Anda di halaman 1dari 42

STATISTIK DAERAH

KOTA YOGYAKARTA
2013

BADAN PUSAT STATISTIK


KOTA YOGYAKARTA

STATISTIK DAERAH
KOTA YOGYAKARTA
2013
ISSN
No Publikasi

: 0215.2479
: 34710.13.24

Katalog BPS
Ukuran Buku

: 1102001.3471
: 17,6 cm x 25 cm

Jumlah Halaman

: 44 halaman

Naskah/Penyunting

: Anda Triyanto, SSI. MSI.

Gambar Kulit

: Anda Triyanto, SSI. MSI

Diterbitkan oleh

: BPS Kota Yogyakarta

Dicetak oleh

: CV. Kreasi Utama

Boleh dikutip dengan menyebutkan sumbernya

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa,


Badan Pusat Statistik Kota Yogyakarta telah menyelesaikan penerbitan
buku Statistik Daerah. Penerbitan buku Statistik Daerah dimaksudkan
untuk melengkapi ragam publikasi statistik di daerah diantaranya
Yogyakarta Dalam Angka (YDA) yang telah terbit secara rutin dalam
memotret kondisi daerah. Buku ini menyajikan indikator-indikator terpilih
yang dapat menggambarkan secara ringkas namun menyeluruh tentang
kondisi kota Yogyakarta dalam bentuk analisis sederhana dan dengan
tampilan yang lebih menarik.
Melalui publikasi ini dapat dicermati secara berkesinambungan pelaksanaan pembangunan
seluruh sektor dan gerak perubahannya khususnya di kota Yogyakarta. Dengan demikian, data
yang tersaji dapat digunakan sebagai informasi dasar bagi seluruh lapisan masyarakat dan
diharapkan dapat ikut berperan serta untuk memantapkan perencanaan, evaluasi, dan
pengendalian pembangunan yang terpadu serta berkelanjutan sebagai upaya mendukung
otonomi daerah.
Akhirnya, disampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih setinggi-tingginya kepada semua
pihak yang telah berpartisipasi hingga terbitnya buku ini. Tanggapan dan saran sangat
diharapkan untuk menambah kesempurnaan penerbitan di masa-masa yang akan datang.
Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa senantiasa meridhoi usaha kita dan memberikan kemudahan
kepada kita semua dalam mengupayakan hasil yang lebih baik.

Yogyakarta,
September 2013
BADAN PUSAT STATISTIK
Kota Yogyakarta
Kepala,

Ir. Arina Yuliati


NIP. 19620731 198703 2 001

DAFTAR ISI

Hal

Hal
SAMBUTAN

iii

Bab 12 Industri Pengolahan

20

KATA PENGANTAR

Bab 13 Kemahalan Konstruksi

21

Bab 14 Hotel dan Pariwisata

22

DAFTAR ISI

vii

Bab 1 Geografi dan Iklim

Bab 15 Transportasi dan Komunikasi

24

Bab 2 Sejarah Singkat Yogyakarta

Bab 16 Perbankan dan Investasi

26

Bab 3 Pemerintahan

Bab 17 Harga-harga

27

Bab 4 Penduduk

Bab 18 Pengeluaran Penduduk

28

Bab 5 Ketenagakerjaan

11

Bab 19 Perdagangan

29

Bab 6 Pendidikan

12

Bab 20 Pendapatan Regional

30

Bab 7 Kesehatan

13

Bab 21 Perbandingan Regional

31

Bab 8 Perumahan

14

Bab 22 PDRB Kecamatan

32

Bab 9 Pembangunan Manusia

15

Bab 23 PDRB Penggunaan

33

Bab10 Pertanian

16

Bab 24 ICOR

35

Bab 11 Energi Listrik dan Air

19

Selama empat bulan Yogyakarta diguyur hujan


Luas wilayah Yogyakarta sebesar 1,02 persen dari total Iuas
Provinsi DI Yogyakarta, mengalami hari hujan sebanyak 114
hari pada tahun 2011 dengan tingkat kelembaban udara tara
70 persen sampai dengan 85 persen.

Kota

Yog yak ar ta

ter letak

Geografi dan
Iklim

Peta Yogyakarta

antara

110o2419"-110o2853" Bujur Timur dan antara


07o4926"-07o1524" Lintang Selatan, dengan luas
sekitar 32,5 Km2 atau 1,02 % dari luas wilayah
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Jarak
terjauh dari Utara ke Selatan kurang lebih 7,5
Km dan dari Barat ke Timur kurang lebih

5,6

Km.
Kota Yogyakarta yang terletak di daerah
dataran lereng aliran gunung Merapi memiliki
kemiringan lahan yang relatif datar (antara 0 - 2
%) dan berada pada ketinggian rata-rata 114
meter dari permukaan air laut (dpa). Sebagian
wilayah dengan luas 1.657 hektar terletak pada
ketinggian kurang dari 100 meter dan sisanya
(1.593 hektar) berada pada ketinggian antara 100
199 meter dpa. Sebagian besar jenis tanahnya
adalah regosol.
Terdapat 3 sungai yang mengalir dari arah

Uraian

Utara ke Selatan yaitu : Sungai Gajahwong yang

Satuan

2012

mengalir di bagian timur kota, Sungai Code di


bagian tengah dan Sungai

Winongo di bagian

barat kota.
Secara umum, rata-rata curah hujan tertinggi

Luas

km2

32,5

Kecepatan Angin

knot

4,1

80,2

selama tahun 2011 terjadi pada bulan Januari,


yaitu sebanyak 351,3 mm dan terendah terjadi

Kelembaban

pada bulan Juni (1,5 mm). Rata-rata hari hujan

Jumlah hari hujan

hari

114,2

rata-rata cukup tinggi, tertinggi terjadi pada bulan

Tekanan Udara

mb

1014,1

April sebesar 85,0 persen dan terendah pada

Suhu Udara

oC

27,0

Ketinggian

dpa

114

per bulan adalah 114,8 hari. Kelembaban udara

bulan

Oktober sebesar 70,9 persen. Tekanan

udara rata-rata 995,32 mb dan suhu udara ratarata 25,9 o C.

Sejarah Singkat
Berdirinya Pemerintahan
Yogyakarta
Kota Yogyakarta didirikan pada tahun

1755, bersamaan dengan dibangunnya Kraton


Ngayogyakarta Hadiningrat oleh Sri Sultan
Hamengku Buwono I di Bekas Hutan Bering,
suatu kawasan diantara Sungai Winongo dan
Sungai Code dimana lokasi tersebut nampak
srtategis menurut segi pertahanan keamanan
pada waktu itu.
Pemerintah Kotamadya Yogyakarta baru
dibentuk sejak tanggal 7 Juni 1947 dimana
saat berdirinya disebut sebagai
Berbeda

dengan

kota

Kota Praja.

lainnya,

dijaman

penjajahan Belanda kota Yogyakarta memang


belum pernah menjadi kota otonom. Jadi kota
Yogyakarta

belum

pemerintahan

pernah

tersendiri.

memiliki
Kota

Praja

Yogyakarta yang lahir dengan ditetapkannya


Undang-undang Nomor 17 Tahun 1947 yag
membentuk kota Yogyakarta sebagai Haminte
Kota atau Kota Otonom. Undang-undang
tersebut

merupakan

produk

perundang-

undangan di jaman kemerdekaan tertanggal 7


Juni

1947.

Kotamadya

Yogyakarta

yang

dikenal sebagai kota perjuangan itu, bukan


dilahirkan

oleh

penjajahan,

melainkan

dilahirkan pada masa kemerdekaan, bahkan


lahir pada saat perjuangan nasional, ketika
bagsa

Indonesia

sedang

menegakkan

kedaulatan negara setelah Proklamasi 17


Agustus 1945.

2
Sesudah Proklamasi Kemerdekaan tangga 17
Agusutus 1945 Sri Sultan Hamengku Buwono IX
maupun Sri Paduka Paku Alam VIII menerima
piagam pengangkatan menjadi Gubernur dn Wakil
Gubernur Propinsi DIY dari Presiden Republik
Indonesia, maka pada tanggal 5 September 1945,
beliau mengeluarkan amanatnya yang pertama
yang menyatakan, bahwa daerah Kasultanan dan
daerah Pakualaman merupakan Daerah Istimewa
dan menjadi bagian dari Republik Indonesia
menurut pasal 18 UUD 1945 dan atas keadaan
Daerah

Istimewa

bertanggungjawab

Yogyakarta

langsung

kepada

beliau
Presiden

Republik Iindonesia. Selanjutnya pada tanggal 30


Oktober 1945 beliau mengeluarkan amanatnya
yang

kedua

yang

menyatakan,

bahwa

pelaksanaan Pemerintahan di Daerah Istimewa


Yogyakarta

akan

dilakukan

oleh

Sri

Sultan

Hamengku Buwono IX dan Sri Paduka Paku Alam


VIII

bersama-sama

Badan

Pekerja

Komite

Nasional Indonesia.
Kota Yogyakarta, baik yang menjadi bagian
dari Kasultanan maupun menjadi bagian dari
Pakualaman telah dapat dibentuk satu DPR Kota
dan Dewan pemerintahan Kota yang dipimpin oleh
Kedua Bupati Kota Kasultanan dan Pakualaman ,
akan tetapi kota Yogyakarta belum menjadi Kota
Praja atau Kota Otonom, sebab kekuasaan
otonom yang meliputi bidang pemerintahan masih
tetap

di

Yogyakarta.

Pemerintahan

Daerah

Istimewa

2
Secara Yuridis formal Kota Yogyakarta pada
tanggal 7 Juni 1947 telah sah menjadi Kota
Otonom yang telah dibentuk berdasarkan
Undang-undang Persngkst Pemerintahan
sudah ada seperti: DPRD, Walikota,
wewenangnya telah jelas dan APBD
pertamanya juga telah dilampirkan pada
Undang-undang pembentukan tersebut.
Hanya penyerahan wewnang dari Daerah
Istimewa Yogyakarta kepada Kota Praja
Yogyakarta yang menjadi haknya menurut
Undang-undang belum dilaksanakan.
Jika kita melihat keluarnya Undangundang Pembentukan Haminte Kota
Yogyakarta pada tangga 7 Juni 1947, maka
kota Yogyakarta dibentuk sebagai Kota Praja
sebelum clash I. Akan tetapi jika kita melihat
penyerahan wewenang itu secara riil dari
Daerah Istimewa Yogyakarta kepada Kota
Praja Yogyakarta baru terjadi dalam tahun
1951, maka untuk melaksanakan penyerahan
wewenang otonomi tersebut disebabkan
terjadinya clash I dan clash II setelah
keluarnya Undang-undang Nomor 17 Tahun
1947, selain itu juga disebabkan oleh
berbagai hal diantaranya; pertama
membentuk Kota Yogyakarta sebagai kota
otonomi harus melalui Undang-undang ,
kedua, dengan terbentuknya Kota
Yogyakarta, maka akan merupakan bagian
yang terpisah dari daerah Kasultanan dan
Pakualaman serta memiliki otonomi sendiri.
Nampaknya dalam pembentukan
Ham inte
k ota
Yog yak ar ta
k urang
memperhatikan hal tersebut. Sebab pada
tanggal 7 Juni 1947 itu status Daerah
Istimewa Yogyakarta belum diatur dengan
Undang-undang oleh pemerintah pusat
sesuai dengan pasal 18 UUD1945, padahal
kota Yogyakarta lebih dahulu dibentuk oleh
Pemerintah Pusat sebagai Haminte Kota
dengan Undang-undang.

2
Ini akan berakibat bahwa pemerintah
Daerah Istimewa Yogyakarta akan
kehilangan kekuasaan dan pengawasan
terhadap pemerintah Haminte Kota
Yogyakarta. Sehubungan dengan hal itu
Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta
belum bersedia menyerahkan sebagian
wewenangnya, sebelum status Daerah
Istimewa Yogyakarta ditentukan, maka
Haminte Kota Yogyakarta tetap menjadi
bagian dari Daerah Istimewa Yogyakarta
dan tetap mempunyai wewenang untuk
mengawasi jalannya Pemerintahan
Haminte Kota Yogyakarta.
Masalah itu bisa diatasi setelah
dikeluarkan Undang-undang Nomor 22
Tahun 1948 yang mengatur tentang Pokok
-pokok Pemerintahan Daerah di seluruh
wilayah dan berdasarkan Undang-undang
Pokok Pemerintahan Daerah tersebut
dikeluarkan Undang-undang Pembentukan
Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor: 3
jo.19 tanggal 15 Agustus 1950 dan
bersamaan dengan itu dikeluarkan Undang
-undang Nomor 16 Tahun 1950 yang
merubah Undang-undang Nomor 17 Tahun
1947, dengan demikian Daerah Istimewa
Yogyakarta maupun Kota Pradja
Yogyakarta sama-sama ditetapkan sebagai
Daerah Otonom berdasarkan Undangundang Pokok Pemerintahan Daerah
Nomor 22 Tahun 1948, Daerah Istimewa
Yogyakarta sebagai Daerah Tingkat I dan
Kota Praja Yogyakarta sebagai Daerah
Tingkat II sekaligus menjadi bagian dari
Daerah Istimewa Yogyakarta.

Yogyakarta lebih aman dari gejolak perubahan


wilayah administrasi

Pemerintahan

Pemekaran wilayah terjadi baik di tingkat propinsi maupun kabupaten/kota. Namun demikian
Kota Yogyakarta termasuk salah satu daerah tingkat dua sejak diberlakukannya otonomi
daerah pada 2001, tidak terjadi pemekaran/penggabungan wilayah administrasi.

Jumlah Wilayah
Administrasi di Yogyakarta

Tidak seperti kabupaten/kota lain, sejak


otonomi daerah diberlakukan pada tahun 2001,
jumlah wilayah administrasi di Yogyakarta tidak
mengalami perubahan baik yang diakibatkan

Wilayah
Administrasi

2011

2012

2013

pemekaran maupun penggabungan. Jumlah


kecamatan

sebanyak

14

kecamatan.

Sementara itu, jumlah kelurahan di kota


Yogyakarta sebanyak 45 kelurahan, 615 rukun
warga (RW) dan 2529 rukun tetangga (RT).

Kecamatan
Kelurahan
Rukun Warga
Rukun
Tetangga

14
45
614

14
45
614

14
45
615

2 524

2 524

2 529

Banyaknya keputusan politik pada tahun


2012 secara total mencapai 135 keputusan
atau

mengalami

kenaikan

48,4

persen.

Keputusan politik terbanyak terkait dengan


kebijakan

anggaran

yaitu

mencapai

45

Banyaknya Keputusan DPRD Kota


Yogyakarta 2010 2013
Kpts.Pimp

keputusan lebih banyak dibandingkan dengan


tahun sebelumnya sebanyak 17 keputusan.
Keputusan DPRD juga mengalami kenaikan
dari sebanyak 20 keputusan pada tahun 2011
menjadi sebanyak 31 keputusan pada tahun
2012.

Untuk

keputusan

kegiatan

Pan. Anggaran
Keg Panitia

2012
2011

Pansus

2010

panitia

musyawarah juga mengalami kenaikan hingga

Keptsn DPRD

mencapai 24 keputusan pada tahun 2012.


Jumlah pegawai negeri sipil di lingkungan

Perda

Pemerintah Kota Yogyakarta pada tahun 2011

tercatat 9.641 orang, yang terdiri dari 87,78

10

20

30

40

50

persen pegawai pemerintah daerah dan 12,22


persen

pegawai

pemerintah

Jumlah Pegawai Menurut

pusat.

Berdasarkan golongan kepangkatan, di Kota


Yogyakarta terdapat

pegawai

negeri

sipil

daerah golongan I sebanyak 3,15 persen,


golongan II mencapai 20,41 persen, golongan
III sebanyak 44,97

persen dan sisanya

golongan IV sebanyak 31,46 persen.

Jenis Kelamin
1

Laki-laki
Perempuan
Jumlah

2010

2011

2012

4 917
5 046
9 963

4 689
4 952
9 641

4 860
5 056
9 916

Kontribusi PAD terhadap APBD meningkat

Pemerintahan
Peningkatan APBD Kota Yogyakarta selama periode
2009-2011 diikuti peningkatan kontribusi PAD secara
signifikan. APBD ditopang oleh PAD sekitar 24% sementara
kontribusi DAU terhadap APBD mencapai 46%.

Jumlah PNS Menurut


Tingkat Pendidikan, 2012

Diploma
19,41%

D4/S1
46,20%
SMA
24,74%

SLTP
3,20%

SD
2,16%

S3
0,01%

S2
4,29%

Anggaran Pendapatan
Belanja Daerah
Anggaran

2010

2011

2012

Realisasi Penerimaan APBD (Milyar Rp)


Pendapatan

815,49

951,68

1158,13

Pembiayaan

636,62

857,09

95,48

Realisasi Pengeluaran APBD (Milyar Rp)


Belanja

839,87

932,02

1023,95

0,76

0,56

5,36

DAU (Milyar Rp)

395,44

436,13

536,47

PAD (Milyar Rp)

179,42

228,87

338,84

Pembiayaan

Jumlah Pegawai Negeri Sipil (PNS) di


kota Yogyakarta mengalami penurunan dari
9963 orang pada tahun 2010 menjadi
sebanyak 9916 orang pada tahun 2012.
Demikian juga halnya untuk PNS di
lingkungan internal pemerintah kota
Yogyakarta mengalami penurunan dari 8463
orang pada tahun 2011 menjadi 8026 orang
pada tahun 2012. Dilihat berdasarkan rasio
pegawai pemkot menurut jenis kelamin,
jumlah pegawai laki-laki sebanyak 88,14
persen yang berarti jumlah pegawai laki-laki
labih sedikit dibanding perempuan.
Keseimbangan ini terjadi baik pegawai
dilingkungan pemerintah kota Yogyakarta
maupun di luar pemerintah kota Yogyakarta.
Pada tahun 2012 telah terjadi peningkatan
kualitas tingkat pendidikan para PNS,
ditandai dengan semakin berkurangnya
jumlah pegawai yang berpendidikan SMA ke
bawah, sementara jumlah pegawai yang
berpendidikan tinggi (diploma ke atas)
semakin bertambah. Data tahun 2012
menunjukkan bahwa sekitar 46,20% PNS di
Yogyakarta berpendidikan D4/sarjana,
sementara masih ada 5,36 % di antara
mereka yang berpendidikan SD dan SMP.
Untuk m embiayai pem bangunan,
pemerintah kota Yogyakarta pada tahun 2012
menghabiskan anggaran sekitar 1023 milyar
rupiah seperti yang tercatat pada realisasi
APBD Yogyakarta. Sedangkan dari total
penerimaan APBD sebesar 1158 milyar, PAD
menyumbang sebesar 339 milyar atau sekitar
27%, dan sebagian besar penerimaan
bersumber dari dana DAU mencapai 536
milyar sekitar 42%.

Penduduk

Perubahan arah perkembangan penduduk yang


Keberhasilan kota Yogyakarta dalam menurunkan laju
pertumbuhan penduduk selama beberapa tahun ke
belakang terancam dengan adanya kenaikan laju
pertumbuhan penduduk di provinsi DI Yogyakarta pada
tahun-tahun terakhir.

Piramida Penduduk
Yogyakarta, 2012

Berdasarkan hasil pengolahan akhir


Sensus Penduduk 2010, jumlah penduduk
kota Yogyakarta adalah 388.627 orang yang
terdiri dari 189.137 laki-laki dan 199.490
perempuan. Dari jumlah tersebut, secara
kewilayahan terkonsentrasi di dua kecamatan
besar yaitu Umbulharjo sebanyak 76.743
orang dan kecamatan Gondokusuman
sebanyak 45.293 orang. Sedangkan
Kecamatan Ngampilan, Gondomanan, dan
Pakualaman merupakan tiga kecamatan
urutan terbawah yang memiliki penduduk
paling sedikit masing-masing berjumlah
16.320 orang, 13.029 orang, dan 9.316
orang.
Secara umum jumlah penduduk
perempuan lebih banyak dibandingkan
jumlah penduduk laki-laki. Hal ini dapat
ditunjukkan oleh sex ratio yang nilainya lebih
kecil dari 100. Perbandingan laki-laki dan
perempuan atau sex ratio di kota Yogya
mencapai angka 94,81. Diantara 14
kecamatan di kota Yogyakarta terdapat satu
kecamatan yaitu Wirobarajan memiliki sex
ratio sebesar 102,48.
Dengan luas wilayah 32,5 Km 2, rata-rata
kepadatan penduduk kota Yogyakarta adalah
sebesar 11.957 jiwa perkilometer persegi.
Kecamatan dengan tingkat kepadatan
penduduk paling tinggi adalah Ngampilan
yaitu sebanyak 19.902 jiwa/km 2, sedangkan
yang memiliki kepadatan penduduk paling
rendah yaitu Umbulharjo mencapai 9.451
jiwa/km2.

75 +
70 - 74
65 - 69
60 - 64
55 - 59
50 - 54
45 - 49
40 - 44
35 - 39
30 - 34
25 - 29
20 - 24
15 - 19
10 - 14
5 - 9
0 - 4

-45

-30

-15

15

30

45

Distribusi Persentase Penduduk Kecamatan


Kota Yogyakarta, 2010

Penduduk

Laju Pertumbuhan Penduduk Kecamatan


di Kota Yogyakarta, 2000 - 2010

Dengan jumlah penduduk hasil Sensus


Penduduk tahun 2000 sebesar 396.711 jiwa,
maka jumlah penduduk pada tahun 2010
justru mengalami pertumbuhan negatif yaitu
sebesar -0,22 persen pertahun selama
kurun waktu sepuluh tahun terakhir. Jika
dilihat per kecamatan, laju pertumbuhan
penduduk tertinggi terjadi di kecamatan
Kotagede yakni sebesar 1,10 persen.
Sedangkan untuk laju pertumbuhan paling
rendah terjadi di kecamatan Pakualaman
yaitu sebesar -1,28 persen pertahun.
Kecamatan Umbulharjo yang mempunyai
jumlah penduduk terbesar berjalan linier
dengan laju pertumbuhanya yaitu 1,02
persen per tahun.

Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan


Kota Yogyakarta, 2010

Penduduk

Sex ratio penduduk kota Yogyakarta


hasil Sensus Penduduk 2012 sebesar 94,51
yang berarti jumlah penduduk laki-laki lima
persen lebih sedikit dibandingkan dengan
jumlah penduduk perempuan. Sex ratio
terbesar adalah kecamatan Wirobrajan
yakni sebesar 102,48 yang berarti jumlah
penduduk laki-laki dua persen lebih banyak
dibandingkan
dengan
penduduk
perempuan. Sedangkan sex ratio paling
kecil berada di kecamatan Ngampilan yakni
sebesar 87,16.

Sex Ratio Penduduk


Kota Yogyakarta, 2010

Jumlah Penduduk Yogyakarta Th 2012


394.012 jiwa

SEX RATIO = 94,51

Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan


dan Jenis Kelamin di Yogyakarta, 2012

Kecamatan
Mantrijeron
Kraton
Mergangsan
Umbulharjo
Kotagede
Gondokusuman
Danurejan
Pakualaman
Gondomanan
Ngampilan
Wirobrajan
Gedongtengen
Jetis
Tegalrejo
YOGYAKARTA

Laki-laki
15.389
8.370
14.445
37.922
15.948
22.022
9.061
4.541
6.123
7.633
12.635
8.215
11.504
17.637
191.445

Perempuan
16.306
9.191
15.003
40.909
16.104
23.504
9.372
4.825
6.974
8.769
12.334
9.058
12.066
18.152
202.567

Jumlah
31.695
17.561
29.448
78.831
32.052
45.526
18.433
9.366
13.097
16.402
24.969
17.273
23.570
35.789
394.012

Kesempatan kerja di Yogyakarta terus


meningkat.

Ketenagakerjaan

Tingkat kesempatan kerja di Yogyakarta mengalami fluktuasi selama


periode 2010-2012. Porsi terbesar yang menjadi pilihan masyarakat
Yogyakarta adalah lapangan kerja sektor services yaitu perdagangan,
angkutan, dan jasa pada tahun 2012 mencapai 84,30 persen.

Beberapa Indikator Ketenagakerjaan


Yogyakarta

Sasaran utama pembangunan di bidang


ketenagakerjaan adalah terciptanya lapangan
kerja baru dengan jumlah dan kualitas yang
memadai sehingga dapat menyerap angkatan
kerja

yang

Keterlibatan
ekonomi

memasuki
penduduk

pasar
dalam

kerja.
kegiatan

diukur dengan jumlah penduduk

yang masuk dalam pasar kerja (bekerja atau


mencari kerja) yang biasanya disebut sebagai
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK).
Kesempatan kerja memberikan gambaran
besarnya tingkat penyerapan tenaga kerja.
Keterlibatan penduduk usia 15 tahun ke atas
dalam kegiatan ekonomi di kota Yogyakarta
pada tahun 2012 mencapai 66,97 persen
atau mengalami penurunan dibandingkan
Tingkat Pengangguran Terbuka

dengan tahun 2011 yang mencapai 68,26


persen.
Pada tahun 2012, di kota Yogyakarta
kelompok

lapangan

usaha

services

(perdagangan, angkutan, dan jasa) sangat


dominan dalam menyerap tenaga kerja. Lebih
dari 80 persen tenaga kerja yang bekerja
terserap pada kelompok lapangan usaha ini.
Sementara
penyerapan
kelompok

peringkat
tenaga
lapangan

kedua

kerja
usaha

dalam

terjadi

pada

manufacture

(industri, listrik, gas, air, dan konstruksi) yang


mencapai 15,32 persen dan sisanya sekita
0,37 persen berkerja di sektor pertanian.

Pendidikan

Penduduk
Yogyakarta
pendidikan kelas 2 SLTA

menyelesaikan

jenjang

Rata-rata lama sekolah di kota Yogyakarta terlihat cukup


tinggi yaitu hanya sekitar 11 tahun. Artinya, secara rata-rata
penduduk Yogyakarta menyelesaikan jenjang pendidikan
paling tinggi sampai dengan kelas 2 SMA

Penduduk laki-laki di kota Yogyakarta


seperti

juga

di

daerah

lain

memiliki

Beberapa Indikator Pendidikan


Kota Yogyakarta

kemampuan baca tulis lebih tinggi di banding


penduduk

perempuan.

Dibandingkan

kabupaten lainnya di provinsi DI Yogyakarta,


ternyata penduduk Yogyakarta bersekolah
lebih lama. Indikator ini ditunjukkan dengan
tingkat pendidikan cukup tinggi yaitu untuk
laki-laki mencapai 62,31 persen sedangkan
untuk perempuan mencapai 57,41 persen
yang memiliki ijazah SLTA atau lebih tinggi.
Secara umum, angka melek huruf di kota
Yogyakarta pada tahun 2012 mencapai 98,04
persen atau mengalami sedikit penurunan
dibandingkan tahun sebelumnya sebesar
97,38 persen. Sementara penduduk laki-laki
mempunyai tingkat kemampuan membaca
dan menulis lebih tinggi dibandingkan dengan
perempuan. Tercatat angka melek huruf lakilaki

mencapai

99,34

persen

sedangkan

perempuan mencapai angka sebesar 96,83


persen.
Capaian di bidang pendidikan terkait erat
dengan ketersediaan fasilitas pendidikan.
Pada jenjang pendidikan SD untuk tahun
ajaran 2012/2013 seorang guru di kota
Yogyakarta rata-rata mengajar 16 murid SD.
Semakin tinggi jenjang pendidikan maka
beban seorang guru semakin sedikit, untuk
jenjang pendidikan SLTP rata-rata seorang
guru mengajar 13 murid dan di jenjang SLTA
beban seorang guru mengajar 9 murid.

Jumlah Sekolah, Guru, dan Murid


2012 / 2013

Dokter sebagai penolong kelahiran utama.


Sebagian besar proses kelahiran di Yogyakarta
mengandalkan tenaga medis khususnya dokter,
sementara kelahiran yang ditolong dukun
persentasenya semakin menurun.

Beberapa Indikator Kesehatan


Kota Yogyakarta

Persentase Jumlah Keluarga


Menurut Tingkat Kesejahteraan, 2012

Kesehatan

Ketersediaan sarana kesehatan dan


tenaga kesehatan sangat penting untuk
meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan
kepada masyarakat. Pada tahun 2012
jumlah dokter praktek di Kota Yogyakarta
masih
menggunakan informasi tahun
sebelumnya, yaitu dari 1.458 orang pada
tahun 2010 menjadi 1.581 orang pada tahun
2012. Hal ini tidak diimbangi dengan jumlah
apotek/toko obat dari 152 pada tahun 2010
menjadi 158 toko pada tahun 2011 dan turun
menjadi 155 toko pada tahun 2012.
Untuk menekan pertumbuhan penduduk
pemerintah daerah mencanangkan program
Keluarga Berencana (KB). Respon
masyarakat terhadap program tersebut
cukup positif. Hal ini terlihat dari tingginya
jumlah penduduk yang aktif menjadi
akseptor. Pada tahun 2012 jumlah akseptor
tercatat 34737 orang atau 72,07 persen dari
pasangan usia subur (PUS) yang terdapat di
Kota Yogyakarta. yaitu sebanyak 47.399
pasang. Sedangkan alat kontrasepsi yang
banyak digunakan warga masyarakat
Yogyakarta adalah STK (30,39 persen).
Sedangkan persentase keluarga
menurut tingkat kesejahteraan di kota
Yogyakarta pada tahun 2012, tercatat
sebanyak 8,50 persen termasuk kategori
keluarga pra sejahtera. Untuk kategori
keluarga sejahtera (KS 1) mencapai 23,38
persen, keluarga sejahtera (KS 2) mencapai
20,72 persen, keluarga sejahtera (KS 3)
mencapai 38,70 persen dan sisanya KS 3
plus mencapai 8,71 persen.

Perumahan

Sebagian besar penduduk di kota Yogyakarta masih


mengggunakan sumur sebagai sumber air minum.
Tahun 2012 sebanyak 48 persen lebih masyarakat
Yogyakarta menjadikan sumur sebagai sumber air
minum mereka, dan sekitar 9 persen menggunakan
air leding.

Selain sandang dan pangan, papan juga


merupakan salah satu kebutuhan dasar
manusia. Rumah tidak hanya berfungsi
sebagai tempat berlindung tetapi lebih
banyak digunakan sebagai tempat tinggal.
Bahkan terkadang rumah sudah menjadi
bagian dari gaya hidup dan simbol status
dari pemiliknya. Oleh karenanya aspek
kesehatan, kenyamanan dan kelengkapan
fasilitasnya perlu diperhatikan karena
menggambarkan tingkat kesejahteraan
penghuninya.
Salah
satu
indikator
yang
menggambarkan peningkatan kesejahteraan
masyarakat yaitu penggunaan air minum
sehari-hari. Semakin rendah kualitas
penggunaan air minum rumah tangga maka
salah satu faktor penunjang kesejahteraan
masyarakat belum terpenuhi. Pada tahun
2012, penggunaan sumber air minum
terbesar masyarakat kota Yogyakarta masih
berasal dari sumur yaitu mencapai 48,58
persen. Sedangkan air ledeng pada tahun
2012 mencapai 9,06 persen atau mengalami
penurunan dari tahun 2011 yaitu sebesar
9,06 persen. Indikator lainnya adalah jarak
sumber air minum ke tempat penampungan
kotoran. Semakin dekat sumber air minum
dengan penampungan kotoran akan
berpengaruh terhadap kualitas air untuk
keperluan rumah tanggan. Pada tahun 2012,
sebanyak 70,27 persen rumah tangga jarak
penampungan kotoran dengan sumber air
minum lebih dari 10 meter, dan hanya 21,59
persen yang berjarak kurang dari 10 meter.

Persentase rumah tangga menurut


Sumber Air Minum, 2009 - 2012

Jarak Sumber Air Minum ke tempat


Penampungan Kotoran, 2012

tt
8,14%

10 m
70,27%

< 10 m
21,59%

Tingkat kemiskinan di kota Yogyakarta

Perumahan

masih tinggi
Dibandingkan dengan angka kemiskinan nasional yang
mencapai sekitar 17 persen, tingkat kemiskinan Yogyakarta
terbilang cukup rendah. Persentase penduduk miskin di
Yogyakarta pada tahun 2011 berkisar lebih dari 10 persen.

Indeks Pembangunan Manusia


Yogyakarta dan DI Yogyakarta,
Tahun 2006 - 2012

Kemajuan pembangunan manusia


secara umum dapat ditunjukkan dengan
melihat perkembangan indeks pembangunan
manusia (IPM) yang mencerminkan capaian
kemajuan di bidang pendidikan, kesehatan
dan ekonomi. Dengan melihat perkembangan
angka IPM sejak tahun 2006 sampai dengan
2012, kemajuan yang dicapai kota Yogyakarta
dalam pembangunan manusia cukup
signifikan. Angka IPM
kota Yogyakarta
mengalami peningkatan cukup berarti dari
77,8 pada tahun 2006 menjadi 80,24 pada
tahun 2012. Sedangkan di tingkat Provinsi,
angka IPM pada tahun 2006 mencapai angka
sebesar 73,7 menjadi 76,8 pada tahun 2012.
Dibandingkan dengan kabupaten lain di
DI Yogyakarta, Kota Yogyakarta mempunyai
angka IPM relatif lebih tinggi. Tercatat pada
tahun 2012, IPM kabupaten Sleman mencapai
angka

Keterbandingan Indeks Pembagunan Manusia


Kab/Kota di DI Yogyakarta,
Tahun 2011 - 2012

80,24,

kabupaten

Bantul

sebesar

75,58, kabupaten Kulonprogo sebesar 75,33


dan kabupaten Gunung Kidul sebesar 71,11.
Indeks

pembangunan

manusia

kota

Yogyakarta selama kurun waktu satu tahun


terakhir telah mengalami kenaikan dari 79,89
pada tahun 2011 menjadi 80,24 pada tahun
2012.
Sedangkan perkembangan PDRB per
kapita sejak tahun 2006 hingga tahun 2012
mengalami kenaikan cukup signifikan. Pada
tahun 2006

PDRB

perkapita

Yogyakarta

mencapai angka 20,78 juta rupiah per tahun,


sedangkan

pada

tahun

2012

menjadi 36,36 juta rupiah per tahun.

menigkat

10

Pertumbuhan produksi padi berjalan linier

Pertanian

Sebagai kota budaya dan pendidikan,


pertumbuhan produksi tanaman pangan di
Yogyakarta kurang begitu menggembirakan.

Penggunaan lahan dibedakan menjadi

Beberapa Indikator Tanaman Pangan

lahan sawah dan lahan bukan sawah. Lahan


bukan sawah meliputi lahan untuk bangunan
dan sekitarnya, tegal/kebun, ladang/huma,
padang

rumput,

empang,

lahan

tambak,
yang

kolam/tebat/

sementara

tidak

diusahakan, lahan untuk tanaman kayukayuan dan perkebunan negara/swasta.


Pada tahun 2012 luas penggunaan lahan
di Kota Yogyakarta tercatat 3.250 hektar,
terdiri dari 76 hektar lahan sawah dan 3.174
hektar lahan bukan sawah. Data tanaman
pangan meliputi tanaman padi, palawija dan
buah-buahan. Luas panen tanaman padi
sawah pada tahun 2012 mencapai 169 hektar
dengan

produksi

112,98

ton

Uraian

Satuan

Padi
Luas
( ha )
panen
Produksi ( ton )
Jagung
Luas
( ha )
panen
Produksi ( ton )
Kacang tanah
Luas
( 000
panen
ha)
(000
Produksi
ton)

2010

2011

2012

215,0

218,0

169,0

1 319,0

1 304,0

1 121,0

4,0

3,0

68,0

19,0

1,0

1,0

1,0

1,0

1,0

1,0

gabah.

Dibandingkan dengan tahun sebelumnya,


produksi padi sawah mengalami penurunan
sekitar 14,03 persen. Hal ini terjadi karena
adanya

pengaruh

musim

sehingga

menghasilkan luas panen yang lebih rendah


dibanding tahun sebelumnya.
Produksi palawija yang terdiri dari
kacang tanah dan jagung pada tahun 2012
masing-masing adalah 1 ton dan 19 ton.
Dibandingkan dengan tahun 2011, produksi
jagung
signifikan.

mengalami

penurunan

Produktivitas

tanaman

cukup
kacang

tanah menempati angka paling tinggi yaitu


mencapai 10 kwintal per hektar. Untuk
komoditas jagung mempunyai produktivitas
mencapai 633 kwintal per hektar.

Produktivitas Tanaman Pangan (Kwintal/Ha), 2012

Sukses Sensus Pertanian 2013

Sensus
Pertanian 2013

Potensi rumah tangga pertanian di kota


Yogyakarta berada di kecamatan Umbulharjo,
Kotagede, dan Mantrijeron

Berdasarkan angka sementara hasil


pencacahan lengkap Sensus Pertanian 2013,
jumlah usaha pertanian di kota 2.481 sebanyak 2.477

dikelola oleh rumah tangga, se-

banyak 2 dikelola oleh perusahaan pertanian


berbadan hukum dan sebanyak 2 dikelola
oleh selain rumah tangga dan perusahaan
berbadan hukum.
Umbulharjo, Kotagede, dan Mantrijeron
merupakan tiga kecamatan

dengan urutan

teratas

jumlah

yang

mempunyai

rumah

tangga usaha pertanian terbanyak, yaitu


masing-masing

584

rumah

tangga,

358

rumah tangga, dan 330 rumah tangga.


Sedangkan

kecamatan

Pakualaman

dan

Gondomanan merupakan wilayah yang paling


sedikit

jumlah

pertaniannya,

rumah

yaitu

tangga

sebanyak

12

usaha
rumah

tangga.
Sementara
pertanian

itu

berbadan

jumlah
hukum

perusahaan
dan

usaha

pertanian selain perusahaan dan rumah


tangga di kota Yogyakarta untuk perusahaan
sebanyak 2 unit dan lainnya 2 unit. Jumlah
perusahaan

pertanian

berbadan

berlokasi di kecamatan umbulharjo

hukum
yaitu

sebanyak 1 perusahaan dan kecamatan


Mantrijeron 1 perusahaan. Sedangkan jumlah
perusahaan tidak berbadan hukum atau
bukan usaha rumah tangga usaha pertanian
terdapat di kecamatan Mergangsan dan
kecamatan Kotagede masing-masing 1 unit.

Gambaran Umum Usaha


Pertanian di
Kota Yogyakarta

10

10

Sensus
Pertanian

Berdasarkan angka sementara hasil


pencacahan lengkap Sensus Pertanian 2013,
jumlah rumah tangga usaha pertanian di kota
Yogyakarta mengalami penurunan sebanyak
4.309 rumah tangga dari 6.786 rumah tangga
pada tahun 2003 menjadi 2.477 rumah
tangga pada tahun 2013, yang berarti
menurun sebesar 6,35 persen per tahun.
Penurunan terbesar terjadi di kecamatan
Mergangsan dan penurunan terendah terjadi
di kecamatan Ngampilan, yaitu masingmasing sebesar 89,2 persen dan - 35,6
persen selama sepuluh tahun. Sementara
kecamatan Gondomanan, Mantrijeron, dan
Umbulharjo mengalami kenaikan masingmasing 1.200 persen, 15,4 persen, dan 5,8
persen/
Pelaksanaan Pendataan Sapi Potong,
Sapi Perah, dan Kerbau (PSPK) 2011 yang
dilaksanakan serentak di seluruh Indonesia
mulai 1-30 Juni 2011, mencatat populasi sapi
dan kerbau kondisi 1 Juni 2011. Populasi sapi
dan kerbau hasil PSPK di Kota Yogyakrta
mencapai 367 ekor. Sementara itu, dari hasil
sensus pertanian 2013, populasi sapi dan
kerbau mencapai 279 ekor.
Berdasarkan hasil sensus pertanian
2013 apabila dirinci menurut wilayah, kecamatan yang memiliki sapi dan kerbau paling banyak adalah kecamatan Kotagede dengan jumlah populasi sebanyak 100 ekor, kemudian kecamatan Umbulharjo (78 ekor), dan
kecamatan Tegalrejo (49 ekor). Sedangkan
kecamatan yang tidak memiliki sapi dan kerbau adalah kecamatan Gondokusuman, Danurejan, Pakualaman, Gondomanan, Gedongtengen, dan Jetis.

Sukses Sensus Pertanian 2013


Rumah tangga pertanian mengalami penurunan
dari 6786 menjadi 2477 atau turun sebesar 6,35
persen pertahun.

Jumlah Rumah Tangga Pertanian dan


Perusahaan Pertanian di Yogyakarta

Perbandingan Jumlah Sapi-Kerbau


Di Yogyakarta, Tahun 2011 - 2013

Persediaan energi listrik dan air di Yogyakarta


relatif aman
Energi listrik terjual di Yogyakarta lebih banyak digunakan
untuk keperluan rumah tangga dan kepentingan bisnis, dan
sebagian kecilnya digunakan untuk industri.

11

Energi Listrik
dan Air

Jumlah pelanggan listrik PLN di Kota

Energi Listrik Terjual di Yogyakarta (MWh)

Yogyakarta
103.582

pada

tahun

pelanggan

peningkatan
dibandingkan
sebelumnya

2012

atau

mencapai
dengan
yaitu

tercatat

mengalami

2,97

persen

keadaan

mencapai

tahun
100.585

pelanggan. Sedangkan untuk jumlah energi


listrik terjual dari tahun ke tahun terus
mengalami peningkatan. Pada tahun 2010
mencapai

399,4

MWh

dan

meningkat

menjadi 477,4 MWh pada tahun 2011 dan


mengingkat menjadi 495,9 MWh pada tahun
2012. Energi listrik di Yogyakarta mayoritas
masih

digunakan

rumahtangga

oleh

dengan

pelanggan

jumlah

pemakaian

181,58 MWh atau 36,61 persen dari total


pemakaian.
Energi Listrik Terjual Menurut Pelanggan
di Yogyakarta, 2012

Berdasarkan data dari PDAM Tirtamarta,


produksi

181,58

air

minum

pada

mencapai 17,54 juta m


178,18

tahun

2012

atau naik 4,59

persen dibandingkan tahun sebelumnya.


Volume air yang disalurkan mencapai 8,79

Distribusi listrik
( MWh)

juta m2 atau 50,15 persen dari total produksi.


Jumlah pelanggan pada tahun 2012 tercatat
33.675

pelanggan

dan

sebagian

besar

adalah kelompok pelanggan non niaga yang


63,58

terdiri

rumahtangga

dan

instansi

pemerintah. Kelompok pelanggan non niaga

29,40

25,67

dari

berjumlah 31.445 pelanggan atau 93,37


17,55

persen dari total pelanggan, dengan rincian


30.349 pelanggan rumahtangga dan 1.096
instansi pemerintah.

12

Industri
Pengolahan

Produktivitas pekerja sektor industri di Yogyakarta


cenderung membaik
Trend produktivitas pekerja industri yang diukur dengan
nilai tambah per pekerja di Yogyakarta selama kurun waktu
2009-2011 cenderung meningkat, hingga pada tahun 2012
mencapai angka sebesar 28,18 juta rupiah per pekerja.

Produktivitas tenaga kerja didefinisikan sebagai besarnya nilai tambah yang


tercipta dibagi dengan jumlah pekerja
Industri dibedakan atas industri besar,
sedang, kecil dan rumahtangga. Informasi
mengenai industri kecil diperoleh dari Dinas
Perekonomian Kota Yogyakarta. Pada tahun

Sektor Industri Pengolahan


Kota Yogyakarta
Indikator Industri

2010

2011

2012

2012 jumlah industri kecil tercatat 6.565 unit


dengan jumlah tenaga kerja 34.560 orang dan
nilai investasi sebesar Rp. 170,7 milyar rupiah.
Dibandingkan dengan tahun 2011 jumlah
usahanya

tidak

banyak

perubahan.

Jumlah

mengalami

tenaga

kerja

yang

terserap mengalami penurunan 0,03 persen


dan nilai investasinya naik 0,005 persen.
Industri kecil yang paling banyak adalah
industri

pengolahan

hasil

pertanian

dan

kehutanan.
Industri besar adalah industri dengan
jumlah tenaga kerja 100 orang atau lebih dan

Agro Industri
Besar dan
Sedang
Kecil
Tenaga Kerja
Besar dan
Sedang
Kecil
Investasi Industri
Kecil
(Milyar)

6 616

6 650

6 646

81

85

81

6 535

6 565

6 565

43 105

40 513

46 333

8 635

5 943

11 773

34 470

34 570

34 560

169,9

170,7

170,7

Persentase Tenaga Kerja


Industri Besar/Sedang

industri sedang adalah industri dengan jumlah


tenaga kerja antara 20-99 orang. Perusahaan
industri besar dan sedang di Kota Yogyakarta
pada tahun 2012 sebanyak 81 perusahaan
dengan 11.773 tenaga kerja. Dibandingkan
dengan

tahun

2011

jumlah

perusahaan

industri

besar

dan

sedang

mengalami

penurunan sebesar 4,7 persen. Penyerapan


tenaga kerja industri besar/sedang terbesar
berada pada klasifikasi industri kulit (kode 19)
sebesar 17 persen, klasifikasi industri barang
dari logam (kode28/29) sebesar 17 persen;
sektor makanan, minuman/tembakau (kode
15/16)
dengan

mencapai

17

persen;

dilanjutkan

sedangkan klasifikasi 36/37 atau

furniture mencapai 14 persen.

Kode 15/16=makanan,minuman/tembakau; 17=tekstil;


18=pakaian jadi; 19=kulit; 20=kayu; 22=penerbitan;
24/25=kimia/karet; 26=bhn galianbkn logam; 28/29=brg dr
logam; 33=alat kedokteran; 36=furniture

Tingkat Kemahalan Konstruksi di Yogyakarta


semakin melambung.
Ukuran kemahalan konstruksi yang terus meningkat
menggambarkan bahwa rata-rata harga bahan bangunan di
Yogyakarta meningkat lebih cepat dibandingkan dengan
kabupaten lain di Provinsi DI Yogyakarta.

Indeks Kemahalan Konstruksi


Kab-Kota di DI Yogyakarta, Tahun 2011

Kemahalan
Konstruksi

Indeks

Kemahalan

merupakan

angka

menggambarkan

13

Konstruksi

indeks

(IKK)

yang

perbandingan

dapat
tingkat

kemahalan harga bahan bangunan/konstruksi


(TKK) suatu kabupaten/kota terhadap TKK
kota Balikpapan yang dipilih sebagai acuan.
Perbedaan model penyajian IKK 2009 dan
IKK 2011 menyebabkan angka tersebut tidak
dapat diperbandingkan secara langsung.
Indeks

Kemahalan

Konstruksi

kota

Yogyakarta tahun 2011 berada pada angka


80,75 persen. Hal ini bisa diartikan bahwa
harga

barang-barang

konstruksi

di

Yogyakarta relatif lebih rendah 19,25 persen


dibandingkan dengan harga-harga konstruksi
sejenis di Balikpapan. Demikian juga di
Gunung

Kidul,

harga

barang-barang

lebih

murah

14,99

konstruksi

dibandingkan
Balikpapan.

dengan
Namun

persen

harga-harga
demikian

di

diantara

kabupaten/kota di DI Yogyakarta, hargaharga kebutuhan konstruksi di Yogyakarta


relatif paling murah. Tercatat IKK di Bantul
mencapai 82,61 persen, Kulonprogo sebesar
81,75 persen, dan Sleman sebesar 83,04
persen.

14

Hotel
Pariwisata

Hotel berbintang lebih dipilih untuk menginap


dibanding hotel tidak berbintang
Meskipun jumlah kamar hotel berbintang sekitar sepertiga
dari total kamar hotel non berbintang, namun tingkat hunian
kamar hotel berbintang lebih tinggi dibandingkan hotel non
berbintang atau sekitar 57,49 persen berbanding 34,2 persen.

Sampai dengan tahun 2012 jumlah hotel


dan penginapan yang ada di wilayah kota

Indikator Hotel dan Pariwisata


Kota Yogyakarta

Yogyakarta tercatat sebanyak 397 buah yakni


terdiri dari 37 hotel berbintang dan 360 hotel
non bintang.

Jumlah hotel yang terbanyak

terletak di wilayah kecamatan Gedongtengen


yakni sebanyak 134 hotel.
Produktivitas

suatu

hotel/akomodasi

dapat diukur dari tingkat penghunian kamar.


Faktor yang mempengaruhi besarnya tingkat
penghunian kamar hotel adalah banyaknya
kunjungan

wisatawan

baik

wisatawan

mancanegara maupun dalam negeri yang


menginap di hotel. Semakin banyak jumlah
wisatawan yang datang diharapkan jumlah
tamu yang menginap di hotel semakin
meningkat pula.
Pada tahun 2012 tingkat penghunian
kamar di kota Yogyakarta secara keseluruhan
mencapai 51,22 persen yang berarti bahwa
rata-rata dari seluruh kamar yang dipakai
setiap malam mencapai 51,22 persen. Bila
dibandingkan
Tingkat

dengan

Penghunian

tahun

sebelumnya

Kamar

mengalami

peningkatan yakni sebesar 11,13 persen.


Tingkat penghunian kamar tertinggi terjadi
pada bulan Desember yaitu sebesar 58,07
persen dan terendah pada bulan Agustus
dengan tingkat penghunian kamar sebesar
40,19 persen. Secara umum tingkat hunian
kamar hotel berbintang mencapai 57,49
persen,

sementara

hotel

mencapai 34,15 persen.

non

bintang

Jumlah Wisatawan dan Lama Menginap


Kota Yogyakarta

Hotel
Pariwisata

Jumlah Pengunjung Menurut


Lokasi Wisata, Tahun 20102012
di Kota Yogyakarta

Jumlah Wisatawan dan Lamanya Menginap


di Yogyakarta

TAHUN

2010

2011

2012

% Jml Tamu yg menginap


Wisatawan Mancanegara

8,99

9,19

7,95

Wisatawan Nusantara
Rata-rata Lama Menginap
(mlm)

91,01

90,81

92,05

Wisatawan Mancanegara

2,25

2,05

2,15

Wisatawan Nusantara

1,54

1,63

1,54

14

Sebagai ibukota Daerah Istimewa


Yogyakarta, Kota Yogyakarta memiliki daya
tarik tersendiri bagi wisatawan baik domestik
maupun mancanegara. Keberadaan kraton
Yogyakarta yang masih kental sarat dengan
budaya jawa, di tengah-tengah kehidupan
masyarakat moderen merupakan salah satu
keunikan yang mampu menarik minat
wisatawan untuk berkunjung di kota
Yogyakarta.
Pusat perbelanjaan pasar
tradisional seperti Pasar Beringharjo dan
selaras panjang jalan Malioboro pada
umumnya juga menjadi sasaran utama bagi
wisatawan yang ingin membeli berbagai
kerajinan. Di samping itu terdapat juga
tempat yang menyajikan makanan khas
Kota Yogyakarta seperti Gudeg, Bakpia
Pathuk, dan Yangko. Bagi wisatawan yang
ingin mengetahui sejarah di kota Yogyakarta
terdapat beberapa museum diantaranya
Museum Sono Budoyo, Vredeburg, dan
Sasmita loka.
Pada tahun 2012 jumlah wisatawan
yang berkunjung di Kraton mencapai
sebanyak 686.282 pengunjung meningkat
bila dibandingkan tahun sebelumnya yang
mencapai 587.041 pengunjung.
Jumlah
pengunjung kraton paling banyak terjadi
pada bulan Juli dimana terdapat hari liburan
sekolah. Jumlah pengunjung Tamansari di
tahun 2012 mencapai 227,483 pengunjung
sedangkan jumlah pengunjung Sitihinggil
mencapai sebesar 444.306 wisatawan.
Museum kereta kraton yang menyimpan
koleksi beberapa kereta kraton, di tahun
2012 ini telah dikunjungi oleh 37.817
wisatawan.

15

Transportasi
Komunikasi

Kondisi jalan di Yogyakarta sebagian besar


dalam keadaan baik dan sedang
Jalan paling panjang di Yogyakarta memiliki kelas tiga
dan paling sering dilalui oleh moda kendaraan roda
dua yang mencapai 77 persen jumlah kendaraan.

Tersedianya prasarana/infrastruktur yang


memadai merupakan salah satu modal dasar

Panjang Jalan dan Jumlah Kendaraan Bermotor


Kota Yogyakarta

untuk meningkatkan kegiatan masyarakat

Indikator

suatu daerah, baik untuk kegiatan yang


s if a t n ya

s os i a l

perekonomian.

m au pu n

Salah

satu

k eg i a t an
prasarana/

2010

2011

Panjang Jalan (km)


Baik

99,4 4

99,4 4

111,4 3

Sedang

104,2 2

108,2 1

99,7 3

Rusak

44,4 3

40,4 4

36,9 3

infrastruktur yang pokok adalah jalan. Makin


meningkatnya usaha pembangunan menuntut
pula peningkatan pembangunan jalan untuk

Rusak Berat

memudahkan

Jumlah Kendaraan wajib uji (unit)

mobilitas

penduduk

dan

memperlancar perdagangan antar daerah.


Panjang jalan di seluruh wilayah Kota
Yogyakarta

pada

tahun

2012

mencapai

248,09 km. Panjang jalan dalam kondisi baik


mengalami kenaikan dari 99,44 km menjadi
111,43

km

atau

mengalami

kenaikan

mencapai 12,06 persen. Sedangkan jalan


dengan kondisi rusak mengalami penurunan
dari sepanjang 44,44 km menjadi 36,93 km
atau mengalami penurunan mencapai 8,68
persen.
Untuk

memenuhi

transportasi

darat,

tersedia dua jenis kendaraan angkutan darat


utama yaitu kendaraan bermotor dan kereta
api. Pada tahun 2012 jumlah kendaraan
mobil penumpang mencapai 7.610 unit atau
mengalami kenaikan mencapai 3,55 persen
dari

jumlah

kendaraan

pada

tahun

sebelumnya. Kendaraan truk dan bus pada


tahun 2012 juga mengalami kenaikan masing
-masing mencapai 6,09 persen dan 5,58
persen.

2012

Mobil Penumpang

7 114

7 349

7 610

Pick Up

2 210

2 275

2 334

Truk

193

197

209

Bus

1 126

1 164

1 229

15

Transportasi
Komunikasi

Surat Pos yang dikirim di Kantor Pos dan Giro


Besar Yogyakarta

Angkutan kereta api yang ada di Kota


Yogyakarta

meliputi

angkutan

untuk

penumpang dan barang, yang terdiri dari


dua stasiun yaitu stasiun Tugu yang khusus
diperuntukkan
penumpang
dan

bagi

pemberangkatan

kereta bisnis dan eksekutif,

s tas iun

diperuntukan

Lem puya ngan


bagi

yang

pemberangkatan

penumpang kereta ekonomi serta barang.


Lalu lintas surat pos dan giro selama
kurun waktu 2012 mencapai 10,85 juta surat
yang dikirim melalui kantor pos yang ada di
wilayah

kota

Yogyakarta.

Dibandingkan

dengan tahun sebelumnya jumlah surat


yang

dikirim

mengalami

penurunan

mencapai 6,93 persen.


Sarana komunikasi radio merupakan
sarana komunikasi elektronik massal yang
sampai saat ini masih banyak digemari
masyarakat. Jumlah stasiun radio swasta di
wilayah Kota Yogyakarta pada tahun 2012
mencapai

11

stasiun.

Stasiun-stasiun

tersebut tersebar di wilayah kecamatan Kota


Yog yakarta

dengan

Kecamatan

Umbulharjo , Kotagede, dan Pakualaman


yang menjadi wilayah konsentrasi stasiun
radio swasta.

16

Perbankan dan
Investasi

Sejak tahun 2008 hingga 2012,


penyerapan terbesar dari kredit mikro, kecil,
dan menengah yang diberikan bank umum
dan BPR di kota Yogyakarta berasal dari
sektor perdagangan. Angka pada tahun 2012
menunjukkan besaran mencapai 3615 milyar
rupiah atau sekitar 46 persen. Sektor
ekonomi yang menempati urutan kedua
dalam penyerapan besaran kredit bank
umum dan BPR adalah sektor Keuangan,
sewa dan jasa perusahaan yaitu mencapai
2129 milyar rupiah atau berkisar 27 persen
dari keseluruhan kredit mikro di Yogyakarta.
Sedangkan sektor perindustrian mampu
menyerap kredit mencapai 905 milyar rupiah
atau berkisar 11 persen dari total kredit mikro,
kecil dan menengah. Sektor jasa-jasa dengan
besaran angka kredit mencapai 797 milyar
rupiah menempati urutan berikutnya yaitu
berkisar 10 persen dari total kredit.
Menurut jenis penggunaannya posisi kredit
mikro, kecil, dan menengah yang diberikan
bank umum dan BPR di kota Yogyakarta,
sejak tahun 2008 hingga 2012 terbanyak
digunakan untuk konsumsi. Pada tahun 2012
jenis penggunaan untuk konsumsi mencapai
5811 milyar rupiah atau mencapai 41,45
persen dari total kredit yang diberikan.
Sedangkan yang digunakan untuk modal
kerja pada tahun 2012 mencapai 5717 milyar
rupiah meningkat sebesar 1077 milyar rupiah
dari tahun 2011 atau berkisar 23,2 persen.
Dan selebihnya digunakan untuk investasi,
pada tahun 2011 mencapai 1898 milyar
rupiah menjadi 2490 milyar rupiah di tahun
2012 atau meningkat sebesar 31,2 persen.

Sektor Perdagangan menyerap besaran kredit

mikro, kecil, dan menengah


Selama kurun waktu 2008-2012 kredit mikro, kecil,
dan menengah di Yogyakarta lebih banyak digunakan
untuk konsumsi.

Proporsi Kredit Mikro, Kecil dan Menengah


Menurut Sektor Ekonomi, 2012

Perdagang
an
46%

Jasa
10%

Keuangan,
Sewa
27%
Pertanian
2%
0%%

Perindustri
an
Bangunan
11%
11
%
4%

Posisi Kredit Mikro, Kecil, Menengah


Menurut Jenis Penggunaan

Laju inflasi Yogyakarta lebih terkendali

17

Harga-harga

Inflasi Yogyakarta mencapai angka yang tinggi pada


tahun 2009 mencapai 0,80 persen. Akan tetapi pada bulan
bulan berikutnya inflasi semakin terkendali. Inflasi
tertinggi pada tahun 2013 tercatat mencapai 2,58 persen.

IHK Beberapa Kota di Sekitar Yogyakarta

Indeks

harga konsumen

yang sering

digunakan sebagai indikator kenaikan harga-

Indikator

2011

2012

2013

Kota Semarang

128,08

134,29

145,11

Kota Surakarta

120,98

124,45

135,24

kenaikan IHK tertinggi terjadi di Surakarta

Kota Purwokerto

128,01

134,06

144,75

yang meningkat dari 124,45 pada tahun 2012

Kota Yogyakarta

130,11

135,72

144,58

Kota Tegal
130,23 134,27
142,35
Kota Kediri
128,65 134,62
144,87
Kota Madiun
133,50 138,18
148,55
Kota Surabaya
129,36 135,04
144,22
Keterangan: Tahun 2013 s/d bulan Agustus 2013

harga terlihat meningkat dari tahun ke tahun


di beberapa kota terpilih di Yogyakarta dan
sekitarnya. Diantara kota sekitar Yogyakarta,

menjadi 135,24 pada tahun 2013. Kenaikan


IHK

yang

tinggi

juga

terlihat

di

Kota

Semarang dari 134,29 tahun 2012 menjadi


145,11 tahun 2013 atau mengalami inflasi
sebesar 8,45 persen.
Kebijakan pemerintah menaikkan harga
BBM sekitar bulan Juni 2013, berdampak
langsung terhadap naiknya harga harga pada
bulan Juli 2013. Tingkat inflasi di Yogyakarta

Laju inflasi Yogyakarta, 2009 - 2013

tercatat meningkat secara drastis dari 4,31


persen pada tahun 2012 menjadi 6,81 persen
pada tahun 2013 (sampai dengan bulan
Agustus 2012).
Dari

tahun

2009

kecenderungan

hingga

berulang

2013,

yaitu

ada

terjadinya

inflasi yang cukup tinggi pada pertengahan


tahun. Pada tahun 2009, inflasi tertinggi
terjadi pada bulan September yaitu sebesar
0,80 persen. Sedangkan pada tahun 2010
inflasi cukup tinggi terjadi pada bulan Juli
yaitu mencapai 1,40 persen. Sedangkan
pada tahun

2011, angka inflasi tertinggi

terjadi pada bulan Juli 2011 yaitu mencapai


angka

sebesar

0,90

persen.

Sampai

September 2013, Inflasi tertinggi pada tahun


ini terjadi pada bulan Juli 2012 yaitu sebesar
2,58 persen.

18

Pengeluaran
Penduduk

Salah
satu
indikator
tingkat
kesejahteraan masyarakat adalah ukuran
pengeluaran rumah tangga yang dalam hal ini
terbagi menjadi dua golongan pengeluaran
yaitu pengeluaran untuk makanan dan bukan
makanan. Semakin tinggi pendapatan
masyarakat akan berdampak pada porsi
pengeluaran yang bergeser dari pengeluaran
untuk makanan menjadi pengeluaran untuk
bukan makanan (Engel, 1875).
Proporsi pengeluaran non makanan
masyarakat kota Yogyakarta pada tahun
2008-2012 menunjukkan kecenderungan
meningkat. Terlihat bahwa pada tahun 2008
proporsi pengeluaran non makanan sebagian
besar masyarakat kota Yogyakarta mencapai
57,93 persen dan selebihnya sebesar 42,07
persen digunakan untuk pengeluaran non
makanan. Sedangkan pada tahun 2012
proporsi pengeluaran untuk non makanan
sudah mencapai 60,79 persen dan
selebihnya 39,21 persen digunakan untuk
pengeluaran non makanan.
Pada kelompok pengeluaran untuk
makanan, masyarakat kota Yogyakarta pada
tahun 2012 mengeluarkan porsi terbesar
adalah untuk makanan dan minuman jadi
yaitu sebesar 21,13 persen. Persentase
pengeluaran terbesar kedua yaitu untuk ikan,
daging, telur dan susu yaitu mencapai angka
5,96 persen. Sedangkan untuk pengeluaran
non makanan, masyarakat kota Yogyakarta
mengeluarkan porsi terbesar adalah untuk
perumahan yaitu mencapai 25,75 persen.
Kemudian dilanjutkan untuk keperluan barang
jasa mencapai sekitar 22,89 persen.

Pola pengeluaran makanan masyarakat


Yogyakarta terus meningkat
Tingkat pendapatan penduduk yang didekati dengan ukuran
pengeluaran khususnya untuk makanan menunjukkan
adanya peningkatan dari tahun ke tahun.

Pengeluaran Makanan dan Non Makanan


Di Kota Yogyakarta, 20082012

Persentase pengeluaran per kapita (Rp/bulan)


Di Kota Yogyakarta, 2012

Komposisi
MAKANAN
1 Padi-padian
2 Ikan, daging, telur, susu
3 Sayur-sayuran
4 Buah-buahan
5 Kacang-kacangan
6 Minyak dan lemak lain
7 Mie instan, makaroni
8 Makanan dan minuman jadi
BUKAN MAKANAN
1 Perumahan
2 Barang dan Jasa
3 Pakaian
4 Barang Tahan lama
5 Pajak dan asuransi
6 Keperluan pesta

2012 (%)
39,21
3,9
5,96
1,73
2,32
0,78
0,97
2,42
21,13
60,79
25,75
22,89
2,07
7,77
1,56
0,75

Ketidakseimbangan Ekspor dan Impor

Perdagangan

di Yogyakarta
Nilai impor Yogyakarta jauh melebihi nilai ekspornya.
Perbedaan antara iekspor dan impor tampaknya
cenderung semakin besar dari tahun ke tahun.

Beberapa Indikator Sektor Perdagangan

Impor (cif ) juta US$


Ekspor (f ob) juta US$

135
120
105
90
75
60
45
30
15
0

117,68 120,74

29,95

2008

2009

20,94

21,06

2010

2011

2012

Harga Beras dan Penyaluran

60

Penyaluran
Beras
83,74

76,16
69,20
40

54,64

58,33

49,49
41,88

20
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012

19

Ekspor komoditas bukan migas Kota


Yogyakarta pada tahun 2012 mengalami
peningkatan dibandingkan ekspor tahun
sebelumnya, yaitu dari
117,68 juta US $ di
tahun 2011 menjadi 120,74 juta US$.
Sebagian besar ekspor Kota Yogyakarta
berasal dari industri kerajinan meubel yang
pada umumnya memiliki ciri khas dari suatu
daerah sehingga sulit untuk ditiru dan
menjadikan komoditas tersebut dapat
bersaing di pasar Amerika maupun Eropa.
Komoditas mebel kayu memiliki kontribusi
terbesar dengan nilai total ekspor mencapai
95,82 juta US $ atau 79,36 persen dari total
ekspor Kota Yogyakarta. Kontribusi terbesar
kedua dimiliki oleh komoditas atsiri dengan
nilai 12,11 juta US $ atau mencapai 10,03
persen, dan komoditas teh menempati urutan
ketiga dengan nilai ekspor mencapai 2,10 juta
US $ atau 1,74 persen.
Kebutuhan dasar manusia akan pangan,
terutama pada makanan pokok yaitu beras
menjadi perhatian pemerintah, untuk itu
pemerintah selalu menjaga ketersediaannya.
Ketersediaan pangan yang diidentikkan
dengan ketersedian beras selama kurun
waktu tahun 2012 dapat dikatakan cukup,
bahkan melebihi kebutuhan yang dikonsumsi
masyarakat Kota Yogyakarta.
Persediaan beras pada gudang dolog
terutama ditujukan untuk menjaga tingkat
harga konsumen maupun produsen. Total
penyaluran beras pada tahun 2012 mencapai
56,41 ton dan total pengadaan mencapai
70,84 ton, sedangkan persedian beras pada
akhir bulan Desember tahun 2012 mencapai
18,41 ton. Jumlah penyaluran beras terbesar
yang dilakukan oleh Dolog yaitu terjadi pada
bulan Juli 2012 yang mencapai 10,53 ton.

20

Pendapatan
Regional

PDRB sebagai ukuran produktifitas


mencerminkan seluruh nilai barang dan jasa
yang dihasilkan oleh suatu wilayah dalam satu
tahun. Kota Yogyakarta sebagai salah satu
Kabupaten/kota di Provinsi DI Yogyakarta
pada menduduki peringkat ke dua di
bandingkan empat kabupaten lainnya dan
juga dibandingkan kabupaten/kota di sekitar
provinsi DI Yogyakarta.
Sementara pendapatan perkapita yang
mencerminkan tingkat produktifitas tiap
penduduk menunjukkan bahwa penduduk kota
Yogyakarta lebih produktif dibandingkan
dengan empat kabupaten lainnya di provinsi
DI. Yogyakarta. Bahkan dibandingkan dengan
kabupaten/kota di provinsi Jawa Tengah
menduduki peringkat ke empat setelah
Cilacap, Kudus dan Kota Semarang.
Selama 10 tahun terakhir, PDRB kota
Yogyakarta naik dua kali lipat seiring dengan
naiknya pendapatan per kapita masyarakat
kota Yogyakarta. Pada tahun 2012 PDRB per
kapita kota Yogyakarta telah menunjukkan
besaran 36,4 juta rupiah per tahun jauh di atas
rata-rata pendapatan per kapita penduduk DI
Yogyakarta pada tahun 2012 menunjukkan
angka 16,28 juta per tahun.
Secara umum pertumbuhan ekonomi kota
Yogyakarta menunjukkan kecenderungan
moderat dan berada pada kisaran di atas
pertumbuhan ekonomi DI Yogyakarta.
Berbeda dengan distribusi PDRB nasional,
dominasi sektor perdagangan, hotel, dan
restoran sebesar 24 persen juga menjadi ciri
khas perekonomian kota Yogyakarta disusul
oleh sektor jasa-jasa kemudian sektor
keuangan pada peringkat berikutnya.

8 Tahun terakhir pendapatan per kapita


penduduk Yogyakarta naik dua kali lipat
Tingkat produktifitas nilai tambah barang dan Jasa
yang dihasilkan di Yogyakarta menduduki peringkat ke
dua di provinsi DI Yogyakarta

Perkembangan PDRB Yogyakarta

INDIKATOR

2010

2011

2012

PDRB ADHK(2000=100)
(Milyar Rp)

5505,9

5816,6

6151,7

PDRB ADHB (Milyar Rp)

11777,6

12962,4

14327,6

PDRB/ Kapita ADHK (Ribu Rp)

14177,2

14893,1

15612,9

PDRB/ Kapita ADHB (Ribu Rp)

30326,0

33189,9

36363,3

4,98

5,64

5,76

Pertumbuhan Ekonomi (%)

Distribusi PDRB Menurut Sektor


Di Yogyakarta, 2012

PDRB per kapita Yogyakarta hampir mendekati


rata-rata Nasional
Tiga kota di Jawa Tengah dengan PDRB per kapita di
atas kota Yogyakarta adalah Cilacap, Kudus, dan kota
Semarang.

Perbandingan PDRB
Provinsi DI Yogyakarta

Perbandingan
Regional

21

Perbandingan antar kabupaten/kota di


propinsi

DI Yogyakarta untuk beberapa

indikator terpilih memperlihatkan variasi yang


cukup besar. Dilihat berdasarkan perbedaan
PDRB per kapita, terlihat ketimpangan yang
sangat tinggi. PDRB Total Atas Dasar harga
Berlaku tertinggi tercatat di Yogyakarta yang
mencapai 36,4 juta rupiah pada tahun 2012.
Angka ini berkisar hampir empat kali lipat
dibandingkan
mencapai

angka
10,6

Kulonprogo

juta

rupiah

yang

pertahun.

Sedangkan dibandingkan dengan kabupaten


Sleman tercatat mencapai angka PDRB
berlaku sebesar 14,97 juta rupiah. PDRB
perkapita
Yogyakarta
PDRB per Kapita
Atas Dasar Harga Berlaku dan Harga Konstan
Kota Yogyakarta, 2007 - 2012

35.000

ADHK

30.000

ADHB

25.000

36.363,3

21.947,4

20.000
15.000

15.612,9
12.190,3

10.000
2007

2008

2009

2010

2011

2012

atas

dasar

pada

harga

tahun

2012

angka 14,32 juta rupiah pertahun.

konstan

di

mencapai

22

PDRB
Kecamatan

Pada tahun 2012 kecamatan Umbulharjo


mampu menciptakan nilai tambah bruto
sebesar 3,26 milyar rupiah dan menjadi
penyumbang terbesar PDRB kota Yogyakarta.
Kecamatan ini memberikan kontribusi sebesar
22,78 persen dan yang menjadi sektor
andalannya adalah industri pengolahan, jasajasa, bangunan, angkutan dan komunikasi.
Penyumbang kedua dalah kecamatan
Gondokusuman sebesar 17,07 persen dan
sektor andalannya adalah perdagangan , hotel
restoran, dan jasa-jasa. Selanjutnya adalah
kecamatan Danurejan dengan jumlah
penduduk 18,443 jiwa mampu menyumbang
kontribusi ekonomi sebesar 9,19 persen.
Gambaran tentang pola dan struktur
petumbuhan Ekonomi masing-masing
kecamatan di Kota Yogyakarta dapat diketahui
dengan menggunakan analisis Tipologi
Klassen. Pada dasarnya Tipologi Klassen
membagi daerah berdasarkan dua indikator
utama, yaitu pertumbuhan ekonomi dan
pendapatan perkapita daerah. Melalui analisis
ini diperoleh empat karakteristik pola dan
str uktur pertumbuhan ekonomi yang

Penyumbang terbesar terhadap ekonomi


Yogyakarta adalah Umbulharjo, Gondokusuman
dan Danurejan.
Umbulharjo dan Danurejan merupakan kec. maju dan
cepat tumbuh, sedangkan Mantrijeton, Pakualaman
dan Gedongtengen merupakan kec. tertinggal.

PDRB Kecamatan di Yogyakarta


Atas dasar harga berlaku, 2012

Klasifikasi Kecamatan di Yogyakarta


Menurut Tipologi Klassen, 2012

berbeda, yaitu:
I. daerah cepat maju dan cepat tumbuh yaitu
Gondokusuman, Danurejan dan Jetis yang
mempunyai pertumbuhan ekonomi dan
pendapatan perkapita yang lebih tinggi
dibanding dengan rata-rata Kota Yogyakarta ;
II Daerah maju tapi tertekan, yaitu memiliki
pendapatan perkapita lebih tinggi, tetapi tingkat
pertumbuhan ekonominya lebih rendah; III
Daerah berkembang cepat, yaitu Kraton,
Mergangsan, Kotagede dengan pertumbuhan
tinggi, tetapi tingkat pendapatan perkapita lebih
rendah; IV Daerah relatif tertinggal adalah
Mantrijeron, Pakualaman, Wirobrajan, Kraton,
Nagmpilan, dan Kotagede yang memiliki
pertumbuhan ekonomi dan pendapatan
perkapita

1
2
3
4
5
6
7

Mantrijeron
Kraton
Mergangsan
Umbulharjo
Kotagede
Gondokusuman
Danurejan

8
9
10
11
12
13
14

Pakualaman
Gondomanan
Ngampilan
Wirobrajan
Gedongtengen
Jetis
Tegalrejo

Bahagian terbesar dari PDRB kota Yogyakarta


digunakan untuk pemenuhan konsumsi rumah
tangga dan pemerintah
39 persen dari PDRB digunakan untuk konsumsi sumah
tangga dan 30 persen untuk konsumsi pemerintah, sekitar 25
persen dialokasikan untuk PMTB

Persentase Pembentukan Modal Tetap Bruto


Atas dasar harga berlaku, 2007 - 2012

23

PDRB
Penggunaan

Tingkat

pertumbuhan

riil

PMTB

kota

Yogyakarta tahun 2012 sebesar 4,63 persen,


lebih lambat 0,37 poin bila dibandingkan
dengan pertumbuhan tahun
Salah satu indikator yang

sebelumnya.

menggambarkan

hubungan antara PDRB dengan PMTB


adalah Incremental Capital Output Ratio
(ICOR).ICOR

merupakan

menunjukkan

tingkat

ekonomi

relatif

indikator

laju

akibat

yang

pertumbuhan

adanya

investasi.

Semakin tinggi ICOR memberikan indikasi


terjadinya

inefisiensi

dalam

penggunaan

investasi.
Nilai PDRB yang dihasilkan di wilayah
kota Yogyakarta sebesar 12,96 triliun rupiah
pada harga berlaku, dimana sekitar 75,00
Persentase Konsumsi Rumah Tangga
Atas dasar harga berlaku, 2007 - 2012

persen

diantaranya

digunakan

untuk

komponen

permintaan

akhir,

keperluan

25,00 persen digunakan untuk pembentukan


modal tetap bruto.
Selama

2007

2012

persentase

komponen permintaan akhir terus meningkat.


Hal

ini

menunjukan

Yogyakarta
konsumsi,

masih

perekonomian
didominasi

terutama

rumahtangga

dan

untuk

konsumsi

Kota
untuk

konsumsi
pemerintah.

Komponen investasi yang dalam hal ini


dicerminkan oleh besarnya pembentukan
Modal

Tetap

Bruto

peningkatan yang berarti.

juga

mengalami

23

PDRB
Penggunaan

Pada tahun 2012 pengeluaran konsumsi


lembaga non profit mencapai 5,52 persen dari

Kontribusi lembaga swasta / nirlaba dan sektor


pemerintah terus mengalami peningkatan
Konsumsi lembaga swasta meningkat dari 3,41 persen
menjadi 5,29 persen, sedangkan konsumsi pemerintah
dari 27,29 persen menjadi 30,36 persen

Persentase Pengeluaran Konsumsi Lembaga


Swasta / Nirlaba, 2007 - 2012

total PDRB atau sebesar 791,03 milyar rupiah.


Meskipun nilai pengeluaran kelompok ini
paling

kecil

diantara

seluruh

kelompok

pengeluaran yang ada, namun dari tahun ke


tahun kontribusinya cenderung meningkat.
Pada tahun 2012 pertumbuhan kelompok ini
mencapai 8,93 persen.

Namun sebesar

apapun pertumbuhan kelompok ini kurang


cukup berarti karena peranannya terhadap
total penggunaan PDRB relatif kecil.
Pada

tahun

2012

pengeluaran

konsumsi pemerintah mencapai 4,38 triliun


rupiah atau sebesar 30,56 persen dari total
PDRB.
pada

Bila dibandingkan dengan keadaan


tahun

sebelumnya

mengalami

peningkatan sebesar 5,73 persen.


Seiring dengan perkembangan yang
ada,

dari

tahun

ke

tahun

pengeluaran

konsumsi pemerintah cenderung meningkat.


Besarnya

realisasi

penggunaan

APBD

merupakan salah satu indikator yang dapat


digunakan untuk melihat tingkat pertumbuhan
pengeluaran konsumsi pemerintah. Selama
lima tahun terakhir andil konsumsi pemerintah
terhadap

total

PDRB

m engalam i

kecenderungan meningkat dari 29,11 persen


pada tahun 2008 menjadi sebesar 30,56
persen tahun 2012.

Persentase Pengeluaran Konsumsi Pemerintah,


2007 - 2012

Rata-rata Pertumbuhan Ekonomi


Menurut Sektor, Tahun 2008 - 2012 (%)

24

ICOR
Yogyakarta

ICOR merupakan indikator yang menunjukkan tingkat


laju pertumbuhan ekonomi relatif akibat adanya
investasi. Semakin tinggi ICOR memberikan indikasi
terjadinya inefisiensi dalam penggunaan investasi.

Selama lima tahun terakhir, rata-rata


pertumbuhan

ekonomi

Kota

Yogyakarta

mencapai 5,19 persen. Hampir semua sektor


ekonomi mengalami pertumbuhan positif,
kecuali

sektor

Pertanian.

Sektor

yang

mempunyai rata-rata pertumbuhan ekonomi


tertinggi terjadi pada sektor pengangkutan
dan komunikasi tumbuh sebesar 6,87 persen.
Kemudian diikuti sektor

keuangan, real

estate dan jasa perusahaan 6,35 persen;


sektor

perdagangan, hotel

sebesar

5,59

persen;

dan

sektor

restoran
bangunan

sebesar 4,03, sektor jasa-jasa sebesar 4,64


persen dan sektor listrik, gas dan air bersih
sebesar 3,43 persen. Sedangkan tiga sektor
lainnya tumbuh relatif lambat, dengan ratarata pertumbuhan ekonomi terendah terjadi
Rata-rata Pertumbuhan Ekonomi
Menurut Penggunaan, Tahun 2008 - 2012 (%)

pada

sektor

pertanian

mencapai

-3,52

persen, sektor penggalian rata-rata tumbuh


sebesar 1,31 persen dan sektor listrik, gas
dan air bersih tumbuh mencapai 2,14 persen.
Pada periode 20082012, rata-rata porsi
pengeluaran konsumsi rumah tangga per
tahun di Kota Yogyakarta mencapai 39,42
persen dari total PDRB. Meskipun demikian
peranan
tangga

pengeluaran
pada

tahun

konsumsi
2012

rumah

mengalami

penurunan, yaitu dari 39,67 persen pada


tahun 2010 menjadi sebesar 39,28 persen di
tahun

2011.

Komponen

terbesar

kedua

adalah pengeluaran konsumsi pemerintah,


tercatat secara rata-rata selama periode 2008
- 2012 sebesar 30,04 persen.

24

Pada tahun 2014, untuk mencapai


pertumbuhan ekonomi sebesar 5,0 persen di
Yogyakarta dibutuhkan investasi mencapai 3,89
trilyun rupiah.

ICOR
Yogyakarta

ICOR Sektoral Kota Yogya


Metode Standar Lag 0, Pendekatan
Investasi=PMTB, 2010 - 2012

Dengan koefisien ICOR tersebut, pada


tabel berikut disajikan kebutuhan investasi
untuk

beberapa

skenario

pertumbuhan

ekonomi. Sebagai ilustrasi untuk skenario

Sektor/Subsektor

pertumbuhan ekonomi 5,00 persen maka

1. Pertanian

diperlukan investasi sebesar 3,89 trilyun

2. Pertambangan & Penggalian

rupiah

pada

pertumbuhan

tahun
5,75

2014.
persen

Skenario
diperlukan

investasi sebesar 4,55 triliun rupiah pada


tahun

yang

sama. Kebutuhan

investasi

tersebut tentu saja bukan menjadi tanggung


jawab Pemerintah Kota Yogyakarta sendiri.
Oleh karena itu, pemerintah kota Yogyakarta
perlu

menciptakan

iklim

investasi

yang

kondusif untuk swasta dan rumah tangga


baik dari dalam maupun luar kota serta luar
negeri.

3. Industri Pengolahan
4. Listrik, Gas & Air Bersih
5. Konstruksi
6. Perdag., Hotel & Restoran
7. Pengangkutan & Komunikasi
8. Keuangan, Real Estat & Jasa
Perusahaan
9. Jasa-Jasa

PDRB

2010

2011

2012

3,18
1,98
3,45
10,87
4,46
3,29
8,04

2,78
1,36
3,13
7,45
3,15
2,53
6,14

2,68
1,76
3,17
6,90
3,16
2,41
5,91

4,50
3,20

3,58
2,66

3,69
2,96

4,37

3,85

3,74

Investasi dan Skenario Pertumbuhan Kota


Yogyakarta, Tahun 2014

Anda mungkin juga menyukai