Anda di halaman 1dari 27

REPOTTING TANAMAN BONSAI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memenuhi Tugas MK Apresiasi Seni

MAKALAH
REPOTTING TANAMAN BONSAI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memenuhi Tugas MK Apresiasi
Seni

Disusun Oleh :

Meuthia Khanza

150510120049

Ira Rachmawati

150510120051

Neng Amelia N. H.

150510120154

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2015
2

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT karena atas karunia -Nya kami berhasil
menyelesaikan makalah yang telah kami susun sebelumnya berdasarkan apa yang telah kami
dapatkan dari perkuliahan dan ditambah beberapa sumber terpercaya yang kami anggap relevan
untuk melengkapi isi makalah ini.
Makalah ini kami susun dalam rangka memenuhi tugas yang diberikan oleh dosen dalam
mengikuti perkuliahan Apresiasi Seni .Walaupun pembuatan makalah ini dilakukan secara
terbatas namun diharapkan dapat memberikan informasi bagi pembacanya.
Kami menyadari dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan baik dalam
kandungan materi maupun cara penyusunannya. Oleh karena itu kami sangat mengharapkan
kritik dan saran agar menjadi pelajaran bagi kami lebih baik untuk kedepannya.

Jatinangor, 04 Desember 2015

Penyusun

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I...............................................................................................................................................5
PENDAHULUAN...........................................................................................................................5
1.1

Latar Belakang..................................................................................................................5

1.2

Tujuan...............................................................................................................................6

1.3

Rumusan Masalah.............................................................................................................6

BAB II.............................................................................................................................................7
TINJAUAN PUSTAKA..................................................................................................................7
2.1

Sejarah Bonsai...................................................................................................................7

2.2

Bonsai................................................................................................................................7

2.3

Teknik Budidaya Tanaman Bonsai....................................................................................9

2.3.1

Pembuatan Bibit Tanaman Bonsai............................................................................9

2.3.2

Pemilihan Media Tanam Bonsai..............................................................................12

2.3.3

Penanaman dan Pemeliharaan Tanaman Bonsai......................................................12

2.4

Bentuk Dasar Bonsai.......................................................................................................13

BAB III..........................................................................................................................................17
PEMBAHASAN............................................................................................................................17
3.1

Repotting Bonsai.............................................................................................................17

3.2

Alat dan Bahan Repotting Bonsai...................................................................................18

3.3

Prosedur Repotting Bonsai..............................................................................................19

BAB IV..........................................................................................................................................24
PENUTUP.....................................................................................................................................24
4.1

Kesimpulan.....................................................................................................................24

DAFTAR PUSTAKA

BAB I

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang

Istilah bonsai merujuk pada kesenian menumbuhkan pohon kerdil, atau membuat
miniatur sebuah pohon, atau mengembangkan suatu tumbuhan yang dibentuk seperti pohon
kecil. Menanam bonsai membutuhkan ketelatenan dalam hal membentuk, menyiram, mengganti
pot, dan merawat dengan baik. Sebutan bonsai berasal dari bahasa Jepang dan kini umum
digunakan secara internasional untuk merujuk pada pohon-pohon kerdil.
Pada awalnya, orang-orang Jepang menanam bonsai untuk menghiasi rumah dan tamantaman mereka. Kemudian pada era Tokugawa bonsai mulai memiliki fungsi sosial, yakni sebagai
ajang pamer kekayaan keluarga bangsawan. Terdapat dua tipe bonsai yang sering kita jumpai
yakni outdoor dan indoor. Tipe outdoor merupakan tipe yang lebih awal muncul, adalah bonsai
yang ditumbuhkan dalam pot namun tetap diletakkan di luar rumah.
Dahulu, teori yang berlaku adalah jika bonsai ditumbuhkan di rumah, maka mereka akan
melemah dan mati. Teori tersebut kini dipatahkan dengan adanya spesies-spesies yang mampu
dibonsai-kan dalam rumah, meliputi:
Ficus. Genus ini sangat digemari untuk dijadikan bonsai indoor karena mereka cukup mudah
dibentuk, misalnya F. benjamina dan F. neriifolia.
Schefflera arboricola yang berasal dari Hawai. Crassula ovata, dijadikan bonsai karena batang
yang kuat dan tahan kering.
Serissa, tumbuhan non tropis yang mencolok karena daun-daunnya yang kecil dan tahan lama.
Bonsai indoor cukup digemari di negara kita ini. Adapun perbedaan bonsai indoor dan
outdoor adalah tidak memiliki masa dorman yang panjang ketika musim hujan, tumbuh lebih
cepat pada iklim tropis, dan lebih praktis.
5

Pertumbuhan bonsai yang baik dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah
pertumbuhan dan perkembangan akar. Oleh karena itu, pada makalah ini akan dibahas mengenai
kegiatan repotting pada tanaman bonsai. Sehingga perakaran tanaman bonsai dapat dengan
leluasa tumbuh dan menimbulkan pertumbuhan tanaman yang baik.

1.2

Tujuan

Untuk mengetahui prosedur kegiatan repotting pada tanaman bonsai.

1.3

Rumusan Masalah
1.
2.
3.
4.

Apa yang dimaksud tanaman bonsai ?


Bagaimana teknik budidaya tanaman bonsai ?
Apa saja bentuk bentuk dasar tanaman bonsai ?
Bagaimana proses kegiatan repotting tanaman bonsai ?

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Sejarah Bonsai
Bonsai berasal dari seni miniaturisasi tanaman yang disebut penjing dari periode Dinasti

Tang. Di makam putra dari Maharani Wu Zetian terdapat lukisan dinding yang menggambarkan
pelayan wanita yang membawa pohon berbunga dalam pot dangkal. Pot dangkal berukuran kecil
ini merupakan miniaturisasi dari pemandangan alam. Kalangan bangsawan di Jepang mulai
mengenal penjing sekitar akhir zaman Heian. Aksara kanji untuk penjing dilafalkan orang Jepang
sebagai bonkei. Sama halnya dengan di Cina, bonkei di Jepang juga merupakan miniaturisasi dari
pemandangan alam. Seni yang hanya dinikmati kalangan atas, terutama kalangan pejabat istana
dan samurai, dan baru disebut bonsai pada zaman Edo.
Menanam bonsai adalah pekerjaan sambilan samurai zaman Edo, saat bonsai mencapai
puncak kepopuleran. Sejak zaman Meiji, bonsai dianggap sebagai hobi yang bergaya. Namun
pemeliharaan bonsai dan penyiraman memakan banyak waktu. Sejalan dengan lingkungan
tempat tinggal di Jepang yang makin modern dan tidak memiliki halaman, penggemar bonsai
akhirnya terbatas pada kalangan berusia lanjut.
2.2

Bonsai

Gambar 1. Bonsai
7

Bonsai adalah tanaman atau pohon yang dikerdilkan di dalam pot dangkal dengan tujuan
membuat miniatur dari bentuk asli pohon besar yang sudah tua di alam bebas. Penanaman (sai,)
dilakukan di pot dangkal yang disebut bon . Istilah bonsai juga dipakai untuk seni tradisional
Jepang dalam pemeliharaan tanaman atau pohon dalam pot dangkal, dan apresiasi keindahan
bentuk dahan, daun, batang, dan akar pohon, serta pot dangkal yang menjadi wadah, atau
keseluruhan bentuk tanaman atau pohon. Bonsai adalah pelafalan bahasa Jepang untuk penzai.
Seni ini mencakup berbagai teknik pemotongan dan pemangkasan tanaman, pengawatan
(pembentukan cabang dan dahan pohon dengan melilitkan kawat atau membengkokkannya
dengan ikatan kawat), serta membuat akar menyebar di atas batu. Pembuatan bonsai memakan
waktu yang lama dan melibatkan berbagai macam pekerjaan, antara lain pemberian pupuk,
pemangkasan, pembentukan tanaman, penyiraman, dan penggantian pot dan tanah. Tanaman atau
pohon dikerdilkan dengan cara memotong akar dan rantingnya. Pohon yang paling umum
dibonsai adalah berbagai spesies pinus. Jenis tanaman dan pohon dipakai untuk
mengelompokkan jenis-jenis bonsai.

Bonsai pohon pinus dan ek : tusam, cemara cina, cemara duri, sugi, dan lain-lain.

Gambar 2. Bonsai cemara duri

Bonsai pohon buah untuk dinikmati keindahan buahnya (Ilex serrata, kesemek,
Chaenomeles sinensis, apel mini, dan lain-lain).

Gambar 3. Bonsai apel mini

Bonsai tumbuhan berbunga untuk dinikmati keindahan bunganya (Prunus mume,


Chaenomeles speciosa, sakura, azalea satsuki).

Gambar 4. Bonsai Prunus mume

Bonsai pohon untuk dinikmati bentuk daunnya (maple, Zelkova serrata, Rhus
succedanea, bambu).

Gambar 5. Bonsai Zelkova serrata


Banyak sekali tanaman tropis yang telah dicoba dan ternyata cocok untuk dibonsai, di
antaranya asam jawa, beringin, cemara udang, waru, dan jambu biji. Bonsai dibentuk dengan
bantuan kawat pada ranting dan tunasnya. Kawat harus sudah diambil sebelum sempat
menggores kulit ranting pohon tersebut. Tanaman adalah makhluk hidup, dan tidak ada bonsai
yang dapat dikatakan selesai atau sudah jadi. Perubahan yang terjadi terus menerus pada tanaman
sesuai musim atau keadaan alam merupakan salah satu daya tarik bonsai.
2.3

Teknik Budidaya Tanaman Bonsai

2.3.1

Pembuatan Bibit Tanaman Bonsai


Pembuatan bibit untuk bonsai atau bakal bonsai dapat dimulai dari pemilihan langsung

jenis pohon yang memiliki cabang yang banyak yang nantinya tinggal diberikan perlakuan
tertentu, seperti dipotong, dan dikreasikan agar dapat dibentuk menjadi tanaman bonsai.
Disamping itu teknik pembuatan bibit tanaman bonsai dapat diperoleh dari biji yang khusus
untuk disemaikan atau dari semai yang ada di alam bebas, setekan atau cangkokan yang
pembuatannya memerlukan sedikit keterampilan, okulasi, dan bongkah-bongkah tanaman yang
masih bertunas dan masih nampak bertahan untuk hidup.
1. Semai Bakal Bonsai.
Perolehan bibit tanaman bonsai dengan cara penyemaian sendiri dirasa kurang efisien,
karena akan memakan waktu cukup lama.
10

Gambar 6. Pembuatan bibit bonsai dengan menggunakan bakal bonsai

2. Setek, Cangkok dan Okulasi

Gambar 7. Pembuatan bibit bonsai dengan cara stek

Menyetek, mencangkok dan membuat okulasi merupakan seni tersendiri. Pembuatan


bibit tanaman bonsai dengan cara menyetek dan mencangkok dapat menghasilkan tanaman baru
dalam jangka waktu yang relatif singkat (1-2 bulan). Sedangkan membuat okulasi bisa
membutuhkan waktu lebih dari 1 tahun. Jenis stek yang dikenal yaitu : setek lunak atau setengah
lunak, setek keras, dan setek daun.

11

Gambar 8. Pembuatan bibit bonsai dengan cara cangkok

Untuk mencangkok, dipilihlah dahan minimal sebesar pensil atau ibu jari, dan kulitnya
mudah dikelupas (tidak lengket). Teknik mencangkok 1) Kupas kulit dahan selebar 3-5 cm, 2)
Buang lendirnya dengan mengerok atau melap dengan kain yang kering, 3) Biarkan 3-4 hari, 4)
Kemudian tutup lukanya dengan mos yang dibasahi atau campuran antara tanah dan remah
dengan kompos yang tua dengan perbandingan 1:1, 5) Balut mos atau tanah dengan lembaran
plastik, dan ikat baik-baik di bagian atas dan bawah, 6) Dengan jarum lembaran plastik dilubangi
agar sirkulasi udara dapat berlangsung dengan baik.

Gambar 9. Pembuatan bibit bonsai dengan cara okulasi

Untuk membuat okulasi dapat dilakukan pada jenis pohon misalnya buah-buahan yang
akan dijadikan bonsai. Bibit okulasi terdiri dari 2 (dua) bagian yaitu: a) Batang bawah
(onderstam), b) Batang atas (entrijs). Langkah-langkah dalam perokulasian: 1) Batang pokok
bersihkan 15 cm di atas tanah, 2) Sayat kulit 10 cm dari atas tanah selebar 8 mm, dengan
membikin keratan di bagian atas dan kanan kiri menurun 4 cm panjang, 3) Tarik kulit ke
12

bawah, sehingga menyerupai lidah, kemudian potong separuhnya, 4) Sayat mata dari dahan
entrijs, dengan kayunya sedikit dari bawah ke atas, panjang 4 cm di atas mata yang merata,
sehingga pas betul menempel pada keratan pohon pokok, 5) Angkat kayu perlahan-lahan tanpa
merusak matanya, 6) Kulit yang bermata, masukkan antara kayu dan kulit lidah batang pokok,
yang telah dibuka, dan tempelkan kembali, usahakan matanya tidak tertutup, 7) Balut dengan tali
raffia yang erat.
2.3.2

Pemilihan Media Tanam Bonsai

Gambar 10. Media tanam bonsai

Bonsai ditanam di dalam pot yang tipis, oleh karena itu media tanamnya sangat terbatas.
Hal ini menyebabkan bonsai hanya memiliki persediaan nutrisi tanaman yang terbatas dan sangat
sensitif terhadap air siraman atau air hujan. Media tanam yang baik harus mengandung nutrisi
dan bahan mineral yang cukup agar tanaman dapat hidup dan bertumbuh dengan baik. Macammacam bahan yang di pakai untuk campuran media tanam bonsai meliputi :
1)

Pasir, bahan ini memiliki sifat porous sehingga mudah meneruskan air, mencegah air

menggenangi media untuk waktu yang lama, dan memudahkan udara masuk ke dalam media
tanam.
2)

Tanah, tanah yang umum dipakai yaitu tanah gunung yang hitam atau cokelat tua dan tanah

merah.
3)

Humus, humus berasal dari dedaunan atau ranting pohon yang sudah mengalami proses

pelapukan alami untuk jangka waktu yang lama. Humus mengandung banyak zat hara dan
mikroorganisme yang bermanfaat bagi tanaman.
13

4)

Kompos, kompos banyak mengandung unsur hara dan biasanya di tambahkan pada

tumbuhan agar berkembang dengan baik sesuai genetis dan potensi produksinya. pupuk kompos
bisa di buat dalam bermacam-macam bentuk meliputi cair, curah, tablet, pelet, dan briket.
5)

Pupuk kandang, pupuk kandang yang biasa di pakai dari kotoran kambing. pupuk kandang

yang boleh di pakai yaitu sudah matang, yang warnanya cokelat tua atau hitam dan tidak bau.
Media tanamnya memerlukan tanah atau humus lebih banyak agar dapat mempertahankan
air/kelembaban. Ada juga tanaman yang memerlukan nutrisi lebih banyak dari tanaman yang
lain. Untuk itu, media tanamnya harus mengandung humus dan pupuk lebih banyak.

2.3.3

Penanaman dan Pemeliharaan Tanaman Bonsai


Penanaman tanaman bonsai diawali dengan pemilihan tanaman dengan batang utama

yang cukup kuat kemudian memindahkan ke pot. Selanjutnya bentuk alur tanaman sesuai dengan
yang anda suka dengan memakai kawat. Periksa ranting dan cabang yang tumbuh secara rutin
untuk membentuk bonsai sesuai dengan apa yang kita mau. Hal lain yang tak kalah penting
adalah pemilihan tanah, karena disanalah pembentukan batang, ranting dan dahan ditentukan.
Pilihlah tanah dengan kadar humus sedikit dan jagalah kelembaban tanah tersebut namun jangan
biarkan terlalu banyak air atau sampai menyebabkan tanah menggumpal, karena dapat
mengancam hidup tanaman.
Disamping itu ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penanaman tanaman
bonsai seperti :
1) Pot dan isinya. Pot merupakan sarana dalam kreasi bonsai yang tidak kalah penting dengan
bonsai sendiri. Selain pot berbentuk baki, semua pot bonsai diperlengkapi dengan satu atau lebih
lubang pembuangan air, yang ditutup dengan gas plastik atau yang lain. Resep umum medium
untuk tanaman yang berdaun lebar (Beringin, getahperca, sawo, dan sebagainya) adalah: 50 %
tanah liat sedang, 20 % pasir dan 30 % kompos;
2) Mengisi pot. Mengisi pot untuk tanaman bonsai merupakan duplikasi dari keadaan yang
sebenarnya di alam bebas. Lapisan paling atasnya atau topsil, tebalnya tidak lebih dari 35 cm
bersifat cerul, penuh dengan humus, dan subur. Lapisan kedua masih lunak, masih dapat
14

menyalurkan air ke bawah menjadi air tanah. Lapisan ketiga bisa berbentuk lapisan tanah yang
banyak batu-batuan berukuran beraneka ragam dan akhirnyalapisan paling bawah adalah lapisan
induk batu yang kedap air;
3)Pengamanan isi pot. Batu kerikil, pasir dan tanah bisa mengandung serangga tanah yang
membahayakan tanaman bonsai, terutama cacing dan nematoda. Untuk itu diperlukannya untuk
memfilter isi pot agar terbebas dari Cacing tanah, serangga, jenis-jenis penyakit, dan Biji-biji
rerumputan dan sebaginya terdapat di dalam tanah, agar tanaman tidak terganggu
pertumbuhannya.;
4) Pemeliharaan setelah tanam. Setelah penanaman selesai, siram bakal bonsai dan tanahnya
dengan mempergunakan spayer yang halus. Air penyiraman harus bersih dan tidak berlumpur
dan nentral (tawar). Hentikan penyiraman jika air sudah berkelebihan dan mengalir ke luar
melalui lubang air. Tempatkan kemudian bakal bonsai di tempat yang teduh, tidak banyak angin
dan bebas dari gangguan anak-anak atau hewan kesayangan. Untuk mempercepat tumbuhnya
kembali (recovering) bakal bonsai dapat diusahakan dengan menutup seluruh tanaman dengan
kantung plastik transparan.
2.4

Bentuk Dasar Bonsai

Tegak Lurus (Chokkan)


Batang pohon tegak lurus vertikal ke atas. Pohon dikatakan memiliki batang yang
ideal bila pohon memiliki diameter batang yang makin ke atas makin mengecil, dimulai
dari bagian batang yang dekat dengan akar. Pohon dikatakan memiliki dahan yang ideal
bila dahan ada di sisi depan-belakang atau kiri-kanan saling bersilangan satu sama
lainnya. Jarak antardahan makin ke atas makin sempit. Bentuk akar ideal adalah akar
yang bila dilihat dari atas, menjalar ke segala penjuru.

Tegak Berkelok-kelok (Moyogi)


Batang pohon tegak berkelok-kelok ke kiri dan ke kanan. Diameter batang makin
ke atas makin mengecil dengan keseimbangan kiri dan kanan yang baik. Dahan yang baik
adalah dahan yang ada di bagian puncak lengkungan batang pohon. Dahan yang berada di
15

bagian dalam lengkungan dipotong. Dari pangkal batang hingga bagian puncak pohon
dapat ditarik garis lurus, dan orang yang melihat tidak merasa khawatir dengan
keseimbangan pohon tersebut.

Miring (Shakan)
Batang pohon miring ke satu sisi bagaikan terus menerus ditiup angin ke arah
tersebut. Bagaikan ada benda yang menghalangi di salah satu sisi, batang pohon tumbuh
mencondong ke sisi lain. Ciri khas bentuk ini berupa dahan yang ada hanya di bagian
puncak lengkungan batang, dan berselang-seling di sisi kiri-kanan dan depan-belakang.

Sarung Angin (Fukiganashi)/Tertiup Angin


Dibandingkan bonsai bentuk Miring, pohon tumbuh sambil mengalami paksaan
yang lebih kejam. Batang dan dahan pohon hanya condong ke satu arah. Batang dan
dahan pohon yang condong ke satu sisi jauh lebih panjang daripada tinggi pohon yang
diukur dari pangkal batang ke puncak pohon. Posisi batang dan dahan mirip dengan
bonsai gaya Setengah Menggantung, namun batang dan dahan terlihat membentuk garis
paralel.

Menggantung (Kengai)
Pohon diibaratkan tumbuh di permukaan dinding terjal yang berada di tebing tepi
laut atau dinding lembah terjal. Batang pohon tumbuh bagaikan menggantung ke bawah
tebing. Puncak pohon tersebut menggantung jauh hingga melebihi dasar pot. Bila puncak
pohon tidak melebihi dasar pot maka bonsai disebut Setengah Menggantung (Han
Kengai).

Batang Bergelung ( Bankan)


Batang pohon terlihat sangat dipilin, atau pohon tumbuh dengan kecenderungan
memilin diri. Batang pohon begitu terlihat dipilin bagaikan ular yang sedang bergelung.

Sapu Tegak (Hkidachi)

16

Batang tegak lurus hingga di tengah sebelum dahan dan ranting tumbuh menyebar
ke segala arah. Puncak pohon sulit ditentukan dari sejumlah puncak dahan yang ada
sehingga bentuk bonsai ini mirip sapu dari bambu. Keindahan bonsai gaya ini dinilai dari
percabangan dahan yang rapi, dan titik dimulainya persebaran dahan dan ranting ke
segala arah, tinggi pohon, dan keseimbangan unsur-unsur tersebut.

Menonjolkan Akar ( Neagari)


Akibat pohon dipelihara di lingkungan pemeliharaan yang kejam, bagian pangkal
akar yang bercabang-cabang di dalam tanah menjadi terekspos ke luar di atas tanah
bagaikan akibat diterpa angin dan hujan.

Berbatang Banyak (Takan)


Dari satu pangkal akar tumbuh tegak lebih dari satu batang pohon. Bila tumbuh
dua batang pohon, maka bonsai disebut Berbatang Dua (Skan). Bila ada tiga batang
pohon, maka disebut Berbatang Tiga (Sankan). Bonsai berbatang lima atau lebih disebut
Tunggul Tegak (Kabudachi). Batang berjumlah ganjil lebih disukai. Selain bonsai
berbatang dua, bonsai dengan batang berjumlah genap tidak disenangi dan tidak dibuat.

Akar Terjalin ( Netsuranari)


Akar dari sejumlah batang pohon dari satu spesies (tiga batang pohon atau lebih)
saling melekat dan berhubungan satu satu sama lainnya. Bentuk ini juga dapat berasal
dari batang pohon yang tadinya tegak, namun roboh dan terkubur di dalam tanah. Bagian
yang dulunya adalah dahan pohon, berubah peran dan tumbuh sebagai batang pohon.
Dari batang pohon tersebut keluar akar, dan akar tersebut terjalin dengan akar pohon asal.
Bentuk yang mirip dengan Akar Terjalin disebut Rakit atau Tumbuh dari Batang
(Ikadabuki). Bonsai berbentuk Tumbuh dari Batang juga berasal dari pohon yang tadinya
tegak, namun roboh dan dahan berubah peran menjadi batang. Perbedaannya dengan
Akar Terjalin terletak pada akar yang hanya ada di satu tempat. Seperti halnya bonsai
Berbatang Banyak, pohon berbatang genap tidak disukai.

Kelompok (Yoseue)
17

Lebih dari satu pohon ditanam bersama dalam satu pot dangkal atau ditanam di
atas batu. Pohon yang ditanam dapat saja beberapa pohon dari satu spesies, atau
campuran dari beberapa spesies berbeda. Nilai kreativitas karya dapat ditinggikan dengan
perpaduan benda-benda hiasan yang diletakkan sebagai tambahan.

Pohon Sastrawan (Bunjinki)/Bebas


Bentuk bonsai ini asal usulnya dari meniru bentuk pohon dalam nanga.
Dinamakan bonsai bentuk Pohon Sastrawan karena sastrawan zaman Meiji sangat
menggemari bonsai bentuk ini. Pada zaman sekarang, batang kurus, jumlah dahan sedikit,
dan dahan pendek juga disebut Pohon Sastrawan.

Pohon Tak Lazim (Kawariki)


Bentuk ini dipakai untuk menyebut bonsai yang tidak dapat digolongkan ke dalam
bentuk-bentuk bonsai yang lazim.

Gambar 11. Bentuk dasar bonsai

18

BAB III

PEMBAHASAN

3.1

Repotting Bonsai

Pohon bergantung untuk bertahan hidup dengan cara menghasilkan akar baru setiap
tahun, sama seperti mereka harus menghasilkan tunas baru. Sebagai bonsai, pohon tidak bisa
hidup di pot yang sama selamanya. Karena akan mengakibatkan akar saling mengikat,
pertumbuhan akar akan terhambat, dan tanaman akan mati. Oleh karena itu, kita harus secara
berkala memberikan ruang dalam pot untuk pertumbuhan akar yang baru. Salah satunya adalah
dengan cara pemangkasan akar. Kita bisa menambah ruang dengan menyediakan pot yang lebih
besar untuk setiap repotting, tapi kemudian akan mengurangi keseimbangan estetika antara pot
dan pohon. Salah satu alasan untuk repotting adalah mengubah gaya pot untuk tampilan estetika
yang berbeda.

Gambar 12. Repotting bonsai


Bonsai harus dilakukan repotting ketika akar akar telah saling mengikat karena akar
telah mengisi pot sampai titik di mana sulit bagi air untuk menembus tanah, dan pohon tidak bisa
lagi mengambil makanan. Tanda-tanda bahwa pohon perlu dilakukan repotting meliputi :
lambatnya aliran air melewati tanah, pertumbuhan yang melambat, atau akar yang muncul seperti
tikar serat ketika pohon itu diangkat dari pot. Bonsai umumnya perlu repotting setiap satu sampai
19

tiga tahun untuk pohon yang tidak berbuah atau pohon daun, setiap tiga sampai lima tahun untuk
conifer (pohon berdaun seperti jarum), setiap dua tahun untuk pohon buah-buahan, dan sebagian
besar bonsai tropis dalam ruangan setiap dua sampai tiga tahun. Pohon muda atau kecil
membutuhkan repotting lebih sering daripada spesimen yang lebih tua atau lebih besar. Seberapa
sering setiap bonsai harus dilakukan repotting akan tergantung pada jenis pohon, usia, ukuran
kontainer, dan fase atau keadaan saat kegiatan itu akan dilakukan.

Gambar 13. Pemangkasan akar dalam repotting bonsai


Repotting bonsai dan pemangkasan akar bukan kegiatan berbahaya jika dilakukan pada
saat di tahun yang tepat dan jika tidak mengambil terlalu banyak tanah dari bola akar. Waktu
yang ideal untuk melakukan repotting (dan memangkas akar) adalah ketika akar mulai tumbuh di
musim semi. Waktu yang tepat tergantung pada perkembangan musim dan spesies. Tanda
pertama dari aktivitas akar adalah pembengkakan tunas pada tunas tahun lalu. Oleh karena itu,
pengembangan tunas digunakan sebagai indikator waktu untuk melakukan repotting. Salah satu
waktu yang dapat dengan aman membersihkan sepertiga dari total volume tanah dan akar dari
bola akar adalah pada saat sebelum pertumbuhan baru dimulai pada musim semi. Umumnya,
pohon berdaun lebar akan dilakukan repotting sebelum pohon konifer. Pohon tropis dalam
ruangan, yang tidak memiliki musim dorman, memiliki respon yang baik terhadap panas, dapat
dilakukan repotting di awal musim panas. Beberapa literatur menunjukkan bahwa repotting bisa
dilakukan di musim gugur, tetapi jika dilakukan di musim gugur, akar yang dipangkas harus
melewati sulitnya musim dingin sebelum mereka dapat menyembuhkan bagian yang dipangkas
dan regenerasi.

20

Setiap seniman bonsai memiliki campuran tanah favorit tersendiri. Namun, sebagian
besar akan setuju bahwa campuran tanah tersebut harus menyediakan udara dan pergerakan air
yang baik karena bonsai umumnya pot dalam wadah yang dangkal. Campuran agregat seperti
kerikil batu lava, batu apung, dan Akadama (tanah liat Jepang yang dibakar) memberikan hasil
yang sangat baik. Partikel yang lebih kecil dari 1/16 "dan yang lebih besar dari " hampir selalu
dibuang atau tidak dipakai. Ukuran partikel umumnya disesuaikan dengan pohon dan pot
sehingga pot kecil akan mempertahankan lebih banyak air dan yang lebih besar akan menguras
lebih baik.
3.2

Alat dan Bahan Repotting Bonsai

Sebuah pot lebar Ukuran lebar pot harus sama dengan sekitar 3/4 ketinggian pohon dan
kedalaman harus sekitar sama dengan lebar batang pohon pada pangkalnya. Beberapa spesies
memerlukan pot yang lebih dalam. Jika menggunakan kembali sebuah pot, pot tersebut harus
dicuci terlebih dahulu.
Screen untuk lubang pembuangan.
Campuran tanah.
Kawat aluminium atau tembaga untuk mengamankan screen lubang saluran dan tanaman
dalam pot.
Kait akar, sumpit atau jarum sulam untuk membersihkan bola akar.
Gunting untuk pemangkasan akar (dan mungkin pemotong cekung untuk akar yang lebih
besar).
Tang untuk mengencangkan kabel yang menahan pohon dalam pot.
Sumpit untuk tamping tanah.
3.3

Prosedur Repotting Bonsai

21

1. Biarkan akar bonsai agak mengering untuk memudahkan pembersihan tanah pada bola akar.
Persiapkan campuran tanah yang akan digunakan. Jika menggunakan pot baru, letakkan screen
lubang saluran terlebih dahulu. Juga, kawat untuk mengamankan posisi pohon.

Gambar 14. Tanaman bonsai yang akan di repotting


2. Lakukan di tempat teduh. Angkat pohon dari wadah yang sebelumnya. Jika wadah terseut
adalah pot bonsai, pastikan setiap kawat mengamankan pohon dilepaskan atau dipotong dahulu.
Menangani pohon dengan hati - hati agar setiap kulit kayu tua yang indah tidak terkelupas atau
melakukan kerusakan lainnya.
3. Bersihkan bola akar. Objek utamanya adalah untuk membersihkan 100% dari tanah padat yang
terdapat di bola akar. Gunakan kait akar atau sumpit untuk menyisir akar dan membersihkan
tanah tua. Pembersihan akar menggunakan selang atau kran terkadang digunakan untuk
membersihkan tanah tua. Pohon gugur tampaknya lebih mentolerir pencucian akar dari konifer,
karena secara umum mereka mentolerir repotting lebih baik. Hal ini kadang-kadang dianjurkan
bahwa konifer dikumpulkan (atau bahkan pohon gugur) hanya memiliki setengah dari bola akar
dibersihkan saat repotting pertama; setengah lainnya akan dibersihkan di repotting kedua.
Sebuah pohon bonsai dapat dibiarkan benar-benar bertelanjang akar (100% bersih dari tanah)
atau masih terdapat sedikit tanah di tempat selama proses repotting, tergantung pada situasi dan
kebutuhan pohon.
22

Gambar 15. Membersihkan tanah dari bola akar


4. Pangkas kembali akar. Sebuah awal yang baik adalah dengan memotong kembali semua akar
tebal yang telah berkembang ke tepi pot, memotong kembali akar tebal yang posisinya jauh dari
batang pohon. Ketika pemangkasan akar tebal, daerah pemangkasan harus selalu mengarah ke
bawah. Pangkas semua akar mati atau membusuk, Sehingga dapat tumbuh dan berkembang
menjadi akar yang sehat. Pangkas sisa akar sampai bola akar sesuai dengan ukuran pot. Sangat
penting untuk memangkas bawah bola akar juga. Idealnya, harus ada sedikit lebih banyak
perakaran dari dedaunan.

23

Gambar 16. Pemangkasan akar


5. Jaga akar telanjang lembab dengan botol air semprot atau cara lain jika anda akan
menggunakan kembali pot bonsai yang sama dan berencana untuk membersihkannya saat ini.
Jangan biarkan akar benar-benar kering.
6. Pindahkan pohon ke pot yang baru. Tutupi dasar pot dengan lapisan tanah segar (campuran
60% batu lava, 20% batu apung, dan 20% Akadama merupakan campuran dasar yang dapat
digunakan). Kemudian buat gundukan di mana akan menempatkan batang pohon. Posisikan
pohon di pot dan letakkan batang pohon ke dalam gundukan tanah dengan hati - hati memutar
mutar sambil ditekan ke bawah dengan hati - hati. Massa akar biasanya diposisikan tepat di
bawah permukaan pot; sementara perakaran yang tidak terlindungi harus terlihat di atas
permukaan. Setelah Anda puas dengan posisi pohon dalam pot, kencangkan pohon ke pot dengan
kawat, memutar ujung kawat degan kawat dari ujung-ujung pot yang lain, sehingga kawat dapat
menjaga posisi batang tetap di tempat. Cobalah untuk melingkarkan kawat di sekitar batang
sehingga tidak akan terlihat ketika sisa campuran tanah ditambahkan.

24

Gambar 17. Pemindahan tanaman bonsai ke dalam pot yang baru


7. Kencangkan kawat di atas akar dan memutar kawat bersama-sama sampai pohon itu
mendapatkan posisi yang baik/kencang.

Gambar 18. Pengawatan tanaman bonsai


8. Tambahkan lebih banyak tanah, letakkan di antara akar dengan sumpit. Berhati - hatilah dan
tidak menusukkan tanah dengan kasar. Arahkan sumpit di antara akar dan memindahkannya
dalam gerakan melingkar sehingga tanah mengisi semua ruang antara akar dan di bawah akar.
Setelah selesai, permukaan tanah harus tepat di bawah permukaan pot.
25

Gambar 19. Pengawatan bonsai


9. Air secara menyeluruh. Setelah repotting, bonsai harus ditempatkan di lokasi yang terlindung
dari sinar matahari langsung dan angin yang kuat selama dua sampai tiga minggu. Pastikan tanah
tidak kering selama periode ini; lembabkan dedaunan dari waktu ke waktu. Setelah masa
pemulihan, pohon dapat ditempatkan di lokasi normal.
10. Jangan beri asupan nutrisi sampai pertumbuhan baru berjalan dengan baik.

BAB IV

PENUTUP

26

4.1

Kesimpulan

Bonsai adalah tanaman atau pohon yang dikerdilkan di dalam pot dangkal dengan tujuan

membuat miniatur dari bentuk asli pohon besar yang sudah tua di alam bebas.
Teknik budidaya tanaman bonsai yang baik meliputi pembuatan bibit yang dapat
dilakukan dengan menggunakan bakal bonsai, stek, cangkok dan okulasi; pemilihan
media tanam yang tepat dan sesuai; serta penanaman dan pemeliharan tanaman dengan

baik.
Terdapat kurang lebih 13 bentuk dasar tanaman bonsai, yaitu :
a. Tegak Lurus (Chokkan)
b. Tegak Berkelok-kelok (Moyogi)
c. Miring (Shakan)
d. Sarung Angin (Fukiganashi)/Tertiup Angin
e. Menggantung (Kengai)
f. Batang Bergelung ( Bankan)
g. Sapu Tegak (Hkidachi)
h. Menonjolkan Akar ( Neagari)
i. Berbatang Banyak (Takan)
j. Akar Terjalin ( Netsuranari)
k. Kelompok (Yoseue)
l. Pohon Sastrawan (Bunjinki)/Bebas
m. Pohon Tak Lazim (Kawariki)
Salah satu kegiatan penting dalam budidaya tanaman bonsai adalah repotting. Repotting
adalah kegiatan memindahkan tanaman bonsai ke dalam wadah atau pot yang baru,
sehingga pertumbuhan dan perkembangan akar lebih sehat dan mendukung pertumbuhan
tanaman bonsai dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA

27

Anda mungkin juga menyukai