adalah kebalikan dari kekuatan tarik, yang merupakan ukuran sampai dimana suatu sempal
bisa ditekan sebelum rusak, kekuatan fleksur adalah ukuran dari ketahanan terhadap
patahan(breaking) atau patah cepat(snapping), ketika suatu sampel ditekuk(difleks). Kekuatan
impak adalah ukuran dari keuletan
daerah kerja
vikositas
mekanik
sifat
nonmekanik
berat molekul
Kekuatan (MPa)
Modulus (MPa)
Perpanjangan(%)
8,3 31
172 283
100 650
22 31
1070 1090
10 1200
jenis rendah)
Polietilena(massa
jenis tinggi)
Polipropilena
31 41
1170 1720
100 600
Poli(vinil klorida)
41 52
2410 4140
40 80
Polistirena
36 52
2280 3280
1,2 2,5
Poli(metal
48 76
2240 3240
2 10
Politetrafluoroetilena
14 34
400 552
200 400
Nilon 6,6
76 83
60 300
Poli(etilena
48 72
2760 4140
50 300
66
2380
110
metakrilat)
tereftalat)
Polikarbonat
Lanjutan..
Kekuatan kompresif
Tidak patah
20 25
0,23 2,3
38 55
41 55
0,23 0,57
55 90
69 110
0,23 1,3
83 90
69 101
0,20 0,26
72 124
72 131
0,17 0,34
12
1,7
103
42 117
0,46 1,2
76 103
96 124
0,14 0,37
86
93
9,1
(MPa)
Keuletan (N/teks)
Kapas
0,26 0,44
1,50
Wol
0,09 0,15
1,30
Polyester
0,35 0,53
1,38
Nilon
0,40 0,71
1,14
Poliamida aromatik
1,80 2,0
1,44
0,27
1,43
Alam
Sintetis
(aramid)
Polibenzimidazola
0,44 0,79
0,90
2,65
0,95
Gelas
0,53 0,66
2,56
Baja
0,31
2,7
Polipropilena
Polietilena (kekuatan tinggi)
Anorganik
Parameter kekutan tarik yang umum dipakai oleh ilmuan serat. Satuan keuletan adalah
newton per teks, dimana teks didefinisikan sebagai berat dalam gram 1000 meter serat
tersebut. Satu-satunya serat dengan kekuatan yang sebanding dengan polietilena berkekuatan
tinggi dalam daftar tersebut adalah poliamida aromatik yang dipreparasi melalui metode
Kristal cair.
Stabilitas Panas
Ketika
zat-zat
organik
dipanaskan sampai
suhu
tinggi
mereka
memiliki
kecenderungan untuk membentuk senyawa-senyawa aromatik. Hal ini mengikuti fakta bahwa
polimer-polimer aromatik mesti tahan tehadap suhu tinggi. Akhir-akhir ini telah
dikembangkan berbagi polimer yang memiliki unit-unit ulang aromatik, sebagian besar
didorong oleh motivasi akan perlunya industri-industri penerbangan memakai bahan-bahan
dengan kinerja yang tinggi yang akan tahan tehadap suhu-suhu yang teristimewa tinggi. Agar
suatu polimer layak dianggap stabil panas atau tahan panas, polimer tersebut mesti tidak
terurai dibawah suhu 400 oC dan mesti mempertahankan sifat-sifatnya yang bermanfaat pada
suhu-suhu dekat suhu dekomposisi tersebut. Sebagaimana yang diperkirakan, polimerpolimer demikian harus memiliki suhu-suhu transisi gelas atau peleburan Kristal yang tinggi.
Beberapa polimer representatif yang stabil panas, bersama dengan suhu-suhu dekomposisi
mereka, diberikan pada tabel 3.
Stabilitas panas utamanya merupakan fungsi dari energi ikatan. Ketika suhu naik
ketitik dimana energi getaran menimbulkan putusnya ikatan, polimer yang bersangkutan akan
terurai. Dalam kasus unit-unit siklik, putusnya suatu ikatan dalam suatu cincin tidak
mengasilkan penurunan berat molekul, dan kemungkinan(peluang) putusnya dua ikatan
dalam suatu cincin adalah rendah. Dengan demikian, polimer-polimer tangga atau semi
tangga diharapkan memiliki stabilitas panas yang lebih tinggi dari pada polimer-polimer
dengan rantai terbuka. Suhu-suhu dekomposisi yang diberikan pada tabel 3 ditentukan dalam
atmosfer-etmosfer
lembam.
termooksidatif bahan polimer pada umumnya mengikuti mekanisme yang berbeda. Akan
tetpai hadirnya oksigen, pada kebanyakan kasus , memiliki efek kecil terhadap suhu
dekomposisi awal, oleh karena itu putusnya ikatan utamanya merupakan sebuah proses
termal bukan oksidatif.
Carl S. Marvel menonjol sebagai pemimpin dalam bidang polimer-polimer yang stabil
panas dengan justifikasi dia telah disebut bapak polimer-polimer bersuhu tinggi penelitian
pionir Marvel menghasilkan pengembangan komersial polibenzimidazola (celanese nama
dagang PBI). Dalam bentuk serat polibenzimidazola dipakai sebagai pakaian astronot, salah
satu diantara jumlah aplikasi dalam program-program luar angkasa. Berbagai jenis polimerpolimer aromatik dan organometalik yang stabil panas telah dikembangkan. Sedikit saja
diantaranya telah menemukan pemakaian yang komersial karena adanya kombinasi antara
biaya tinggi dan kemampuan proses yang rendah. Karena struktur rangkanya yang kaku,
polimer-polimer aromatik secara karakteristik memperlihatkan suhu-suhu transisi gelas yang
sangat tinggi, dan kelarutan randah dan oleh karenanya lebih menyulitkan dari pada sebagian
besar jenis-jenis polimer yang lain. Pada umumnya diakui batas atas stabilitas panas dari
polimer-polimer organiktelah dicapai, oleh karenanya penekanan akhir-akhir ini adalah suatu
mengintrodusir variasi-variasi struktur yang memungkinkan lebih baiknya kemampuan
proses inkorporasi gugus-gugus fleksibilisator seperti ester atau sulfon ke dalam rangka
polimer merupakan salah satu strategi.
Tabel 3. Polimer-polimer stabil panas representatifa
Tipe
Struktur
Suhu
dekomposi
si (oC)b
Poli(p-fenilena)
Polibenzimidazola
660
N
H
N
H
650
Polikuionoksalin
640
Polioksazola
620
N
585c
Polimida
N
Poli(fenilena
O
oksida)
570
Politiadiazola
490
N
Poli(fenilena
sulfide)
a
490
atmosfer helium
Meskipun aksi-aksi ini sering menghasilkan lebih besarnya kelarutan dan lebih
Ar
Ar
Tg=215oC
3
4
Ar
Ar
N
Tg=265oC
Ar=
lebih lama terjadi mungkin sedikit atau tidak terjadi proses ikat silang, agaknya suhu transisi
gelas naik akibat pengerasan rantai. Suatu contoh yang dilihatkan pada skema 1 adalah
konversi polikuinoksalin aromatik 3 menjadi 4 melalui reaksi-reaksi sikloadisi kompleks dari
substituen-substituen feniletinil, yang menghasilkan naiknya suhu transisi gelas sebesar 50
o
C.
Pendekatan paling produktif dari suatu pandang pengembangan komersial adalah
sintetis oligomer atau prapolimer aromatik yang ditutup dengan gugus-gugus reaktif.
Oligomer-oligomer yang betutup gugus ujung tersebut melebur pada suhu yang relatif rendah
dan dapay larut dalam barbagai polimer oleh pemanasan, mereka dikonversi oleh polimerpolimer jaringan yang stabil panas. Gugus-gugus ujung representatif diberikan pada tabel 4
kimia dari pembentukan jaringan biasanya melibatkan reaksi-reaksi polimerisasi sikloadisi
atau adisi dari gugus-gugus ujung.
Daya nyala dan ketahanan nyala
Untuk memahami mekanisme penjalaran nyala dan penahanan nyala banyak usaha
yang dilakukan yaitu mencakup pengurangan gas-gas berasap dan beracun yang terbentuk
selama pembakaran, dan pengembangan serat-serat tekstil yang tidak dapat nyala.
Beberapa polimer pada dasarnya tidak dapat nyala, misalnya poli(vinil klorida) dan
polimer yang memiliki kandungan halogen yang tinggi. Lainya, seperti polikarbonat dan
poliuretana, akan terbakar sepanjang sumber nyala tetap hidup, tetapi pembakaran terhenti
ketika sumber nyala dimatikan. Sebagian besar polimer bisa segera terbakar. Pembakaran
terjadi bertahap, pertama, sumber panas luar menaikan suhu panas polimer tersebut kesuatu
suhu dimana ia mulai terurai dan melepas gas-gas yang mudah terbakar. Gas-gas yang mudah
terbakar mungkin berupa monomer karena terjadi depolimerisasi rantai yang diinduksi panas.
Tabel 4.gugus-gugus ujung reaktif untuk mengkonversi oligomer-oligomer aromatik
ke polimer-polimer jaringan
Dalam memperbaiki ketahanan nyala bahan-bahan polimer terfokus pada tiga strategi:
1. Menahan proses pembakaran dalam fasa uap
Dalam fasa uap, pembakaran terjadi melalui serangkaian reaksi-reaksi propagasi
radikal bebas dan transfuse radikal yang rumit. Retardasi pembakaran bisa dilakukan
dengan menginkorporasi dalam trap-trap radikal polimer tersebut, senyawa-senyawa
yang mengurangi konsentarasi radikal dalam uap.
Ketahanan Kimia
Masalah yang dihadapi perusahaan minyak dengan tangki penyimpanan minyak
raksasa adalah perkaratan logam. Solusinya dengan koting semprot lantai dalam dari tangki
dengan polyester tak jenuh yang diperkuat serat gelas.
Tidak semua polyester memiliki stabilitas hidrofilik yang baik, dan mereka yang memilih
melapisi dasar tangki akan memilih suatu polimer yang terbukti sangat tahan terhadap air.
Untuk menaikan ketahanan kimia yaitu dengan menaikan rintangan sterik di sekitar gugusgugus ester, dan satunya lagi untuk mengurangi jumlah gugus-gugus ester per satuan panjang
rantai. Kedua yang akan menaikan sifat hidrofobik dari formulasi-formulasi polyester yang
tahan kimia adalah 2,2-4-trimetilpentana-1,3-diol(7) dan turunan bisfenol A-propilena
oksida(8)
Untuk mengurangi sifat hidrofilik gugus-gugus ujung lain. Fenil isosianat, misalnya,
mengkonversikan gugus-gugus hidroksil polyester ke uretana,
Flour telah terbukti menjadi suatu unsure yang memberikan ketahanan air dan pelarut
sekaligus kepada berbagai polimer. Polifosfazena(9) yang anorganic, yang sangat tidak stabil
ketika ada uap air, berbalik menjadi sangat tahan uap air dengan mengkonversikannya(10)
Karena
kelembaban
politetraflourotilena(11),
kimianya,
berbagai
poli(vinil
klorida)(12),
polimer
dan
terflourinasi
kopolimer-kopolimer
termasuk
seperti
Ozon yang terbentuk oleh aksi sinar ultraviolet atau pelepasan arus listrik ke oksigen,
menguraikan polimer yang mengandung ikatan rangkap dua dalam rangkanya melalui proses
ozonolisis yang diikuti dengan hidrolisis:
Sinar matahari merupakan materi lain yang bisa mengadakan degradasi polimer. Monomermonomer yang mengandung kromofor-kromofor penyerap ultraviolet seperti 2,4-dihidroksi4-vinilbenzonefenon(15) telah diinkorporasi ke dalam polimer-polimer vinil untuk
memperbaiki stabilitas cahaya.
Gambar 3. Skematik suatu prosedur khas untuk memproduksi (a) resis negative (b) resis
positif dalam pembuatan sirkuit-sirkuit gabungan
Degradabilitas
Sebagian besar polimer mempunyai sifat yang sangat tahan lama, sesungguhnya ini
merupakan sifat yang memungkinkan berkompetisi dengan bahan-bahan awet lain seperti
gelas dan logam.
Polimer-polimer bisa dibuat terurai secara fotokimia dengan menginkorporasi gugusgugus karbonil yang menyerap radiasi ultraviolet untuk membentuk keadaan tereksitasi yang
cukup berenergi untuk melakukan pembelahan ikatan. Proses demikian (dinyatakan sebagai
reaksi si Norris tipe II) terjadi sebagai berikut:
Konduktivitas Listrik
Sebagian besar polimer merupakan insulator yang baik. Misalnya poli(Nvinilkarbazola) (18), bersifat fotokonduktif, yakni menghantarkan arus listrik sampai suatu
tingkat yang kecil dibawah pengaruh cahaya, dan dipakai dalam industry elektrofotografi.
sedang.
Beberapa
polimer,
khususnya
poli(sulfur
nitride)(19)
dan
poliasetilena(20) bisa dibuat sangat konduktif ketika hadir beberapa bahan tambahan yang
disebut dopan. Terobosan utama ini mengawali usaha penelitian untuk mengungkapkan
mekanisme konduksi listrik dan mengaplikasikan ke teknologi baterai ringan yang praktis.
Beberapa sifat structural diketahui memiliki pengaruh terhadap konduktifitas. Sikap-sikap ini
mencakup :
1. Delokalisasi, suatu system terkonyugasi yang diperluas biasanya perlu untuk eksisnya
konduktivitas rangka polimer, akan tetapi muatan bisa ditransfer dalam beberapa
kasus melalui gugus pedan.
2. Doping, dopan bisa berupa akseptor electron seperti pentaflourida arsenat atau
halogen, atau donor-donor electron seperti logam alkali. Konduktifitas bervariasi
dengan konsentrasi dopan. Doping bisa juga mengefektifkan penyusunan ulang ikatan
rangkap dua dari polimer nonkonyugasi menjadi poli konduktif yang terkonyugasi.
3. Morfologi, konduksi listrik dipengaruhi oleh factor-faktor konfigurasi dan
konformasi, sebagaimana juga kristalinitas. Konduktifitas film poliasetilena dalam
arah penjajaran molekul secara signifikan bertambah oleh terjadinya peregangan
molekul.
Konduktifitas intrinsic poliasetalena sebesar 1,7x10 -9 ohm-1cm-1 untuk isometer cis(21) dan
4,4X10-5 ohm-1cm-1 (semikondutor lemah) untuk isomer trans(22). Doping meningkat
konduktivitas poliasetilena secara drastic menjadi konduktifitas konduktor logam.
Polimer-polimer lain yang memperlihatkan konduksi listrik melalui doping mencakup poli(pfenilena)(23), poli(fenilena sulfide)(24), polipirola(25), dan polimer logam ftalosianin(26),
yang tidak punya rangka terkonyugasi tetapi menjalani transpor electron melalui cincin
heterosiklik yang tampak enak dipandang. Konduktifitas berbagai polimer ini dibandingkan
dengan konduktor logam.
Polielektrolit untuk aplikasi baterai padat pada umumnya terdiri dari polimer seperti
poli(etilena oksida)(27) atau polifosfazena(28) dalam kombinasi dengan garam logam. Suatu
rasio 4:1 dari poli(etilena oksida) terhadap NaBF4 merupakan kekhasan.