PENDAHULUAN
Gawat darurat dalam kebidanan adalah suatu keadaan gawat darurat pada
ibu hamil, bersalin dan nifas. Kasus gawat darurat obstetrik apabila tidak segera
ditangani akan berakibat kematian ibu dan janinnya. Manifestasi klinik kasus
gawat darurat tersebut berbeda-beda dalam rentang yang cukup luas. Penyebab
kematian ibu secara langsung yang terbanyak adalah komplikasi obstetrik, yaitu
perdarahan (34%), infeksi (21%), abortus tidak aman (11%). Sebagian besar
60
61
yang lebih proaktif. Salah satu bentuk atau model pelayanan yang proaktif adalah
strategi pendekatan risiko (SPR). Pelayanan proaktif seperti SPR hanya akan
berhasil dengan didukung oleh model pelayanan proaktif lainnya seperti sistem
rujukan, sistem rujukan tersebut diantaranya rujukan tepat waktu yang
merupakan rujukan gawat darurat untuk menyelamatkan jiwa ibu dan bayi.8
Sistem rujukan yang adekuat memerlukan tenaga kesehatan yang memiliki
kemampuan baik pengetahuan dan sikap yang tinggi, termasuk di dalamnya
adalah bidan sebagai ujung tombak pelayanan obstetrik. Untuk menjamin kualitas
dalam pemberian pelayanan tersebut diperlukan suatu standar profesi khususnya
kebidanan, sebagai acuan untuk melakukan segala tindakan dan asuhan yang
diberikan dalam seluruh aspek pengabdian profesinya kepada individu, keluarga
dan masyarakat dalam pemberian pelayanan kebidanan.11-13
Beberapa hasil penelitian dilapangan menunjukan ada hubungan antara
pengetahuan dan sikap bidan dengan ketepatan rujukan kasus gawat darurat
obstetrik, serta jumlah perujuk yang terbanyak dilakukan oleh bidan.14,15
Program kebijakan Departemen Kesehatan melalui berbagai upaya telah
dilakukan, tetapi proses penurunan angka kematian ibu di Indonesia lambat,
antara lain disebabkan, persentase persalinan di rumah masih tinggi, yaitu 70%,
kasus rujukan terlambat masih banyak, pendekatan yang bersifat kuratif reaktif
terhadap komplikasi persalinan belum optimal.8
Dari kajian terhadap berbagai tulisan dan penelitian serta hasil dari
program-program pemerintah tersebut ternyata tidak cukup untuk menurunkan
jumlah kematian/ kesakitan ibu dan bayi baru lahir.8 Tinjaun dari berbagai sudut
pandang telah menghasilkan kesimpulan yang beragam, sehingga membuka
kesempatan kepada penulis untuk menyusun penjelasan baru yang lebih
komprehensif tentang pentingnya pengetahuan dan sikap bidan dengan
penanganan kasus gawat darurat obstetrik.
DISKUSI
Dalam organisasi kesehatan bidan merupakan salah satu sumber daya
manusia kesehatan yang memiliki standar kompetensi yang wajib sebagai
karakteristik terhadap standar kualitas profesionalnya dalam bekerja. Bidan adalah
seseorang yang telah mengikuti program pendidikan bidan yang diakui di
negaranya, telah lulus dari pendidikan tersebut, serta memenuhi kualifikasi untuk
didaftar (register) dan atau memiliki izin yang sah (lisensi) untuk melakukan
praktik bidan.11-13
Sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor:
900/MENKES/SK/VII/2002, tentang registrasi, praktik bidan, peran fungsi,
kewenangan dan kompetensi, dan ditetapkan pula sebagai Standar Profesi
Kebidanan dalam Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor: 369/
Menkes/SK/III/2007, tentang kompetensi. Kompetensi tersebut terdiri dari 9
asuhan kebidanan. Kompetensi yang sesuai dengan tema yang diangkat penulis,
yaitu kompetensi 3 dan 4 berhubungan dengan rujukan dan penanganan situasi
kegawatdaruratan obstetrik.11-13
Pentingnya Pengetahuan Dan Sikap Bidan Dengan Kasus Rujukan
Gawat Darurat Obstetrik (Masniah)
62
63
64
65
dini dan yang terdeteksi belum semuanya ditangani secara adekuat dan tepat
waktu oleh bidan. Bidan mempunyai peran dan fungsi dalam menurunkan
morbiditas dan mortalitas, menangani kasus rujukan obstetri belum menunjukkan
perbaikan kinerja, apabila dilihat dari sudut pengetahun dan sikap berdasarkan
dari beberapa data masih terdapat banyaknya rujukan yang dilakukan bidan serta
berdasarkan penelitian, pengetahuan dan sikap bidan sangat berhubungan dengan
ketidak tepatan dalam kasus rujukan obstetrik. Bidan memberikan layanan yang
berkualitas, tidak terlepas dari faktor pengetahuan dan sikap, kedua faktor tersebut
merupakan modal dasar tetapi kualifikasi pendidikan, pengalaman dan umur juga
mempunyai daya ungkit yang tinggi terhadap keberhasilan pelayanan gawat
darurat obstetrik dalam akselerasi penurunan angka kematian ibu di Indonesia.
Saran
Perbaikan kinerja bidan dalam menangani kasus rujukan gawat darurat obstetrik,
sangatlah penting dilakukan dimana ada dua nyawa merupakan tanggung jawab
moral untuk kelangsungan hidupnya, hanya melalui pendidikan formal atau
informal dengan pelatihan-pelatihan adalah salah satu upaya untuk meningkatkan
kemampuan dari segi pengetahuan, sikap sehingga kualitas PONED (Pelayanan
obstetrik dan neonatal esensial dasar) dan PONEK (Pelayanan obstetrik dan
neonatal esensial komprehensif) akan menjadi lebih optimal.
DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
3.
4.
5.
6.
66
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
67
23.
24.
25.
68