Anda di halaman 1dari 11

Praktikum ke 9

Selasa, 1 Desember 2015

Pengemasan Dan Pemasaran Produk Hasil Peikanan


Kerupuk Pindang Ikan
Shiva Vauziah
4443120149
7A
JURUSAN PERIKANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2015
Abstrak
Setelah proses pemindangan selesai dilakukan, akan tersisa banyak cairan
dalam wadah yang digunakan dan dikenal sebagai air rebusan. Air rebusan
tersebut mengandung lemak, cairan, dan protein larut air yang berasal dari daging
ikan. Oleh karena itu cairan-cairan tersebut sebaiknya ditampung, karena masih
dapat diolah menjadi bahan makanan seperti petis dan kerupuk. Praktikum
Diversifikasi Pengolahan Produk Hasil Perikanan yang berjudul Pengemasan dan
Pemasaran Produk Hasil Perikanan (Kerupuk Pindang Ikan) dilaksanakan pada
bulan Oktober-November. Kerupuk pindang ikan diperoleh dari daerah CaritaPandeglang ini dipasarkan disekitar Cikande-Serang. Dari distribusi kerupuk
pindang ini dapat disimpulkan bahwa usaha kerupuk ini layak untuk
dikembangkan karena setelah dianalisis nilai B/C ratio memenuhi syarat yaitu
1,85 atau melebihi standarnya yaitu B/C ratio >1.
Kata Kunci : Analisis Usaha, Kerupuk Pindang Ikan, Pengemasan.
PENDAHULUAN
Pemindangan ikan merupakan upaya pengawetan sekaligus pengolahan ikan
yang menggunakan teknik penggaraman dan pemanasan. Pengolahan tersebut
dilakukan dengan merebus atau memanaskan ikan dalam suasana bergaram
selama waktu tertentu di dalam suatu wadah (Adawyah 2007). Jenis-jenis ikan
yang biasa digunakan dalam pemindangan di Indonesia antara lain tongkol
(Euthynnus sp.), kembung (Rastrelliger sp.), layang (Decapterus sp.), lemuru
(Sardinella longiceps), dan bandeng (Chanos chanos) (Nitibaskara 1980). Secara
garis besar pemindangan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu pemindangan garam
dan pemindangan air garam (Anonim 2003).
Setelah proses pemindangan selesai dilakukan, akan tersisa banyak cairan
dalam wadah yang digunakan dan dikenal sebagai air rebusan. Air rebusan

tersebut mengandung lemak, cairan, dan protein larut air yang berasal dari daging
ikan. Cairan tersebut belum dimanfaatkan sama sekali sehingga dapat
menyebabkan pencemaran serta menimbulkan bau yang tidak enak. Pada proses
pemindangan air garam, limbah cair yang dihasilkan dari sisa perebusannya
mempunyai kandungan gizi yaitu: kadar protein 13,22 %, kadar lemak 2,10 %,
kadar abu 2,60 %, kadar air 70,0 %, dan kadar garam 12,08 % (Arlius 1991). Oleh
karena itu cairan-cairan tersebut sebaiknya ditampung, karena masih dapat diolah
menjadi bahan makanan seperti petis dan kerupuk.
Kerupuk merupakan makanan ringan yang akan mengembang apabila
dicelupkan pada minyak yang panas (Siaw et al. 1985). kerupuk adalah salah satu
makanan khas Indonesia yang sangat diminati banyak orang baik dari golongan
menengah kebawah hingga menengah ke atas, mulai dari anak kecil hingga orang
dewasa. Kerupuk dibuat dari bahan-bahan sederhana tapi membuat setiap
makanan terasa lengkap. Kerupuk yang banyak dibuat berasal dari bahan-bahan
seperti tepung beras, tepung terigu, ataupun dari tepung tapioka. Bahan-bahan
tersebut dapat diramu dengan bahan tambahan sehingga menjadi kerupuk udang,
kerupuk ikan, maupun kerupuk-kerupuk dengan rasa yang lain (Wahyono dan
Marzuki 2003).
Tujuan

dari praktikum ini yaitu dimana mahasiswa dapat melakukan

pengemasan dan pemasaran dari produk sampingan hasil perikanan sehingga


dapat meningkatkan harga jual.
METODOLOGI
Praktikum Diversifikasi dan PHSP yang berjudul Pengemasan Dan
Pemasaran Produk Hasil Peikanan dilaksanakan pada Oktober-November.
Pengemasan produk hasil perikanan dilakukan di Universitas Sultan Ageng
Tirtayasa serta pemasaran dilakukan di Cikande-Serang.
Produk yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah kerupuk pindang
ikan yang berasal dari daerah Carita-Pandeglang. alat yang digunakan untuk
mengemas produk ini adalah Plastik, gunting, sticker, sealer, sendok dan
timbangan. Langkah dalam pengemasan produk adalah timbang kerupuk pindang
ikan seberat 50 gr/kemasan, masukan kerupuk yang sudah ditimbang kedalam

plastik ukuran sedang. Pres menggunakan sealer agar udara tidak masuk kedalam
produk dan produk dapat memiliki daya simpan lebih lama, tambahkan sticker
dibagian atas yang telah di sealer kemudian sealer kembali kemasan yang sudah
diberi sticker. Lakukan terus menerus hingga produk sejumlah 3kg terkemas
semua dan pasarkan produk yang sudah jadi.
Pemasaran dilakukan di daerah Cikande-Serang dengan sasaran konsumen
remaja, ibu-ibu dan bapak-bapak. Adapun cara pemasarannya dengan menjual
secara langsung kepada ibu-ibu yang sedang berkumpul atau menjualnya dari
rumah ke rumah selain itu pemasaran juga dilakukan dengan cara menitipkan
produk kewarung.
Pembelian kerupuk dari pengolah

Dikemas pada plastik

Penggunaan stiker produk

Pemasaran kerupuk disekitar rumah


Gambar 1. Diagram alir pemasaran kerupuk pindang ikan
HASIL DAN PEMBAHASAN

No

Uraian

Biaya Investasi
Peralatan
Sendok
Timbangan
Sealer

No
2

Jumla
h

Satuan

Harga Satuan

Total Harga

3
Buah
3.000
9.000
1
Buah
20.000
20.000
1
Buah
150.000
150.000
Total
Rp 179.000
Tabel 1. Tabel biaya investasi peralatan kerupuk pindang ikan
Biaya Tetap
Jumlah Satuan Harga Satuan
Total Harga
Tenaga Kerja
Orang
Listrik
1
Bulan
50.000
50.000

Total
Rp 50.000
Tabel 2. Tabel biaya tetap kerupuk pindang ikan
No
3

Biaya Variabel
Bahan
Jumlah
Satuan
Harga
Kerupuk pindang ikan
1
Kilogram
40.000
Plastik
20
Lembar
4.000
Sticker
20
Lembar
10.000
Total
Rp 54.000
Tabel 3. Tabel biaya produksi kerupuk pindang ikan

Modal Usaha = Biaya investasi + biaya operasional + biaya tetap


Biaya investasi = Rp 179.000
Biaya operasional = Rp 648.000
Biaya tetap = Rp 50.000
Jumlah = Rp 877.000
Pendapatan
Hasil penjualan = 3 Kg X 4 kali kerja X 20 kemasan kerupuk pindang ikan dalam
1 kg X

Rp. 5000/kemasan

= Rp 1.200.000,Pengeluaran
1. Biaya produksi (bahan total yang digunakan X biaya variable)
(4 kali kerja(3kg) X Rp 54.000)
= Rp 648.000
2. Penyusutan alat (5% dari biaya investasi)
(5% X Rp 179.000)
= Rp 8.950
3. Biaya tetap
= Rp 100.000
4. Total pengeluaran
= Rp 877.000
5. Keuntungan Bersih (Pendapatan pengeluaran)
(Rp 1.200.000- Rp 877.000)
= Rp 323.000
Proyeksi Laba Rugi Usaha Kerupuk Pindang Ikan
BEP Produksi

(hasil penjualankeuntungan bersih)


(harga produk /buah)

BEP Produksi

( Rp1.200 .000Rp323. 000)


Rp.5000

= 175,4 kg
BEP Penjualan

(hasil penjualankeuntungan bersih)


(produk bulanan)

BEP Penjuaalan

BEP Penjualan=

(Rp 1.2 00.000Rp 3 23 .000)


(3 kg X 4 kali kerja X 20 kemasan kerupuk)

( Rp 877.000)
(240)

BEP Penjualan= Rp 3654,17


Tingkat pengembalian modal =

( Keuntungan bersih penyusutan)


( biayainvestasi)
( Rp323 .000Rp89 50)
( Rp179. 000)

= 1,75
Waktu balik modal

B/C ratio

1
tingkat pengembalian modal

1
1,75

hasil penjualan
biaya produksi

Rp 1.2 00.000
Rp 648 .000

= 0,57 bulan

= 1,85

Dalam 1 kilogram kerupuk pindang ikan yang berasal dari daerah CaritaPandeglang menghasilkan 20 kemasan kerupuk yang dijual dengan harga Rp.
5000/kemasan, keuntungan yang diperoleh per kemasan sebesar Rp. 1345,83.
Sekali produksi usaha ini memerlukan kerupuk sebanyak 3 Kg dengan banyaknya
produksi selama sebulan 4 kali. Adapun modal yang diperlukan dalam produksi
selama sebulan adalah sebesar Rp. 877.000, modal tersubut berasal dari biaya
investasi sebesar Rp. 179.000, biaya produksi Rp. 648.000 dan biaya tetap Rp.
50.000. Hasil yang diperoleh selama sebulan produksi adalah Rp. 1.200.000
dengan keuntungan bersih sebesar Rp. 323.000. Usaha ini layak untuk dilakukan
karena memiliki nilai B/C ratio sebesar 1,85 (layak dilaksanakan apabila B/C
ratio>1)

KESIMPULAN DAN SARAN


Setelah proses pemindangan selesai dilakukan, akan tersisa banyak cairan
dalam wadah yang digunakan dan dikenal sebagai air rebusan. Air rebusan
tersebut mengandung lemak, cairan, dan protein larut air yang berasal dari daging
ikan. Oleh karena itu cairan-cairan tersebut sebaiknya ditampung, karena masih
dapat diolah menjadi bahan makanan seperti petis dan kerupuk. Adapun usaha ini
dilakukan dengan membeli produk kerupuk pindang ikan di Labuan kemudian
dilakukan pengemasan ulang hingga produk menjadi lebih menarik untuk dijual
lalu produk ini dipasarkan di sekitar Cikande-Serang. Usaha kerupuk pindang ini
layak untuk dikembangkan karena setelah dianalisis nilai B/C ratio memenuhi
syarat yaitu 1,85 atau melebihi standarnya yaitu B/C ratio >1.
Ada beberapa kekurangan dalam melakukan praktikum ini, kami meberikan
saran kepada asisten laboratorim agar bisa lebih tegas serta jelas dalam
membimbing para paraktikan , kemudian kepada praktikan untuk tidak ramai pada
saat praktikum sehingga praktikan akan lebih cepat paham serta cepat selesai
dalam melakukan praktikum ini.
DAFTAR PUSTAKA
Adawyah R. 2007. Pengolahan dan Pengawetan Ikan. Jakarta: Bumi Aksara.
[Anonim]. 1979. Pengenalan Sumber Daya Perikanan Laut. Bagian I. Jakarta:
Direktorat Jenderal Perikanan, Departemen Pertanian.
Arlius. 1991. Mempelajari ekstraksi khitosan dari kulit udang dan pemanfaatannya
sebagai bahan koagulasi protein limbah pengolahan pindang tongkol
(Euthynnus affinis) [tesis]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian
Bogor.
Siaw CL, Idrus AZ, Yu SY. 1985. Intermediate technology for fish crackers (keropok)
production. J Food Tech. 20: 17-21.
Wahyono R, Marzuki. 2003. Pembuatan Aneka Kerupuk. Jakarta: Penebar Swadaya..

DOKUMENTASI

Anda mungkin juga menyukai