya (bebas dari sakit) 4. Sementara itu
3 Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), http://kbbi.web.id/sakit, diunduh hari Sabtu
tanggal 5 September 2015 jam 20.21 WIB.
4 Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), http://kbbi.web.id/sehat, diunduh hari Sabtu
tanggal 5 September 2015 jam 21.08 WIB.

World

Health

Organization

(WHO)

menentukan

batasan

kesehatan

sebagai keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan
setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis5.
Konsideran (bagian menimbang) huruf a Undang-Undang Republik
Indoneisa nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan menyebutkan bahwa; bahwa
kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsurkesejahteraan yang
harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsaIndonesia sebagaimana dimaksud
dalam Pancasila dan Undang-UndangDasar Negara Republik Indonesia Tahun
19456. Kemudian disebutkan juga bahwa: Dalam pembukaan Undang-Undang
Dasar 1945 tercantum jelas cita-cita bangsa Indonesia yang sekaligus merupakan
tujuan nasional bangsa Indonesia. Tujuan nasional tersebut adalah melindungi
segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan memajukan
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan
ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan perdamaian abadi serta keadilan
sosial7.
Pada alinea berikutnya disebutkan juga bahwa Kesehatan merupakan hak
asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai

5 Hadist Tentang Kesehatan Dalam Islam, http://www.teknoislam.com/2013/10/hadisttentang-kesehatan-dalam-islam.html, diunduh hari Kamis tanggal 10 September 2015
jam 04.17 WIB.
6Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan disahkan tanggal 13
Oktober 2009.
7Penjelasan Atas Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan, I. Umum,
alinea kesatu.

dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pancasila dan


Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 19458.
Dari uraian diatas dipahami bahwa kondisi sakit yang dialami oleh
sebagian masyarakat Indonesia yang ada di desa Drawati tersebut adalah suatu
kondisi yang bertentangan dengan cita-cita bangsa Indonesia, dan melanggar hak
asasi manusia (Indonesia). Hal tersebut disebabkan karena pemerintah Indonesia
tidak berhasil mewujudkan kesejahteraan bagi masyarakat Indonesia (khususnya
yang berada di desa Drawati) yang menjadi tujuan nasional bangsa Indonesia.
Dalam perkembangannya kewajiban pemerintah Indonesia (dibaca:
pemerintah pusat) untuk mewujudkan kesejahteraan bagi masyarakat Indonesia
dalam hal kesehatan telah dialihkan kepada pemerintah daerah. Hal tersebut sesuai
dengan semangat desentralisasi yang terdapat didalam undang-undang tentang
pemerintahan daerah.
Pada sisi lain, perkembangan ketatanegaraan bergeser dari sentralisasi
menuju desentralisasi yang ditandai dengan diberlakukannya Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah
terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua
Atas Undang-Undang Nomor32 Tahun 2008 tentang Pemerintahan Daerah.
Undang-Undang tersebut memuat ketentuan yang menyatakan bahwa
bidang kesehatan sepenuhnya diserahkan kepada daerah masing-masing yang
setiap daerah diberi kewenangan untuk mengelola dan menyelenggarakan seluruh
aspek kesehatan9.

8Op.cit., alinea ketiga.


9Penjelasan Atas Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan, I. Umum,
alinea kesebelas dan keduabelas.

Saat ini pemerintahan daerah diatur oleh Undang-Undang Republik


Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah yang disahkan
dan diundangkan pada tanggal 2 Oktober 2014.
Dari uraian diatas dapat diketahui bahwa telah terjadi kesenjangan antara
cita-cita bangsa Indonesia (das sollen) untuk mewujudkan kesejahteraan (dalam
hal kesehatan) bagi seluruh masyarakat Indonesia dengan kenyataan yang terjadi
di masyarakat Indonesia (khususnya sebagian masyarakat desa Drawati) yaitu
keadaan sakit yang disebabkan oleh penyakit campak (das sein). Indonesia adalah
negara kesejahteraan, dengan demikian penyelenggara kesejahteraan di Indonesia
adalah Negara (pemeriantah). Berdasarkan undang-undang pemerintahan daerah,
penyelenggaraan kesehatan masyarakat menjadi tugas dan tanggungjawab dari
pemerintahan daerah. Mengingat hal tersebut, maka penelitian ini layak untuk
dilakukan.
Peneliti sangat berminat untuk melakukan penelitian tentang masalah
(penyakit campak di desa Drawati) tersebut karena:
1. Masalah tersebut ada dalam jangkauan kemampuan peneliti (manageable
topic).
2. Data terkait dengan masalah tersebut mudah didapat (obtainable data).
3. Masalah tersebut termasuk penting dan aktual untuk diteliti (significance)
karena sepengetahuan peneliti, masalah tersebut sudah diteliti oleh pihak
asing (menarik minat pihak asing untuk meneliti masalah tersebut).
4. Bagi peneliti, masalah tersebut menarik untuk diteliti (interested topic).

Alasan peneliti untuk melakukan penelitian sebagaimana diuraikan diatas


sesuai dengan syarat masalah penelitian sebagaimana disampaikan oleh Lili
Rasjidi dan Ira Thania Rasjidi10.
Banyak penelitian yang telah dilakukan terkait dengan penyakit campak.
Hal tersebut dapat kita lihat pada saat kita memasukan kalimat penelitian
penyakit campak kedalam mesin pencari google. Tetapi apabila penelitian
penyakit campak tersebut secara khusus dikaitkan dengan penyakit campak yang
terjadi di desa Drawati, peneliti tidak menemukan penelitian yang sejenis yang
dapat ditemukan oleh mesin pencari google11. Dengan demikian penelitian ini
mempunyai unsur kebaruan terutama dalam hal tempat kejadian penyakit campak
tersebut yang terjadi di desa Drawati.
Penelitian ini sendiri difokuskan kepada kewajiban pihak pemerintah
daerah atas terjadinya penyakit campak di desa Drawati Kabupaten Bandung. Hal
ini terkait dengan semangat desentralisasi pada sistem pemerintanhan yang
berlaku di Indonesia saat ini dimana terdapat pembagian kekuasaan antara
pemeriantah pusat dengan pemerintah daerah secara nyata dan konkrit.
Tanggungjawab Pemerintah Daerah Kabupaten Bandung dalam hal penanganan
penyakit campak tersebut dilihat dalam konteks usaha untuk meningkatkan kerajat

10 Lili Rasjidi dan Ira Thania Rasjidi, Monograf: Filsafat Ilmu, Metode Penelitian
Hukum Dan Menggunakan Teori/Konsep Di Bidang Ilmu Hukum, dicetak secara terbatas,
Bandung, 2013, hlm. 17 pada bagian Metode Penelitian Hukum.
11 Penelusuran dilakukan oleh peneliti pada hari Sabtu tanggal 5 September 2015 jam
22.30 WIB.

kesehatan anak. Hal ini disebabkan karena semua penderita penyakit campak di
desa drawati tersebut adalah anak.
Terhadap masalah tersebut kemudian dilakukan tinjauan secara yuridis
normatif untuk mengetahui pertanggungjawaban pihak Pemerintah Daerah
Kabupaten Bandung.Yang dimaksud tinjauan secara yuridis normatif disini adalah
tinjauan terhadap kewajiban Pemerintah Daerah Kabupaten Bandung menurut
peraturan perundang-undangan yang berlaku.

B. Rumusan Masalah
Dalam penelitian ini, peneliti merumuskan masalah penelitiannya sebagai
berikut:
1. Bagaimana kewajiban Pemerintah Daerah Kabupaten Bandung menurut
undang-undang kesehatan dan undang-undang wabah dalam mencegah
kasus penyakit campak?
2. Bagaimana implementasi dari kewajiban Pemerintah Daerah Kabupaten
Bandung dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan anak pada kasus
penyakit campak di desa Drawati?

C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka peneliti menentukan tujuan
dari penelitian ini, yaitu:

1. Mengetahui kewajiban Pemerintah Daerah Kabupaten Bandung menurut


undang-undang kesehatan dan undang-undang wabah dalam mencegah
kasus penyakit campak.
2. Mengetahui implementasi dari kewajiban Pemerintah Daerah Kabupaten
Bandung dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan anak pada kasus
penyakit campak di desa Drawati.

D. Kegunaan Penelitian
Pada dasarnya kegunaan penelitian ini terbagi dua, yaitu kegunaan yang
bersifat teoritis dan kegunaan yang bersifat praktis.
1. Secara teoritis penelitian ini berguna untuk:
a. Bagi peneliti, untuk menerapkan teori hukum dalam praktek
kehidupan sehari-hari.
b. Bagi pemerintah dan masyarakat, untuk mengetahui kesesuaian
teori umum tentang kesehatan dan peraturan perundang-undangan
serta aplikasinya dalam kasus endemi penyakit campak tersebut.
2. Secara praktis penelitian ini berguna untuk meningkatkan kesadaran para
pihak yang bertanggungjawab dalam kasus endemi penyakit campak
tersebut agar tidak terjadi kejadian serupa dimasa yang akan datang.

E. Kerangka Pemikiran
Penomena menarik terjadi di negara maju, yang dalam hal ini adalah
Amerika Serikat. Secara resmi penyakit campak ini dapat diberantas di Amerika
Serikat pada tahun 2000. Imunisasi campak di negara tersebut diselenggarakan
secara gratis. Meskipun demikian, akhir-akhir ini penderita penyakit campak di

10

Amerika Serikat menunjukan gejala yang meningkat. Pada tahun 2014 di Amerika
Serikat diketahui telah terjadi 644 kasus penyakit campak, sementara tahun 2015
sudah diketahui 102 kasus penyakit campak. Peningkatan kasus penyakit campak
di Amerika Serikat ini sedikit banyak dipengaruhi oleh tingkat kepedulian orang
tua tentang pentingnya imunisasi campak untuk anak-anaknya. Tingkat
kepedulian orang tua tersebut banyak dipengaruhi oleh pola pikir masyarakat
Amerika Serikat itu sendiri yang liberal, dimana masalah imunisasi dianggap
sebagai masalah pribadi yang tidak perlu dicampuri oleh pemerintah. Selain itu
pemberitaan yang bebas dan gencar tentang reaksi negatif tubuh beberapa orang
terhadap imunisasi campak melalui media massa dan media sosial secara langsung
telah menimbulkan ketakutan terhadap efek negatif imunisasi itu sendiri.
Tahun 2015, Amerika Serikat mengalami outbreak campak. Campak
mulai menjangkiti para pengunjung taman hiburan Disney sehingga wabah kali ini
kerap disebut "Disney Measles". Diduga, wabah dipicu oleh pengunjung yang tak
menjalani vaksinasi campak12.
Menurut laman Infoimunisasi (http://infoimunisasi.com/news/campakmasih-mengancam-dunia/) dalam artikelnya yang berjudul Campak Masih
Mengancam Dunia, disebutkan juga bahwa sampai dengan saat ini Indonesia
belum berbebas dari ancaman penyakti campak. Pada tahun 2011 di Indonesia
tercatat telah terjadi 11.704 kasus penyakit campak. Meskipun demikian secara
keseluruhan, Indonesia telah berhasil menurunkan kasus kematian akibat penyakit
12 Kompas.com, Virus Campak Jenis Baru Beredar di Indonesia,
http://sains.kompas.com/read/2015/03/23/16101251/Virus.Campak.Jenis.Baru.Bered
ar.di.Indonesia, diunduh hari Sabtu tanggal 7 November 2015 jam 18.22 WIB.

11

campak sebesar sekitar 90% dari tahun 2000 sampai dengan tahun 2010.
Pencapaian Indonesia tersebut masih lebih besar dibandingkan dengan rata-rata
keberhasilan negara-negara di dunia untuk menurunkan kasus kematian akibat
penyakit campak sebesar 78% pada kurun waktu yang hampir sama.
Sepanjang tahun 2014 di Indonesia terjadi KLB penyakit campak
sebanyak 34 kasus, sendangkan pada tahun 2015 sudah terjadi KLB penyakit
campak sebanyak 17 kasus13.
Keberhasilan Indonesia menurunkan tingkat kematian akibat penyakit
campak ini tidak terlepas dari keberhasilan program pemerintah menyelenggarkan
imunisasi secara massal, intensif dan gratis.Pada dasarnya imunisasi campak
terhadap anak-anak dilakukan dua kali.Imunisasi campak yang pertama dilakukan
kepada anak yang berumur sembilan bulan.Apabila imunisasi ini dilaksanakan di
Puskesmas (Pusat Kesehatan Masyarakat), pada dasarnya dilaksanakan tanpa
biaya. Meskipun demikian ada juga tempat-tempat imunisasi yang dikelola oleh
swasta, dengan fasilitas yang lebih nyaman yang dapat dinikmati oleh masyarakat
dengan cara mengeluarkan sejumlah uang sebagai biayanya.
Imunisasi campak yang kedua dilakukan terhadap anak-anak yang duduk
di bangku kelas satu Sekolah Dasar atau yang setingkat dengan itu. Kegiatan
tersebut biasanya dikemas dalam suatu kegiatan yang disebut Bulan Imunisasi
Anak Sekolah (BIAS). Menurut Kepala Badan Penelitian Pengembangan
Kesehatan (Balitbangkes), Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, Tjandra
13 Kompas.com, Virus Campak Jenis Baru Beredar di Indonesia,
http://sains.kompas.com/read/2015/03/23/16101251/Virus.Campak.Jenis.Baru.Bered
ar.di.Indonesia, diunduh hari Sabtu tanggal 7 November 2015 jam 18.22 WIB.

12

Yoga Aditama; Berikan imunisasi pada (anak) usia sembilan bulan dan
memberikan dosis kedua pada saat Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS) kepada
anak kelas satu SD (sekolah dasar) atau setingkatnya14.
Keberhasilan Indonesia menurunkan tingkat kematian akibat penyakit
campak tersebut didukung juga dengan keberhasilan peningkatan Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat (PHBS) yang dilakukan oleh masyarakat Indonesia. Prilaku
PHBS yang dapat mengurangi risiko terjangkit penyakit campak diantaranya
adalah:
1. Mencuci tangan setelah memegang hidung atau mulut.
2. Menutup hidung dan mulut pada saat bersin atau batuk.
3. Memberikan air susu ibu (ASI) secara eklusif dapat meningkatkan
kekebalan (daya tahan) bayi terhadap penyakit, termasuk terhadap
penyakit campak, dan perilaku lainnya.
Sampai dengan saat ini tingkat penyebaran penyakit campak di Indonesia
masih tergolong tinggi sehingga sewaktu-waktu dapat berubah menjadi wabah
apabila tidak ditangani dengan seksama. Wabah penyakit menular (seperti wabah
campak) adalah kejadian berjangkitnya suatu penyakit menular dalam
masyarakat yang jumlah penderitanya meningkat secara nyata melebihi dari pada
keadaan yang lazim pada waktu dan daerah tertentu serta dapat menimbulkan
malapetaka15. Intensifnya hubungan antar masyarakat disuatu daerah dengan

14 Infoimunisasi, Campak Masih Mengancam Dunia,


http://infoimunisasi.com/news/campak-masih-mengancam-dunia/, diunduh hari Sabtu
tanggal 7 November 2015 jam 14.28 WIB.
15 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1984 Tentang Wabah Penyakit
Menular, Pasal 1 huruf a.

13

daerah lainnya menjadi faktor pendorong mudah menyebarnya wabah disuatu


daerah ke daerah lainnya di Indonesia.
Pada saat terjadi suatu wabah penyakit menular disuatu daerah, yang
pertama-tama mempunyai kewajiban untuk menanganinya adalah pemerintah
daerah setempat16. Sementara itu upaya penanggulangan wabah penyakit menular
sebagaimana diatur dalam Pasal 5 ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 4 Tahun 1984 Tentang Wabah Penyakit Menular meliputi:
a. Penyelidikan epidemiologis;
b. pemeriksaan, pengobatan, perawatan, dan isolasi penderita, termasuk
c.
d.
e.
f.
g.

tindakan karantina;
pencegahan dan pengebalan;
pemusnahan penyebab penyakit;
penanganan jenazah akibat wabah;
penyuluhan kepada masyarakat;
upaya penanggulangan lainnya.
Dalam pelaksanaannya, penanggulangan penyakit menular tersebut

memerlukan biaya. Undang-undang tentang wabah penyakit menular menentukan


bahwa

pemerintah

bertanggung

jawab

untuk

melaksanakan

upaya

penanggulangan wabah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) 17. Di


dalam undang-undang tersebut tidak disebutkan yang dimaksud dengan
pemerintah tersebut apakah pemerintah pusat atau pemerintah daerah. Merujuk
kepada Pasal 12 ayat (1) undang-undang yang dimaksud, maka yang dimaksud
pemerintah disini adalah pemerintah pusat.

16 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1984 Tentang Wabah Penyakit


Menular, Pasal 12 ayat (1).
17 Op,cit., Pasal 10.

14

Hal berbeda ditentukan oleh Peraturan Pemerintah Republik Indonesia


Nomor 40 Tahun 1991 Tentang Penanggulangan Wabah Penyakit menular.
Menurut peraturan pemerintah tersebut, Semua biaya yang timbul dalam upaya
penanggulangan wabah dibebankan pada anggaran instansi masing-masing yang
terkait18. Sementara itu biaya yang timbul dalam upaya penanggulangan
seperlunya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20, dibebankan pada anggaran
Pemerintah Daerah19.
Sementara itu menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 1501/MENKES/PER/X/2010 Tentang Jenis Penyakit Menular Tertentu
Yang Dapat Menimbulkan Wabah Dan Upaya Penanggulangan menentukan
bahwa pendanaan yang timbul dalam upaya penanggulangan KLB/Wabah
dibebankan pada anggaran pemerintah daerah20. Secara tegas di dalam
permenkes inipun disebutkan bahwa campak adalah salah satu jenis penyakit
menular yang dapat menimbulkan wabah21.
Selama tahun 2011, penderita penyakit campak di Propinsi Jawa Barat
mencapai 950 orang dengan jumlah KLB (Kejadian Luar Biasa) sebanyak 35 kali

18 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 1991 Tentang


Penanggulangan Wabah Penyakit menular, Pasal 30 ayat (1).
19 Op.cit., Pasal 30 ayat (2).
20 Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1501/MENKES/PER/X/2010 Tentang Jenis Penyakit Menular Tertentu Yang Dapat
Menimbulkan Wabah Dan Upaya Penanggulangan Pasal 18 ayat (1).
21 Op.cit., Pasal 4 ayat (1) huruf d.

15

di sejumlah Kabupaten/Kota22. Kecenderungan penderita penyakit campak di


Jawa Barat meningkat. Pada tahun 2009 terjadi 6 kali KLB dengan jumlah
penderita penyakit campak sebanyak 47 orang. Jumlah tersebut meningkat pesat
pada tahun 2010. Pada tahun tersebut terjadi 25 kali KLB dengan penderita
penyakit campak berjumlah 735 orang. Meskipun demikian, menurut Alma
Lucyati (Kepala Dinas Kesehatan Jawa Barat), Jawa Barat sebagai sebuah
propinsi belum dinyatakan sebagai KLB dalam kasus penyakit campak ini.
Meskipun tidak terkait secara langsung dengan terjadinya penyebaran
penyakit campak di desa Drawati, pada tanggal 23 Desember 2014 Pemerintah
Daerah Kabupaten Bandung menerbitkan Peraturan Daerah Kabupaten Bandung
Nomor 21 Tahun 2014 Tentang Penyelenggaraan Perizinan Kesehatan yang
meliputi; (a) perizinan bidang sarana pelayanan kesehatan, (b) perizinan bidang
tenaga pelayanan kesehatan; dan (c) non izin kesehatan tertentu23. Menurut perda
tersebut setiap Puskesmas wajib memiliki izin untuk menyelenggarakan
pelayanan kesehatan24. Pemerintah Kabupaten Bandung sudah mempunyai
Sistem Kesehatan Daerah (SKD), yaitu;
Sistem Kesehatan Daerah (SKD) Kabupaten Bandung adalah suatu
tatanan yang menghimpun berbagai upaya pemerintah, masyarakat dan sektor
swasta yang secara terpadu dan saling mendukung guna menjamin tercapainya
22 Tempo.Co, Nasional, Selama 2011, Penderita Campak di Jawa Barat Tembus 950
Orang, http://nasional.tempo.co/read/news/2011/10/18/178361978/selama-2011penderita-campak-di-jawa-barat-tembus-950-orang, diunduh hari Sabtu tanggal 7
November 2015 jam 15.26 WIB.
23 Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Nomor 21 Tahun 2014 Tentang
Penyelenggaraan Perizinan Kesehatan, Pasal 15.
24 Op.cit., Pasal 21.

16

tujuan pembangunan kesehatan, yaitu mewujudkan derajat kesehatan yang


setinggi-tingginya. Sistem Kesehatan Daerah (SKD) juga merupakan bentuk dan
cara penyelenggaraan pembangunan kesehatan di kabupaten, mengacu kepada
SKN dan SKP, disesuaikan dengan kondisi, situasi, masalah, dan potensi
Kabupaten Bandung25.
Pasal 15 perda tersebut menyebutkan bahwa penyelenggaraan pelayanan
kesehatan meliputi pelayanan pemberantasan penyakit menular (yang salah
satunya adalah penyakit campak) sebagai upaya kesehatan wajib yang merupakan
upaya kesehatan tingkat pertama (primer) yang merupakan bagian dari Upaya
Kesehatan Masyarakat (UKM). Terkait hal tersebut, Pemerintah Daerah
Kabupaten Bandung menyediakan anggaran kesehatan dalam APBD (Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah) paling sedikit sebesar 10% (diluar gaji) setiap
tahunnya26.
Menurut Bagir Manan27; Dari segi hukum tata Negara, khususnya teori
bentuk Negara, bahwa otonomi daerah adalah subsistem dari negara kesatuan.
Sementara itu Negara kesatuan oleh Soehino28 didefinisikan sebagai berikut:
Negara kesatuan itu adalah Negara yang tidak tersusun dari beberapa
negara, melainkan hanya terdiri atas satu Negara, sehingga tidak ada Negara di
dalam negara.Dengan demikian dalam Negara Kesatuan hanya ada satu
pemerintah, yaitu pemerintah pusat yang mempunyai kekuasaan serta wewenang
tertinggi dalam bidang pemerintahan negara, menetapkan kebijaksanaan
pemerintahan negara baik di pusat maupun di daerah-daerah.
25 Penjelasan Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Nomor 5 Tahun 2011 Tentang
Sistem Kesehatan Daerah.
26 Op.cit., Pasal 17 ayat (2).
27 Rusdianto Sesung, Hukum Otonomi Daerah, Bandang, Refika Aditama, 2013, Hlm.
20.
28 Op.cit., Hlm. 10.

17

Kalimat menetapkan kebijaksanaan pemerintahan negara baik di pusat


maupun di daerah-daerah pada alinea diatas menunjukan bahwa didalam sebuah
negara kesatuan, wilayah negara dimungkinkan terbagi menjadi beberapa daerah.
Hal tersebut senada dengan pendapat Bagir Manan diatas. Pendapat yang sama
disampaikan oleh Edie Toet Hendratno29 yang mengatakan bahwa:
Negara kesatuan adalah Negara yang mempunyai kemerdekaan dan
kedaulatan atas seluruh wilayah atau daerah yang dipegang sepenuhnya oleh satu
Pemerintahan Pusat. Kedaulatan sepenuhnya dari pemerintah pusat disebabkan
karena di dalam Negara kesatuan itu tidak terdapat negara-negara yang berdaulat.
Meskipun di dalam Negara-negara kesatuan wilayah-wilayah Negara dibagi
dalam bagian-bagian negara tersebut tidak mempunyai kekuasaan asli seperti
halnya dengan negara-negara bagian dalam bentuk negara federasi.
Tugas pemerintahan daerah menyelenggarakan urusan pemerintah pusat di
daerah menggunakan asas otonomi yang mengatur tentang hak, kewajiban dan
tanggung jawab daerah otonom30, yang kemudian disebut daerah adalah kesatuan
masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas wilayah yang berwenang
mengatur dan mengurus Urusan Pemerintahan dan kepentingan masyarakat
setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem
Negara Kesatuan Republik Indonesia31. Dalam melaksanakan tugasnya,
pemerintahan daerah dibantu oleh perangkat daerah32.
29 Op.cit., Hlm. 11.
30Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan
Daerah, Pasal 1 nomor 6.
31Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan
Daerah. Pasal 1 nomor 12.
32Op.cit., Pasal 1 nomor 23.

18

Terkait dengan judul penelitian ini, fokus penelitian ini adalah kepada
tanggung jawab pemerintah daerah Kabupaten Bandung. Kabupaten Bandung
selain sebagai daerah (otonom) yang menyelenggarakan urusan pemerintah
konkuren33, juga sebagai wilayah administratif yang menjadi wilayah kerja bagi
bupati/wali kota dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan umum 34 di
wilayah Daerah kabupaten/kota35, pembinaan dan pengawasannya dilakukan oleh
Gubernur36.
Urusan pemerintah konkuren yang diserahkan kepada daerah terdiri dari
urusan pemerintah wajib dan urusan pemerintah pilihan 37. Urusan pemerintahan
wajib terkait dengan pelayanan dasar dan yang tidak terkait dengan pelayanan
dasar38. Urusan pemerintah wajib terkait dengan pelayanan dasar 39 adalah; (1)
pendidikan, (2) kesehatan, (3) pekerjaan umum dan penataan ruang, (4)
perumahan rakyat dan kawasan pemukiman, (5) ketenteraman, ketertiban umum,
dan perlindungan masyarakat, dan (6) sosial. Sedangkan urusan pemerintah wajib
33 Op.cit., Pasal 9 ayat (3 &4)..
34Urusan pemerintahan umum sebagaimana dimaksud pada adalah Urusan Pemerintahan yang
menjadi kewenangan Presiden sebagai kepala pemerintahan. Op.cit., Pasal 9 ayat (5).

35Op.cit., Pasal 4 ayat (2).


36Op.cit., Pasal 8 ayat (2).
37Op.cit., Pasal 11 ayat (1).
38Op.cit., Pasal 11 ayat (2).
39Op.cit., Pasal 12 ayat (1).

19

yang tidak terkait dengan pelayanan dasar40 adalah; (1) tenaga kerja, (2)
pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak, (3) pangan, (4) pertanahan, (5)
lingkungan hidup, (6) adminstrasi kependudukan dan pencatatan sipil, (7)
pemberdayaan masyarakat dan desa, (8) penendalian penduduk dan keluarga
berencana, (9) perhubungan, (10) komunikasi dan informatika, dan (11) koperasi,
usaha kecil, dan menengah, (12) penanaman modal, (13) kepemudaan dan olah
raga, (14) statistik, (15) persandian, (16) kebudayaan, (17) perpustakaan, dan (18)
kearsipan.
Urusan

pemerintahan

konkuren

yang

diserahkan

kepada

daerah

kabupaten/kota adalah41:
1. Urusan Pemerintahan yang lokasinya dalam Daerah kabupaten/kota.
2. Urusan Pemerintahan yang penggunanya dalam Daerah kabupaten/kota.
3. Urusan Pemerintahan yang manfaat atau dampak negatifnya hanya dalam
Daerah kabupaten/kota.
4. Urusan Pemerintahan yang penggunaan sumber dayanya lebih efisien
apabila dilakukan oleh Daerah kabupaten/kota.
Terkait dengan judul penelitian ini, urusan pemerintahan wajib terkait
dengan pelayanan dasar yaitu masalah kesehatan dan yang tidak terkait dengan
pelayanan dasar yaitu masalah perlindungan anak.
Standar minimum penyelenggaraan urusan pemerintahan yang bersifat
wajib terkait dengan pelayanan dasar ditentukan oleh pemerintah pusat42 dan harus
40Op.cit., Pasal 12 ayat (2).
41Op.cit., Pasal 13 ayat (4).
42Op.cit., Pasal 18 ayat (2).

20

diprioritaskan pelaksanaannya oleh pemerintahan daerah43.Dalam pelaksanaannya,


urusan pemerintahan konkuren yang menjadi kewenanganDaerah kabupaten/kota
diselenggarakan sendiri olehDaerah kabupaten/kota atau dapat ditugaskan
sebagianpelaksanaannya kepada Desa44.

F. Metode Penelitian
Metode penelitian yang dipergunakan dalam penelitian ini tidak
menggunakan metode penelitian epidemiologi. Hal ini disebabkan karena
peneltian ini mengkaji masalah kewajiban Pemeriantah Daerah Kabupaten
Bandung terkait dengan penyakit campak yang terjadi di desa Drawati. Penelitian
ini tidak bermaksud meneliti penyakit campaknya itu sendiri.
Metode epidemiologi merupakan cara pendekatan ilmiah dalam mencari
faktor penyebab serta hubungan sebab akibat terjadinya peristiwa tertentu pada
suatu kelompok penduduk tertentu45. Meskipun mempunyai keterkaitan diantara
keduanya, objek penelitian metode epidemiologi pada dasarnya berbeda dengan
objek penelitian metode pengamatan klinis, diantaranya46:

43Op.cit., Pasal 18 ayat (1).


44Op.cit., Pasal 20 ayat (3).
45 Susila & Suryanto, Metode Penelitian Epidemiologi Bidang Kedokteran Dan
Kesehatan, Bursa Ilmu, Yogyakara, 2014, Hlm. 3.
46 Op.cit., Hlm. 5-6.

21

Tabel 1. Perbandingan Metode Penelitian Epidemiologi Dengan Pengamatan


Klinis
No
.

Uraian

Epidemiologi

Pengamatan Klinis

Objek pengamatan

Kelompok

Individu

Metode

Kuantitatif

Kualitatif

Yang diamati

Kelompok yang sakit Individu yang sakit


dengan yang tidak sakit

Faktor lingkungan

Harus diperhatikan

Pengamatan

Diagnosa
masyarakat

Sifat pengamatan

Deskriptif,
analitis, Deskriptif dan analitis
sistematis, dan konstruktif

Kegiatan/program

Promotif, prevetif,
pengendalian

Lebih kepada individu

kesehatan Diagnosa klinis

dan Pengobatan

Bidang kajian epidemiologi diantaranya47; (a) epidemiologi penyakit


menular, (b) epidemiologi penyakit tidak menular, (c) epidemiologi klinis, (d)
epidemiologi kependudukan, (e) epidemiologi pengolahan pelayanan kesehatan,
(f) epidemiologi lingkungan dan kesehatan kerja, (g) epidemiologi kesehatan jiwa,
dan (h) epidemiologi gizi.
Fungsi penelitian epidemiologi didalam masyarakat adalah48:
a. Menerangkan besarnya masalah kesehatan serta penyebarannya.
b. Menyiapkan data dan informasi untuk perencanaan, pelaksanaan, program
dan evaluasi kegiatan.
47 Op.cit., Hlm. 7.
48 Op.cit., Hlm. 14-15.

22

c. Mengidentifikasi penyebab masalah tersebut.


Berdasarkan hal tersebut diatas, maka kegunaan dari penelitian
epidemiologi adalah sebagai berikut49; (a) untuk kepentingan diagnosis, (b) untuk
kepentingan penelusuran patogenisis penyakit, dan (c) untuk kepentingan evaluasi
program.
Berdasarkan uraian diatas tentang metode penelitian epidemiologi diatas
maka dapat disimpulkan bahwa metode penelitian epidemiologi tidak dapat
digunakan pada sebuah penelitan yang bertujuan untuk mengetahui sejauh mana
kewajiban pemerintah daerah terkait dengan terjadinya suatu penyakit menular,
yang dalam hal ini adalah penyakit campak.
Penelitian ini adalah penelitian hukum normatif, menurut Lili Rasjidi dan
Ira Thania Rasjidi50 ciri penelitian hukum normatif adalah sebagai berikut:
1. Penelitian bersifat deskriptif analitis dengan pendekatan yuridis normatif.
2. Tahapan penelitian:
a. Penelitian kepustakaan.
b. Data yang dicari adalah data sekunder.
c. Menggunakan bahan hukum primer, sekunder, tersier dan lain-lain.
3. Penelitian dilakukan mengacu kepada kaidah hukum yang ada dan ajaran
hukum dari pakar hukum dengan menggunakan landasan penelitian berupa
konsep, prespektif, teori dan paradigma.
4. Jarang ditampilkan hipotesis.
5. Analisis data dilakukanh secara kualitatif tanpa menggunakan angkaangka, rumus statistik dan persamaan-persamaan matematika.

49 Op.cit., Hlm. 15.


50 Lili Rasjidi dan Ira Thania Rasjidi, Monograf: Filsafat Ilmu, Metode Penelitian
Hukum Dan Menggunakan Teori/Konsep Di Bidang Ilmu Hukum, dicetak secara terbatas,
Bandung, 2013, hlm. 7 pada bagian Metode Penelitian Hukum.

23

Berdasarkan

pemikiran

diatas,

maka

peneliti

dalam

melakukan

penelitiannya tidak menampilkan hipotesa.


Menurut Johnny Ibrahim51, nilai ilmiah suatu pembahasan dan
pemecahan masalah terhadap legal issue yang diteliti, sangat tergantung kepada
cara pendekatan (approach) yang digunakan. Beberapa pendekatan yang dikenal
dalam penelitian hukum normatif diantaranya adalah sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Pendekatan perundang-undangan (statute approach).


Pendekatan konsep (conceptual approach).
Pendekatan analitis (analytical approach).
Pendekatan perbandingan (comparative approach).
Pendekatan historis (historical approach).
Pendekatan filsafat (philosophical approach).
Pendekatan kasus (case approach)52.
Pendekatan yang dilakukan dalam melakukan penelitian ini adalah

pendekatan perundang-undangan (statute approach) dan pendekatan kasus (case


approach) secara bersama-sama.Menggunakan dua pendekatan dalam suatu
penelitian dimungkinkan sebagaimana pendapat Johnny Ibrahim 53 bahwa
penggunaan beberapa pendekatan dalam penelitian hukum normatif dapat
dilakukan asal pendekatan tersebut mempunyai kesesuaian.
Pendekatan perundang-undangan (statute approach) dilakukan karena
secara logika penelitian hukum normatif sudah pasti terkait dengan suatu
peraturan perundang-undangan tertentu, sedangkan pendekatan kasus (case
51 Johnny Ibrahim, Teori & Metodologi Penelitian Hukum Normatif, Bayumedia
Publishing, Malang, 2012, hlm. 299.
52 Op.cit.,hlm. 300.
53 Op.cit,,hlm. 300-301.

24

approach) dilakukan karena penelitian ini mengacu kepada suatu kasus tertentu,
yaitu kasus penyakit campak yang terjadi di daerah Drawati.
Pendekatan perundang-undangan (statute approach) melihat hukum
sebagai suatu sistem yang tertutup dengan cirri-ciri sebagai berikut54:
1. Didalam suatu peraturan perundang-undangan, norma-norma hukum yang
terdapat didalamnya saling terkait satu dengan yang lainnya. Hal tersebut
disebut comprehensive.
2. Bahwa norma-norma hukum yang terdapat didalam suatu peraturan
perundang-undangan dipandang sudah cukup mampu menampung
permasalahan hukum yang ada. Hal tersebut disebut all-inclusive.
3. Norma-norma hukum yang terdapat didalam suatu peraturan perundangundangan saling terkait satu dengan yang lainnya dan tersusun secara
hierarkis. Hal tersebut disebut systematic.
Sedangkan pendekatan kasus (case approach) dilakukan didalam
penelitian hukum normatif ini dengan tujuan untuk mengetahui penerapa hukum
dan kaidah-kaidah hukum. Dalam hal ini kasusnya itu sendiri bersifat empiris
yang kemudian dilihat dampaknya dalam dimensi penormaan dalam suatu
peraturan perundang-undangan yang berlaku55. Hal senada dikemukakan oleh Lili
Rasjidi dan Ira Thania Rasjidi56 bahwa yang dimaksud penelitian hukum empiris

54 Op.cit., hlm. 303.


55 Op.cit., hlm. 321.
56 Lili Rasjidi dan Ira Thania Rasjidi, Monograf: Filsafat Ilmu, Metode Penelitian
Hukum Dan Menggunakan Teori/Konsep Di Bidang Ilmu Hukum, dicetak secara terbatas,
Bandung, 2013, hlm. 13 pada bagian Metode Penelitian Hukum.

25

dalam disiplin ilmu hukum normatif adalah penelitian terhadap penerapan


penerapan peraturan perundang-undangan.
Metode penelitian hukum normatif ini disebut juga metode doktrinal yang
yang terdapat didalam kajian-kajian terhadap hukum positif sebagaimana
pendapat Sutandyo Wignyosoebroto57.Didalam penelitian hukum doktrinal
digunakan Teori Kebenaran Pragmatik58.Menurut Lili Rasjidi dan Ira Thania59
Rasjidi teori kebenaran pragmatik adalah suatu teori benar, jika teori itu
berfungsi secara memuaskan.Kemudian dikatakan pula bahwa proposisi itu
hanya bersifat normatif dan evaluatif.
Didalam penelitian ini digunakan juga metode deduksi60.Metode deduksi
digunakan karena pokok masalah dalam penelitian ini adalah masalah legal formal
dan legal material.Legal formal terkait lembaga hukum dan prosedur-prosedur
hukum serta orang yang menggerakan hukum tersebut.Sedangkan legal material
adalah peraturan perundang-undangan itu sendiri. Menurut Soerjono Soekanto
57 Johnny Ibrahim, Teori & Metodologi Penelitian Hukum Normatif, Bayumedia
Publishing, Malang, 2012, hlm. 34.
58 Op.cit., hlm, 119, teori kebenaran yang mendasarkan pada kriteria berfungsi atau
tidaknya suatu pernyataan dalam lingkup ruang dan waktu tertentu.
59 Lili Rasjidi dan Ira Thania Rasjidi, op.cit., hlm. 29-30 pada bagian Filsafat Dan
Filsafat Ilmu.
60Op.cit., hlm. 2 pada bagian Pengantar Metode Penelitian Dan Penulisan Karya Ilmiah
Hukum.. Sedangkan menurut laman Wikipedia, Metode Deduksi, Wikipedia, Metode
Deduksi, http://id.wikipedia.org/wiki/Metode_deduksi adalah penarikan kesimpulan
dari keadaan yang umum atau penemuan yang khusus dari yang umum, membuktikan
suatu kebenaran baru berasal dari kebenaran-kebenaran yang sudah ada dan diketahui
sebelumnya (berkesinambungan). Sebagai contoh: Premis 1: Semua manusia pasti
mati. Premis 2: Sokrates adalah manusia. Kesimpulan: Socrates pasti mati.

26

dan Sri Mamuji penelitian (hukum) yuridis normatif adalah penelitian hukum
yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau data sekunder belaka61.
Bahan hukum yang dipergunakan oleh peneliti dalam penelitiannya antara
lain62:
1. Bahan hukum primer berupa peraturan perundang-undangan sesuai dengan
hierarkinya.
2. Bahan hukum sekunder yang diantaranya terdiri dari:
a. Jurnal ilmiah.
b. Pendapat para ahli hukum.
c. Yurisprudensi
d. Kebiasaan yang hidup dan diakui oleh masyarakat setempat.
e. Simposium, sarasehan, seminar dan pertemuan ilmiah lainnya yang
secara resmi diselenggarakan oleh institusi yang kompeten serta
diikuti oleh para ahli dibidangnya terkait dengan masalah tersebut.
f. Data hasil pengamatan atau laporan kegiatan/pelaksanaan tugas
instansi terkait.
g. Data sejenis lainnya.
3. Bahan hukum tersier yang diantaranya terdiri dari:
a. Kamus umum dan kamus hukum.
b. Ensiklopedia yang bernilai ilmiah.
c. Data sejenis lainnya yang memberikan petunjuk atau penjelasan
data primer serta data sekunder.

61Salim HS.dan Erlies Septiana Nurbani, Penerapan Teori Hukum Pada Penelitian Tesis
Dan Disertasi, RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2013, hlm. 12. Periksa juga Soerjono
Soekanto, dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat,
Rajawali Pers, Jakarta, 1990, hlm. 15.
62 Johnny Ibrahim, Teori & Metodologi Penelitian Hukum Normatif, Bayumedia
Publishing, Malang, 2012, hlm. 392. Lihat juga Salim HS. Dan Erlies Septiana Nurbani,
Penerapan Teori Hukum Pada Penelitian Tesis Dan Disertasi, RajaGrafindo Persada,
Jakarta, 2013, hlm.16.

27

Dilihat dari cara memperoleh datanya, bahan hukum dalam penelitian


hukum yuridis normatif termasuk kedalam data sekunder atau bahan pustaka 63.
Bahan hukum hasil dari studi kepustakaan dan cara-cara lainnya kemudian
dijabarkan serta dihubungkan satu dengan lainnya secara sistematissehingga
diperoleh suatu kesimpulan untuk menerangkan suatu masalah. Bahan hukum
tersebut diolah secara deduktif, yaitu dengan cara menarik satu kesimpulan dari
suatu permasalahan yang bersifat umum, kemudian hal tersebut diterapkan kepada
suatu permasalahan yang bersifat khusus yang sedang dihadapi.Didalam penalaran
deduktif ini, asas-asas hukum positif yang terdapat didalam peraturan perundangundangan berfungsi sebagai premis mayor.
Analisis data kualitatif64dipergunakan dalam penelitian hukum normatif
ini. Instrumentnya adalah:
1. Penafsiran hukum yang terdapat didalam peraturan perundang-undangan
terkait.
2. Konstruksi hukum yang terdapat didalam peraturan perundang-undangan
terkait.
3. Wawancara dan atau kuesioner apabila diperlukan 65 terhadap narasumber
yang dapat dipercaya.
63Salim HS., dan Erlies Septiana Nurbani, Penerapan Teori Hukum Pada Penelitian
Tesis Dan Disertasi, RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2013, hlm. 12.
64 Salim HS., dan Erlies Septiana Nurbani, op.cit., hlm. 12. Lili Rasjidi dan Ira Thania
Rasjidi menyebutnya yuridis kualitatif.Lihat Lili Rasjidi dan Ira Thania Rasjidi,
Monograf Filsafat Ilmu, Metode Penelitian Hukum Dan Menggunakan Teori/Konsep Di
Bidang Ilmu Hukum, Bandung, 2013, hlm. 25.
65Lili Rasjidi dan Ira Thania Rasjidi, Monograf Filsafat Ilmu, Metode Penelitian Hukum
Dan Menggunakan Teori/Konsep Di Bidang Ilmu Hukum, Bandung, 2013, hlm. 4.

28

Apabila diperlukan untuk memperkuat argumentasi yang disajikan, penulis


juga menggunakan data-data yang bersifat kuantitatif (berupa angka-angka atau
grafik) sebagai data pendukung.Hal ini disebabkan karena penalaran deduktif
yang dipergunakan didalam penelitian ini dipergunakan juga didalam bidang
kajian matematika.

G. Sistematika Penulisan
Penulisan tesis ini rencananya akan terdiri dari beberapa bab. Masingmasing bab akan terdiri dari beberapa sub bab. Untuk materi yang perlu diuraikan
dengan lebih mendalam lagi, maka pada beberapa sub bab dimungkinkan terdiri
dari beberapa sub sub bab lagi.
Bab pertama adalah pendahuluan yang terdiri dari beberapa sub bab
diantaranya:
1. Latar belakang masalah yang menjadi pendorong bagi penulis untuk
melakukan penelitiannya. Pada latar belakang masalah ini diuraikan
kesenjangan antara das sollen dan das sain.
2. Rumusan masalah adalah apa yang akan dicarikan jawabannya sebagai
hasil dari penelitian ini.
3. Tujuan penelitian adalah tindak lanjut dari rumusan masalah dan hasil
akhir yang diinginkan dari penelitian ini.
4. Kegunaan penelitian adalah menfaat penelitian secara formal yang ingin
dicapai oleh peneliti.
5. Kajian pustaka adalah serangkaian doktrin-doktrin dalam ilmu hukum
yang dipergunakan oleh peneliti dalam melakukan penelitiannya. Doktrindoktrin tersebut kemudian disusun agar membentuk sebuah kerangka

29

pemikiran yang secara utuh akan dipergunakan dalam memandu penelitian


ini.
6. Metode penelitian adalah bagaimana penelitian ini dilaksankan sesuai
dengan doktrin hukum yang berlaku.
Bab kedua secara khusus membahas tentang tinjauan pustaka yang berasal
dari berbagai sumber yang dapat dipercaya dan relatif masih baru, dimana doktindoktrin hukum yang dipergunakan dan peraturan perundang-undangan yang
berlaku dikaji secara mendalam agar diperoleh kesesuaian dengan maksud
diadakannya penelitian ini. Karena banyaknya doktrin-doktrin hukum dan
peraturan perundang-undangan yang dipergunakan dalam penelitian ini, sangat
dimungkinkan pada bab kedua ini akan terdiri dari beberapa sub bab, bahwak
dimungkinkan pula akan memiliki bebarapa sub sub bab.
Bab ketiga membahas tentang objek penelitian ini, dimana hasil
penelitiannya disajikan dengan lugas, lengkap dan tetap sederhana sehingga
mudah dimengerti dan dipahami oleh pembacanya. Dalam pemahaman peneliti,
bab ketiga inipun akan terdiri dari beberapa sub bab.
Bab keempat akan berupakan pembahasan hasil dari penelitian ini. Hasil
penelitian yang diperoleh akan dikaji dengan menggunakan doktrin-doktrin
hukum yang ada dan peraturan perundang-undangan yang berlaku untuk
kemudian diperoleh hasil sesuai dengan yang diharapankan oleh peneliti.
Bab kelima adalah bab terakhir atau bab penutup dalam laporan hasil
penelitian (tesis) ini. Pada bab kelima ini hanya akan terdiri dari dua bagian saja,
yaitu; (1) kesimpulan, dan (2) saran. Didalam kesimpulan akanmemuat jawaban
final terhadap rumusan masalah yang terdapat pada bab pertama. Sedangkan saran

30

akan berisi alternatif pemecahan masalah yang menjadi kesimpulan penelitian ini
atau jalan menuju perbaikan dan dapat ditempuh terhadap hasil penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku-Buku
Bernard L. Tanya, Yoan N. Simanjuntak, dan Markus Y. Hage, Teori Hukum
Strategi Tertib Manusia Listas Ruang dan Generasi, Genta Publishing,
Bantul, 2013.
Hotma P. Sibuea, Asas Negara Hukum, Peraturan Kebijakan, dan Asas-asas
Umum Pemerintahan yang Baik, Erlangga, Jakarta, 2010.
Johnny Ibrahim, Teori & Metodologi Penelitian Hukum Normatif, Bayumedia
Publishing, Malang, 2012.
Lili Rasjidi dan Ira Thania Rasjidi, Monograf: Filsafat Ilmu, Metode Penelitian
Hukum Dan Menggunakan Teori/Konsep Di Bidang Ilmu Hukum, dicetak
secara terbatas, Bandung, 2013.
Muhammad Siddiq Tgk. Armia, Perkembangan Pemikiran Teori Ilmu Hukum,
Pradnya Paramita, Jakarta, 2009.
Romli Atmasasmita, Teori Hukum Integratif Kekonstruksi Terhadap Teori Hukum
Pembangunan dan Teori Hukum Progresif, Genta Publishing, Bantul,
2012.
Rusdianto Sesung, Hukum Otonomi Daerah, Bandang, Refika Aditama, 2013,
Hlm. 20.
Salim HS. dan Erlies Septiana Nurbani, Penerapan Teori Hukum Pada Penelitian
Tesis Dan Disertasi, RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2013.
Susila & Suryanto, Metode Penelitian Epidemiologi Bidang Kedokteran Dan
Kesehatan, Bursa Ilmu, Yogyakara, 2014, Hlm. 3.

B. Peraturan Perundang-Undangan
Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 1991.
Keputusan
Menteri
Kesehatan
HK.02.02/MENKES/52/2015.

Republik

Indonesia

Nomor

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPer).


Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP).
Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Nomor 5 Tahun 2011 Tentang Sistem
Kesehatan Daerah.
31

32

Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Nomor 21 Tahun 2014 Tentang


Penyelenggaraan Perizinan Kesehatan.
Peraturan
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia
Nomor
1501/MENKES/PER/X/2010 Tentang Jenis Penyakit Menular Tertentu
Yang Dapat Menimbulkan Wabah Dan Upaya Penanggulangan.
Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 1945 Tentang Badan-Badan Dan
Peraturan Pemerintah Dulu.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 1991 Tentang
Penanggulangan Wabah Penyakit menular.
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2015 Tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2015-2019.
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2015 Tentang Perubahan
Atas Peraturan Presiden Nomor 43 Tahun 2014 Tentang Rencana Kerja
Pemerintah Tahun 2015.
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2015-2019, Buku I Agenda
Pembangunan Nasional, Kementerian Perencanaan Pembangunan
Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional 2014.
Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019.
Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1946 Tentang Hukum
Pidana.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1074 Tentang Perkawinan.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun
Kesejahteraan Anak.

1979 Tentang

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1984 Tentang Wabah


Penyakit Menular.
Undang-Undang Republik
Perlindungan Anak.

Indonesia

Nomor

23

Tahun

2002

Tentang

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor


Perlindungan Saksi Dan Korban.

13

Tahun

2006

Tentang

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2007 Tentang Rencana


Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan.

33

Undang-Undang Republik Indonesia


Pemerintahan Daerah.

Nomor

23

Tahun

2014

Tentang

C. Kamus, Jurnal, dan Referensi Lainnya


Google

Map,
https://www.google.co.id/maps/@7.0761467,107.795974,1603m/data=!3m1!1e3!5m1!1e4, diunduh hari
Rabu tanggal 9 September 2015 jam 19.41 WIB.

Infoimunisasi,
Campak
Masih
Mengancam
Dunia,
http://infoimunisasi.com/news/campak-masih-mengancam-dunia/,
diunduh hari Sabtu tanggal 7 November 2015 jam 14.28 WIB.
Hadist

Tentang
Kesehatan
Dalam
Islam,
http://www.teknoislam.com/2013/10/hadist-tentang-kesehatan-dalamislam.html, diunduh hari Kamis tanggal 10 September 2015 jam 04.17
WIB.

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), http://kbbi.web.id/.


Kompas.com, Virus Campak Jenis Baru Beredar di Indonesia,
http://sains.kompas.com/read/2015/03/23/16101251/Virus.Campak.Jen
is.Baru.Beredar.di.Indonesia, diunduh hari Sabtu tanggal 7 November
2015 jam 18.22 WIB.
RPJPN

2005-2025,
Visi
Pembangunan
Nasional,
http://rocana.kemenperin.go.id/index.php/rpjpn/rpjpn-2005-2025.

Tempo.Co, Nasional, Selama 2011, Penderita Campak di Jawa Barat Tembus 950
Orang,
http://nasional.tempo.co/read/news/2011/10/18/178361978/selama2011-penderita-campak-di-jawa-barat-tembus-950-orang, diunduh hari
Sabtu tanggal 7 November 2015 jam 15.26 WIB.
Wikipedia,
Metode
Deduksi,
Wikipedia,
http://id.wikipedia.org/wiki/Metode_deduksi.

Metode

Deduksi,

Anda mungkin juga menyukai