Anda di halaman 1dari 25

I.

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Ikan bandeng (Chanos chanos) merupakan salah satu jenis ikan air payau yang
mempunyai prospek cukup baik untuk dikembangkan karena banyak digemari
masyarakat. Hal ini disebabkan ikan bandeng memiliki beberapa keunggulan
dibandingkan dengan jenis ikan lainnya yaitu memiliki rasa cukup enak dan gurih,
nilai gizi yang tinggi sehingga memiliki tingkat konsumsi yang tinggi , rasa daging
netral (tidak asin seperti ikan laut) dan tidak mudah hancur jika dimasak. Selain itu,
harganya juga terjangkau oleh segala lapisan masyarakat (Purnomowati et al., 2007).
Produksi bandeng sebagian besar berada di Provinsi Aceh di enam daerah
yaitu Pidie, Bireuen, Lhokseumawe, Aceh Utara, Aceh Timur, dan Aceh Tamiang.
Produksi ikan bandeng di Aceh sangat besar dan mengalami peningkatan setiap
tahunnya serta diperkirakan akan terus meningkat. Hal ini dikarenakan harga ikan
laut yang sering berfluktuasi akibat musim dibandingkan ikan bandeng yang
harganya cukup stabil dan budaya masyarakat aceh yang gemar makan ikan bandeng
Ikan bandeng memiliki kandungan gizi yang sangat baik dan digolongkan sebagai
ikan berprotein tinggi dan berlemak rendah. Adapun nillai gizi ikan bandeng per 100
gram berat ikan mengandung 129 kkal energi, 20 gram protein, 4,8 gram lemak,150
gram fosfor, 20 gram kalsium, 2 mg zat besi, 150 SI vitamin A, 0,05 gram vitamin B1
dan 74 gram air (Murtidjo, 2002).
Pemahaman mengenai kebiasaan makan ikan memberikan pengertian penting
yaitu memberikan jenis makanan yang cocok dan disukai ikan sehingga makanan
yang diberikan dapat termakan.Berdasarkan pola kebiasaan makan ikan, dapat
diketahui jenis pola kebiasaan makan ikan yaitu ikan karnivora, herbivora, dan
omnivora. Ikan karnivora mempunyai kebutuhan protein lebih tinggi, pertumbuhan
tubuhnya lebih cepat dan memakan makanan yang berasal dari bagian-bagian hewan

makroskopik atau makanan yang berdaging. Ikan herbivora mempunyai kebutuhan


protein yang lebih rendah dari ikan karnivora sehingga pertumbuhan ikan herbivora
cenderung lebih lamban daripada tipe karnivora dan yang memakan makanan berupa
bahan tumbuh-tumbuhan atau fitoplankton.Ikan omnivora yang memakan segala,baik
dari fitoplankton atau plankton dan lain-lain. Menurut Nurani et al. (2010), bahwa
secara umum kebiasaan makanan (food habit), ikan dibagi dalam tiga golongan, yaitu
ikan pemakan tumbuhan (herbivora), ikan pemakan hewan (karnivora) dan ikan
pemakan segala (omnivora).
Dalam aktivitas perambanan, ikan herbivora dapat memilih daun lamun segar
sebagai makanannya atau lebih memilih memakan tumbuhan yang melekat pada daun
lamun (epifit). Jika jumlah ikan yang memakan daun lamun segar melimpah, maka
dapat mengancam keberadaan lamun disebabkan oleh perambanan berlebih
(overgrazing) yang dapat mengancam keberadaan lamun di alam, sebaliknya jika ikan
memakan tanaman menempel (epifit) pada daun lamun, maka akan dapat mengontrol
keberadaan epifit yang menutupi permukaan daun lamun. Epifit yang melimpah pada
daun lamun akan menghalagi penetrasi cahaya mencapai daun lamun dan
menghambat terjadinya proses fotosintesis (Rappe, 2012).
Protein merupakan kebutuhan nutrisi pakan yang harus terpenuhi. Ikan
herbivora mempunyai kebutuhan protein yang lebih rendah dibandingkan dengan
ikan karnivora. Hal ini dikarenakan konsumsi ikan herbivora yang memakan berbagai
jenis tumbuhan atau fitoplankton. Menurut Buwono (2000), protein dibutuhkan
dalam pakan untuk menyediakan asam amino esensial dan nitrogen untuk
menyintesis asam amino non esensial. Berkurangnya satu atau lebih asam amino
dalam protein akan mengakibatkan gangguan pertumbuhan maupun nafsu makan.
Kualitas protein berkorelasi dengan asam amino esensial, ketidakseimbangan asam
amino akan menyebabkan rendahnya ketersediaan satu atau lebih asam amino
esensial dalam pakan, bersamaan dengan rendahnya retensi protein dan tingginya
ekskresi ammonia secara drastis dapat mengurangi kemampuan ikan untuk
mengekstrak energi dari pakan dan menghambat pertumbuhan.

Efisiensi penggunaan makanan oleh ikan menunjukkan nilai (persentase)


seberapa besar jumlah pakan yang diberikan dapat disimpan dalam bentuk daging.
Semakin besar nilai efisiensi pakan maka semakin baik pakan dapat dimanfaatkan
Jumlah dan kualitas makanan yang diberikan kepada ikan berpengaruh terhadap
pertumbuhan ikan. kualitas pakan buatan tergantung dari nilai nutrisi dari protein
yang terkandung dalam pakan (Buwono, 2000).
Menurut Afrianto dan Liviawaty, (2005) bahwa pakan buatan tidak dapat
dipisahkan dari pengetahuan nutrisi. yang dimaksud dengan pengetahuan nutrisi ikan
adalah pengetahuan mengenai pemberian pakan kepada ikan berdasarkan zat-zat gizi
yang dikandungnya. Pemberian pakan yang sesuai dengan kebutuhan, selain dapat
menjamin kehidupan ikan juga akan mempercepat pertumbuhannya.
Protein merupakan persenyawaan organik terbanyak dalam tubuh hewan
berdasarkan bobot kering. Protein adalah asam amino rantai panjang yang dirangkai
dengan banyak ikatan yang disebut ikatan peptida. Protein dibutuhkan untuk
memperbaiki atau mempertahankan jaringan, pertumbuhan, dan membentuk berbagai
persenyawaan biologis aktif tertentu. Protein dapat juga berfungsi sebagai sumber
energi.Protein merupakan komponen yang paling mahal dalam pembuatan pakan
khususnya untuk ikan dikarenakan ikan membutuhkan tingkat protein yang lebih
tinggi (30 hingga 55%) guna pertumbuhan yang baik (Subandiyono, 2009).
Kualitas pakan ikan ditentukan oleh komposisi bahan, sumber bahan, daya
cerna, jumlah dan keseimbangan berbagai asam amino. Kebutuhan jenis dan kadar
asam amino pada ikan berbeda-beda tergantung pada spesies ikan, berat, usia, dan
komposisi protein yang terkandung dalam pakan (Asminatun, 2010).
Proses penentuan kebutuhan protein sangat penting. Disamping kebutuhan
protein pakan, jumlah pakan yang diberikan memegang penting dalam efektivitas
penggunaan pakan. Penyediaan pakan buatan yang tidak sesuai dengan jumlah dan
kualitas yang dibutuhkan ikan menyebabkan laju pertumbuhan ikan menjadi
terhambat (Marzuqi, 2012).

1.2.Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari makalah tentang protein yang terdapat pada ikan
bandeng (Chanos chanos) adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana efisiensi kebutuhan nutrisi pada ikan bandeng (ikan herbivora)?
2. Bagaimana kebutuhan protein pada ikan bandeng (ikan herbivora)?
3. Bagaimana formulasi pakan ikan bandeng (ikan herbivora)?
4. Bagaimana peranan protein untuk pertumbuhan ikan bandeng (ikan
herbivora)?
1.3.Tujuan
Tujuan dari makalah ikan bandeng (Chanos chanos) tentang protein adalah
sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui efisiensi kebutuhan nutrisi pada jenis ikan bandeng (ikan
herbivora)
2. Untuk mengetahui kebutuhan protein pada ikan bandeng (ikan herbivora)
3. Untuk mengetahui formulasi pakan pada ikan bandeng (ikan herbivora)
4. Untuk mengetahui peranan protein yang digunakan untuk pertumbuhan ikan
bandeng (ikan herbivora)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1.

Deskripsi Ikan Bandeng (Chanos chanos)

Gambar 1. Ikan Bandeng


Sumber: https://bandengrizta.files.wordpress.com/2011/04/bandeng1.jpg

Klasifikasi ikan bandeng (Chanos chanos) menurut SNI (1999), adalah


sebagai berikut:
Kingdom

: Animalia

Phylum

: Chordata

Sub phylum

: Vertebrata

Class

: Pisces

Sub class

: Teleostei

Ordo

: Malacopterygii

Family

: Chanidae

Genus

: Chanos

Species

: Chanos chanos

Local name

: Bandeng

Ikan bandeng (Chanos chanos) memiliki tubuh yang panjang, ramping, padat,
pipih, dan oval. menyerupai torpedo. Perbandingan tinggi dengan panjang total
sekitar 1 : (4,0-5,2). Sementara itu, perbandingan panjang kepala dengan panjang
total adalah 1 : (5,2-5,5). Ukuran kepala seimbang dengan ukuran tubuhnya,
berbentuk lonjong dan tidak bersisik. Bagian depan kepala (mendekati mulut)
semakin runcing. Sirip dada ikan bandeng terbentuk dari lapisan semacam lilin,
berbentuk segitiga, terletak di belakang insang di samping perut. Sirip punggung pada
ikan bandeng terbentuk dari kulit yang berlapis dan licin, terletak jauh di belakang
tutup insang dan, berbentuk segi empat. Sirip punggung tersusun dari tulang
sebanyak 14 batang. Sirip ini terletak persis pada puncak punggung dan berfungsi
untuk mengendalikan diri ketika berenang. Sirip perut terletak pada bagian bawah
tubuh dan sirip anus terletak di bagian depan anus. Di bagian paling belakang tubuh
ikan bandeng terdapat sirip ekor berukuran paling besar dibandingkan sirip-sirip lain.
Pada bagian ujungnya berbentuk runcing, semakin ke pangkal ekor semakin lebar dan
membentuk sebuah gunting terbuka. Sirip ekor ini berfungsi sebagai kemudi laju
tubuhnya ketika bergerak (Purnomowati et al, 2007).
Ikan bandeng (Chanos chanos) termasuk jenis ikan eurihalin, sehingga ikan
bandeng dapat dijumpai di daerah air tawar, air payau, dan air laut. Selama masa
perkembangannya, ikan bandeng menyukai hidup di air payau atau daerah muara
sungai. Ketika mencapai usia dewasa, ikan bandeng akan kembali ke laut untuk
berkembang biak. Pertumbuhan ikan bandeng relative cepat, yaitu 1,1 - 1,7 % bobot
badan/hari dan bisa mencapai berat rata-rata 0,60 kg pada usia 5 - 6 bulan jika dipelihara
dalam tambak (Sudrajat, 2008).

2.2.

Kebiasaan Makan Ikan Bandeng (Chanos


chanos)
Ikan bandeng (Chanos chanos) mempunyai kebiasaan makan pada siang hari.

Di habitat aslinya ikan bandeng mempunyai kebiasaan mengambil makanan dari


lapisan atas dasar laut, berupa tumbuhan mikroskopis seperti: plankton, udang renik,
jasad renik, dan tanaman multiseluler lainnya. Makanan ikan bandeng disesuaikan
dengan ukuran mulutnya. Pada waktu larva, ikan bandeng tergolong karnivora,
kemudian pada ukuran fry menjadi omnivore. Pada ukuran juvenil termasuk ke
dalam golongan herbivore, dimana pada fase ini juga ikan bandeng sudah bisa makan
pakan buatan berupa pellet. Setelah dewasa, ikan bandeng kembali berubah menjadi
omnivora lagi karena mengkonsumsi, algae, zooplankton, bentos lunak, dan pakan
buatan berbentuk pellet (Purnomowati et al., 2007).
Jenis ikan pemakan tumbuh-tumbuhan (herbivora) adalah jenis ikan yang
makanan utamanya (makanan pokoknya) terdiri dari bahan-bahan pangan yang
banyak mengandung sumber nutrisi nabati (tumbuh-tumbuhan). Secala umum, jenis
makanan yang sering ditemukan pada tiap kelompok ukuran ikan bandeng (Chanos
chanos) yaitu Chlorophyceae, Cyanophyceae, Bacillariophyceae, Dinophyceae dan
potongan tumbuhan. Dalam tiap kelompok ukuran, komposisi makanan yang
ditemukan tidak berbeda jauh. Dari nilai indeks makanan penting maka ikan bandeng
termasuk kelompok herbivora (Marzuqi et al., 2013).
Di habitat aslinya ikan bandeng mempunyai kebiasaan mengambil makanan
dari lapisan atas dasar laut, berupa tumbuhan mikroskopis, yang strukturnya sama
dengan klekap di tambak. Klekap terdiri atas ganggang kersik (Bacillariopyceae),
bakteri, protozoa, cacing dan udang renik, atau biasa disebut Microbenthic
Biological Complex. Makanan ikan bandeng disesuaikan dengan bukaan mulutnya.
Hal tersebut diadaptasikan dalam kegiatan budidaya, yang memanfaatkan klekap
sebagai pakan alami. Dalam budidaya ikan bandeng juga telah memanfaatkan
penggunaan pakan buatan (pellet) (WWF-Indonesia, 2014).

2.3

Habitat Ikan Bandeng


Bandeng memiliki sebaran yang cukup luas. Bandeng hidup di pantai-pantai

mulai dari bagian selat jepang sampai australia setra dari pantai imur Afrika dan
Madagaskar sampai ke berbagai pulau di Smudera Pasifik. Di dunia internasional,
bandeng disebut milk fish. Sementara itu, nama lokal indonesia antaralain bandang,
bandan, bolu, ikan bebi, muloh, ikan agam. Ikan bandeng memerlukan temperatur
suhu air optimal antara 15-400C. Apabila temperatur kurang dari 15c, ikan bandeng
bisa stress dan akhirnya mati. Namun demikian ikan ini memiliki sifat euryhaline,
artinya fapat mudan dan cepat beradaptasi ke daerah air payau bahkan ia mampu
melawan arus hingga air tawar. Sehingga tak heran ikan bandeng mudah dijumpai di
daerah rawa, sungai, maupun danau (Purnomowati et al., 2007). Bandeng dapat
berenang dari perairan laut yang bersalinitas tinggi 35 per mil atau lebih (habitat
aslinya). Bandeng juga dapat masuk ke muara-muara sungai (salinitas 15-20 per mil)
maupun ke sungai dan danau yang berair tawar. Oleh karena itu, bandeng
digolongkan sebagai ikan euryhaline, yaitu ikan yang dapat beradaptasi pada kisaran
salinitas yang cukup luas (Kordi, 2011).
Ikan bandeng merupakan ikan campuran antara air asin dan air tawar atau
payau. Ikan ini dapat hidup sampai ke pinggiran dan tengah laut. Ikan bandeng lebih
menyenangi perairan dangkal dengan banyak tanaman bakau di sekitarnya. Karena
akar tanaman bakau akan melindungi telur dan bayi ikan bandeng dari pemangsa
seperti ikan lain yang berukuran lebih besar. Mereka hidup di Samudera Hindia dan
menyeberanginya sampai Samudra Pasifik, mereka cenderung bergerombol di sekitar
pesisir dan pulau-pulau dengan koral. Ikan yang muda dan baru menetas hidup di laut
untuk 2 3 minggu, lalu berpindah ke rawa-rawa bakau, daerah payau dan
kadangkala danau-danau. Bandeng baru kembali ke laut kalau sudah dewasa dan bisa
berkembang biak (Rahayu, 2012).
2.4. Kebutuhan Protein Ikan Bandeng

Protein adalah zat makanan yang paling kompleks. Protein terdiri dari karbon,
hydrogen, oksigen, nitrogen, dan sulfur, dan biasanya fosfor. Protein sering disebut
sebagai zat makanan bernitrogen karena protein merupakan satu-satunya zat
makanan yang mengandung unsur nitrogen. Protein esensial untuk pembangunan
protoplasma hidup karena terdiri dari unsur karbon, hidrogen, oksigen, nitrogen, dan
sulfur. Protein terkandung dalam makanan nabati dan hewani, tetapi protein hewani
paling bernilai untuk tubuh manusia sebagai materi pembangun karena komposisinya
sama dengan protein manusia. Di lain pihak protein nabati lebih murah. Protein ini
lebih bermanfaat sebagai bahan bakar tubuh daripada sebagai pembangun tubuh,
tetapi menyediakan asam amino lebih murah yang dibutuhkan tubuh untuk
membangun jaringan (Nofyan, 2005).
Menurut Samidjan dan Agus (2001), bahwa protein merupakan senyawa
organik komplek yang tersusun oleh banyak asam amino. Sumber protein yang
digunakan dalam pakan ikan dapat berasal dari tumbuhan ataupun hewan. Sedangkan
asam amino yang sangat dibutuhkan oleh ikan yaitu arginin, histidin, isoleusin,
leusin, lysine, methiolin, fenillalanin, threonin, triptofan dan valin.Ikan membutuhkan
protein untuk menghasilkan tenaga dan pertumbuhannya. Kekurangan satu atau lebih
asam amino esensial dalam protein pakan akan menyebabkan defisiensi asam amino,
sehingga menyebabkan pertumbuhan terhambat dan nafsu makan berkurang.
Ikan menggunakan protein sebagai sumber energi yang utama, sumber energi
kedua yang digunakan adalah lemak sedangkan karbohidrat menjadi sumber energi
yang ketiga. Menurut Sutikno (2011), bahwa protein yang sempurna yaitu yang
mengandung asam amino esensial yang lengkap macam dan jumlahnya. Protein yang
termasuk

golongan

ini

dapat

menjamin

pertumbuhan

disamping

untuk

mempertahankan jaringan yang sudah ada. Umumnya sumber protein dalam pakan
ikan berasal dari kombinasi bahan hewani dan nabati. Sumber protein nabati yang
paling umum dalam pakan ikan yaitu tepung kedelai. Masalah utama pada tepung
kedelai adalah tingkat ketersediaan yang masih bergantung pada impor sehingga
relative mahal di pasaran.

Menurut Handajani (2009), bahwa sumber protein nabati pada pakan ikan yang
banyak digunakan adalah tepung kedelai dimana tepung kedelai harganya relatif
mahal, sehingga perlu adanya bahan alternatif sebagai substitusi tepung kedelai yang
dapat menekan biaya produksi khususnya pakan yang akhirnya dapat meningkatkan
pendapatan dan produksi ikan budidaya.
Menurut Afrianto dan Liviawaty (2005), bahwa protein nabati yang umumnya
memiliki kandungan metionin relatif rendah, dapat diperbaiki dengan penambahan
tepung ikan yang banyak mengandung metionin. Berdasarkan hasil penelitian,
kombinasi antara protein hewani dan nabati akan menghasilkan pertumbuhan yang
lebih baik jika dibandingkan dengan menggunakan masing-masing protein tersebut
secara tunggal. Tidak semua protein yang terkandung dalam pakan buatan dapat
dimanfaatkan sepenuhnya oleh ikan karena dipengaruhi oleh kemampuan ikan untuk
mencerna pakan tersebut. Ikan mempunyai kemampuan mencerna protein hewani
jauh lebih baik dibandingkan dengan protein nabati sehingga persentase pemanfaatan
protein hewani oleh ikan juga lebih baik. Kemampuan mencerna protein nabati pada
ikan herbivora relatif lebih baik dibandingkan denngan ikan karnivora. Dengan
demikian, persentase ketercenaan protein nabati pada ikan herbivora relatif lebih
tinggi.
Menurut Aslamsyah dan Karim (2012), bahwa kebutuhan pakan untuk
budidaya ikan bandeng pada tahun 2005 adalah

110.580 ton, tahun 2006

diproyeksikan meningkat menjadi 124.160 ton dan setiap tahun kebutuhan pakan
akan terus meningkat. Pada tahun 2009, kebutuhan pakan buatan diproyeksikan
mencapai lebih dari dua kali lipat, yaitu 315.400 ton. Kendala yang dihadapi untuk
pemenuhan kebutuhan pakan pada intensifikasi budidaya ikan bandeng adalah
tingginya harga pakan buatan. Berdasarkan analisis usaha penggunaan pakan buatan
secara intensif pada budidaya ikan bandeng dapat mencapai 60% dari biaya produksi.
Harga pakan ikan yang relativ mahal disebabkan oleh komposisi utama zat gizi pakan
ikan adalah protein yang berasal dari tepung ikan.

2.6. Formulasi Pakan Ikan bandeng (Herbivora)


Formulasi merupakan salah satu tahap operasi yang esensial dalam pengolahan
pakan ikan.Akurasi penyusunan formulasi sangat menentukan hasil produksi yang
diperoleh serta efisiensi biaya pengolahan. Sebaliknya kekeliruan di dalam formulasi
tidak

hanya

berpengaruh

terhadap

pertumbuhan

suatu

ikan,

tetapi

juga

mengakibatkan pemborosan bahan baku, defisiensi nutrisi dan lain-lain. Upaya untuk
mengantisipasinya dapat dilakukan dengan menyusun suatu formulasi pakan yang
seimbang dan bermutu serta maksimal (Bokau et al., 2008).
Pakan buatan disusun menurut kebutuhan ikan, oleh karena itu formulasi dan
bentuk pakan merupakan modifikasi dari pakan alami yang disesuaikan dengan
masing-masing jenis dan tingkat pertumbuhan ikan serta perkembangan ikan.
Kandungan nutrisi yang diperlukan oleh suatu ikan pada umumnya terdiri dari lima
kelompok, antara lain : protein, karbohidrat, lemak, mineral dan juga vitamin. Bahan
baku utama yang digunakan dalam ransum pakan buatan yang umumnya dipakai
adalah tepung ikan dengan kandungan nutrisi antara lain, protein 62,65 %, lemak
6,5% dan karbohidrat 8,5 % (Rahardja et al., 2011).
Pellet adalah bentuk makanan buatan yang terdiri dari beberapa macam bahan
yang di ramu dan di jadikan adonan, kemudian dicetak sehingga bentuknya batangan
kecil-kecil seperti bentuk obat nyamuk bakar. Panjangnya biasanya berkisar 1-2 cm.
Jadi pelet tidak berupa tepung, tidak berupa butiran, dan juga tidak berupa larutan.
Bahan baku untuk pembuatan pakan buatan harus memenuhi beberapa persyaratan
yaitu mempunyai nilai gizi tinggi, mudah diperoleh, tidak mengandung racun,
harganya relatif murah dan tidak merupakan makanan pokok manusia sehingga tidak
merupakan saingan. Manfaat pakan ikan sendiri sangat mudah dilakukan jika petani
memiliki pengetahuan tentang jenis bahan baku yang digunakan dan cara menghitung

ramuan pakan ikan yang akan dibuat. Pakan ikan yang akan dibuat dengan mudah
dapat dilakukan dengan alat-alat yang sederhana. Oleh karena itu, untuk memperoleh
keuntungan yang lebih banyak dalam suatu usaha perikanan, petani ikan sebaiknya
dapat membuat pakan ikan yang diperlukan dalam memelihara ikan. Selain itu, pakan
ikan yang dibuat sendiri kandungan gizinya (kadar protein) sesuai dengan kebutuhan
ikan yang akan memakannya (Gusrina, 2000).
Dalam pembuatan pakan ikan, yang perlu diperhatikan adalah kadar protein
pakan ikan tersebut, sehingga perlu dilakukan perhitungan yang tepat dalam meramu
pakan ikan tersebut. Setelah perhitungan jelas, bahan pakan ditimbang. Setelah
ditimbang, bahan dicampur satu persatu hingga bahan homogen. Campuran yang rata,
membuat kandungan protein yang terbentuk juga rata. Setelah pencampuran bahan
benar-benar merata, bahan dicampur air sehingga adonan yang kental berbentuk
pasta. Kemudian adonan tersebut dimasukkan ke dalam mesin penggiling pelet.
Cetakan yang keluar, ditampung dengan tampah dan dijemur dibawah panas
matahari. Pelet yang baik memiliki kandungan air dibawah 10% dan tidak mudah
hancur (Giri et al., 2007).
Kandungan nutrisi pakan yang lengkap selalu dikaitkan dengan bahan yang
digunakan dalam menyusun formulasi pakan.Salah satu nutrien pakan yang penting
yang dibutuhkan ikan yaitu protein dan lemak. Selain kebutuhan protein untuk
mengoptimalkanpertumbuhan ikan, maka pada pakan perlu ditambahkan lemak
sebagai pengganti sumber energi yang disumbangkan oleh protein, sehingga protein
dapat dimanfaatkan secara optimal untuk pertumbuhan.Kebutuhan lemak bagi ikan
berbeda-beda dan sangat tergantung dari stadiaikan, jenis ikan dan lingkungan
(Marzuqi dan Dewi, 2013).
Menurut Bokau et al. (2008), bahwa bahan baku yang digunakan dalam
menyusun komposisi dan formulasi pakan terdiri dari bahan nabati dan hewani.
Formulasinya berdasarkan kandungan nutrisi dominannya yaitu sebagai sumber
protein,energi, vitamin dan mineral. Beberapa bahan baku pakan ikan tersebut adalah:

1)

Bungkil kedelai
Bungkil kedelai (soybean meal) merupakan bahan hasil sampingan dari

pengolahan kacang kedelai (Glycinemax). Peran pentingnya bukan hanya sebagai


sumber protein yang tinggi tetapi juga dapat menggantikan peran tepung ikan.

Gambar : Bungkil kedelai


2)

Tepung ikan
Tepung ikan merupakan merupakan bahan baku utama dalam penyusunan

ransum pakan ikan. Sebagai sumber protein hewani, tepung ikan memiliki kedudukan
penting yang sampai saat ini masih sulit digantikan kedudukannya oleh bahan baku
lain, hal ini dikarenakan oleh tepung ikan memiliki kandungan essencial amini acid
(EAA) dan asam lemak esensial dari kelompok omega-3 HUFA (higher unsaturated
fatty acid). Kandungan protein tepung ikan memang relatif tinggi. Protein hewani
tersebut disusun oleh asam-asam amino esensial yang kompleks, di antaranya asam
amino Lisin dan Methionin. Di samping itu, juga mengandung mineral kalsium dan
fospor, serta vitamin B kompleks, khususnya vitamin B12. Tepung ikan yang

diproduksi dapat berasal dari satu jenis ikan (Amerika, Meksiko, dan Thailand) atau
daricampuran jenis-jenis ikan kecil seperti dari Peru dan Chili.Selain sebagai sumber
asamamino yang lengkap bagi,tepung ikan juga mensuplai calsium dan phosphor

Gambar : Tepung ikan


3)

Dedak gandum
Dedak gandum adalah hasil sampingan dari industri pengolahan tepung terigu.

Pollard atau dedak gandum ini ada dua macam, yaitu yang disebut wheat pollard
yang berasal dari kulit ari gandum, dan wheat bran yang berasal dari kulit luar
gandum. Sumber pollard impor berasal dari Australia dan Amerika, sedangkan di
dalam negeri berasal dari industri pengolahan tepung terigu.

Gambar : Pollard (dedak gandum)


4)

Tepung terigu

Tepung terigu disamping sebagai sumber energi, tepung terigu juga berperan
sebagai bahan perekat (binder) untukmeningkatkan kekompakan pakan setelah
dimasukkan dalam air (water stability).

Gambar : Tepung terigu


5)

Minyak ikan
Minyak ikan digunakan sebagai sumber lemak khususnya asam lemak tidak

jenuh atau PUFA (poly unsaturated fatty acid).

Gambar : Minyak ikan

6)

Minyak lisitin (lecithin oil)

Minyak soya lesitin paling umum digunakan untuk pakan udang. Lesitin ini
dikenal juga sebagai phospholipids yang mengandung asam lemak tidak jenuh dan
phosphor. Disamping bahan-bahan utama di atas, juga digunakan bahan-bahan lain
sebagai bahan penunjang atau pembantu.Bahan-bahan tersebut seperti: calsium
phosphate, choline chloride, vitamin,mineral, lysine, ikan segar dalam jumlah yang
sangat kecil.

Gambar : Minyak lisitin (lecithin oil)

2.7. Peranan protein untuk pertumbuhan ikan bandeng (herbivora)


Protein merupakan nutrien terbesar bagi tubuh ikan, oleh karena itu protein
pakan harus dimanfaatkan seefisien mungkin untuk pertumbuhan ikan. Agar
pemanfaatan protein dan pakan efisien protein harus diimbangi oleh energi non
protein dalam jumlah cukup, agar protein pakan sebagian besar digunakan untuk
pertumbuhan. (Sanjayasari dan Kasprijo ,2010).
Protein dengan komposisi asam amino yang sama dengan tubuh ikan
mempunyai nilai nutrisi yang tinggi pembuatan pakan dapat diformulasi dari
beberapa sumber protein untuk mensimulasi komposisi asam amino yang sesuai
dengan asam amino tubuh ikan. Menurut Handajani (2010), bahwa pengaturan
jumlah penggunaan bahan dasar pakan yang mengandung protein, akan turut
mempengaruhi tingkat keseimbangan asam-asam amino essensial ransum dan dengan

demikian dapat mengurangi tingkat defisiensi asam amino essensial tertentu yang
mungkin terjadi dalam suatu bahan dasar makanan yang mengandung protein.
Jenis ikan herbivora membutuhkan tingkat protein yang lebih rendah
dibandingkan ikan karnivora. Ikan pada stadia larva membutuhkan membutuhkan
tingkat protein yang lebih tinggi dibandingkan ikan dewasa. Tingkat protein optimum
dalam pakan untuk pertumbuhan ikan berkisar 25 50%. Keseimbangan protein
penting dalam formulasi pakan karena berperan besar dalam kesintasan,
pertumbuhan, serta ketahanan tubuh ikan, terutama pada stadia larva. Menurut
Mudjiman (2000), bahwa pada umumnya ikan membutuhkan pakan yang kandungan
proteinnya 20 - 25%. Kebutuhan protein berbeda pada setiap spesies ikan, dimana
pada ikan karnivora kebutuhan protein lebih tinggi bila dibandingkan dengan ikan
herbivora.
Disamping kebutuhan protein diatas untuk mengoptimalkan pertumbuhan ikan,
maka pada pakan perlu ditambahkan lemak sebagai pengganti sumber energi yang
disumbangkan oleh protein, sehingga protein dapat dimanfaatkan secara optimal
untuk pertumbuhan. Kandungan nutrisi pakan yang lengkap selalu dikaitkan dengan
bahan yang digunakan dalam menyusun formulasi pakan. Salah satu nutrien pakan
yang penting yang dibutuhkan ikan yaitu protein dan lemak. Protein merupakan
sumber energi selain karbohidrat bagi kelangsungan hidup dan pertumbuhan,
sedangkan lemak merupakan sumber energi yang terbesar bagi tubuh ikan.Pakan
diperlukan untuk pertumbuhan, kesehatan ikan dan untuk peningkatan mutu produksi.
Untuk keperluan tersebut ikan memerlukan nutrien berupa protein, lemak,
karbohidrat, vitamin, dan mineral yang kebutuhannya berbeda sesuai dengan umur
dan jenis ikan (Marzuqi dan Dewi 2013).
Menurut Rachmawati dan Johannes (2006), bahwa pakan yang mengandung
unsur lengkap seperti lemak, protein, karbohidrat, vitamin dan mineral sangat
diperlukan untuk meningkatkan pertumbuhan.Namun untuk pertumbuhan yang
optimum bagi ikan, protein berperan paling nyata. Protein yang digunakan untuk
menyusun pakan berasal dari protein nabati dan protein hewani. Protein nabati dalam
pakan penggunaanya masih sangat terbatas dikarenakan sebagian besar protein nabati

mengandung serat yang susah dicerna oleh ikan sehingga tidak dapat diserap dengan
baik oleh tubuh ikan .

111. PEMBAHASAN

3.1. Efisiensi kebutuhan nutrisi ikan bandeng (Chanos chanos)


Nilai efisiensi pemanfaatan nutrisi menentukan kualitas suatu pakan, semakin
besar nilai efisiensi pemanfaatan nutrisi, semakin tinggi kualitas pakannya.
Sebaliknya, semakin kecil nilai efisiensi pemanfaatan nutrisi, berarti semakin rendah
kualitas pakannya. Efisiensi penggunaan makanan oleh ikan bandeng menunjukkan
nilai (persentase) seberapa besar jumlah pakan yang diberikan dapat disimpan dalam
bentuk daging. Semakin besar nilai efisiensi pakan maka semakin baik pakan dapat
dimanfaatkan. Jumlah dan kualitas makanan yang diberikan kepada ikan berpengaruh
terhadap pertumbuhan ikan. Hal ini diperkuat oleh Malik (2010), Salah satu faktor
yang menunjukkan tumbuhnya bandeng adalah efektivitas dan efisiensi pakan yang
digunakan. Konversi pakan sangat berhubungan dengan jumlah dan kualitas pakan
yang diberikan. Makin baik kualitas pakan yang digunakan, makin efisien
penggunaan pakannya berarti konversi pakan yang dihasilkan makin kecil. Selain itu,
Buwono (2000), dalam pendapatnya menyatakan bahwa kualitas pakan buatan
tergantung dari nilai nutrisi dari protein yang terkandung dalam pakan. Kualitas
protein suatu bahan makanan ditentukan oleh kandungan asam amino, khususnya
asam amino esensial. Untuk meningkatkan laju pertumbuhan ikan, maka kelengkapan
asam-asam amino esensial maupun asam amino non-esensial bahan baku pakan ikan
merupakan faktor-faktor yang sangat penting untuk diperhatikan.
Kebutuhan protein merupakan aspek terpenting dalam nutrisi yang dibutuhkan
oleh ikan bandeng karena protein merupakan salah satu nutrien yang diperlukan oleh
ikan bandeng untuk pertumbuhan. Retensi protein merupakan gambaran dari

banyaknya protein yang diberikan, yang dapat diserap dan dimanfaatkan untuk
membangun ataupun memperbaiki sel-sel tubuh yang sudah rusak, serta
dimanfaatkan tubuh ikan untuk metabolisme sehari-hari. Cepat tidaknya pertumbuhan
ikan, ditentukan oleh banyaknya protein yang dapat diserap dan dimanfaatkan oleh
tubuh sebagai zat pembangun. Hal ini diperkuat oleh Afrianto dan Liviawaty (2005),
menyatakan bahwa ikan bandeng (Chanos chanos) yang mengonsumsi 100 g pakan
dengan kadar protein 20% menghasilkan pertambahan bobot tubuh sebesar 8 g. Hal
ini juga diperkuat oleh Boonyaratpalin (1997), yang menyatakan bahwa jumlah
kebutuhan protein pakan untuk setiap stadia biasanya berbeda, pada stadia larva dan
benih dibutuhkan protein yang tinggi, tetapi sebaliknya pada stadia pembesaran
kebutuhan protein yang dibutuhkan rendah.
3.2. Kebutuhan protein ikan bandeng (Chanos chanos)
Pertumbuhan adalah suatu proses pertambahan ukuran, baik volume, bobot, dan
jumlah sel yang bersifat irreversible (tidak dapat kembali ke asal). Pertumbuhan
memiliki arti yang sangat penting bagi makhluk hidup. Protein merupakan salah satu
nutrisi yang dapat menunjang pertumbuhan makhluk hidup. Pertumbuhan pada
hewan berbeda-beda antara spesies satu dengan spesies yang lain, oleh karena itu
kebutuhan protein masing-masing spesies pun berbeda-beda pula. Hal ini diperkuat
oleh Spikadhara et al. (2012), yang menyatakan bahwa pertumbuhan adalah
pertambahan ukuran panjang dan berat dalam suatu waktu akibat pembelahan sel
secara mitosis. Ikan tidak mempunyai kebutuhan protein yang mutlak, namun untuk
menunjang pertumbuhannya, ikan membutuhkan suatu campuran yang seimbang
antara asam amino esensial dan non-esensial. Kesesuaian jenis pakan sangat
mempengaruhi suatu organisme untuk dapat bertahan hidup, tumbuh, dan
berkembang biak.
Kebutuhan protein tiap spesies berbeda-beda. Ikan karnivora mempunyai
kebutuhan protein lebih banyak dibandingkan ikan herbivora dan omnivora. Ikan
bandeng (Chanos chanos) termasuk ikan herbivora. Peran protein untuk ikan bandeng

itu sendiri yaitu sebagai pertumbuhan, akan tetapi ikan bandeng lebih mengutamakan
karbohidrat. Ikan herbivora lebih mengutamakan kebutuhan karbohidrat untuk
pertumbuhan dan ketahanan hidupnya. Hal ini diperkuat oleh Masyamsir (2001),
yang menyatakan bahwa ikan herbivora membutuhkan karbohidrat sampai 50%
dalam pakannya. Ikan Herbivora mampu mengahasilkan enzim amilase, oleh karena
itu ikan herbivora lebih mampu dan lebih efesien dalam pemanfaatan karbohidrat.
Protein berfungsi sebagai pertumbuhan ikan, sedangkan pada ikan herbivora lebih
banyak membutuhkan karbohidrat dari pada protein, kandungan protein untuk ikan
herbivora yaitu sekitar 15 - 20%. Protein dan Karbohidrat sangat berfungsi sebagai
pertumbuhan dan sisanya sebagai sumber energi.
Kebutuhan protein ikan dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti umur ikan,
lingkungan dan enzim. Pakan diperlukan untuk pertumbuhan, kesehatan ikan dan
untuk peningkatan mutu produksi. Untuk keperluan tersebut ikan memerlukan nutrien
berupa protein, lemak, karbohidrat, vitamin, dan mineral yang kebutuhannya berbeda
sesuai dengan umur dan jenis ikan. Enzim sangat berperan penting dalam proses
pencernaan makanan pada ikan terutama pada stadium larva. Pada stadium larva,
organ pencernaan ikan belum sempurna dan aktivitas endogenous enzyme yaitu enzim
yang ada dalam saluran pencernaan belum optimal. Kebutuhan protein dapat dilihat
dari spesies, jenis makanan, ukuran, umur, bukaan mulut, stadia, dan masih banyak
lagi. Oleh karena itu masing-masing stadia memiliki kriteria proteinnya sendirisendiri. Misalnya pada pada indukan pakan buatan harus memiliki kandugan yang
lebih besar karena sangat berpengaruh dengan pertambahan bobot dan panjang ikan.
Hal ini diperkuat oleh Marzuqi (2013), yang menyatakan bahwa jumlah protein yang
dibutuhkan ikan dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain ukuran ikan, suhu air,
jumlah pakan yang dimakan, kesediaan dan kualitas pakan alami, dan kualitas
protein. Protein yang dibutuhkan ikan peliharaan berhubungan erat dengan tingkat
protein optimum (optimum protein level) dalam pakan ikan tersebut. Jenis ikan
karnivora membutuhkan tingkat protein yang lebih tinggi daripada ikan herbivora.
Ikan pada stadia awal (larva) membutuhkan protein yang lebih tinggi daripada ikan

dewas. Tingkat protein optimum dalam pakan untuk pertumbuhan ikan berkisar
antara 25% hingga 50 %.
Menurut SNI (1999), pakan ikan bandeng dapat dilihat berdasarkan stadianya
dapat dibedakan menjadi 3, yaitu sebagai berikut:
1) Pakan nener: pakan buatan Pakan nener: pakan hidup terdiri dari Chlorella,
Tetraselmis, Rotifera (Brachionus sp), dan nauplii Artemia;
2)Pakan gelondongan : klekap dan pellet, dengan kandungan protein > 25%; dan
3)Pakan induk : pakan buatan dengan kandungan protein > 40%, lemak < 12%.
Menurut Kordi (2010), bandeng digolongkan herbivora karena memakan
tumbuh-tumbuhnan yang berupa plankton (tumbuhan dan hewan yang melayanglayang dalam air). Makanan yang dimakan bandeng berupa ganggang benang
(Chlorphyceae), Diatome, Rhyzopoda (amuba), Gastropoda (siput), dan beberapa
jenis plankton lainnya. Sementara di tambak, bandeng dikenal sebagai pemakan
klekap (tahi air atau bangkai), yaitu kehidupan kompleks yang didominasi oleh
ganggang biru (Cyanophyceae) dan ganggang kresik (Baccilariophyceae). Disamping
itu, adanya bakteri, protozoam cacing, udang renik, dan sebagainya membuat klekap
disebut pula microbentic biological complex. Lebih lanjut klekap masih
mengandung berbagai jenis organisme bentik yang terdiri atas hewan dan tumbuhan.
Jenis makanan yang dimakan bandeng dikelompokkan kedalam lumut, klekap, dan
plankton.
Kebutuhan Protein Pakan Ikan Bandeng
Ukuran Ikan (g)

Kebutuhan Protein (% pakan)

0.01 - 0.035

52 60

0.04

40

0.5 - 0.8

30 40

Sumber : Boonyaratpalin (1997)

3.3. Formulasi pakan ikan bandeng (Chanos chanos)


Komponen yang paling tinggi dalam formulasi pakan adalah sumber protein.
Suatu formulasi pakan dalam pakan buatan selalu dibuat dan diseimbangkan
kadarnya sesuai dengan kebutuhan ikan bandeng (Chanos chanos). Formulasi yang
dibuat juga harus sesuai masa stadia (pertumbuhan si kultivan). Larva bandeng
dipelihara dalam bak volume 1000 liter dengan diberi rotifer sebagai pakan awal .
Pada saat larva mencapai umur 10 hari, ketiga pakan percobaan dan satu pakan
komersial yang berasal dari impor akan diujicobakan terhadap larva bandeng. Pakan
diberikan 5 kali dan jumlahnya sesuai dengan percobaan Suwirya et al. (1999),
Percobaan dirancang menggunakan rancangan acak lengkap dengan 5 perlakuan yaitu
3 formulasi pakan mikro dari bahan lokal, satu dari pakan komersial, dan satu pakan
alami dengan 3 ulangan, dan berlangsung sampai larva mencapai umur 25 hari. Pakan
yang formulasi dari bahan lokal mempunyai kandungan yang sama dengan pakan
komersial.
Formulasi pakan mikro dari bahan lokal untuk larva bandeng
Bahan
Pakan 1
Pakan 2
Tepung ikan

Pakan 3

62.0

44.0

38.00

20.0

20.0

Dedak

2.0

6.0

Tepung artemia
Minyak ikan
Vitamin mix
Mineral mix

10.0
6.0
2.0
3.0

10.0
6.0
2.0
3.0

10.0
6.0
2.0
3.0

Tepung beras

9.0

9.0

9.0

Tepung kepala
udang
Tepung teri

Pada dasarnya ikan memerlukan makanan untuk dapat tumbuh dan


berkembang. Pakan yang dikonsumsi ikan pertama-tama akan digunakan untuk

pemeliharaan tubuh, mengganti jaringan yang rusak dan apabila ada kelebihan porsi
energi dari pakan baru akan digunakan untuk pertumbuhan. Faktor-faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan selain kadar protein dalam pakan adalah kandungan
energi pakan, fisiologi ikan dan jumlah serta jenis-jenis asam amino essensial. Hal ini
diperkuat

oleh Pinandoyo (2005), menyatakan bahawa kelebihan protein dalam

pakan dapat mengurangi pertumbuhan karena banyak porsi energi yang diperlukan
untuk membuang sisa metabolisme nitrogen dari kelebihan protein tersebut, sehingga
protein yang diperoleh tidak dapat digunakan secara efisien oleh ikan untuk
menghasilkan daging tetapi dirombak menjadi energi. Asam amino merupakan unit
terkecil penyusun protein, disamping itu protein merupakan sumber energi bagi
pertumbuhan, oleh karena itu ikan perlu sejumlah asam amino yang cukup agar
pertumbuhannya berjalan dengan baik. Kecernaan suatu protein dan ketersediaan
produk asam aminonya untuk diserap sangat menentukan kualitas protein.
3.4. Peranan protein untuk petumbuhan ikan bandeng (Chanos chanos)
Protein merupakan sumber energi selain karbohidrat bagi
kelangsungan hidup dan pertumbuhan kultivan. Hal ini diperkuat
oleh Sanjayasari dan Kaprijo (2005), menyatakan bahwa protein
merupakan salah satu nutrient yang penting yang tidak hanya
menentukan pertumbuhan ikan, tetapi juga mentukan harga dari
pakan. Penentuan kebutuhan protein optimum harus dilakukan
terlebih dahulu sebelum penentuan kebutuhan nutrient pakan
lainnya. Kebutuhan protein bervariasi menurut spesies ikan dan
pemanfaatan

protein

pakan

untuk

pertumbuhan

ikan

juga

dipengaruhi oleh ukuran ikan, kualitas protein, kandungan energi


pakan, dan juga keseimbangan kandungan nutrisi, serta tingkat
pemberian pakan.
Selain sebagai sumber energi, protein pada ikan juga berfungsi memperbaiki
jaringan yang rusak, serta membantu pertumbuhan ikan. Protein ini dibutuhkan oleh
tubuh ikan secara kontinue karena asam amino dalam protein dibutuhkan secara terus

menerus terutama untuk mengganti protein rusak selama masa pemeliharaan dan
membentuk protein baru selama masa pertumbuhan dan masa reproduksi.
Fungsi Utama Protein Pada Ikan:
1.

Berperan dalam perbaikan jaringan tubuh yang rusak.

2.

Berperan untuk pertumbuhan maupun pembentukan jaringan tubuh.

3.

Sebagai sumber energi utama, terutama apabila komponen lemak atau


karbohidrat yang terdapat di dalam pakan ikan tidak mampu memenuhi
kebutuhan energi.

4.

Berperan dalam pembentukan antibodi, hormon, enzim, vitamin

5.

Berperan dalam proses osmoregulasi di dalam tubuh.


Protein yang diserap oleh ikan akan digunakan untuk memperbaiki protein

jaringan, untuk pertumbuhan, dan sebagai sumber energi. Ketersediaan protein


dibutuhkan secara terus-menerus karena asam amino digunakan secara terus-menerus
untuk membentuk protein baru (selama pertumbuhan dan reproduksi) atau mengganti
protein yang rusak (pemeliharaan).

IV.

KESIMPULAN DAN SARAN

4.4. Kesimpulan
Dari hasil pembahasan tentang protein untuk ikan bandeng, maka dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut.
1. Efisiensi kebutuhan nutrisi pada jenis ikan bandeng (ikan herbivora) adalah
2. Protein pada ikan bandeng (ikan herbivora) adalah
3. Pormulasi pakan pada ikan bandeng (ikan herbivora) adalah
4. Peranan protein yang digunakan untuk pertumbuhan ikan bandeng (ikan
herbivora) adalah

4.4. Saran

Anda mungkin juga menyukai