Anda di halaman 1dari 18

2.

Struktur Kimia Dan Sifat-Sifat Fisis Polimer


Sifat Mekanik
Polimer linier yang khas memiliki unit berulang yang seragam dan memiliki gugusgugus ujung yang berbeda. Pada berat molekul rendah, gugus-gugus ujung secara signifikan
mempunyai kontribusi ke seluruh struktur, dan ini dimanifestasikan dalam sifat-sifat seperti
kerapatan, indeks refraksi, dan absorpsi spektroskopik, yang bervariasi dangan berat molekul.
Ketika mencapai berat molekul tertentu katakanlah 15.000, konsentrasi gugus-gugus ujung
bisa diabaikan dan sifat-sifat ini menjadi tetap, yang tidak bergantung pada kenaikan berat
molekul lebih lanjut. Hal ini tidak berlaku dengan sifat-sifat mekanik, yang bergantung pada
gaya-gaya antar molekul. Sifat mekanik jauh lebih bergantung pada berat molekul untuk
daerah berat molekul yang sangat luas, meskipun juga mendatar pada akhir spektrum berat
molekul yang lebih tinggi. Dimana mereka mendatar bergantung pada strukturnya. Untuk
suatu polyolefin seperti polietilena, dimana gaya-gaya dispersi bertanggung jawab terhadap
sifat-sifat mekanik, pendataran terjadi pada berat molekul molekul yang relative tinggi (di
atas 105), sedangkan dengan polimer-polimer yang sangat polar seperti poliamida, pendataran
bila terjadi pada berat molekul serendah sekitar 20.000 sampai 50.000. ketergantungan sifatsifat pada berat molekul ini diperlihatkan untuk suatu polimer hipotesis pada gambar 1
(asumsinya dibuat disini bahwa sifat nonmekanik naik dengan berat molekul). Daerah kerja
polimer-polimer komersial yang diperlihatkan pada gambar tersebut ialah pada suatu berat
moleku yang memberikan sifat-sifat mekanik yang baik pada suatu viskositas yang dapat
kerja.
Untuk bahan komersial yang besar, sifat-sifat mekanik merupakan asfek yang sangat
mendasar. Meskipun sifat-sifat lainnya seperti ketahanan nyala, stabilitas termal, dan
ketahanan kimia mempunyai kaitan dalam aplikasi-aplikasi yang lebih spesifik, semua
polimer, apapun pemakaiannya harus memperlihatakan suatu daerah sifat-sifat mekanik yang
terspesifikasi yang cocok untuk aplikasi tersebut. Diantara lusinan sifat, yang harus
diperhatikan para produsen polimer adalah kekuatan tarik, kompresif, dan fleksur (dan
modulus mereka masing-masing) serta perlu perhatian pada ketahanan impak polimer
tersebut. Sifat-sifat terkait mencakup kekerasan, ketahanan abrasi, dan ketahanan sobek.
Sifat-sifat ini tepatnya mengacu ke apa? pada semua kasus, mereka merupakan
ukuran dari beberapa tegangan yang akan ditahan oleh suatu sampel sebelum sampel tersebut
rusak. Kekuatan tarik mengacu kepada ketahanan terhadap tarikan. Kekuatan kompresif

adalah kebalikan dari kekuatan tarik, yang merupakan ukuran sampai dimana suatu sempal
bisa ditekan sebelum rusak, kekuatan fleksur adalah ukuran dari ketahanan terhadap
patahan(breaking) atau patah cepat(snapping), ketika suatu sampel ditekuk(difleks). Kekuatan
impak adalah ukuran dari keuletan

daerah kerja
vikositas

mekanik

sifat

nonmekanik

berat molekul

Gambar 1. Ketergantung sifat-sifat pada berat molekul(polimer hipotesis)


Bagaimana suatu sampel akan menahan pukulan stress yang tiba-tiba, seperti pukulan
palu. Sifat mekanik lainnya yang menarik perhatian adalah kelelahan(fatigue) yang
merupakan ukuran bagaimana suatu sampel bisa menahan aplikasi berulang dari tegangan
tarik, fleksur, atau kompresif. Meskipun setiap sifat mekanik mmiliki keistimewaannya
masing-masing, semua sifat demikian terjadi dari karakteristik struktur dan morfologi yang
sama dan cara dimana matriks polimerik menjalani reorientasi molekul akibat respon
terhadap tegangan.
Tabel 1. Sifat-sifat mekanik dari homopolimer umum
Polimer
Polietilena(massa

Kekuatan (MPa)

Modulus (MPa)

Perpanjangan(%)

8,3 31

172 283

100 650

22 31

1070 1090

10 1200

jenis rendah)

Polietilena(massa
jenis tinggi)

Polipropilena

31 41

1170 1720

100 600

Poli(vinil klorida)

41 52

2410 4140

40 80

Polistirena

36 52

2280 3280

1,2 2,5

Poli(metal

48 76

2240 3240

2 10

Politetrafluoroetilena

14 34

400 552

200 400

Nilon 6,6

76 83

60 300

Poli(etilena

48 72

2760 4140

50 300

66

2380

110

metakrilat)

tereftalat)

Polikarbonat

Lanjutan..
Kekuatan kompresif

Kekuatan fleksur (MPa)

Kekuatan impak (N/cm)

Tidak patah

20 25

0,23 2,3

38 55

41 55

0,23 0,57

55 90

69 110

0,23 1,3

83 90

69 101

0,20 0,26

72 124

72 131

0,17 0,34

12

1,7

103

42 117

0,46 1,2

76 103

96 124

0,14 0,37

86

93

9,1

(MPa)

Tabel 1 memberikan beberapa sifat mekanik representative untuk beberapa


homopolimer komersial yang penting. Daerah sifat-sifat yang luas mencerminkan banyaknya
variabel yang terlibat dalam pengujian fisik. Yang menjadi catatan penting yaitu kekuatan
impak yang sangat tinggi dari polikarbonat. Karakteristik ini, bersama dengan karakteristik
kekuatan lainnya , merupakan faktor kunci dari bahan yang relatif mahal ini yang banyak
dipakai sebagai plastik teknik. Naiknnya sifat-sifat kekuatan tarik yang signifikan dari
polietilena kerapatan tinggi yang Kristal dan sebagian besar linier, dibandingkan dengan
polietilena kerapatan rendah yang bercabang, timbul akibat pengepakan rantai yang rapat
pada polietilena kerapatan tinggi. Berbagai teknik telah dikembangakan untuk memperhalus
lebih lanjut morfologi Kristal polietilena untuk pemakaiannya dalam aplikasi-aplikasi serat
berkekuatan tinggi. Disebut pemintalan gel, metode tersebut melibatkan konversi polimer
linier dengan berat molekul sangat tinggi (>106) ke suatu gel dengan pelarut, yang diikuti
dengan pemintalan dan penarikan. Pembentukan gel memberikan kebebasan molekul yang
diperlukan untuk mencapai suatu tingkat penjajaran yang tinggi. Hasil-hasil serupa diperoleh
dengan film-film polietilena yang dipreparasi secara khusus tanpa melalui pembentukan gel.
Film-film dapat tarik didepositkan langsung dalam suatu keadaan Kristal yang terurai selama
berlangsungnya polimerisasi diatas permukaan-permukaan yang dimodifikasi inisiator. Sifatsifat polietilena barkekuatan tinggi diperbandingkan dengan sifat-sifat serat lainnya pada
table 2. kekuatan tarik diberikan sebagai keuletan (tenacity).
Tabel 2. Sifat-sifat serat
Jenis serat

Keuletan (N/teks)

Gaya berat spesifik

Kapas

0,26 0,44

1,50

Wol

0,09 0,15

1,30

Polyester

0,35 0,53

1,38

Nilon

0,40 0,71

1,14

Poliamida aromatik

1,80 2,0

1,44

0,27

1,43

Alam

Sintetis

(aramid)
Polibenzimidazola

0,44 0,79

0,90

2,65

0,95

Gelas

0,53 0,66

2,56

Baja

0,31

2,7

Polipropilena
Polietilena (kekuatan tinggi)
Anorganik

Parameter kekutan tarik yang umum dipakai oleh ilmuan serat. Satuan keuletan adalah
newton per teks, dimana teks didefinisikan sebagai berat dalam gram 1000 meter serat
tersebut. Satu-satunya serat dengan kekuatan yang sebanding dengan polietilena berkekuatan
tinggi dalam daftar tersebut adalah poliamida aromatik yang dipreparasi melalui metode
Kristal cair.

Stabilitas Panas
Ketika

zat-zat

organik

dipanaskan sampai

suhu

tinggi

mereka

memiliki

kecenderungan untuk membentuk senyawa-senyawa aromatik. Hal ini mengikuti fakta bahwa
polimer-polimer aromatik mesti tahan tehadap suhu tinggi. Akhir-akhir ini telah
dikembangkan berbagi polimer yang memiliki unit-unit ulang aromatik, sebagian besar
didorong oleh motivasi akan perlunya industri-industri penerbangan memakai bahan-bahan
dengan kinerja yang tinggi yang akan tahan tehadap suhu-suhu yang teristimewa tinggi. Agar
suatu polimer layak dianggap stabil panas atau tahan panas, polimer tersebut mesti tidak
terurai dibawah suhu 400 oC dan mesti mempertahankan sifat-sifatnya yang bermanfaat pada
suhu-suhu dekat suhu dekomposisi tersebut. Sebagaimana yang diperkirakan, polimerpolimer demikian harus memiliki suhu-suhu transisi gelas atau peleburan Kristal yang tinggi.
Beberapa polimer representatif yang stabil panas, bersama dengan suhu-suhu dekomposisi
mereka, diberikan pada tabel 3.
Stabilitas panas utamanya merupakan fungsi dari energi ikatan. Ketika suhu naik
ketitik dimana energi getaran menimbulkan putusnya ikatan, polimer yang bersangkutan akan
terurai. Dalam kasus unit-unit siklik, putusnya suatu ikatan dalam suatu cincin tidak
mengasilkan penurunan berat molekul, dan kemungkinan(peluang) putusnya dua ikatan
dalam suatu cincin adalah rendah. Dengan demikian, polimer-polimer tangga atau semi
tangga diharapkan memiliki stabilitas panas yang lebih tinggi dari pada polimer-polimer

dengan rantai terbuka. Suhu-suhu dekomposisi yang diberikan pada tabel 3 ditentukan dalam
atmosfer-etmosfer

lembam.

Dekomposisi dalam udara

suatu ukuran stabilitas

termooksidatif bahan polimer pada umumnya mengikuti mekanisme yang berbeda. Akan
tetpai hadirnya oksigen, pada kebanyakan kasus , memiliki efek kecil terhadap suhu
dekomposisi awal, oleh karena itu putusnya ikatan utamanya merupakan sebuah proses
termal bukan oksidatif.
Carl S. Marvel menonjol sebagai pemimpin dalam bidang polimer-polimer yang stabil
panas dengan justifikasi dia telah disebut bapak polimer-polimer bersuhu tinggi penelitian
pionir Marvel menghasilkan pengembangan komersial polibenzimidazola (celanese nama
dagang PBI). Dalam bentuk serat polibenzimidazola dipakai sebagai pakaian astronot, salah
satu diantara jumlah aplikasi dalam program-program luar angkasa. Berbagai jenis polimerpolimer aromatik dan organometalik yang stabil panas telah dikembangkan. Sedikit saja
diantaranya telah menemukan pemakaian yang komersial karena adanya kombinasi antara
biaya tinggi dan kemampuan proses yang rendah. Karena struktur rangkanya yang kaku,
polimer-polimer aromatik secara karakteristik memperlihatkan suhu-suhu transisi gelas yang
sangat tinggi, dan kelarutan randah dan oleh karenanya lebih menyulitkan dari pada sebagian
besar jenis-jenis polimer yang lain. Pada umumnya diakui batas atas stabilitas panas dari
polimer-polimer organiktelah dicapai, oleh karenanya penekanan akhir-akhir ini adalah suatu
mengintrodusir variasi-variasi struktur yang memungkinkan lebih baiknya kemampuan
proses inkorporasi gugus-gugus fleksibilisator seperti ester atau sulfon ke dalam rangka
polimer merupakan salah satu strategi.
Tabel 3. Polimer-polimer stabil panas representatifa
Tipe

Struktur

Suhu
dekomposi
si (oC)b

Poli(p-fenilena)

Polibenzimidazola

660

N
H

N
H

650

Polikuionoksalin

640

Polioksazola

620
N

585c

Polimida
N

Poli(fenilena
O

oksida)

570

Politiadiazola

490
N

Poli(fenilena
sulfide)
a

490

data dari kharsak

atmosfer nitrogen jika tidak ada catatan lain

atmosfer helium
Meskipun aksi-aksi ini sering menghasilkan lebih besarnya kelarutan dan lebih

rendahnya viskositas, stabilitas panas biasanya akan berkurang.

Ar

Ar

Tg=215oC

3
4

Ar

Ar
N

Tg=265oC

Ar=

Skema 1. naiknya Tg polikuionoksalin oleh sikloadisi intramolekul.

Pendekatan lainnya adalah untuk mengintrodusir gugus-gugus aromatik siklik yang


terletak tegak lurus terhadap rangka aromatik datar, sebagimana dalam polibenzimidazola,
struktur-struktur demikian yang dinyatakan sebagi polimer cardo (dari bahasa latin cardo,
putaran) biasanya memperlihatkan kelarutan yang lebih baik tanpa mengorbankan sifat-sifat
termal.

Introdusir gugus-gugus reaktif ke rangka polimer yang kemudian mengalami


sikloadisi inframolekul selama pemanasan merupakan cara lain untuk memperbaiki
kemampuan proses. Dasar pemikirannya adalah bahwa aktu alir yang,

lebih lama terjadi mungkin sedikit atau tidak terjadi proses ikat silang, agaknya suhu transisi
gelas naik akibat pengerasan rantai. Suatu contoh yang dilihatkan pada skema 1 adalah
konversi polikuinoksalin aromatik 3 menjadi 4 melalui reaksi-reaksi sikloadisi kompleks dari
substituen-substituen feniletinil, yang menghasilkan naiknya suhu transisi gelas sebesar 50
o

C.
Pendekatan paling produktif dari suatu pandang pengembangan komersial adalah

sintetis oligomer atau prapolimer aromatik yang ditutup dengan gugus-gugus reaktif.
Oligomer-oligomer yang betutup gugus ujung tersebut melebur pada suhu yang relatif rendah
dan dapay larut dalam barbagai polimer oleh pemanasan, mereka dikonversi oleh polimerpolimer jaringan yang stabil panas. Gugus-gugus ujung representatif diberikan pada tabel 4
kimia dari pembentukan jaringan biasanya melibatkan reaksi-reaksi polimerisasi sikloadisi
atau adisi dari gugus-gugus ujung.
Daya nyala dan ketahanan nyala
Untuk memahami mekanisme penjalaran nyala dan penahanan nyala banyak usaha
yang dilakukan yaitu mencakup pengurangan gas-gas berasap dan beracun yang terbentuk
selama pembakaran, dan pengembangan serat-serat tekstil yang tidak dapat nyala.
Beberapa polimer pada dasarnya tidak dapat nyala, misalnya poli(vinil klorida) dan
polimer yang memiliki kandungan halogen yang tinggi. Lainya, seperti polikarbonat dan
poliuretana, akan terbakar sepanjang sumber nyala tetap hidup, tetapi pembakaran terhenti
ketika sumber nyala dimatikan. Sebagian besar polimer bisa segera terbakar. Pembakaran
terjadi bertahap, pertama, sumber panas luar menaikan suhu panas polimer tersebut kesuatu

suhu dimana ia mulai terurai dan melepas gas-gas yang mudah terbakar. Gas-gas yang mudah
terbakar mungkin berupa monomer karena terjadi depolimerisasi rantai yang diinduksi panas.
Tabel 4.gugus-gugus ujung reaktif untuk mengkonversi oligomer-oligomer aromatik
ke polimer-polimer jaringan

Dalam memperbaiki ketahanan nyala bahan-bahan polimer terfokus pada tiga strategi:
1. Menahan proses pembakaran dalam fasa uap
Dalam fasa uap, pembakaran terjadi melalui serangkaian reaksi-reaksi propagasi
radikal bebas dan transfuse radikal yang rumit. Retardasi pembakaran bisa dilakukan
dengan menginkorporasi dalam trap-trap radikal polimer tersebut, senyawa-senyawa
yang mengurangi konsentarasi radikal dalam uap.

Gambar 2. representasi dari pembakaran polimer , difusi gas, aliran panas.

2. Menimbulkan pembentukan arang dalam daerah pirolisis


Pembentukan arang pada permukaan polimer mengurangi daya nyala dengan cara
bereaksi sebagai suatu penghalang (mengandung karbon) untuk menghalangi produkproduk gas dari berdifusi ke nyala tersebut, dan untuk melindungi permukaan polimer
dari aliran panas. Polimer aromatic memiliki kecenderungan alami terhadap
pembentukan arang, yang menjelaskan daya nyala yang biasanya rendah.
3. Menambahakan bahan-bahan yang terurai baik untuk memberikan gas-gas tak dapat
nyala atau secara endotermik untuk mendinginkan zona pirolisis
Untuk mengurangi daya nyala melibatkan penggunaan senyawa-senyawa seperti
alumina terhidrasi Al2O2.3H2O, yang melepaskan air secara endotermik untuk
mendinginkan zona pirolisis, atau natrium bikarbonat, yang terurai untuk membentuk
karbon dioksida yang selanjutnya mengencerkan gas-gas yang mudah terbakar.

Ketahanan Kimia
Masalah yang dihadapi perusahaan minyak dengan tangki penyimpanan minyak
raksasa adalah perkaratan logam. Solusinya dengan koting semprot lantai dalam dari tangki
dengan polyester tak jenuh yang diperkuat serat gelas.

Tidak semua polyester memiliki stabilitas hidrofilik yang baik, dan mereka yang memilih
melapisi dasar tangki akan memilih suatu polimer yang terbukti sangat tahan terhadap air.
Untuk menaikan ketahanan kimia yaitu dengan menaikan rintangan sterik di sekitar gugusgugus ester, dan satunya lagi untuk mengurangi jumlah gugus-gugus ester per satuan panjang
rantai. Kedua yang akan menaikan sifat hidrofobik dari formulasi-formulasi polyester yang
tahan kimia adalah 2,2-4-trimetilpentana-1,3-diol(7) dan turunan bisfenol A-propilena
oksida(8)

Untuk mengurangi sifat hidrofilik gugus-gugus ujung lain. Fenil isosianat, misalnya,
mengkonversikan gugus-gugus hidroksil polyester ke uretana,

dan karboksil ke amida,

Flour telah terbukti menjadi suatu unsure yang memberikan ketahanan air dan pelarut
sekaligus kepada berbagai polimer. Polifosfazena(9) yang anorganic, yang sangat tidak stabil
ketika ada uap air, berbalik menjadi sangat tahan uap air dengan mengkonversikannya(10)

Karena

kelembaban

politetraflourotilena(11),

kimianya,

berbagai

poli(vinil

klorida)(12),

polimer
dan

terflourinasi

kopolimer-kopolimer

termasuk
seperti

poli[heksaflouropropilena-co-(vinilidena flourida)](13) telah dikembangkan secara komersial


untuk berbagai keperluan.

Ozon yang terbentuk oleh aksi sinar ultraviolet atau pelepasan arus listrik ke oksigen,
menguraikan polimer yang mengandung ikatan rangkap dua dalam rangkanya melalui proses
ozonolisis yang diikuti dengan hidrolisis:

Sinar matahari merupakan materi lain yang bisa mengadakan degradasi polimer. Monomermonomer yang mengandung kromofor-kromofor penyerap ultraviolet seperti 2,4-dihidroksi4-vinilbenzonefenon(15) telah diinkorporasi ke dalam polimer-polimer vinil untuk
memperbaiki stabilitas cahaya.

Gambar 3. Skematik suatu prosedur khas untuk memproduksi (a) resis negative (b) resis
positif dalam pembuatan sirkuit-sirkuit gabungan
Degradabilitas
Sebagian besar polimer mempunyai sifat yang sangat tahan lama, sesungguhnya ini
merupakan sifat yang memungkinkan berkompetisi dengan bahan-bahan awet lain seperti
gelas dan logam.
Polimer-polimer bisa dibuat terurai secara fotokimia dengan menginkorporasi gugusgugus karbonil yang menyerap radiasi ultraviolet untuk membentuk keadaan tereksitasi yang
cukup berenergi untuk melakukan pembelahan ikatan. Proses demikian (dinyatakan sebagai
reaksi si Norris tipe II) terjadi sebagai berikut:

Untuk mensintensis polimer degradable timbul dari pertimbangan ekologis, banyak


penelitian diarahkan ke teknologi resis dan aplikasi pelepasan terkontrol. Pada teknologi
resis, polimer degradable dipakai untuk resis positif, yang bekerja secara berlawanan dengan
resis lain, yakni radiasi meningkatkan degradasi resis yang terekpose oleh cetakan, yang
meninggalkan koting utuh yang tidak terekpos.

Aplikasi melibatkan pengikatan bahan-bahan kimia pertanian dalam formulasi


polimer untuk pelepasan yang lambat pada suatu laju yang efektif untuk tujuan mereka tanpa
resiko dari pereaksi yang tercuci hilang oleh hujan atau irigasi. Herbisida asam 2,4diklorofenok-siasatat(2,4-D), misalnya, telah diinkorporasi ke dalam polimer baik sebagai
kelat dengan bes(16) atau sebagai suatu gugus ester pedan yang bisa terhidrolisis di atas suatu
polimer vinil(17).

Obat-obat farmasi berkapsul telah tersedia selama bertahun-tahun. Strip-strip


reservoir yang disebut transdermal patches dipakai untuk obat-obatan melalui kulit.
Instrument-instrumen matrik polimerik yang ditanam, termasuk beberapa diantaranya yang
dibuat dengan polimer dapat diurai untuk melepas obat melalui erosi permukaan, sedang
diteliti. Poliester dapat urai telah dipakai sebagai jahitan-jahitan bedah yang bisa hilang.

Gambar 5. Instrument-instrumen pelepasan yang dikontrol membrane: (a) mikroenkapsulasi


(b) strip.

Konduktivitas Listrik
Sebagian besar polimer merupakan insulator yang baik. Misalnya poli(Nvinilkarbazola) (18), bersifat fotokonduktif, yakni menghantarkan arus listrik sampai suatu
tingkat yang kecil dibawah pengaruh cahaya, dan dipakai dalam industry elektrofotografi.

Polimer lainya menjalani pirolisis untuk menghasilkan arang yang memperlihatkan


konduktivitas

sedang.

Beberapa

polimer,

khususnya

poli(sulfur

nitride)(19)

dan

poliasetilena(20) bisa dibuat sangat konduktif ketika hadir beberapa bahan tambahan yang
disebut dopan. Terobosan utama ini mengawali usaha penelitian untuk mengungkapkan
mekanisme konduksi listrik dan mengaplikasikan ke teknologi baterai ringan yang praktis.

Beberapa sifat structural diketahui memiliki pengaruh terhadap konduktifitas. Sikap-sikap ini
mencakup :
1. Delokalisasi, suatu system terkonyugasi yang diperluas biasanya perlu untuk eksisnya
konduktivitas rangka polimer, akan tetapi muatan bisa ditransfer dalam beberapa
kasus melalui gugus pedan.
2. Doping, dopan bisa berupa akseptor electron seperti pentaflourida arsenat atau
halogen, atau donor-donor electron seperti logam alkali. Konduktifitas bervariasi
dengan konsentrasi dopan. Doping bisa juga mengefektifkan penyusunan ulang ikatan
rangkap dua dari polimer nonkonyugasi menjadi poli konduktif yang terkonyugasi.
3. Morfologi, konduksi listrik dipengaruhi oleh factor-faktor konfigurasi dan
konformasi, sebagaimana juga kristalinitas. Konduktifitas film poliasetilena dalam
arah penjajaran molekul secara signifikan bertambah oleh terjadinya peregangan
molekul.

Konduktifitas intrinsic poliasetalena sebesar 1,7x10 -9 ohm-1cm-1 untuk isometer cis(21) dan
4,4X10-5 ohm-1cm-1 (semikondutor lemah) untuk isomer trans(22). Doping meningkat
konduktivitas poliasetilena secara drastic menjadi konduktifitas konduktor logam.

Polimer-polimer lain yang memperlihatkan konduksi listrik melalui doping mencakup poli(pfenilena)(23), poli(fenilena sulfide)(24), polipirola(25), dan polimer logam ftalosianin(26),
yang tidak punya rangka terkonyugasi tetapi menjalani transpor electron melalui cincin
heterosiklik yang tampak enak dipandang. Konduktifitas berbagai polimer ini dibandingkan
dengan konduktor logam.

Polielektrolit untuk aplikasi baterai padat pada umumnya terdiri dari polimer seperti
poli(etilena oksida)(27) atau polifosfazena(28) dalam kombinasi dengan garam logam. Suatu
rasio 4:1 dari poli(etilena oksida) terhadap NaBF4 merupakan kekhasan.

Bahan Tambahan (additive)

Sesungguhnya setiap polimer yang dipakai komersial mengandung bahan-bahan


tambahan, seringkali dalam bentuk kombinasi. Tujuannya ada dua yaitu untuk mengubah
sifat-sifat polimer dan untuk meningkatkan kemampuan prosesnya. Bahan-bahan tambahan
untuk tujuan yang pertama berkisar dari pigmen dan odoran yang dipakai karena alasan
estetis terhadap bahan pemlastis yang dipakai untuk memperbaiki sifat-sifat mekanik. Bahanbahan tambahan untuk tujuan yang kedua bervariasi dari pelumas untuk mengecegah lengket
ke mesin-mesin pemroses hingga senyawa-senyawa yang mengubah struktur kimia, seperti
bahan pengikat silang. Bahan-bahan tambahan bisa dapat campur dengan sempurna atau,
sebagaimana kasus dengan bahan pemerkuat, sama sekali tidak dapat tercampur
Table 4. Bahan-bahan tambahan polimer

Anda mungkin juga menyukai