Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM ANALISIS SENYAWA KIMIA

PERCOBAAN V
ANALISIS ANION I

Disusun Oleh:
Nama

: Ratnasari

NIM

: 12312241016

Jurusan

: Pendidikan IPA A 2012

Tanggal Praktikum

: 25 November 2015

Kelompok

: II B

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2015

ANALISIS ANION I
A. Tujuan
B. Mahasiswa dapat mengidentifikasi anion klorida (Cl-), bromida (Br-), iodida (I-),
sianida (CN-), tiosianat (CNS-), oksalat (C2O42-), dan karbonat (CO32-).
C. Kajian Pustaka
Analisa kualitatif mempunyai arti mendeteksi keberadaan suatu unsur kimia dalam
cuplikan yang tidak diketahui. Analisa kulaitatif merupakan salah satu cara yang paling
efektif untuk mempelajari kimi dan unsur-unsur serta ion-ionnya dalam larutan. Dalam
metode analisis kualitatif kita menggunakan beberapa pereaksi golongan dan pereaksi
spesifik, kedua pereaksi ini dilakukan untuk mengetahui jenis anion suatu larutan (Vogel,
A. I., 1957).
Analisis anion diawali dengan uji pendahuluan untuk memperoleh gambaran ada
tidaknya anion tertentu atau kelompok anion yang memiliki sifat-sifat yang sama.
Selanjutnya diikuti dengan proses analisis yang merupakan uji spesifik dari anion
tertentu.
Metode yang tersedia untuk mendeteksi anion tidaklah sesistematik seperti metode
untuk kation. Sampai kini, belum pernah dikemukakan suatu skema yang benar-benar
memuaskan, yang memungkinkan pemisahan anion-anion yang umum kedalam glongangolongan utama, dan pemisahan berikutnya yang tanda dapat diragu-ragukan lagi dari
masing-masing golongan menjadi anggota-anggota golongan tersebut yang berdiri
sendiri. Namun, harus kita sebutkan di sini, bahwa kita memang bisa memisahkan anionanion kedalam golongan-golongan utama, bergantung pada kelarutan garam peraknya,
garam kalsium atau bariumnya, dan garam zinknya; Namun, ini hanya boleh dianggap
berguna untuk memberi indikasi dari keterbatasan-keterbatasan metode ini, dan untuk
memastikan hasil-hasil yang diperoleh dengan prosedur-prosedur yang lebih sederhana
(Vogel, A. I., 1957).
Skema klarifikasi yang berikut ternyata telah berjalan dengan baik dalam praktek.
Skema ini bukanlah skema yang kaku, karena beberapa anion termasuk dalam lebih dari
satu sub golongan, lagi pula, tak mempunyai dasar teoritis. Pada hakekatnya, prosesproses yang dipakai dapat dibagi ke dalam (A) proses yang melibatkan identifikasi
produk-produk yang mudah menguap, yang diperoleh pada pengolahan dengan asamasam, dan (B) proses yang tergantung pada reaksi-reaksi dalam larutan.
Kelas (A) dibagi lagi kedalam sub-kelas (i) gas-gas yang dilepaskan dengan asam
klorida encer atau asam sulfat encer, dan (ii) gas atau uap dilepaskan dengan asam sulfat

pekat. Kelas (B) dibagi kedalam sub-kelas (i) reaksi pengendapan, dan (ii) oksidasi dan
reduksi dalam larutan (Vogel, A. I., 1957).
Kelas A, (i) Gas dilepaskan dengan asam klorida encer atau asam sulfat encer:
Karbonat, hidrogen karbonat (bikarbonat), sulfit, tiosulfat, sulfida, nitrit, hipoklorit,
sianida, dan sianat. (ii) Gas atau uap asam dilepaskan dengan asam sulfat pekat. Ini
meliputi zat-zat dari (i) plus zat yang berikut: fluorida, heksafluorsilikat, klorida,
bromida, iodida, nitrat, klorat (Bahaya), perklorat, permanganat (Bahaya), bromat, borat,
heksasianoferat(II), heksasianoferat(III), tiosianat, format, asetat, oksalat, tartrat, dan
sitrat (Vogel, A. I., 1957).
Kelas B, (i) Reaksi pengendapan: Sulfat, peroksodisulaft, fosfat, fosfit, hipofosfit,
arsenat, arsenit, kromat, dikromat, silikat, heksafluorosilikat, salisilat, benzoat, dan
suksinat. (ii) Oksidasi dan reduksi dalam larutan: Manganat, permanganat, kromat, dan
dikromat (Vogel, A. I., 1957). Untuk memudahkan, reaksi dari asam-asam organik
tertentu, dikelompokan bersama-sama; ini meliputi asetat, format, oksalat, tartrat, sitrat,
salisilat, benzoat, dan suksinat. Perlu ditunjukan disini, bahwa asetat, format, salisila,
benzoat dan suksinat sendiri, membentuk suatu golongan yang lain lagi; semuanya
memberi pewarnaan atau endapan yang khas setelah ditambahkan larutan besi(III) klorida
kepada suatu larutan yang praktis netral (Vogel, A. I., 1957).
Beberapa identifikasi anion. Seperti:
1. Klorida, Cl-. Kebanyakan klorida larut dalam air. Merkurium(I) klorida, Hg2Cl2,
perak klorida, AgCl, timbel klorida, PbCl2 (yang ini larut sangat sedikit dalam air
dingin, tetapi mudah larut dalam air mendidih), tembaga(I) klorida, CuCl, bismut
oksiklorida, BiOCl, stibium oksiklorida, SbOCl, dan merkurium(II) oksiklorida,
Hg2OCl2, tak larut dalam air. Untuk mempelajari reaksi-reaksi ini, dipakai larutan
natrium klorida, NaCl, 0,1M (Vogel, A. I., 1957).
2. Bromida, Br-. Perak, merkurium(I), dan tembaga(I) tak larut dalam air. Timbel
bromida sangat sedikit larut dalam air dingin, tetapi mudah larut dalam air mendidih.
Semua bromida lainya larut. Untuk mempelajari reaksi-reaksi ini, dipakai larutan
kalium bromida, Kbr, 0,1M (Vogel, A. I., 1957).
3. Iodida, I-. Kelarutan iodida adalah serupa dengan klorida dan bromida. Perak,
merkurium(I), merkurium(II), tembaga(I), dan timbel iodida adalah garam-garamnya
yang paling sedikit larut. Reaksi-reaksi ini dapat dipelajari dengan larutan kalium
iodida, KI, 0,1M. (Vogel, A. I., 1957).
D. Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan adalah:
1. Tabung reaksi

2. Penjepit tabung reaksi


3. Pipet tetes
4. Pembakar spiritus
Bahan-bahan yang digunakan adalah:
1 Larutan CaCl2

10. Larutan CuSO4

.
2 Larutan AgNO3

11. Larutan HgNO3

.
3 Larutan HNO3

12. Larutan KSCN

.
4 Larutan NH4OH

13. Larutan Na2C2O4

.
5 Larutan (CH3COO)2Pb

14. Larutan KMNO4

.
6 Larutan NaBr

15. Larutan H2SO4

.
7 Reagen Fluorecien

16. Larutan NH4CO3

.
8 Larutan KI

17. Larutan CaCl2

.
9 Larutan KCN

18. Larutan HCl

.
E. Langkah Kerja
1. Reaksi Identifikasi Anion Klorida (Cl-)
Menuangkan 1 tetes larutan AgNO 3 ke dalam 1 tetes larutan garam klorida,
maka akan terjadi endapan putih. Tes endapan ini dengan 1 tetes asam nitrat
encer dan 1 tetes amonia.

Menuangkan 1 tetes larutan Pb-asetat ke dalam 1 tetes larutan garam klorida


maka akan terbentuk endapan putih.

2. Reaksi Identifikasi Anion Bromida (Br-)


Menuangkan 1 tetes larutan AgNO 3 ke dalam 1 tetes larutan garam
bromida, maka akan terjadi endapan kuning. Tes endapan ini dengan 1
tetes amonia.

Menuangkan 1 tetes larutan Pb-asetat ke dalam 1 tetes larutan garam


bromida maka akan terbentuk endapan putih, kemudian memanaskan
campuran tersebut dan mengamati perubahan yang terjadi.

3. Reaksi Identifikasi Anion Iodida (I-)


Menuangkan 1 tetes larutan AgNO3 ke dalam 1 tetes larutan garam
iodida, maka akan terjadi endapan kuning. Tes endapan ini dengan 1
tetes amonia dan tes pula dengan 1 tetes KCN.
Menuangkan 1 tetes larutan Pb-asetat ke dalam 1 tetes larutan garam
iodida maka akan terbentuk endapan putih. Memanaskan endapan ini
dan mengamati perubahan yang terjadi.

Menuangkan 1 tetes larutan CuSO 4 ke dalam 1 tetes larutan garam


iodida, maka akan terjadi endapan berwarna coklat.

4. Reaksi Identifikasi Anion Sianida (CN-)


Menuangkan 1 tetes larutan AgNO 3 ke dalam 1 tetes larutan KCN, maka
akan terjadi endapan putih. Tes endapan ini dengan larutan KCN
berlebih.

Menuangkan 1 tetes larutan CuSO4 ke dalam 1 tetes larutan garam


iodida, maka akan terjadi endapan berwarna coklat.

5. Reaksi Identifikasi Anion Tiosianat (CNS-)


Menuangkan 1 tetes larutan AgNO 3 ke dalam 1 tetes larutan KSCN,
maka akan terjadi endapan putih. Tes endapan ini dengan larutan KCN
berlebih dan lautan amonia.

Menuangkan 1 tetes larutan CuSO4 ke dalam 1 tetes larutan KSCN


maka akan terjadi larutan berwarna hijau atau terbentuk endapan hitam.

6. Reaksi Identifikasi Anion Asam Oksalat (C2O4-)


Menuangkan 1 tetes larutan AgNO3 ke dalam 1 tetes larutan garam
oksalat, maka akan terjadi endapan putih. Tes endapan ini dengan air.

Menuangkan 1 tetes larutan kalium permanganat dan 1 tetes larutan


asam sulfat ke dalam 1 tetes larutan garam oksalat, maka akan terjadi
penghilangan warna.

7. Reaksi Identifikasi Anion Karbonat (CO3-)

Menuangkan 1 tetes larutan AgNO 3 ke dalam 1 tetes larutan garam


karbonat, maka akan terjadi endapan putih. Tes endapan ini dengan
AgNO3 berlebih.
Menuangkan 1 tetes larutan kalsium klorida ke dalam larutan garam
karbonat, maka akan terbentuk endapan putih. Kemudian menyelisi
endapannya kembali dengan larutan HCl.

F. Data Hasil Percobaan


No

Perlakuan

Reaksi yang Terjadi

Reaksi Identifikasi Anion Klorida (Cl-)


1. a. CaCl2 (aq) + 2AgNO3(aq)
2AgCl(s) + Ca(NO3)2

Hasil Pengamatan

Larutan berwarna putih


susu keruh, terdapat
endapan putih (+++)

AgCl(s) + HNO3(aq)

HCl + AgNO3

Larutan tidak berwarna/


bening, terdapat endapan
putih (+++)

AgCl(s) + 2NH3

[Ag(NH3)2]+ + Cl-

Terdapat endapan putih


(++), larutan bening

CaCl2 + (CH3COO)2Pb

PbCl2(s)

+ Larutan tidak berwarna/

(CH3COO)2Ca

bening, terdapat endapan


putih (+)

Reaksi Identifikasi Anion Bromida (Br-)


2. a. Br- + AgNO3
AgBr(s) + NO3-

Larutan berwarna putih


keruh, terdapat endapan
putih berupa gumpalan
agak besar.

AgBr + NO3- + NH3

[Ag(NH3)2]+ + Br-

Larutan semakin bening,


terdapat endapan
berwarna kuning

b
.

Br- + (CH3COO)2Pb

PbBr2(s) + CH3COO-

Sebelum dipanaskan:
larutan bewarna putih
keruh dan ada endapan
putih (++)
Setelah dipanaskan:

No

Perlakuan

Reaksi yang Terjadi

Hasil Pengamatan

larutan bening dan


endapan putih berkurang
c. Br- + fluorecien

Larutan bening menjadi


kuning bening

Reaksi Identifikasi Anion Iodida (I-)


3. a. KI + AgNO3
AgI(s) + KNO3

Larutan berwarna kuning


bening dan endapan
kuning

AgI(s) + 2NH3

[Ag(NH3)2]+ + I-

Larutan berwarna putih


kekuningan (+), terdapat
endapan putih (++)

AgI(s) + 2CN-

[Ag(CN)2]- + I-

Larutan tidak berwarna/


bening, endapan putih
(+)

2I- + Pb2+

PbI2(s)

Sebelum dipanaskan:
larutan kuning pekat
bening, terdapan endapan
kuning
Setelah dipanaskan:
larutan bening, terdapat
endapan berupa butiran
kuning

4I- + 2Cu2+

2CuI + I2

Larutan berwarna hijau


kekuningan dan terdapat
endapan putih coklat

Reaksi Identifikasi Anion Sianida (CN-)


4. a. KCN + AgNO3
AgCN(s) + KNO3

Larutan berwarna putih


susu, terdapat endapan
putih.

AgCN(s) + CN-

[Ag(CN)2]-

Larutan bening dan tidak


ada endapan.

Hg+ + 2CN-

Hg + Hg(CN)2

Larutan bening, tidak ada

No

Perlakuan

Reaksi yang Terjadi

Hasil Pengamatan

endapan

Reaksi Identifikasi Anion Tiosianat (CNS-)


5. a. KCNS + AgNO3
AgCNS (s) + KNO3

Larutan berwarna putih


keruh susu, terdapat
endapan putih (++)

AgCNS (s) + KCN

AgCN + KCNS

Larutan lebih bening dan


endapan putih semakin
banyak (+++)

AgCNS (s) + 2 NH3

[Ag(NH3)2]+ + SCN-

Larutan berwarna putih


keruh susu, terdapat
endapan (++)

2KCNS + CuSO4

Cu(CNS)2 + K2SO4

Larutan berwarna hijau


bening, tidak terbentuk
endapan

Reaksi Identifikasi Anion Asam Oksalat (C2O4-)


6. a. C2O42- + 2AgNO3
(COOAg)2 (s) + 2
NO3-

Sebelum ditambah H2O:


larutan berwarna putih
keruh, endapan banyak
Setelah ditambah H2O:
endapan putih berkurang
tetap ada endapan putih
akan tetapi endapan
mengapung.

C2O42- + 2 MnO4- + 16

10CO2 (g) + 2Mn+ +

Larutan berwarna ungu,

H+

8H2O

tidak terbentuk endapan


Penambahan asam sulfat
berlebih: larutan menjadi
bening, tidak ada
endapan

Reaksi Identifikasi Anion Karbonat (CO3-)


7. a. AgNO3 + NH4CO3
Ag2CO3 +
NH4(NO3)2

Larutan berwarna putih


susu, terdapat endapan

No

Perlakuan

Reaksi yang Terjadi

Hasil Pengamatan

berwarna putih
Setelah ditambahkan
AgNO3 berlebih: larutan
berwarna putih susu,
endapan berkurang
b

NH4CO3 + CaCl2

NH4Cl2 + CaCO3

Larutan berwarna putih


keruh, terdapat endapan
putih (+++)

HCl

Larutan lebih bening,


tidak terdapat endapan.

G. Pembahasan
Praktikum ini berjudul Analisis Anion I bertujuan untuk dapat mengidentifikasi
anion klorida (Cl-), bromida (Br-), iodida (I-), sianida (CN-), tiosianat (CNS-), oksalat
(C2O42-), dan karbonat (CO32-). Praktikum ini dilaksanakan pada Rabu, 25 November
2015 di Laboratorium Kimia Analisis, FMIPA, UNY. Pada percobaan ini, praktikan
melakukan analisis anion dilakukan secara kualitatif. Analisis kualitatif bertujuan untuk
mengenali komposisi atau struktur bahan kimia, sesuai dengan jenis bahan kimia yang
terdapat dalam sampel dengan pengamatan kualitatif, yaitu mengamati ada tidaknya
anion melalui gejala yang dapat teramati secara visual. Untuk melakukan percobaan ini,
diperlukan beberapa alat dan bahan yaitu tabung reaksi, penjepit tabung reaksi, pipet
tetes, pembakar spiritus, larutan CaCl2, larutan AgNO3, larutan HNO3, larutan NH4OH,
larutan (CH3COO)2Pb, larutan NaBr, reagen fluorecien, larutan KI, larutan KCN, larutan
CuSO4, larutan HgNO3, larutan KSCN, larutan Na2C2O4, larutan KMNO4, larutan H2SO4,
larutan NH4CO3, larutan CaCl2, dan larutan HCl.
Pada praktikum ini, praktikan mengidentifikasi golongan I yang terdiri dari anion
klorida, anion bromida, anion iodida, anion sianida, anion tiosianat dan ion karbonat.
Berikut adalah penjelasannya:
1. Identifikasi Anion Klorida (Cl-)
Identifikasi anion klorida ini dilakukan dengan penambahan beberapa larutan.
Kebanyakan klorida larut dalam air. AgCl dan PbCl2 sangat sedikit larut dalam air
dingin, mudah larut dalam air mendidih. Pada identifikasi ion klorida ini, identifikasi
pertama dengan mereaksikan larutan garam klorida dengan menggunakan CaCl2
dengan larutan perak nitrat (AgNO3) menghasilkan larutan berwarna putih susu dan

terdapat endapan berwarna putih. Endapan ini merupakan endapan perak klorida atau
AgCl. Reaksi yang terjadi saat pembentukan AgCl adalah
CaCl2 + AgNO3

AgCl(s) + Ca(NO3)2

Berdasarkan reaksi di atas, percobaan yang dilakukan praktikan sesuai dengan teori
bahwa reaksi antara garam klorida dengan perak nitrat menghasilkan endapan perak
klorida AgCl. Menurut Svehla (1985: 346), reaksi antara anion klorida dengan larutan
perak nitrat akan membentuk endapan perak klorida.
Selanjutnya adalah membagi hasil reaksi di atas menjadi 2 bagian, pertama
mereaksikan endapan AgCl dengan asam nitrat (HNO3) dengan menghasilkan
endapan putih namun larutan menjadi bening dan kedua merekasikannya dengan
amonium dengan menghasilkan endapan putih yang semakin sedikit dan larutan
menjadi bening. Berikut adalah persamaan reaksinya pada kedua perlakuan tersebut:
AgCl(s) + HNO3

Cl- + H+ + AgNO3

AgCl(s) + NH3

[Ag(NH3)2]+ + Cl-

Berdasarkan hasil percobaan yang dilakukan, dengan penambahan amonium,


endapan putih semakin berkurang. Hal ini sesuai dengan literatur bahwa AgCl tak larut
dalam air dalam asam nitrat encer, tetapi larut dalam amonia encer dan dalam larutanlarutan kalium sianida dan tiosulfat. Hal ini terbukti dengan berkurangnya endapan
putih setelah penambahan amonia Svehla (1985: 346).
Identifikasi anion klorida kedua adalah dengan mereaksikan CaCl2 dengan
timbal asetat (CH3COO)2Pb. Reaksi ini menghasilkan larutan tidak berwarna/ bening
dan terdapat endapan putih. Endapan putih disini adalah timbal (II) klorida. Berikut
adalah reaksinya:
CaCl2 + (CH3COO)2Pb

PbCl2(s) + (CH3COO)2Ca

Berdasarkan reaksi di atas, terbentuk endapan PbCl2. Hal ini sesuai dengan teori
bahwa anion klorida dengan penambahan larutan timbal asetat akan membentuk
endapan putih timbal klorida PbCl2 dari larutan yang pekat (Svehla, 1985: 346).
Dari analisis identifikasi ion klorida, untuk mengidentifikasi anion klorida dapat
dilakukan dengan penambahan larutan perak nitrat dan timbal (II) asetat yang ditandai
dengan terbentuknya endapan putih.
2. Identifikasi Ion Bromida (Br-)
Identifikasi anion bromida ini dilakukan dengan penambahan beberapa larutan.
Identifikasi ion bromida dilakukan dengan mereaksikan 1 tetes perak nitrat (AgNO 3)
ke dalam 1 tetes garam bromida (NaBr). Reaksi kedua larutan tersebut menghasilkan

endapan putih berupa gumpalan agak besar dan larutan berwarna putih keruh. Hal ini
kurang sesuai dengan literatur, bahwa dengan penambahan AgNO3, seharunya
endapan yang dihasilkan berwarna kuning. Adanya endapan kuning yang dihasilkan
membuktikan adanya endapan AgBr. Persamaan reaksi yang terjadi yaitu:
NaBr + AgNO3

AgBr(s) + NaNO3

Dari endapan yang dihasilkan diuji endapannya dengan ditambahkan 1 tetes


amonia. Setelah penambahan amonia, larutan berubah menjadi tidak berwarna/ bening
dan terbentuk endapan berwarna kuning. Endapan berwarna kuning ini, akibat dari
reaksi antara anion Br- dengan reagen perak nitrat. Berikut merupakan persamaan
reaksi ketika diuji menggunakan amonia
AgBr + NO3- + NH3

2[Ag(NH3)2]+ + Br-

Berdasarkan hasil praktikum, adanya penambahan amonia menunjukkan


bahwa AgBr sukar larut dalam larutan amonia. Hal ini sesuai dengan literatur,
disebutkan bahwa endapan perak bromida (AgBr) sangat sedikit larut dalam larutan
amonia encer, tetapi mudah larut dalam kalium sianida dan natrium tiosulfat, tetapi
tidak larut dalam asam nitrat encer (Svehla, 1985: 348).
Identifikasi anion bromida kedua adalah dengan mereaksikan 1 tetes timbal
asetat ((CH3COO)2Pb) ke dalam garam bromida (NaBr). Reaksi ini menghasilkan
larutan keruh dengan endapan putih yang lembut. Setelah itu memberikan perlakuan
dengan dipanaskan, yaitu menghasilkan larutan menjadi kuning bening dan tidak ada
endapan. Berikut merupakan persamaan reaksi yang terjadi.
NaBr + (CH3COO)2Pb

PbBr2(s) + NaCH3COO

Berdasarkan hasil praktikum, endapan yang terbentuk saat belum dipanaskan


merupakan endapan putih dari PbBr2. Oleh karena itu hasil tersebut sesuai dengan
literatur yaitu menurut Svehla (1985: 348), anion bromida dengan larutan timbal asetat
akan membentuk endapan kristalin putih timbal bromida. Setelah dipanaskan endapan
akan larut dalam air mendidih.
Identifikasi anion bromida ketiga adalah dengan merekasikan garam bromida
(NaBr) dengan reagen fluorecien dengan menghasilkan larutan bening menjadi kuning
bening.
3. Identifikasi Anion Iodida (I-)
Identifikasi anion iodida ini dilakukan dengan penambahan beberapa larutan.
Identifikasi pertama dengan mereaksikan antara 1 tetes perak nitrat (AgNO3) dan 1
tetes garam iodida (KI). Reaksi ini menghasilkan larutan bewarna kuning keruh

dengan endapan berwarna kuning. Kelarutan iodida adalah serupa dengan klorida dan
bromida. Persamaan reaksi yang terjadi yaitu :
KI + AgNO3

AgI(s) + KNO3

Berdasarkan hasil percobaan dan persamaan reaksi di atas, endapan yang


dihasilkan merupakan endapan dari AgI. Selanjutnya endapan tersebut direaksikan
dengan NH4OH dan KCN. Dengan penambahan NHOH, reaksi yang dihasilkan
adalah larutan berwarna putih kekuningan dan endapan yang dihasilkan berwarna
putih. Persamaan reaksinya sebagai berikut.
AgI(s) + 2NH3

[Ag(NH3)2]+ + I-

Endapan kedua adalah mereksikan dengan larutan KCN menghasilkam larutan bening
dan masih terdapat endapan yang lebih sedikit dari hasil reaksi endapan pertama.
Persamaan reaksinya sebagai berikut.
AgI(s) + 2CN-

[Ag(CN)2]- + I-

Berdasarkan hasil percobaan dan reaksi yang terjadi, endapan AgI yang
dihasilkan dtidak dapat larut dalam amonia terbukti dengan masih adanya endapan
setelah ditambah amonia dan AgI larut dalam KCN hal ini terbukti dengan adanya
endapan yang semakin sedikit setelah penambahan KCN. Hasil ini sesuai dengan
literatur, bahwa anion iodida dengan larutan perak nitrat akan membentuk endapan
berwarna kuning berupa perak iodida (AgI) yang mudah larut dalam larutan kalium
sianida (KCN) dan dalam larutan natrium tiosulfat serta sangat sedikit larut dalam
larutan amonia pekat dan larut dalam asam nitrat encer.
Reaksi yang kedua adalah mereaksikan 1 tetes timbal asetat ((CH3COO)2Pb)
dan 1 tetes larutan garam iodida (KI) dengan menghasilkan larutan bewarna kuning
pekat dan terdapat endapan kuning. Persamaan reaksinya adalah sebagai berikut:
2I- + Pb2+

PbI2(s)

Berdasarkan data hasil percobaan dan reaksi di atas, endapan kuning yang
dihasilkan merupakan endapan timbal iodida (PbI). Selanjutnya dalah memberikan
perlakuan dengan memanaskan endapan ini lalu mengamati perubahan yang terjadi.
Hasil percobaan yang dihasilkan larutan menjadi berwarna kuning agak putih dengan
endapan berwarna kuning. Hasil yang praktikan peroleh kurang sesuai dengan literatur
yang menyebutkan bahwa dengan mereaksikan iodida dan timbal asetat akan terbentuk
endapan kuning timbal iodide (PbI2), yang larut dalam air panas. Artinya endapan akan

larut. Namun, dalam percobaan endapan masih ada. Hal ini dapat disebabkan dengan
waktu pemanasan yang kurang lama/ suhu yang digunakan kurang tinggi.
Reaksi yang ketiga adalah mereaksikan antara 1 tetes larutan tembaga sulfat
(CuSO4) ke dalam 1 tetes garam iodida (KI) dengan menghasilkan larutan bewarna
hijau kekuningan dan terdapat endapan bewarna putih kecokelatan. Persamaan reaksi
yang terjadi yaitu:
4I- + 2Cu2+

2CuI + I2

Berdasarkan hasil percobaan dan reaksi di atas, terbentuknya endapan


berwarna cokelat merupakan endapan dari CuI. Hasil percobaan ini sudah sesuai
dengan literatur yaitu disebutkan bahwa akan membentukk endapan coklat yang terdiri
dari campuran tembaga(I) iodida (CuI) dan Iod dengan tembaga(II) sulfat. Iod ini bisa
dihilangkan dengan menambahkan larutan natrium tiosulfat atau asam sulfat dan
diperoleh endapan tembaga(I) iodida yang hampir putih (Svehla, 1985: 352).
Dari pembuktian ada tidaknya ion iodida di atas, identifikasi anion iodida dapat
dilakukan dengan penambahan larutan perak nitrat dan Pb-asetat yag ditandai dengan
terbentuknya endapan putih dan dengan penambahan larutan tembaha sulfat terbentuk
endapan coklat.
4. Identifikasi Anion Sianida (CN-)
Pada percobaan identifikasi anion sianida, praktikan melakukan 2 jenis reaksi.
Reaksi pertama yaitu mereaksikan 1 tetes larutan perak nitrat (AgNO 3) dengan 1 tetes
larutan KCN. Reaksi ini menghasilkan larutan bewarna putih susu dan endapan putih.
Persamaan reaksi yang terjadi yaitu:
KCN + AgNO3

AgCN(s) + KNO3

Hasil reaksi berupa endapan putih merupakan endapan AgCN. Selanjutnya dari
endapan AgCN tersebut diuji dengan KCN berlebih artinya ditambahkan KCN
kembali dengan hasil larutan berubah menjadi bening dan tidak ada endapan. Hasil
percobaan ini sudah sesuai dengan literatur bahwa anion sianida dengan penambahan
larutan perak nitrat akan membentuk endapan putih perak sianida (AgCN) yang
mudah larut dalam larutan sianida yang berlebihan dengan membentuk ion kompleks,
disianoargentat(I), [Ag(CN)2]- (Svehla, 1985: 333).
Identifikasi anion sianida kedua adalah mereaksikan 1 tetes KCN dengan
merkuri nitrat (HgNO3). Reaksi ini menghasilkan larutan bening dan tidak ada
endapan. Beriku adalah persamaan reaksi dari perlakuan tersebut:
HgNO3 + KCN

KNO3 + HgCN

Berdasarkan hasil percobaan dan reaksi di atas, kurang sesuai dengan literatur.
Menurut Svehla (1985: 334), anion sianida dengan larutan merkurium(I) nitrat akan
membentuk endapan abu-abu merkurium logam. Terbentuknya endapan abu-abu ini
menunjukkan adanya anion sianida dalam suatu lautan. Namun, hasil percobaan
menunjukkan tidak adanya endapan. Hal ini bisa dikarenakan jumlah KCN yang
digunakan terlalu sedikit.
Dari percobaan yang dilakukan dan hasil kajian literatur, identifikasi anion
sianida dapat dilakukan dengan penambahan larutan perak nitrat yang ditandai dengan
terbentuknya endapan putih dan dengan penambahan larutan merkuri nitrat akan
membentuk endapan berwarna abu-abu
5. Identifikasi Anion Tiosianat (CNS-)
Pada percobaan ini, identifikasi anion tiosianat dengan menggunakan 2 reaksi.
Reaksi pertama adalah praktikan mereaksikan 1 tetes larutan perak nitrat (AgNO 3)
dengn 1 tetes laruutan KCNS. Reaksi ini menghasilkan larutan putih susu keruh dan
terdapat endapan putih. Persamaan reaksi yang terjadi yaitu:
2KSCN + AgNO3

AgSCN (s) + KNO3

Berdasarkan data hasil percobaan dan reaksi di atas, endapan putih yang terbentuk
merupakan endapan AgSCN. Hasil tersebut sudah sesuai dengan literatur disebutkan
bahwa anion tiosianat dengan larutan perak nitrat akan membentuk endapan putih
perak tiosianat, AgSCN, yang putih dan seperti dadih susu (Svehla, 1985: 337).
Kemudian dari endapan endapan AgSCN dibagi menjadi 2 bagian, bagian
pertama diuji menggunakan larutan KCN, sedangkan bagian yang kedua diuji
menggunakan amonia. Terdapat perbedaan hasil di antara kedua perlakuan tersebut.
Untuk perlakuan pertama menghasilkan larutan bening dan endapan semakin banyak.
Perlakuan kedua adalah mereaksikan endapan yang terbentuk dengan amonia
menghasilkan larutan berwarna putih susu keruh dan endapan putih lebih sedikit dari
perlakuan pertama. Reaksinya yaitu:
AgSCN + KCN

AgCN + KSCN

AgSCN (s) + 2NH3

[Ag(NH3)2]+ + SCN-

Berdasrkan hasil percobaan dan reaksi di atas, kurang sesuai dengan literatur
yaitu Svehla (1985: 337) menyebutkan bahwa anion tiosianat akan larut dalam larutan
amonia dan tidak larut dalam asam nitrat encer. Hal ini dikarenakan amonia yang
dihasilkan kurang.
Identifikasi kedua adalah dengan mereaksikan KSCN dan CuSO 4 dengan
membentuk larutan yang bewarna hijau dan tidak terdapat endapan. Hal ini sesuai

dengan literatur, Svehla (1985: 338) menyatakan bahwa penambahan ion Cu 2+ akan
memunculkan warna hijau yang kemudian akan membentuk endapan tembaga(II)
tiosianat. Reaksi yang terjadi adalah:
KCNS + CuSO4

Cu(CNS)2(s) + K2SO4

Berdasarkan hasil percobaan terdapat ketidaksamaan dengan literatur bahwa anion


tiosianat dengan larutan tembaga sulfat, mula-mula akan nampak larutan dengan
pewarnaan hijau, kemudian terbentuk endapan hitam tembaga(II) tiosianat (Svehla,
1985: 338). Namun dalam praktikum ini tidak dihasilkan endapan, hai ini terjadi
karena waktu untuk mengendapkan kurang lama, sehingga endapan belum terbentuk
secara maksimal.
Dari kedua reaksi di atas, identifikasi anion tiosianat dapat dilakukan dengan
penambahan larutan perak nitrat yang akan membentuk endapan putih dan dengan
penambahan larutan tembaga(II) sulfat akan membentuk larutan berwarna hijau.
6. Identifikasi Ion Oksalat (C2O42-)
Dalam praktikum ini, identifikasi ion oksalat dilakukan melalui 2 reaksi.
Reaksi pertama yaitu reaksi antara 1 tetes larutan perak nitrat (AgNO 3) ke dalam 1
tetes larutan garam oksalat (natrium oksalat). Reaksi ini menghasilkan endapan putih
dengan larutan putih keruh. Persamaan reaksi kimia yang terjadi yaitu:
C2O42- + 2AgNO3

(COOAg)2 (s) + 2 NO3-

Endapan putih yang terbentuk merupakan endapan (COOAg) 2. endapan ini


kemudian diuji menggunakan air. Setelah diuji dengan air hasilnya masih sama, tidak
ada perubahan yang mencolok.
Selanjutnya untuk reaksi yang kedua yaitu reaksi antara 1 tetes larutan kalium
permanganat dan 1 tetes asam sulfat ke dalam 1 tetes larutan garam oksalat (natrium
oksalat). Setelah ditambah kalium permanganat menghasilkan larutan ungu bening
dan tidak ada endapan. Kemudian setelah ditambah dengan asam sulfat hasilnya
larutan menjadi bening. Reaksi yang terjadi yaitu :
C2O42- + 2 MnO4- + 16 H+

10CO2 (g) + 2Mn+ + 8H2O

Hasil ini sudah sesuai dengan literatur Svehla (1985: 395), yang menyebutkan
bahwa anion okalat dengan penambahan kalium permanganat, warnanya akan menjadi
hilang bila dipanaskan dalam larutan asam sampai 60o-70oC. Penghilangan warna
larutan permanganate juga dapat ditimbulkan oleh banyak senyawa lainnya, tetapi jika
seterusnya karbon dioksida yang dilepaskan itu diuji dengan reaksi air kapur. Dari
hasil praktikum, penghilangan warna permanganate dalam larutan terjadi karena
penambahan larutan asam sulfat yang berlebih.

H. Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan dan pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa :
1. Identifikasi anion klorida dapat dilakukan dengan penambahan larutan perak nitrat
dan Pb-asetat yang ditandai dengan terbentuknya endapan putih yang merupakan
anion klorida.
2. Identifikasi anion bromida dapat dilakukan dengan penambahan larutan perak nitrat
yang ditandai dengan terbentuknya endapan kuning dan dengan penambahan larutan
Pb-asetat akan terbentuk endapan putih.
3. Identifikasi anion iodida dapat dilakukan dengan penambahan larutan perak nitrat
dan Pb-asetat yag ditandai dengan terbentuknya endapan putih dan dengan
penambahan larutan tembaga sulfat terbentuk endapan coklat.
4. Identifikasi anion sianida dapat dilakukan dengan penambahan larutan perak nitrat
yang ditandai dengan terbentuknya endapan putih dan dengan penambahan larutan
merkuri nitrat akan membentuk endapan abu-abu.
5. Identifikasi anion tiosianat dapat dilakukan dengan penambahan larutan perak nitrat
yang akan membentuk endapan putih dan dengan penambahan larutan tembaga sulfat
akan membentuk larutan berwarna hijau.
6. Identifikasi anion oksalat dapat dilakukan dengan penambahan larutan perak nitrat
yang akan membentuk endapan putih dan dengan penambahan larutan kalium
permanganat akan membentuk warna ungu dan setelah penambahan asam sulfat
berlebih yang terjadi warna menjadi mengilang/ menjadi bening.
I. Daftar Pustaka
Maryati, dkk. (2015). Diktat Petunjuk Praktikum. Yogyakarta: FMIPA UNY.
Marwati. (2015). Analisis Anion. Diakses dari
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pendidikan/Siti%20Marwati,%20M.Si.
Analisis%20Anion.pdf. Pada tanggal 31 Oktober, jam 13.30 WIB
Newton, D.A. (2001). Chemistry Problems. London: Walch Education.
Vogel, A.I. (1957). Textbook of Macro and Semimicro Qualitative Inorganic Analysis.
5th Ed bagian I. Penerjemah: Ir. L.Setiono, Dr.A. Hadyana P. Jakarta: PT
Kalman Media Pusaka.
Vogel, A.I. 1959, A Textbook of Practical Organic Chemistry, 1st Ed bagian II.
Penerjemah: Ir. L.Setiono, Dr.A. Hadyana P. Jakarta: PT Kalman Media
Pusaka.

J. Jawaban Pertanyaan
1. Apakah yang terjadi bila larutan garam perak (Ag +) ditambahkan dalam larutan yang
masing-masing mengandung anion klorida, bromida, dan iodida?
Jawab:

Ion Ag+ akan berikatan dengan anion klorida, bromida dan iodide lalu membentuk
endapan berwarna putih yaitu endapan AgCl, membentuk endapan AgBr dan
endapan AgI yang berwarna kuning.
2. Ion karbonat dapat dideteksi dengan air barit. Jelaskan caranya dan rumus reaksi
yang tejadi!
Jawab:
Salah satu identifikasi anion karbonat adalah dengan penambahan larutan asam
klorida encer. Setelah penambahan asam klorida akan terjadi penguraian dengan
berbuih karena karbondioksida dilepaskan:
CO32- + 2H+ CO2 + H2O
Gas ini dapat diidentifikasi dari sifatnya yang mengeruhkan air kapur atau air burit:
CO2 + Ca2+ + 2OH- CaCO3(s) + H2O
CO2 + Ba2+ + 2OH- BaCO3(s) + H2O
Uji air barit dapat dilakukan dengan mengalirkan gas karbondioksida yang
dilepaskan ke dalam air kapur atau air barit, jika terjadi kekeruhan pada tabung uji
yang mengandung air kapur atau air barit berarti menunjukkan adanya karbonat.
3. Kation besi (II) dapat membentuk kompleks dengan anion sianida (CN-) dan tisoanat
(SCN-). Tuliskan reaksinya!
Jawab:
Fe2+ + 2CN- Fe(CN)2
Fe2+ + 2SCN- Fe(SCN)2

Anda mungkin juga menyukai