Anda di halaman 1dari 8

TREND DAN ISSUE DALAM KESEHATAN KESELAMATAN KERJA

(K3)
TUGAS
Dikumpulkan sebagai bahan screening pengelompokkan kelas elektif blok 4.1

Disusun Oleh :
GESTI ANITA SHOLIHAT
11 / 317381 / KU / 14617

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2014

BAB I

TREND DAN ISSUE DALAM KESEHATAN KESELAMATAN KERJA


(K3)

Kesehatan keselamatan kerja merupakan masalah kesehatan yang penting.


Menurut data International Labor Organization (ILO), setiap tahun terjadi 1,1 juta
kematian yang berhubungan dengan pekerjaan (Aditama & Hastuti, 2002). Di
Indonesia sendiri, terjadi peningkatan kasus kecelakaan kerja dalam kurun waktu
lima tahun terakhir, dari 96.314 kasus di tahun 2009 naik menjadi 103.385 kasus
di tahun 2013. Menurut catatan BPJS Ketenagakerjaan, tidak kurang dari 9 orang
meninggal akibat kecelakaan di tempat kerja setiap harinya (Departemen K3 FKM
UI, 2014). Menurut Undang-Undang No I Tahun 1970, setiap tenaga kerja dan
setiap orang yang berada di tempat kerja berhak mendapat perlindungan dan
jaminan atas keselamatannya.
Tak dapat dipungkiri bahwa setiap pekerjaan memiliki resiko, termasuk
resiko yang berhubungan dengan kesehatan dan keselamatan. Ada beberapa
permasalahan mengenai kesehatan dan keselamatan kerja, diantaranya yaitu:
fasilitas-fasilitas (toilet, tempat mencuci, area untuk makan, penyimpanan barangbarang pribadi dan pemberian pertolongan pertama), tanaman (mesin dan
peralatan),

penanganan

manual

(mengangkat,

menarik,

mendorong

dan

membawa), zat berbahaya (zat kimia yang berbahaya bagi kesehatan pekerja),
pekerjaan berbahaya (penebangan, penggalian, listrik, proses sembur pasir, dan
semprot lukisan), serta sertifikasi tenaga/orang untuk melakukan beberapa jenis
pekerjaan berbahaya atau mengoperasi mesin berbahaya untuk memastikan

mereka memiliki kemampuan dan keterampilan

serta kompetensi untuk

melakukan pekerjaan dengan aman (Russell, 2012).


Ancaman dan bahaya di tempat kerja, baik secara fisik maupun fisik dapat
mempengaruhi derajat kesehatan dan kesejahteraan pekerja sehingga kesehatan
dan keselamatan tenaga kerja perlu untuk diperhatikan. Tingginya angka
kecelakaan kerja dan status kesehatan pekerja yang buruk dapat menjadi
penghambat bagi sebuah perusahaan akibat besarnya biaya yang harus
ditanggung. Maka dari itu perusahaan berupaya untuk memberikan jaminan
kesehatan dan keselamatan bagi para pekerja. Selain itu, tuntunan peraturan
internasional dan nasional mewajibkan setiap perusahaan untuk menerapkan K3 di
tempat kerja. Maka dari itu implementasi K3 menjadi hal yang sangat penting.
Adanya kebijakan tersebut memperluas kesempatan kerja bagi petugas
kesehatan, tak terkecuali perawat. Peran perawat disini bisa sebagai perawat
klinis, perawat spesialis, perawat manager, perawat peneliti, perawat koordinator,
perawat penasihat, perawat konselor dan perawat pendidik. Perawat klinis
bertugas dalam pencegahan primer terhadap cidera atau penyakit, memberikan
pertolongan pertama pada pekerja dalam keadaan darurat, serta memberikan
layanan kesehatan (WHO, 2001). Berikut adalah gambar tren perkembangan
manajemen risiko keselamatan dan kesehatan kerja.

BAB II
ANALISIS JURNAL
Jurnal pertama: Needs and priorities in occupational safety and health for
enlarged European Union
Jurnal ini mengatakan bahwa pekerjaan yang bagus ialah pekerjaan yang
menerapkan kesehatan dan keselamatan kerja, bisa memberikan rasa aman dan
menjamin kesehatan para pekerjanya, sehingga para pekerja mampu memberikan
kinerja terbaik mereka. Dengan ini produktivitas perusahaan juga akan meningkat.
Kehidupan dalam bekerja perlu dibangun untuk membentuk kekompakan serta
menekankan perlunya melakukan

pencegahan

yang bertujuan untuk

mengantisipasi risiko agar dapat dikendalikan.


Perubahan yang dalam struktur dan rancangan organisasi banyak terjadi
karena masalah psikososial. Stres yang berhubungan dengan kerja merupakan
salah satu masalah yang paling ditemui. Hal ini terbukti dalam mempengaruhi
pekerja.

Selain masalah psikososial, masalah yang berhubungan dengan

muskoloskeletal juga banyak ditemui. Survey di Eropa menemukan bahwa 30%


dari pekerja mengeluhkan sakit punggung, 17% mengalami nyeri otot di lengan
dan kaki, 45% melaporkan bekerja dalam posisi yang menyakitkan atau
melelahkan, dan 33% harus menangani beban berat dalam pekerjaan mereka.
Mengurangi beban muskuloskeletal merupakan tujuan dari menciptakan
lapangan kerja yang berkualitas. Jika memungkinkan bisa dilakukan penilaian dan
intervensi untuk mengatasi masalah muskuloskeletal serta mengkaji faktor risiko
lain seperti stres, kelelahan, getaran atau suhu yang dingin. Memberikan pelatihan

pencegahan juga dapat dilakukan untuk menghindari gangguan muskuloskeletal.


Partisipasi pekerja sangat penting dalam membentuk sebuah budaya pencegahan
sebagai indikasi strategi komunitas yang merupakan kunci dalam mencapai
peningkatan kesehatan dan keselamatan jangka panjang.

Jurnal Kedua: Effect of Occupational Health and Safety Management on WorkRelated Accident Rate and Differences of Occupational Health and Safety
Management System Awareness between Managers in South Koreas Construction
Industry
Hasil penelitian jurnal ini menemukan bahwa perusahaan yang memiliki
sertifikat sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja memiliki angka
kecelakaan kerja yang rendah. Rata-rata tingkat kecelakaan pada perusahaan
bersertifikat lebih rendah 67% dibandingkan dengan perusahaan yang tidak
bersertifikat. Hal ini dimungkinkan karena adanya implemetasi sistem manajemen
keselamatan dan kesehatan kerja.
Jurnal ini juga meneliti perbedaan antara manajer umum dan manajer
keselamatan dan kesehatan kerja. Motivasi utama kedua manajer untuk
mengembangkan sistem keselamatan dan kesehatn kerja karena buruknya sistem
keselamatan dan kesehatan kerja. Motivasi kedua manajer umum adalah eliminasi
dan manajemen risiko K3 sedangkan motivasi kedua manajer K3 adalah respon
terhadap masalah legal dan tanggung jawab sosial. Faktor yang berbeda signifikan
secara statistik antara kedua kelompok terhadap implementasi sistem manajemen
keselamatan

dan

kesehatan

adalah

dukungan

eksternal

dalam

mengimplementasikan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan. Selain


dukungan eksternal, persepsi tentang manfaat sistemm manajemen keselamatan
dan kesehatan kerja antara dua manajer dalam penelitian ini juga menunjukkan
perbedaan yang signifikan secara statistik. Manajer umum percaya bahwa
implementasi sistem manajemen keselamatan dan kesehatan efektif dalam
penceahan

kecelakaan,

sedangkan

manajer

K3

menyatakan

keefektifan

implementasi sistem manajemen keselamatan dan kesehatan terletak pada


kepatuhan yang legal, pencegahan kecelakaan dan efektif pada manajemen
kesehatan dan keselamatan.

DAFTAR PUSTAKA

Aditama, Tjandra Yoga., Hastuti, Tri. 2002. Kesehatan dan Keselamatan Kerja.
Jakarta: Penerbit UI
http://prokum.esdm.go.id/uu/1970/uu-01-1970.pdf diakses pada 19 Agustus pukul
19:39 WIB
http://www.fkm.ui.ac.id/content/departemen-keselamatan-dan-kesehatan-kerja
diakses pada 19 Agustus 2014 pukul 20:20 WIB
Konkolewsky, Hans-Horst. 2005. Needs and priorities in occupational safety and
health for enlarged European Union. SJWEH Suppl; no 1:68-71.
Moraru, Roland Iosif. 2012. Current Trends and Future Development in
Occupational Health and Safety Risk Management. Romania: University of
Pertosani
Russell, Bryan. 2012. Workplace Health and Safety Handbook, diakses melalui
http://www.safework.sa.gov.au/uploaded_files/hsr_handbook.pdf pada 19
Agustus 2014 pukul 21:18 WIB
World Health Organization. 2001. The Role of the Occupational Health Nurse in
Workplace Health Management.
Yoon, Seok., Lin, Hsing K., Chen, Gang., Yi, Shinjea., Choi, Jeawook., Rui,
Zhenhua. 2013. Effect of Occupational Health and Safety Management on
Work-Related Accident Rate and Differences of Occupational Health and
Safety Management System Awareness between Managers in South Koreas
Construction Industry. Occupational Safety and Health Research Institute:
Elsevier.

Anda mungkin juga menyukai