Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN KASUS

TINEA PEDIS
Pembimbing : dr. Dody Suhartono Sp.KK
Disusun oleh : Spica Adhara ( 030.06.248 )
Pendahuluan
Dermatofitosis adalah penyakit pada jaringan yang mengandung zat tanduk, misalnya
stratum korneum pada epidermis, rambut, dan kuku, yang disebabkan golongan jamur
dermatofita. Golongan jamur ini mempunyai sifat mencernakan keratin (keratofilik).
Dermatofita trmasuk kelas Fungi imperfecti, yang terbagi dalam 3 genus, yaitu Microsporum,
Trichophyton, dan Epidermophyton.Dermatofitosis mempunyai prevalensi yang cukup tinggi
di Indonesia, karena Indonesia memiliki iklim tropis dan kelembaban yang tinggi. Penyakit
dermatofitosis ini tersebar di seluruh dunia dan menyerang semua umur, terutama dewasa. 1,2
Nama penyakit akibat jamut dermatofit ini sesuai dengan lokasi yang diserang oleh
jamur tersebut. Berikut ini adalah klasifikasi dermatofitosis berdasarkan lokasi:
-

Tinea kapitis
Tinea barbe
Tinea kruris

dan kadang-kadang sampai perut bagian bawah


Tinea pedis et manum : dermatofitosis pada kaki dan tangan
Tinea unguium
: dermatofitosis pada kuku jari tangan dan kaki
Tinea korporis
: dermatofitosis pada bagian lain yang tidak termasuk bentuk 5

: dermatofitosis pada kulit dan rambut kepala


: dermatofitosis pada dagu dan jenggot
: dermatofitosis pada daerah genitokrural, sekitar anus, bokong,

tinea di atas.
-

Selain 6 bentuk tinea masih dikenal istilah yang mempunyai arti khusus, yaitu:
Tinea imbrikata
: dermatofitosis dengan susuna skuama yang konsentris dan

disebabkan Trichophyton concentricum


Tinea favosa atau favus : dermatofitosis yang terutama disebabkan Trichopyton
schoenleini; secara klinis antara lain berbentuk skutula dan berbau seperti tikus

(mousy odor)
Tinea fasialis, tinea aksilaris, yang juga menunjukan daerah kelainan
Tinea sirsinata, arkuata yang merupakan penamaan deskriptif morfologis.
Keenam istilah tersebut dapat dianggap sebagai sinonim tinea korporis.
Tinea pedis adalah dermatofitosis pada kaki, terutama pada sela-sela jari dan telapak

kaki. Tinea pedis yang tersering dilihat adalah bentuk interdigitalis. Diantara jari IV dan V
terlihat fisura yang dilingkari sisik halus dan tipis. Kelainan ini dapat meluas ke bawah jari
1

(subdigital) dan juga ke sela jari yang lain. Oleh karena daerah ini lembab, maka sering
dilihat maserasi. Aspek klinis maserasi berupa kulit putih dan rapuh. Bila bagian kulit yang
mati ini dibersihkan, maka akan terlihat kulit baru, yang pada umumnya juga telah diserang
oleh jamur. Bentuk klinis ini dpat berlangsung bertahun-tahun dengan menimbulkan sedikit
keluhan atau tanpa keluhan sama sekali. Pada suatu ketika kelainan ini dapat disertai infeksi
sekunder oleh bakteri sehingga terjadi selulitis, limfangitis, limfadenitis, dan dapat pula
terjadi erisipelas, yang disertai gejala-gejala umum.
Bentuk lain ialah yang disebut moccasin foot. Pada seluruh kaki, dari telapak, tepi
sampai punggung kaki terlihat kulit menebal dan bersisik; eritema biasanya ringan dan
terutama terlihat pada bagian tepi lesi. Di bagian tepi lesi dapat pula dilihat papul dan
kadang-kadang vesikel.3
Pada bentuk subakut terlihat vesikel, vesiko-pustul dan kadang-kadang bula. Kelainan
ini dapat mulai pada daerah sela jari, kemudian meluas ke punggung kaki atau telapak kaki.
Isi vesikel berupa cairan jernih yang kental. Setalah pecah, vesikel tersebut meninggalkan
sisik yang berbentuk lingkaran yang disebut koleret. Infeksi sekunder dapat terjadi juga pada
bentuk ini. Jamur terdapat pada bagian atap vesikel. Untuk menemukannya, sebaiknya
diambil atap vesikel atau bula untuk diperiksa secara sediaan langsung atau untuk dibiak.3,4
Tinea pedis banyak terlihat pada orang yang dalam kehidupan sehari-hari banyak
bersepatu tertutup disertai perawatan kaki yang buruk atau sering basah. Penderita biasanya
orang dewasa. Di Indonesia penyakit ini tidak begitu sering dilihat di Poliklinik Kulit dan
Kelamin di pelbagai kota besar. Jumlah penderita Tinea pedis baru di RSUD Kardinah Tegal
selama bulan Januari Desember 2013 adalah sebanyak 23 orang.

LAPORAN KASUS

I.

IDENTITAS PASIEN
Nama

: Tn H
2

II.

Jenis kelamin

: Laki-laki

Usia

: 62 tahun

Alamat

: Bandasari

Agama

: Islam

Pekerjaan

: Pensiunan Rumah Sakit bidang Keuangan

Pendidikan

: SMA

Status Pernikahan

: Menikah

Suku Bangsa

: Jawa

ANAMNESIS
Dilakukan secara autoanamnesis dilakukan pada hari Rabu tanggal 29 Januari pukul

10.00 WIB di Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUD Kardinah Tegal.


Keluhan Utama:
Kulit yang bersisik putih dan terasa gatal pada sela jari ke II,III,IV kaki kanan

Riwayat Penyakit Sekarang:


Pasien seorang laki-laki berusia 62 tahun datang ke Poliklinik Kulit dan Kelamin
RSUD Kardinah Tegal dengan keluhan kulit yang bersisik putih dan terasa gatal pada sela jari
ke II,III,IV kaki kanan sejak 2 minggu yang lalu.
2 minggu yang lalu, pasien mengeluh timbul bercak kemerahan di sela-sela jari
II,III,IV kaki kanan, bercak tersebut kering dan gatal. Gatal dirasakan hilang timbul. Karena
gatal, pasien mengaku sering menggaruk bercak tersebut. Lama kelamaan bercak kemerahaan
tersebut berubah menjadi bersisik dan berwarna putih.
1 minggu yang lalu, pasien berobat ke dokter umum lalu diberi obat oles dan obat
minum, namun pasien tidak tahu nama obatnya. Obat oles berbentuk salep. Salep berwarna
3

putih dengan wadah seperti pasta gigi. Salep tersebut dioleskan oleh pasien pada kulit yang
bersisik 2x sehari pagi dan sore setelah mandi. Obat minum berbentuk tablet, bulat, diminum
oleh pasien 3x1 sehari sesudah makan.
1 hari yang lalu, pasien merasa keluhan tidak membaik setelah diberi salep dan obat
minum. Pasien masih mengeluh gatal dan kulit bersisik putih pada sela jari II,III,IV kaki
kanan pasien. Keluhan gatal dirasakan sangat mengganggu kehidupan sehari-hari, sehingga
pasien akhinya memutuskan untuk berobat ke Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUD Kardinah
Tegal.

Riwayat Penyakit Dahulu


Pasien menyangkal pernah menderita keluhan yang sama sebelumnya. Gejala seperti
ini baru dirasakan pertama kali. Pasien juga menyangkal pernah memiliki riwayat penyakit
kulit. Pasien mempunyai riwayat penyakit DM yang terkontrol. Pasien tidak memiliki riwayat
alergi berupa asma, obat-obatan, alergi dengan barang yang yang terbuat dari besi ataupun
alergi jika terkena deterjen atau sabun.

Riwayat Penyakit Keluarga


Pasien menyangkal ada yang menderita keluhan yang serupa di keluarganya. Riwayat
penyakit kulit dalam keluarga juga disangkal.

Riwayat Lingkungan dan Kebiasaan


Lingkungan tempat tinggal pasien cukup bersih dan padat penduduk. Pasien
mempunyai kebiasaan mandi 2 kali sehari. Mandi menggunakan sabun mandi batang yang
digunakan sendiri. Air mandi yang digunakan adalah air sumur. Pasien menjaga kebersihan
pakaian yang dipakainya dan sehari mengganti pakaian 2 kali
4

III.

PEMERIKSAAN FISIK

Status generalis
Keadaan umum

: Tampak sakit ringan

Kesadaran

: Compos mentis

Tanda vital
Tekanan darah

: 120/90 mmHg

Nadi

: 80 x/menit

Suhu

: 36,5 C

Pernapasan

: 20 x/menit

Tinggi badan

: 167 cm

Berat badan

: 67 kg

KEPALA

: Normocephali

Wajah

: Simetris

Mata

: Konjungtiva pucat (-/-), sklera kuning (-/-),

Hidung

: Septum deviasi (-), sekret (-)

Mulut

: Kering (-), tonsil tenang, faring hiperemis (-), oral hygiene baik

Telinga: Normotia, serumen (-/-), sekret (-/-)


Leher

: Tidak terdapat pembesaran KGB dan kelenjar tiroid

THORAKS
Inspeksi

: Bentuk normal, gerak nafas simetris


5

Palpasi

: Tidak dilakukan

Perkusi

: Tidak dilakukan

Auskultasi

: Jantung: S1S2 reguler, murmur (-), gallop (-)


Paru

: SN vesikuler, rhonki -/-, wheezing -/-

ABDOMEN
Inspeksi

: Datar

Palpasi

: Tidak dilakukan

Perkusi

: Tidak dilakukan

Auskultasi

: Bising usus(+) normal

GENITALIA

: tidak dilakukan pemeriksaan

EKSTREMITAS
Ekstremitas superior :
Kelainan gerak (-), atrofi otot (-), oedem (-)
Kuku

: onikodistrofi (-), pitting nail (-), onikolisis (-);

Sendi : nyeri (-), deformitas (-), kontraktur jari tangan (-);


Kulit : lihat status dermatologikus

Ekstremitas inferior :
Kelainan gerak (-), atrofi otot (-), oedem (-);
Kuku

: onikodistrofi (-), pitting nail (-), onikolisis (-);

Sendi : nyeri (-), deformitas (-), kontraktur jari tangan (-);


Kulit : lihat status dermatologikus
6

Status Dermatologikus
Distribusi
: Regional
Ad regio

: Interdigitalis II,III,IV pedis dextra

Lesi

: Multipel, diskret, berbentuk tidak beraturan, berbatas tegas, kering

Efloresensi

: Makula eritematosa, skuama halus berwarna putih

IV.

PEMERIKSAAN ANJURAN
Pemeriksaan mikologi kerokan kulit pada bagian lesi di sela jari II,III,IV kaki kanan

dengan ditambah larutan KOH 10%

V.

RESUME
Seorang laki-laki berusia 62 tahun datang ke Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUD

Kardinah Tegal pada hari Rabu tanggal 29 Januari 2014 pukul 10.00 WIB dengan keluhan
kulit yang bersisik putih dan terasa gatal pada sela jari ke II,III,IV kaki kanan sejak 2 minggu
yang lalu.

Pada anamnesis didapatkan 2 minggu yang lalu, pasien mengeluh timbul bercak
kemerahan di sela-sela jari II,III,IV kaki kanan, bercak tersebut kering dan gatal. Karena
gatal, pasien mengaku sering menggaruk bercak tersebut yang lama kelamaan berubah
menjadi bersisik dan berwarna putih. 1 minggu yang lalu, pasien berobat ke dokter umum
lalu diberi obat oles dan obat minum, namun pasien tidak tahu nama obatnya. 1 hari yang
lalu, pasien merasa keluhan tidak membaik setelah diberi obat. Pasien masih mengeluh gatal
dan kulit bersisik putih pada sela jari II,III,IV kaki kanan pasien. Keluhan gatal dirasakan
sangat mengganggu kehidupan sehari-hari, sehingga pasien akhinya memutuskan untuk
berobat ke Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUD Kardinah Tegal. Pasien tidak pernah
menderita keluhan yang sama sebelumnya. Pasien mempunyai riwayat penyakit DM yang
terkontrol. Pasien tidak memiliki riwayat alergi berupa asma, obat-obatan, alergi dengan
barang yang yang terbuat dari besi ataupun alergi jika terkena deterjen atau sabun. Pasien
menyangkal ada yang menderita keluhan yang serupa di keluarganya. Riwayat penyakit kulit
dan alergi dalam keluarga juga disangkal. Lingkungan tempat tinggal pasien cukup bersih dan
padat penduduk. Pasien mempunyai kebiasaan mandi 2 kali sehari dan menjaga kebersihan
pakaian yang dipakainya dan sehari mengganti pakaian 2 kali.
Pada pemeriksaan fisik, status generalis dalam batas normal. Pada status dermatologi,
didapatkan distribusi : regional; ad regio : interdigitalis II,III,IV pedis dextra; lesi: multipel,
diskret, berbentuk tidak beraturan, berbatas tegas, kering; efloresensi: makula eritematosa,
skuama halus berwarna putih.

DIAGNOSIS BANDING
-

Tinea pedis

Psoriasis

Kandidosis

VI.

DIAGNOSIS KERJA
Tinea pedis

VII. PENATALAKSANAAN
Umum :
o Memberikan penjelaskan pada pasien tentang penyakit yang diderita dan cara
pengobatannya.
o Menerangkan pentingnya menjaga kebersihan diri dan lingkungan tempat
tinggal.
o Menyarankan bila terasa gatal, sebaiknya jangan menggaruk terlalu keras
karena dapat menyebabkan luka dan infeksi sekunder.
o Pemakaian obat yang diberikan harus diberikan rutin agar mencapai
penyembuhan yang makimal.

Khusus :
o Sistemik :
Tablet ketokonazole 200mg diminum 1x sehari, pada pagi hari setalah makan
selama 15 hari
o Topikal :
Anti jamur golongan azol, misalnya ketokonazol 2% krim dioleskan 2x sehari
sehabis mandi tiap pagi dan sore hari pada sela jari yang gatal selama 2
minggu.

VIII. PROGNOSIS
-

Quo ad vitam

: ad bonam

Quo ad fungsionam

: ad bonam

Quo sd sanationam

: dubia ad bonam

Qua ad komsetikum : dubia ad bonam

PEMBAHASAN

Diagnosis kerja dari kasus ini aalah Tinea pedis. Diagnosis ditegakkan berdasarkan
anamnesis, pemeriksaan fisik, namun belum dilakukan pemeriksaan penunjang,
Pada anamnesis didapatkan 2 minggu yang lalu, pasien mengeluh timbul bercak
kemerahan di sela-sela jari II,III,IV kaki kanan, bercak tersebut kering dan gatal. Karena
gatal, pasien mengaku sering menggaruk bercak tersebut yang lama kelamaan berubah
menjadi bersisik dan berwarna putih. 1 minggu yang lalu, pasien berobat ke dokter umum
lalu diberi obat oles dan obat minum, namun pasien tidak tahu nama obatnya. 1 hari yang
lalu, pasien merasa keluhan tidak membaik setelah diberi obat. Pasien masih mengeluh gatal
dan kulit bersisik putih pada sela jari II,III,IV kaki kanan pasien. Keluhan gatal dirasakan
10

sangat mengganggu kehidupan sehari-hari, sehingga pasien akhinya memutuskan untuk


berobat ke Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUD Kardinah Tegal. Pasien tidak pernah
menderita keluhan yang sama sebelumnya. Pasien mempunyai riwayat penyakit DM yang
terkontrol. Pasien tidak memiliki riwayat alergi berupa asma, obat-obatan, alergi dengan
barang yang yang terbuat dari besi ataupun alergi jika terkena deterjen atau sabun. Pasien
menyangkal ada yang menderita keluhan yang serupa di keluarganya. Riwayat penyakit kulit
dan alergi dalam keluarga juga disangkal. Lingkungan tempat tinggal pasien cukup bersih dan
padat penduduk. Pasien mempunyai kebiasaan mandi 2 kali sehari dan menjaga kebersihan
pakaian yang dipakainya dan sehari mengganti pakaian 2 kali.
Pada pemeriksaan fisik, status generalis dalam batas normal. Pada status dermatologi,
didapatkan distribusi : regional; ad regio : interdigitalis II,III,IV pedis dextra; lesi: multipel,
diskret, berbentuk tidak beraturan, berbatas tegas, kering; efloresensi: makula eritematosa,
skuama halus berwarna putih.
Pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan mikolohi kerokan kulit pada bagian lesi
di sela jari II,III,IV kaki kanan dengan ditambah larutan KOH 10% dapat digunakan untuk
diagnostik pasti.
Penatalaksaan pada pasien ini diberikan obat topikal dam sistemik. Untuk obat
topikal, dapat diberikan anti jamur golongan azol, misalnya ketokonazol 2% krim dioleskan
2x sehari sehabis mandi tiap pagi dan sore hari pada sela jari yang gatal selama 2 minggu.
Untuk obat sistemik dapat diberikan tablet ketokonazole 200mg diminum 1x sehari, pada
pagi hari setalah makan selama 15 hari.

11

DAFTAR PUSTAKA

1. Djuanda, Adhi. et al. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin: edisi kelima. Hal: 92-99
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2007
2. Gerd P, Thomas J. Dermatophyte. Terdapat dalam Fitzpatricks Dermatology in
General Medicine 6th ed [ebook]. New York: McGraw-Hill: 2003. p 205
3. Siregar RS. Atlas berwarna. Saripati Penyakit Kulit. Edisi kedua. Jakarta: EGC; 2002.
p 17-20
4. Nasution A, Mansur, Kamaliah M, Juwono, Tapi S. Diagnosis dan Penatalaksanaan
Dermatofitosis. Available at :http://kalbe.co.id. Accessed on 31 Januari 2014

12

Anda mungkin juga menyukai