I. Pemakaian Huruf
A. Huruf Abjad : Ada 26 yaitu a, b, c, d, e, f, g, h, i, j, k, l, m, n, o, p, q, r, s, t, u, v, w, x, y, dan z,
yang masing-masing memiliki jenis huruf besar dan kecil.
B. Huruf Vokal : Ada 5 yaitu a, e, i, o, dan u. Tanda aksen dapat digunakan pada huruf e jika
ejaan kata menimbulkan keraguan, misalnya: Kami menonton film seri (sri).
C. Huruf Konsonan : Ada 21 yaitu b, c, d, f, g, h, j, k, l, m, n, p, q, r, s, t, v, w, x, y, dan z. Huruf c,
q, v, w, x, dan y tidak punya contoh di akhir kata. Huruf x tidak punya contoh di tengah kata.
Huruf q dan x digunakan khusus untuk nama dan keperluan ilmu.
D. Diftong : ai, au, dan oi. Misalnya: aula, saudara, harimau, pandai, amboi.
E. Gabungan Konsonan : kh, ng, ny, dan sy. Misalnya: khusus, nyata, syarat, bangun.
F. Pemenggalan Kata
1. Kata dasar, digunakan
a) Di antara dua vokal berurutan di tengah kata (diftong tidak pernah diceraikan).
Misalnya: ma-in, au-la, sau-da-ra.
b) Sebelum huruf konsonan yang diapit dua huruf vokal di tengah kata, misalnya: ba-pak.
c) Di antara dua konsonan yang berurutan di tengah kata, misalnya: man- di.
d) Di antara konsonan pertama dan kedua pada tiga konsonan yang berurutan di tengah kata,
misalnya: ul-tra.
2. Kata berimbuhan. Sesudah awalan atau sebelum akhiran, misalnya: me-rasa-kan.
3. Gabungan kata. Di antara unsur pembentuknya, misalnya: bi-o-gra-fi.
G. Huruf Kapital
1. Dipakai pada huruf pertama pada awal kalimat, misalnya: Pekerjaan itu belum selesai.
2. Dipakai pada huruf pertama petikan langsung, misalnya: Adik bertanya, Kapan kita pulang?
3. Dipakai pada huruf pertama dalam ungkapan yang berhubungan dengan nama Tuhan dan
kitab suci, termasuk kata ganti untuk Tuhan. Misalnya: Yang Mahakuasa, Quran, Islam.
4. Dipakai pada huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang diikuti
nama orang. Misalnya: Sultan Hasanuddin, Haji Agus Salim, Nabi Ibrahim.
5. Tidak dipakai jika tidak diikuti nama orang. Misalnya: Tahun ini ia pergi naik haji.
6. Dipakai pada huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat yang diikuti nama orang atau
pengganti nama orang, nama instansi, atau nama tempat. Misalnya: Presiden Jokowi.
7. Tidak berlaku jika tidak diikuti nama orang, instansi, atau tempat. Misalnya : Siapa gubernur
yang baru dilantik itu?
8. Dipakai pada huruf pertama unsur-unsur nama orang. Misalnya: Dewi Sartika.
9. Tidak berlaku untuk nama orang yang digunakan sebagai nama sejenis atau satuan ukuran.
Misalnya: mesin diesel.
10. Dipakai pada huruf pertama nama bangsa, suku, dan bahasa. Misalnya: bahasa Inggris, suku
Sunda.
11. Tidak berlaku untuk nama bangsa, suku, dan bahasa yang dipakai sebagai bentuk dasar kata
turunan. Misalnya: mengindonesiakan kata asing.
12. Dipakai pada huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari raya, dan peristiwa sejarah.
Misalnya: hari Minggu, tahun Hijriah.
13. Tidak berlaku untuk peristiwa sejarah yang tidak dipakai sebagai nama, misalnya:
Perlombaan senjata membawa resiko pecahnya perang dunia.
14. Dipakai pada huruf pertama nama geografi, misalnya : Danau Toba.
15. Tidak berlaku untuk istilah geografi yang tidak menjadi unsur nama diri dan nama geografi
yang digunakan sebagai nama jenis. Misalnya: berlayar ke teluk, gula jawa, pisang ambon.
16. Dipakai pada huruf pertama semua unsur nama negara, lembaga pemerintahan dan
ketatanegaraan, serta nama dokumen resmi kecuali kata seperti "dan" yang tidak terletak pada
posisi awal, termasuk semua unsur bentuk ulang sempurna. Misalnya: Republik Indonesia,
Perserikatan Bangsa-Bangsa.
17. Tidak dipakai sebagai huruf pertama kata yang bukan nama resmi negara, lembaga
pemerintah dan ketatanegaraan, badan, serta nama dokumen resmi. Misalnya: Menjadi
sebuah republik.
18. Dipakai pada huruf pertama semua kata (termasuk semua unsur bentuk ulang sempurna) di
dalam nama buku, majalah, surat kabar, dan judul karangan, kecuali kata seperti di, ke, dari,
dan, yang, dan untuk yang tidak terletak pada posisi awal. Misalnya : Bacalah majalah
Bahasa dan Sastra.
19. Dipakai pada huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat, dan sapaan. Misalnya:
penulisan gelar akademik: Kepmendikbud 036/U/1993, S.S (sarjana sastra).
20. Dipakai pada huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan seperti bapak, ibu, saudara,
kakak, adik, dan paman yang dipakai dalam penyapaan dan pengacuan. Misalnya: Besok
Paman akan datang.
21. Tidak berlaku jika tidak dipakai dalam pengacuan atau penyapaan. Misalnya: Kita harus
menghormati bapak dan ibu kita.
22. Dipakai pada huruf pertama kata ganti Anda, misalnya: Surat Anda telah kami terima.
H. Huruf Miring
1. Nama buku, majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam tulisan.
Misalnya: surat kabar Suara Karya
2. Huruf, bagian kata, kata, atau kelompok kata yang ditegasan atau dikhususkan.
Misalnya: Bab ini tidak membicarakan penulisan huruf kapital.
3. Kata nama ilmiah atau ungkapan asing kecuali yang telah disesuaikan ejaannya.
Misalnya: Politik divide et impera pernah merajalela negeri ini.
II. Penulisan Kata
A. Kata Dasar ditulis sebagai satu kesatuan, misalnya: Ibu percaya bahwa engkau tahu.
B. Kata Turunan
1. Imbuhan ( awalan, sisipan, akhiran) ditulis serangkai dengan kata dasar.
H. Partikel
1. Partikel -lah, -kah, dan -tah ditulis serangkai. Misalnya: bacalah, siapakah.
2. Partikel -pun ditulis terpisah, misalnya : apa pun, satu kali pun. Terkecuali yang lazim
dianggap padu yaitu: adapun, andaipun, bagaimanapun, biarpun, kalaupun, ataupun,
kendatipun, maupun, meskipun, sekalipun, sungguhpun, dan walaupun.
3. Partikel per- yang berarti "mulai", "demi", dan "tiap" ditulis terpisah, misalnya: per 1 April,
per helai. Tetapi per- yang menunjukkan pecahan atau imbuhan harus ditulis serangkai
dengan kata yang mendahuluinya, misalnya: lima tiga pertujuh, perempat final, satu perdua.
I. Singkatan dan Akronim
1. Singkatan nama orang, nama gelar, sapaan, jabatan atau pangkat diikuti dengan tanda titik.
Misalnya: A.S. Kramawijaya, M.B.A.
2. Singkatan nama resmi lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan atau organisasi, serta
nama dokumen resmi yang terdiri atas huruf awal kata ditulis dengan huruf kapital dan tidak
diikuti dengan tanda titik. Misalnya: DPR, SMA.
3. Singkatan umum yang terdiri atas tiga huruf atau lebih diikuti satu tanda titik. Misalnya: dst.,
hlm.
4. Singkatan umum yang terdiri atas dua huruf diikuti tanda titik pada setiap huruf, misalnya:
a.n., s.d.
5. Lambang kimia, singkatan satuan ukuran, takaran, timbangan, dan mata uang tidak diikuti
tanda titik. Misalnya: cm, Cu
6. Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal dari deret kata ditulis seluruhnya
dengan huruf kapital, misalnya: ABRI, PASI
7. Akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata atau gabungan huruf dan suku kata dari
deret kata ditulis dengan huruf awal huruf kapital. Misalnya: Akabri, Iwapi
8. Akronim yang bukan nama diri yang berupa gabungan huruf, suku kata, ataupun gabungan
huruf dan suku kata dari deret kata seluruhnya ditulis dengan huruf kecil. Misalnya: pemilu,
tilang.
J. Angka dan Lambang Bilangan
a) Fungsi
1. Menyatakan lambang bilangan atau nomor yang lazimnya ditulis dengan angka Arab (0,
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9) atau angka Romawi (I, II, III, IV, V, VI, VIII, IX, X, L, C, D,M)
2. Menyatakan (i) ukuran panjang, berat, luas, dan isi (ii) satuan waktu (iii) nilai uang, dan
(iv) kuantitas. Misalnya: 5 kilogram, tahun 1928, 2.000 rupiah, 28 orang.
3. Melambangkan nomor jalan, rumah, apartemen, atau kamar pada alamat.
Misalnya: Jalan Tanah Abang I No. 15
4. Menomori bagian karangan dan ayat kitab suci, misalnya: Bab X, Pasal 5, halaman 252
b) Penulisan
1. Lambang bilangan utuh. Misalnya: dua belas
Bilangan Pecahan.
Misalnya: satu persen
12
1%
Dalam perkembangannya, bahasa Indonesia menyerap unsur dari pelbagai bahasa lain, baik
dari bahasa daerah maupun dari bahasa asing seperti Sanskerta, Arab, Portugis, Belanda, atau Inggris.
Berdasarkan taraf integrasinya unsur pinjaman dalam bahasa Indonesia dapat dibagi atas:
1.
unsur pinjaman yang belum sepenuhnya terserap ke dalam bahasa Indonesia, seperti reshuffle,
shuttle cock, lexploitation de lhommepar lhomme. Unsur-unsur ini dipakai dalam konteks
2.
Kaidah ejaan yang berlaku bagi unsur serapan itu ialah sebagai berikut.
aa (Belanda) menjadi a
baal
bal
ae, jika bervariasi dengan e, menjadi e
aerrodinamics
ai tetap ai
haemoglobin
au tetap au
hemoglobin
trailer
trailer
c di muka a, u, o, dan konsonan menjadi k
audiogram
audiogram
calomel
kalomel
autotroph
autotrof
construction
konstruksi
aerodinamika
tautomer
tautomer
cubic
kubik
caustic
kaustik
c di muka e, i, oe, dan y menjadi s
crystal
kristal
cc di muka o, u, dan konsonan menjadi k
central
sentral
accomodation
komodasi
circulation
sirkulasi
acclimatization
aklimatisasi
cylinder
silinder
accumulation
akumulasi
coelom
selom
cc di muka e dan i menjadi ks
acclamation
aklamasi
cch dan ch di muka a, o, dan konsonan
accent
aksen
menjadi k
vaccine
vaksin
saccharin
sakarin
cholera
kolera
technique
teknik
ch yang lafalnya c menjadi c
machine
mesin
(sanskerta) menjadi s
China
e tetap e
astra
ea tetap ea
sastra
effect
efek
ee (Belanda) menjadi e
idealist
ei tetap ei
idealis
systeem
eo tetap eo
sistem
eidetic
eu tetap eu
eidetik
geometry
f tetap f
geometri
neutron
gh menjadi g
neutron
fanatic
gue menjadi ge
fanatik
Cina
sorghum
sorgum
i pada awal suku kata di muka vokal, tetap i
igue
ige
ie (Belanda) menjadi i jika lafalnya i
ion
ion
ie tetap ie jika lafalnya bukan i
politiek
politik
kh (Arab) tetap kh
efficient
ng tetap ng
khusus
khusus
oe (oi Yunani) menjadi e
efisien
linguistics
linguistik
oo (Belanda) menjadi o
oestrogen
estrogen
oo (Inggris) menjadi u
komfoor
kompor
oo (vokal ganda) tetap oo
cartoon
kartun
ou menjadi u jika lafalnya u
coordination
ph menjadi f
koordinasi
coupon
ps tetap ps
kupon
phase
pt tetap pt
fase
psychiatry
q menjadi k
psikiatri
ptyalin
rh menjadi r
ptialin
aquarium
akuarium
sc di muka a, o, u, dan konsonan menjadi sk
rhythm
ritme
sc di muka e, i, dan y menjadi s
scriptie
skripsi
sch di muka vokal menjadi sk
scenography
senografi
t di muka i menjadi s jika lafalnya s
schema
th menjadi t
skema
action
u tetap u
aksi
methode
ua tetap ua
metode
structure
ue tetap ue
struktur
dualisme
ui tetap ui
dualisme
duet
uo tetap uo
duet
conduite
uu menjadi u
konduite
quota
v tetap v
kuota
vacuum
vakum
x pada awal kata tetap x
vitamin
vitamin
x pada posisi lain menjadi ks
xenon
xenon
xc di muka e dan i menjadi ks
executive
eksekutif
xc di muka a, o, u, dan konsonan menjadi
exception
eksepsi
y tetap y jika lafalnya y
ksk
yakitori
yakitori
excavation
ekskavasi
yangonin
yangonin
excommunication
ekskomunikasi
yen
yen
exclusive
eksklusif
y menjadi i jika lafalnya i
yuan
z tetap z
yuan
dynamo
zodiac
zodiak
dinamo
Konsonan ganda mejadi konsonan tunggal kecuali kalau dapat membingungkan, misalnya:
effect
efek
commission
komisi
tetapi:
mass
massa
Catatan:
1. Unsur pungutan yang sudah lazim dieja secara Indonesia tidak perlu lagi diubah.
Misalnya: kabar, iklan, bengkel, sirsak, perlu, hadir
2. Sekalipun dalam ejaan yang disempurnakan huruf q dan x diterima sebagai bagian abjad bahasa
Indonesia, unsur yang mengandung kedua huruf itu diindonesiakan menurut kaidah yang terurai
di atas. Kedua huruf itu dipertahankan dalam penggunaan tertentu saja seperti dalam pembedaan
nama dan istilah khusus.
Akhiran asing diserap sebagai bagian kata yang utuh. Kata seperti standardisasi, efektif,
danimplementasi diserap secara utuh di samping kata standar, efek, dan implemen.
plaat
pelat
-al, -eel (Belanda) menjadi -al
Percentage
-ant menjadi -an
formal
formeel
formal
-archy,-archie (Belanda) menjadi arki
Accountant
akuntan
-ary, -air (Belanda) menjadi -er
Anarchy
anarchie
anarki
-(a)tion, -(a)tie (Belanda) menjadi -asi,
Primary
primair
primer
-eel (Belanda) yang tidak ada padannya
-si
Action
actie
Publication publicatie
-ein tetap ein
aksi
moreel
persentase
moril
publikasi
-ic, -ics, -ique, -iek, -ica (nomina) menjadi
Casein
kasein
ik, -ika
Protein
protein
Logic
logica
logika
Dialectics
dialektic
dialektika
Technique
techniek
teknik
-ic, -ical, -isch (adjektiva) menjadi -is
electronic
Electronic
elektronik
elektronisch
electronis
statistic
statistik
-ile, -iel menjadi -il
Logical
logisch
logis
ism, -isme (Belanda) menjadi -isme
Percentile
percentiel
persentil
-ist menjadi -is
Publicist
publisis
-logue menjadi -log
Descriptive descriptief
deskriptif
-logy, -logie (Belanda) menjadi logi
Catalogue
katalog
-loog (Belanda) menjadi -log
analoog
analog
-oir(e) menjadi -oar
Hominoid
homonoid
homonoid
-or, -eur (Belanda) menjadi -ur, -ir
trottoir
trotoar
Director
repertoire
-or tetap -or
repertoar
amateur
amatir
-ty, -teit (Belanda) menjadi -tas
dictator
diktator
-ure, -uur (Belanda) menjadi -ur
structure
struktuur
struktur
Quality
directeur
kwaliteit
direktur
kualitas
A.
atas
tiga
huruf
atau
lebih
hanya
dipakai
satu
tanda
titik.
Misalnya:
o dll. (dan lain-lain)
o tgl. (tanggal)
5. Dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan waktu atau
jangka waktu. Misalnya: 20.30 jam (20 menit, 30 detik)
6. Dipakai di antara nama penulis, judul tulisan yang tidak berakhir dengan tanda tanya dan
tanda seru, dan tempat terbit dalam daftar pustaka.
Misalnya: Siregar, Merari. 1920. Azab dan Sengsara. Weltervreden: Balai Pustaka.
7. Dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya (tidak dipakai jika tidak
menunjukkan jumlah). Misalnya:
o Kota kecil itu berpenduduk 51.156 orang.
o Nama Ivan terdapat pada halaman 1210 dan dicetak tebal.
8. Tidak dipakai pada akhir judul yang merupakan kepala karangan atau kepala ilustrasi, tabel,
dan sebagainya . Misalnya:
o Latar Belakang Pembentukan
o Lihat Pula
9. Tidak dipakai di belakang (1) alamat pengirim dan tanggal surat atau (2) nama dan alamat
penerima surat.
Misalnya:
Yth. Sdr. Moh. Hasan
Jalan Arif 43
Palembang
10. Tidak dipakai dalam singkatan nama resmi lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan
atau organisasi, serta nama dokumen resmi maupun di dalam akronim yang sudah diterima
oleh masyarakat. Misalnya: DPR (Dewan Perwakilan Rakyat)
11. Tidak dipakai dalam singkatan lambang kimia, satuan ukuran, takaran, timbangan, dan mata
uang. Misalnya:
o
o
Cu (tembaga)
52 cm
o
o
1 (liter)
Rp350,00
o
B. Tanda Koma (,)
1. Dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu perincian atau pembilangan. Misalnya: Saya
membeli kertas, pena, dan tinta.
2. Dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara berikutnya yang
didahului oleh kata seperti tetapi atau melainkan. Misalnya: Saya ingin datang, tetapi hari
hujan.
3. Dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak kalimat itu mendahului
induk kalimatnya. Misalnya:Kalau hari hujan, saya tidak akan datang.
o Tidak dipakai jika anak kalimat itu mengiringi induk kalimatnya. Misalnya: Saya tidak
akan datang kalau hari hujan.
4. Dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung antarkalimat yang terdapat pada awal
kalimat. Termasuk di dalamnya oleh karena itu, jadi, lagi pula, meskipun begitu, akan tetapi.
o Misalnya: ......Oleh karena itu, kita harus berhati-hati.
5. Dipakai untuk memisahkan kata seperti o, ya, wah, aduh, kasihan dari kata yang lain yang
terdapat di dalam kalimat. Misalnya: O, begitu? , Hati-hati, ya, nanti jatuh.
6. Dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat. Misalnya: Kata
Ibu,Saya gembira sekali.
7. Dipakai di antara (i) nama dan alamat, (ii) bagian-bagian alamat, (iii) tempat dan tanggal, dan
(iv) nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis berurutan. Misalnya: Surat-surat ini
harap dialamatkan kepada Dekan Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia, Jalan Raya
Salemba 6, Jakarta
8. Dipakai untuk menceraikan bagian nama yang dibalik susunannya dalam daftar pustaka.
o Misalnya: Alisjahbana, Sutan Takdir. 1949. TatabahasaBaru Bahasa Indonesia, jilid 1dan
2. Djakarta: PT Pustaka Rakjat.
9. Dipakai di antara bagian-bagian dalam catatan kaki. Misalnya: W.J.S. Poerwadarminta,
Bahasa Indonesiauntuk Karang-mengarang (Yogyakarta: UPIndonesia, 1967), hlm. 4
10. Dipakai di antara nama orang dan gelar akademik yang mengikutinya untuk membedakannya
dari singkatan nama diri, keluarga, atau marga. Misalnya: B. Ratulangi, S.E.
11. Dipakai di muka angka persepuluhan atau di antara rupiah dan sen yang dinyatakan dengan
angka. Misalnya: Rp12,50
12. Dipakai untuk mengapit keterangan tambahan yang sifatnya tidak membatasi. Misalnya:
Guru saya, Pak Ahmad, pandai sekali.
13. Dapat dipakai di belakang keterangan yang terdapat pada awal kalimat untuk menghindari
salah baca. Misalnya: Dalam pembinaan dan pengembangan bahasa, kita memerlukan sikap
yang bersungguh-sungguh.
14. Tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain yang mengiringinya
dalam kalimat jika petikan langsung itu berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru.
Misalnya: Di mana Saudara tinggal? tanya Karim.
o
C. Tanda Titik Koma (;)
1. Dapat dipakai untuk memisahkan bagian-bagian kalimat yang sejenis dan setara.
Misalnya:Malam makin larut; pekerjaan belum selesai juga.
2. Dapat dipakai sebagai pengganti kata penghubung untuk memisahkan kalimat yang setara di
dalam kalimat majemuk. Misalnya: Ayah mengurus tanamannya di kebun itu; Ibu sibuk
bekerja di dapur; Adik menghapal nama-nama pahlawan nasional; saya sendiri asyik
mendengarkan siaran Pilihan Pendengar.
o
D. Tanda Titik Dua (:)
1. Dapat dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap jika diikuti rangkaian atau pemerian.
Misalnya: Kita sekarang memerlukan perabot rumah tangga: kursi, meja, dan lemari.
o Tidak dipakai jika rangkaian atau perian itu merupakan pelengkap yang mengakhiri
pernyataan.
2. Dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian. Misalnya:
o
Ketua
: Ahmad Wijaya
o
o
Sekretaris
Bendahara
: S. Handayani
: B. Hartawan
3. Dapat dipakai dalam teks drama sesudah kata yang menunjukkan pelaku dalam percakapan.
Misalnya:
o
o
o
4. Dipakai (i)
suci, (iii) di antara judul dan anak judul suatu karangan, serta (iv) nama kota dan penerbit
buku acuan dalam karangan. Misalnya: Tempo, I (1971), 34:7
o
o
E. Tanda Hubung (-)
1. Dipakai untuk menyambung suku-suku kata dasar yang terpisah oleh penggantian baris.
o
o
Misalnya:
o
2. Suku kata yang
Di
samping
cara-cara
berupa
satu
vokal
tidak
Beberapa
pendapat o
Beberapa
pendapat
telah disampaikan .
telah disampaikan .
tetap
tidak
mau
beranjak .
WalaupunU
o
o
3. Dipakai untuk menyambung awalan dengan bagian kata di belakangnya atau akhiran dengan
bagian kata di depannya pada pergantian baris (Akhiran -i tidak dipenggal supaya jangan
o
o
o
o
o
4. Dipakai
untuk
alat
kata
ulang.
canggih.
yang
menyambung
Misalnya:
unsur-unsur
anak-anak,
berulang-ulang.
5. Dipakai untuk menyambung huruf kata yang dieja satu-satu dan bagian-bagian tanggal.
o Misalnya: p-a-n-i-t-i-a , 8-4-1973
6. Dapat dipakai untuk memperjelas (i) hubungan bagian-bagian kata atau ungkapan, dan (ii)
penghilangan bagian kelompok kata.
o
Misalnya: ber-evolusi, dua puluh lima-ribuan (20 5000), tanggung jawab dan
kesetiakawanan-sosial.
o Bandingkan dengan: be-revolusi, dua-puluh-lima-ribuan (1 25000), tanggung jawab dan
kesetiakawanan sosial.
7. Dipakai untuk merangkaikan (i) se- dengan kata berikutnya yang dimulai dengan huruf
kapital, (ii) ke- dengan angka, (iii) angka dengan -an, (iv) singkatan berhuruf kapital dengan
imbuhan atau kata, dan (v) nama jabatan rangkap. Misalnya: se-Indonesia
, hadiah ke-2.
8. Dipakai untuk merangkaikan unsur bahasa Indonesia dengan unsur bahasa asing.
o
o
2. Dipakai untuk menegaskan adanya keterangan aposisi atau keterangan yang lain sehingga
kalimat menjadi lebih jelas. Misalnya: Rangkaian temuan inievolusi, teori kenisbian, dan
kini juga pembelahan atomtelah mengubah konsepsi kita tentang alam semesta.
3. Dipakai di antara dua bilangan atau tanggal dengan arti 'sampai ke' atau 'sampai dengan'.
o Misalnya: 19101945, Tanggal 510 April 1970, JakartaBandung.
4. Dalam pengetikan, tanda pisah dinyatakan dengan dua buah tanda hubung tanpa spasi
sebelum dan sesudahnya.
o
G. Tanda Elipsis ( )
1. Dipakai dalam kalimat yang terputus-putus. Misalnya: Kalau begitu ... ya, marilah kita
bergerak.
2. Dipakai untuk menunjukkan bahwa dalam suatu kalimat atau naskah ada bagian yang
dihilangkan. Misalnya: Sebab-sebab kemerosotan akan ditelitilebih lanjut.
3. Jika bagian yang dihilangkan mengakhiri sebuah kalimat, perlu dipakai empat buah titik; tiga
buah untuk menandai penghilangan teks dan satu untuk menandai akhir kalimat.
o
H. Tanda Tanya (?)
1. Dipakai pada akhir kalimat tanya. Misalnya: Kapan ia berangkat?
2. Dipakai di dalam tanda kurung untuk menyatakan bagian kalimat yang disangsikan atau yang
kurang dapat dibuktikan kebenarannya. Misalnya:Ia dilahirkan pada tahun 1683. (?)
o
I. Tanda Seru (!)
o
Dipakai sesudah ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan atau perintah yang
menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, ataupun rasa emosi yang kuat.
o
Misalnya: Alangkah seramnya peristiwa itu!
o
J. Tanda Kurung (())
1. Mengapit keterangan atau penjelasan. Misalnya: Bagian Perencanaan sudah selesai menyusun
DIK (Daftar Isian Kegiatan) kantor itu.
2. Mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian integral pokok pembicaraan.
Misalnya: Sajak Tranggono yang berjudul Ubud(nama tempat yang terkenal di Bali) ditulis
pada tahun 1962.
3. Mengapit huruf atau kata yang kehadirannya di dalam teks dapat dihilangkan. Misalnya:
Pejalan kaki itu berasal dari (kota) Surabaya.
4. Mengapit angka atau huruf yang memerinci satu urutan keterangan. Misalnya:Faktor
produksi menyangkut masalah (a)alam, (b) tenaga kerja, dan (c) modal
o
K. Tanda Kurung Siku ([])
1. Mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai koreksi atau tambahan pada kalimat atau
bagian kalimat yang ditulis orang lain. Tanda itu menyatakan bahwa kesalahan atau
kekurangan itu memang terdapat di dalam naskah asli.
o Misalnya: Sang Sapurba men[d]engar bunyi gemerisik.
2. Mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang sudah bertanda kurung. Misalnya:
Persamaan kedua proses ini (perbedaannya [lihat halaman 3538] tidakdibicarakan) perlu
dibentangkan di sini.
o
L. Tanda Petik ()
1. Mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan dan naskah atau bahan tertulis lain.
Misalnya:Saya belum siap, kata Mira, tunggu sebentar!
2. Mengapit judul syair, karangan, atau bab buku yang dipakai dalam kalimat.
o Misalnya: Bacalah Bola Lampu dalam buku Dari Suatu Masa, dari Suatu Tempat.
3. Mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata yang mempunyai arti khusus.
o Misalnya: Pekerjaan itu dilaksanakan dengan caracoba dan ralat saja.
4. Tanda petik penutup mengikuti tanda baca yang mengakhiri petikan langsung.
o Misalnya: Kata Tono, Saya juga minta satu.
5. Tanda baca penutup kalimat atau bagian kalimat ditempatkan di belakang tanda petik yang
mengapit kata atau ungkapan yang dipakai dengan arti khusus pada ujung kalimat atau bagian
kalimat. Misalnya: Karena warna kulitnya, Budi mendapatjulukan Si Hitam.
6. Tanda petik pembuka dan tanda petik penutup pada pasangan tanda petik itu ditulis sama
tinggi di sebelah atas baris.
o
M. Tanda Petik Tunggal ()
1. Mengapit petikan yang tersusun di dalam petikan lain.
o Misalnya: Tanya Basri, Kau dengar bunyi kring-kringtadi?
2. Mengapit makna, terjemahan, atau penjelasan kata atau ungkapan asing.
o Misalnya: feed-back balikan
o
N. Tanda Garis Miring (/)
1. Dipakai di dalam nomor surat dan nomor pada alamat dan penandaan masa satu tahun yang
terbagi dalam dua tahun takwim. Misalnya: No. 7/PK/1973
2. Dipakai sebagai pengganti kata dan, atau, atau tiap. Misalnya: mahasiswa/mahasiswi
o
o
o
Garis bawah satu dibuat putus-putus kata demi kata, sedangkan spasi (jarak kata dengan kata)