servikal dan
Ketika mengacu pada anatomi mamalia lain, arah kurva disebut ventral.
1. Penyebab :
Konsekuensi dari lekukan/ curvatures lordotic normal dari vertebral column, (juga
dikenal sebagai lekukan sekunder/ secondary curvatures ) adalah :
bahwa ada perbedaan ketebalan antara bagian anterior dan posterior dari
intervertebral disc .
Lordosis juga dapat meningkat pada pubertas kadang-kadang tidak menjadi jelas
sampai awal atau pertengahan 20-an.
hollow back ,
swayback.
pregnancy.
b. Kifosis / Kyphosis
Kiposis adalah suatu gangguan pada tulang belakang di mana tulang belakang
melengkung ke depan yang mengakibatkan penderita menjadi terlihat bongkok.
Gangguan yang dapat menyebabkan kifosis, meliputi:
a. Osteoporosis
b. Degenerative arthritis of the spine
c. Ankylosing spondylitis
d. Connective tissue disorders
e. Tuberkulosis dan infeksi tulang belakang lain, yang dapat mengakibatkan kerusakan
sendi
f. Kanker atau tumor jinak yang menimpa pada tulang belakang dan memaksa tulang
g.
h.
Gejala :
Gejala kifosis mungkin termasuk:
a. Postur bungkuk
b. Nyeri punggung ringan
c. Kekakuan atau nyeri spinal
d. Kelelahan
Skoliosis adalah suatu gangguan pada tulang belakang di mana tulang belakang
melengkung ke samping baik kiri atau kanan yang membuat penderita bungkuk ke
samping.Membentuk huruf S. Kelainana ini dapat terjadi akibat deformitas struktuural
kolumna vertebralis yang ada sejak lahir (congenital) atau dapat timbul akibat penyakit
neuromuskuler misalnya cerebral palsy atau distrofi otot. Sebagian skoliosis structural
dapat timbul tanpa sebab jelas (idiopatik) atau karena postur yang buruk. skoliosis
menyebabkan deformitas dan kadang-kadang nyeri. Apabila keadaan ini tidak diatasi,
maka fungsi pernapasan dan jantung dapat terganggu.
Gambaran klinis:
1. Kelainan penampakan normal vertebra yaitu konkaf-konveks-konkaf yang
terlihat menurun dari bahu ke bokong.
2. Menonjolnya iga di sisi konveks.
3. Tinggi Krista iliaka yang tidak sama. Hal ini dapat menyebabkan satu tungkai
lebih pendek daripada tungkai lainnya.
4. Asimetri rongga toraks dan persambungan yang tidak sesuai dari vertebra spinalis
akan tampak apabila individu membungkuk.
Penatalaksanaan:
Skoliosis postural dapat diobati dengan latihan pasif dan aktif. Dapat dipasang
penahan eksternal untuk meningkatkan kepatuhan dan kecepatan pemulihan. Skoliosis
struktural dapat diobati dengan intervensi bedah. Intervensi tersebut dapat berupa
penempatan sebuah batang fleksibel di punggung untuk membalikkan lengkungan
kolumna vertebralis. Pada kasus-kasus yang parah dapat dilakukan fusi (penggabungan)
spina di tingkat yang berbeda untuk memperbaiki deformitas
.
4. Sublubrikasi
Sublubrikasi adalah kelainan pada tulang belakang pada bagian leher yang
menyebabkan kepala penderita gangguan tersebut berubah arah ke kiri atau ke kanan.
5. Tortikolis
Tortikolis terjadi karena trauma persalinan pada kepala letak sungsang. Bila dilakukan
traksi
pada
kepala
untuk
melahirkan
anak,
dapat
terjadi
cedera
6. Kifolordosis
dari kifosis dan lordosis. Penyebabnya adalah kondisi congenital.
Penatalaksanaan: sama dengan metode yang digunakan untuk kifosis dan lordosis
(berdasarkan penyebab)
7.
Kifoskoliosis
Tidak normalnya kurva spinal anteroposterior dan lateral. Penyebabnya adalah kondisi
congenital
Penatalaksanaan: imobilisasi dan operasi (berdasarkan penyebab dan tingkat keparahan)
8. Footdrop
Plantarfleksi, ketidakmampuan menekuk kaki karena kerusakan saraf peroneal.
Penyebabnya adalah kondisi congenital, trauma, posisi imobilisasi yang tidak baik.
Penatalaksanaan: tidak ada (tidak dapat dikoreksi) dicegah melalui terapi fisik
9. Pigeon toes
Rotasi dalam kaki depan, biasa pada bayi penyebabnya adalah kondisi congenital dan
kebiasaan.
penatalaksanaan: pertumbuhan, menggunakan sepatu terbalik.
2. FAKTOR-FAKTOR
YANG
MEMENGARUHI
POSTUR
TUBUH
2. Posisi duduk
Pada saat keadaan ini normalnya kepala dan dada akan akan memiliki keadaan
yang sama pada saat posisi berdiri yaitu kepala pasien harus tegak lurus dengan
leher dan verterba kolumna telapak kaki lurus berpijak pada lantai. Pasien yang
dalam keadaan abnormal akan mengalami kelemahan otot atau pralis otot serta
adanya sensasi (kerusakan saraf)
3. Posisi berbaring
Letakan pasien pada posisi lateral semua bantal dan penyokong posisi
dipindahkan dari tempat tidur, kemudian tubuh ditopang dengan kasur yang
cukup dan vertebra harus lurus dengan alas yang ada . apabila dijumpai kelainan
pada pasien, maka terdapat penurunan sensasi atau gangguan sirkulasi serta
adanya kelemahan.
4. Cara berjalan
Dikaji untuk mengetahui mobilitas dan kemungkinan resiko cedera akibat dari
terjatuh, pasien diminta berjalan sepanjang 10 langkah kemudian perawat
d.
aktifitas sehari-hari
Kurangi beban otot dengan cara meletakan alat dekat dengan pasien dan bantu pasien