Anda di halaman 1dari 19

A.

Perawa Diri Pada Alat Kelamin Perempuan


Merupakan perawatan diri pada organ eksterna yang terdiri atas
mons veneris, terletak didepan simpisis pubis, labia mayora, dua lipatan
besar yang membentuk vulva; labia minora dua lipatan kecil diantara atas
labia mayora, klitoris, sebuah jaringan erektil yang serupa dengan penis
laki-laki. Kemudian juga bagian yang terkait disekitarnya seperti uretra,
vagina,

perineum, dan anus.

a. Tindakan Perawatan Diri Pada Alat Kelamin Perempuan


1. Cara Vulva Hygene
Vulva hygenne merupakan timndakan pada pasien yang tidak
mampu

membersihkan

vulvanya

sendiri.

Tujuannya

adalah

mencegah terjadinya infeksi pada vulva dan menjaga kebersihan


vulva.
Persiapan Alat dan Bahan:
a)
b)
c)
d)
e)

Kapas Sublimat atau desinfektan.


Pinset.
Bengkok.
Pispot.
Tempat
membersihkan
(cebok)

yang

berisi

larutan

desinfektan.
f)
Desinfektan sesuai kebutuhan.
g)
Pengalas.
h)
Sarung tangan.
Prosedur Kerja :
a)
b)
c)

Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilkukan.


Cuci tangan.
Atur posisi pasien dengan posisi dorsal recumbent.

d)

Pasang pengalas dan pispot, kemudian letakkan dibawah

e)
f)

glutea pasien.
Gunakan sarung tangan.
Lakukan tindakan keperawatan kebersihan vulva dengan
tangan kiri membuka vulva memakai kapas sublimat dan

g)

tangan kanan menyiram vulva dengan larutan desinfektan.


Kemudian ambil kapsa sublimat denga pinset, lalu bersihkan
vulva dari atas kebawah. Kapas yang sudah kotor dibuang

h)
i)

B.

kebengkok. Hal ini dilakukan hingga bersih.


Setelah selesai ambil pispot dan atur posisi pasien.
Cuci tangan.

Posisi dan perlekatan menyusui


Terdapat berbagai macam posisi menyusui, cara ,menyusui yang
tergolong biasa dilakukan adalah dengan duduk, berdiri, atau berbaring.

Ada

posisi khusus yang berkaitan


dengan
seperti
Caesar.

situasi
ibu
Bayi

pasca

tertentu,
operasi

diletakan

di

samping kepala ibu dengan


posisi kaki diatas. Menyusui bayi kembar dilakukan dengan cara seperti
memegang bola bila disusui bersamaan, yaitu di payudara kiri dan kanan.
Pada ASI yang memancar penuh, bayi ditengkurapkan diatas dada ibu,
tangan ibu sedikit mnahan kepala bayi, sehingga dengan posisi ini bayi
tidak tersedak.

a. Langkah-Langkah Menyusi Yang Benar


Cuci tangan yang bersih dengan sabun, perah sedikit ASI dan
oleskan disekitar

puting, kemudian duduk dan berbaring dengan

santai.

Bayi

diletakan

menghadap ke
ibu

dengan

posisi
menyanggah
seuruh
bayi,
hanya
dan
saja.

tubuh
jangan
leher
bahunya
Kepala

dan tubuh bayi


lurus,
hadapkan bayi
ke dada ibu, sehingga hidung bayi berhadapan dengan putting
susu. Dekatkan tubuh ayi ketubuh ibu, menyentuh bibir bayi ke
putting susunya, dan menunggu mulut bayi terbuka lebar.

Segera dekatkan bayi ke payudara sedemikian rupa, sehingga bibir


bawah bayi terletak dibawah putting susu. Cara meletakkan mulut
bayi dengan benar yaitu dagu menempel pada payudara ibu, mulut
bayi terbuka lebar, dan bibir bawah bayi membuka lebar.

Apabila bayi telah menyusu dengan benar, maka akan memperlihatkan tandatanda sebagai berikut:
1.

Bayi tampak tenang.

2.

Badan bayi menenmpel pada perut ibu.

3.

Mulut bayi terbuka lebar.

4.

Dagu bayi menempel pada payudara ibu.

5.

Sebagian areola masuk masuk kedalam mulut bayi, areola bawah lebih
banyak yang masuk.

6.

Bayi nampak menghisap dengan ritme perlahan-lahan.

7.

Putting susu tidak terasa nyeri.

8.

Telinga dan lengan bayi terlertak pada satu garis lurus.

9.

Kepala bayi agak mengadah.

b.

Latch On
Posisi yang tepat (latch on) adalah elemen kunci dalam kesuksesan
proses

menyusui.

Proses

menyusui dapat ditingkatkan


dengan menempelkan tengahtengah payudara ke mulut bayi,
ini akan menstimulasi bayi
untuk

membuka

lebar-lebar,

saat

mulutnya
hal

ini

muncul, dorong bayi anda lurus


kedepan menuju putting susu
(nipple) dan areola (lingkaran coklat/gelap disekeliling putting susu). Saat
posisi bayi anda sudah tepat (latch on), uting susu dan sebagian besar dari
areola akan masuk di dalam mulut bayi anda. Bibir bayi anda dan gusinya
harus berada disekeliling areola, tidak hanya pada putting susu sajah. Oleh
karena itu, puting susu membuat mulut bayi terbuka lebar sebelumya. Saat
bayi pertama kali menyusu aka ada sensasi/perasaan tersedot/tertarik (tugging
sensation). Jika proses latch-on menimbulkan rasa sakit, maka ada
kemungkinan proses latch-on kurang tepat. Hentikan sementara proses latchon dengan cara memasukkan jari anda kemudian susupkann jari anda ke araah
sudut dari mulut bayi, reposisi ulang, dan coba lagi. Hal ini dilakukan agar:
1.

Aliran ASI lebih lancer.

2.

Mencegah lecet pada putting susu ibu.

3.

Menjaga bayi anda agar puas dalam menyusui.

4.

Menstimulasi produk ASI yang kuat.

5.

Menjaga agar tidak terjadi pembengkakan payudara.


5

Bayi menggunakan bibir, gusi dan lidah untuk menghisap ASI dari
payudara, poses menghisap puing susu yang sederhana (simple suckling) tidak
akan

mengeluarkan ASI, tetapi malah akan melukai putting susu. Proses

menghisap yang baik ditandai dengan ciri-ciri berikut ini.


1.

Lidah bayi berada di bawah putting susu.

2.

Periode jeda dalam proses menghisap dengan ditandai dengan adanya


proses menelan yang dapat dilihat dan didengar.

3.

Pergerakan sendi rahang (temporomandibular joint) yang aktif terlihat


selama proses menyusui berlangsung.
Sebagian besar bayi akan aktif menyusu dalam keadaan lapar dan

dalam posisi yang tepat. Pada periode minggu pertama setelah melahirkan
sampai menyusui berjalan dengan lancar, bayi-bayi tidak perlu diberikan
suplemen apapun (air, gula, formula dan lain-lain) kecuali dengan alas an
medis. Bayi yang mendapat ASI secara teratur dan efektif akan mendapat
asupan air dan nutrisi yang dibutuhkan. Perkenalan botol susu dan putting
buatan dapat menimbulkan bingung putting pada bayi dan mengakibatkan
gangguan dalam proses menyusui.
c. Let-Down
Tanda-tanda dari reflek let-down berbeda dari satu wanita dengan
lainnya. Saat bayi menyusu, anda dapat merasakan rasa geli atau sedikit nyeri
pada payudara anda atau ASI mulai keluar dari payudara yang tidak digunakan
untuk menyusui. Perasaan dan keluarnya ASI ini merupakan tanda dari refleks
let-down. Anda juga dapat merasakan kram/kontraksi pada Rahim anda
(uterus), karena hormone dalam refleks let-down berupa oksitoksin, selain
menstimulasi aliran ASI juga menyebabkan kontraksi otot-otot rahim. Untuk
itu, proses mernyusui membantu rahim untuk kembali ke ukuran awal sebelum
melahirkan. Proses kram ini merupakan proses normal dan salah satu tanda
berhasilnya proses menyusui. Rasa kram ini akan menghilang dalam satu
minggu dan selanjutnya.

Untuk membantu proses let-down dapat dilakukan dengan cara sebagai


berikut:
1.

Duduk menggunakan kursi yang nyaman, sehingga dapat


menyokong pungung dan lengan.

2.

Pastikan bayi pada posisi yang tepat (latch-on).

3.

Dengarkan music yang menyenangkan dan siapkan minuman


bergizi untuk anda selama proses menyusui.

4.

Gunakan bra untuk menyusui dan pakai yang memudahkan


anda dalam proses menyusui.

5.

Pastika anda berada ditempat yang tenang dan tidak ada


gangguan selama proses menyusui berlangsung.

C. Melakukan penjahitan luka episiotomi


1. Prinsip penjahitan luka epsiotomi/laserasi perineum
a. Indikasi Episiomi

Gawat janin

Persalinan pervagina dengan penyulit (sungsang tindakan vakum


ataupun forsep)

Jaringan perut (perineum dan vagina) yang menghalangi kemajuan


persalinan

b. Tujuan penjahitan

Untuk menyatukan kembali jaringan yang luka

Mencegah kehilangan darah

c. Keuntungan teknik jerujur


Selain teknik satu-satu,dalam penjahitan di gunakan teknik penjahitan dengan
model jelujur.adapun keuntungan nya adalah :
7

Mudah di pelajari

Tidak nyeri

Sedikit jahitan

d. Hal yang perlu di perhatikan


Dalam melakukan pengjahitan , perlu di perhatikan :

Laserasi derajat satu yang tidak mengalami pendarahan, tidak perlu


dilakukan penjahitan

Menggunakan sedikit jahitan

Menggunakan selang teknik aseptik

Menggunakan anastesi lokal , untuk memberikan kenyamanan ibu

e. Keuntungan menggunaan anastesi lokal

Ibu lebih merasa nyaman ( sayang ibu)

Bidan lebih leluasa dalam penjahitan

Lebih cepat dalam menjahit perlukaannya (mengulangi kehilangan


darah)

Trauma pada jaringan lebih sedikit ( mengurangi infeksi )

Cairan yang di gunakan : lidocain 1`%

f. Tidak dianjurkan penggunaan pada :

Lidocain 2% ( konsentrasinya terlalu tinggi dan menimbulkan nekrosis


jaringan)

Lidocain dengan epinephirine (memperlambat penyerapan lidocain dan


memperpanjang efek kerjanya)

g. Nasehat untuk ibu ( pasien )


8

Nasehat dilakukan penjahitan , bidan hendaknyan memberikan nasehat kepada


ibu. Ini berguna agar ibi menjaga dan merawat luka jahitan nya. Adapun
nasehat yang di berikannya :

Menjaga perenium ibu selalu dalam keadaan kering dan bersih

Menghindari menggunkan obat-obatan tradisional pada lukanya

Mencuci perenium dengan air sabun dan air bersih sesering mungkin

Menyarankan ibu mengkonsumsi gizi tinggi

Menganjurkan banyak minum

Kunjungna ulang dilakukan satu minggu setelah melahirkan untuk


memeriksa luka jahitan

h. Tanda bahaya kala IV

Demam

Pendarahan aktif

Bekuan darah banyak

Bau busuk dari vagina

Pusing

Lemas luar biasa

Kesulitan dalam menyusui

Nyeri panggul atau abdomen yang lebih dari kram uterus biasa

i. Diteksi dini patologi kala IV


Atonia uteri
Merupakan uteri merupakan kegagalan miometrium untuk berkontraksi
setelah

persalinan

sehingga

uterus

dalam

keadaan

relaksasi
9

penuh,melebar,lembab,dan tidak nmampu menjalankan fungsi oklusi


pembuluh darah
Akibat dari atonia uteri adalah terjadinya perdarahan.
Perdarahan pada atonia uteri berasal dari pembuluh darah yang terbuka
Miometerium terdiri dari tiga lapisan dan lapisan tengah merupakan
bagian yang terpenting dalam hal kontraksi untuk menghentikan
perdarahan pasca persalinan.
Masing-masing serabut mempunyai dua buah lengkungan sehingga
tiap-tiap dua kira-kira berbentu angkka delapan
Antoni uteri merupakan penyebab tersering dari pendarahan pasca
persalinan. Sekitar 50-60% darahan pasca persalinan di sebabkan oleh
anatomi uteri.
Faktor-faktor predisposisi atonia uteri antara lain

Grandemultipara

Uterus yang terlalu renggang (hidramnion,hamil,ganda anak


sangat besar (BB >40000gram))

Kelainan uterus (uterus bicornis,mioma uteri,bekas oprasi)

Plasenta previa dan solusi plasenta (perdarahan antepartum)

Partus lama (exhausted mother)

Partus precipitates

Hipertensi dalam kehamilan

Infeksi uterus-anemia berat

Penggunaan oksitosin yang berlebihan dalam persalinan


(induksi partus)

10

Riwayat PPH sebelumnya atau riwayat plasenta manual

Pimpinan kala III yang salah,dengan memijit mijit dan dan


mendorong uterus sebelum plasentaterlepas

IUED yang sudah lama, penyakit hati, emboli airketuban


(koagulopati)

Tindakan operatif dengan anestesi umum yang terlalu dalam

Penanganan atonia uteri

Masase uterus+pemberian uteerotorika (infus oksitosin 10 iu


s/d 100 iu dalam 500ml dextrose 5% 1 ampul ergometrin
iv,yang dapat di ulang 4 jam kemudian,suntikan prostaglandin)

Koprasi bimual: jika tindakan poin satu tidak memberikan hasil


yang di harapkan dalam waktu yang singkat,perludilakukan
kompresi dimanual pada uterus. Tangan kiri penolong
dimasukan kedalam pagina dan sambil membuat kepalan di
letakan pada forniks anterior vagina. Tangan kanan di letakan
pada perut penderita dengan memegang fundus uteri memakai
telapak tangan dan dengan ibu jari di depan serta jari-jari lain di
belakang uterus . sekarang korpus uterus terpegang antara 2
tangan,tangan kanan melaksanakan massage pada uterus dan
sekaligus menekan nya terhadap tangan kiri.

Tampon utero vaginal secara lage artis,tampon di angkat 24 jam


kemudian. Tindakan ini oleh banyak dokter tidak dilakukan lagi
karena

umum

nya

dengan

usaha

tersebut,perdarahan

disebabkan oleh atonia uteri sudah dapat diatasi.selain itu pada


tekanan tersebut menimbulkan rangsangan pada miometrium
untuk berkontraksi
Tindakan operatif

11

Di lakukan jika upaya-upaya di atas tidak dapat menghentikan pendarahan.


Tindakan operatif yang di lakukan adalah:

Ligasi arteri uterine

Ligasi arteri hipogastrika dan arterina uterine dilakukan untuk yang


masih menginginkan anak.

Histerektomi

j. bentuk tindakan dalam kala IV


Tindakan baik:

Mengikat tali pusar

Memeriksa tinggi fundus uteri

Menganjurkan ibu untuk cukup nutrisi dan hidrasi

Membersihkan ibu dari kotoran

Memberikan cukup istirahat

Menyusui segera

Membantu ibu ke kamar mandi

Mengajari ibu dan keluarga tentang pemeriksaan fundus dan


tanda bahayaa baik bagi tubuh ibu maupun tubuh bayi

Tindakan yang tidak bermanfaat

Tampon vagina menyebabkan sumber infeksi

Pemakayan gurita menyulitkan memeriksa kontraksi

Memisahkan ibu dan bayi

12

Mendudukin sesuatu yang panas menyebabkan vasodilatasi,


menurunkan tekanan darah ,menambah perdarahan dan
menyebabkan dehidrasi

k. Langkah-langkah penatalaksanaan persalinan kala IV

Periksa fundus uteri tiap 15 menit pada jam pertama dan setiap 30 menit
pada jam kedua

Periksa tekanan darah,nadi,kandung kemih dan perdarahansetiap 15


menit pada jam pertama dan 30 menit pada jam kedua

Anjurkan ibu untuk minum dan tawarkan makanan yang dia inginkan

Berikan perineum dan kenakan pakaian ibu yang bersih dan kering

Biarkan ibu istirahat

Biarkan ibu bnerada di dekat Neonatus

Berikan kesemopatan agar ibu membantu kontraksi uterus

Bila ingin, ibu di perkenankan untuk ke kamar mandi dan BAK.


pastikan ibu sudah bisa buang air kecil dalam waktu 3 jam pasca
persalinan.

Beri petunjuk kepada ibu atau keluarga mengenai :


a. Cara mengamati kontraksi uterus
b. Tanda-tanda bahaya bagi ibu dan neonatus

Ibu yang bru bersalin sebaik nya berada dikamar bersalin selama 2 jam,
dan sebel;um dipindahkan keruang nifas, petugas medis harus yakin bahwa

Keadaan umum ibu baik

Kontraksi uterus baik dan tidak terdapat pendarahan

Cedera perineum sudah diperbaiki


13

Pasien tidak mengeluh nyeri

Kandung kemih kosong

D. Senam Nifas
Senam nifas adalah olahraga senam yang dilakukan seorang ibu yang baru
melahirkan dan menjalani masa nifas. Senam ini dilakukan sesegera mungkin setelah
masa melahirkan. Sehingga otot-otot yang sedang meregang pada masa kehamilan,
dapat kembali kedalam kondisi normal seperti sediakala. Senam ini dilakukan setelah
6 jam dari masa melahirkan dan dikerjakan secara sistematis, bertahap, dan
berkelanjutan.
1. Tujuan
Senam nifas mempunyai beberapa tujuan, seperti :
a. Untuk melancarkan proses involusi, yaitu proses kembalinya bentuk rahim
kedalam kondisi sediakala.
b. Untuk memulihkan kekuatan tubuh ibu yang baru saja melahirkan, supaya
cepat kembali ke kondisi semula.
c. Untuk mencegah terjadinya komplikasi selama masa nifas berlangsung.
d. Untuk memperkuat dan memelihara kekuatan otot dasar panggul, otot perut,
dan otot pergerakan.
e. Untuk memperbaiki sikap tubuh setelah masa hamil dan melahirkan,
peregangan otot pada tungkai bawah kaki, sirkulasi darah, dan tonus otot
pelvis.
f. Untuk mencegah terjadinya varises dan pembengkakan pada bagian
pergelangan kaki.
2. Manfaat Senam Nifas
Senam nifas mempunyai banyak sekali manfaat untuk ibu yang baru saja
melahirkan, seperti :

14

a. Membantu proses penyembuhan perut, rahim, dan otot pinggul dari trauma
selama proses melahirkan.
b. Membantu mengembalikan bagian-bagian tubuh yang menopang kehamilan,
untuk kembali seperti semula.
c. Membantu sendi-sendi yang longgar pada waktu masa kehamilan, supaya
kembali ke dalam kondisi normal.
d. Membantu psikologis seorang ibu untuk mampu menghadapi stress yang
kemungkinan bisa terjadi.
e. Membantu mengatasi depresi yang kemungkinan timbul pasca melahirkan.
3. Syarat Senam Nifas
a. Senam nifas boleh dilakukan oleh seorang ibu pasca persalinan, tetapi dengan
beberapa syarat yang harus ditaati seperti :
b. Senam nifas hanya boleh dilakukan oleh seorang ibu yang dalam kondisi
sehat, tanpa adanya kelainan selama masa melahirkan.
c. 6 jam setelah melahirkan, senam nifas harus dilakukan segera mungkin. Bila
melahirkan di rumah sakit atau rumah bersalin, lakukan disana dan teruskan
dirumah bila sudah diijinkan untuk pulang.
4. Dampak Bila Senam Nifas Tidak Dilakukan
Sebelum senam nifas ada, banyak ibu hamil yang tidak melakukan karena
kurangnya pengetahuan. Biarpun sekarang sudah banyak dikenalkan, hanya di
kota-kota saja ibu hamil yang melakukannya. Sedangkan di desa-desa yang
kurang pengetahuan mengenai hal tersebut, tidak ada seorang ibu pasca
melahirkan yang melakukannya. Bagi Anda calon ibu atau seorang ibu yang akan
melahirkan, sebaiknya melakukan senam nifas ini. Karena bila tidak dilakukan 6
jam pasca melahirkan dan seterusnya di rumah. Akan terjadi beberapa dampak
yang kurang baik seperti :
a. Terjadinya pembekuan darah sehingga terjadi sumbatan pada vena atau
trombosis vena.
b. Terjadi varises pada betis
15

c. Karena involusi uterus yang tidak sempurna menyebabkan infeksi, sehingga


darah yang tersisa tidak dapat dikeluarkan seluruhnya.
d. Pendarahan yang terjadi abnormal akibat kontraksi uterus yang tidak baik.
Dengan senam nifas, pendarahan abnormal dapat dihindari karena kontraksi
uterus berjalan dengan baik.
Senam nifas harus dilakukan dilakukan dalam waktu enam hari dengan cara
yang berbeda. Biasanya dalam masa kehamilan, calon ibu sudah diajarkan pihak
rumah sakit atau rumah bersalin tempat ibu hamil untuk kontrol kehamilannya.
Seperti halnya senam hamil yang selalu diajarkan selama masa hamil berlangsung.
Untuk lebih baiknya, suami diajak supaya mengerti dan dapat membantu istrinya
kelak saat usai melahirkan. Semoga pembahasan mengenai pengertian senam
nifas, dapat membantu mendorong Anda pada calon ibu untuk melakukan dan
mengetahui pentingnya senam ini.
LANGKAH SENAM NIFAS
1. Berbaring dengan lutut di tekuk. Tempatkan tangan diatas perut di bawah
area iga-iga. Napas dalam dan lambat melalui hidung dan kemudian
keluarkan melalui mulut, kencangkan dinding abdomen untuk membantu
mengosongkan paru-paru
2. Berbaring telentang, lengan dikeataskan diatas kepala, telapak terbuka
keatas. Kendurkan lengan kiri sedikit dan regangkan lengan kanan. Pada
waktu yang bersamaaan rilekskan kaki kiri dan regangkan kaki kanan
sehingga ada regangan penuh pada seluruh bagian kanan tubuh.
3. Kontraksi vagina. Berbaring telentang. Kedua kaki sedikit diregangkan.
Tarik dasar panggul, tahan selama tiga detik dan kemudian rileks.
4. Memiringkan panggul. Berbaring, lutut ditekuk. Kontraksikan/kencangkan
otot-otot perut sampai tulang punggung mendatar dan kencangkan otototot bokong tahan 3 detik kemudian rileks.
5. Berbaring telentang, lutut ditekuk, lengan dijulurkan ke lutut. Angkat
kepala dan bahu kira-kira 45 derajat, tahan 3 detik dan rilekskan dengan
perlahan.
16

6. Posisi yang sama seperti diatas. Tempatkan lengan lurus di bagian luar
lutut kiri.
7. Tidur telentang, kedua lengan di bawah kepala dan kedua kaki diluruskan.
angkat kedua kaki sehingga pinggul dan lutut mendekati badan
semaksimal mungkin. Lalu luruskan dan angkat kaki kiri dan kanan
vertical dan perlahan-lahan turunkan kembali ke lantai.
8. Tidur telentang dengan kaki terangkat ke atas, dengan jalan meletakkan
kursi di ujung kasur, badan agak melengkung dengan letak pada dan kaki
bawah lebih atas. Lakukan gerakan pada jari-jari kaki seperti mencakar
dan meregangkan. Lakukan ini selama setengah menit.
9. Gerakan ujung kaki secara teratur seperti lingkaran dari luar ke dalam dan
dari dalam keluar. Lakukan gerakan ini selama setengah menit.
10. Lakukan gerakan telapak kaki kiri dan kanan ke atas dan ke bawah seperti
gerakan menggergaji. Lakukan selama setengah menit.
11. Tidur telentang kedua tangan bebas bergerak. Lakukan gerakan dimana
lutut mendekati badan, bergantian kaki kiri dan kaki kanan, sedangkan
tangan memegang ujung kaki, dan urutlah mulai dari ujung kaki sampai
batas betis, lutut dan paha. Lakukan gerakan ini 8 sampai 10 setiap hari.
12. Berbaring telentang, kaki terangkan ke atas, kedua tangan di bawah
kepala. Jepitlah bantal diantara kedua kakidan tekanlah sekuat-kkuatnya.
Pada waktu bersamaan angkatlah pantat dari kasur dengan melengkungkan
badan. Lakukan sebanyak 4 sampai 6 kali selama setengah menit.
13. Tidur telentang, kaki terangkat ke atas, kedua lengan di samping badan.
kaki kanan disilangkan di atas kaki kiri dan tekan yang kuat. Pada saat
yang sama tegangkan kaki dan kendorkan lagi perlahan-lahan dalam
gerakan selama 4 detik. Lakukanlah ini 4 sampai 6 kali selama setengah
menit.

17

DAFTAR PUSTAKA
Asrina, Siswoyo Putri S, dkk. 2010. Asuhan Kebidanan Masa Persalinan. Yogyakarta:Graha
Ilmu.
Saleha Sitti. 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta:Salemba Medika.
18

Alimul Hidyat A, Musrifatul Uliyah. 2008. Keterampilan Dasar Praktik Klinik untuk
Kebidanan. Jakarta:Salemba Medika.
www.bimbie.com>Bimbie.com>Ilmu pengetahuan>Olahraga>Senam Nifas. Diakses pada
tanggal 26/03/2015 pukul 23.15 WIB.

19

Anda mungkin juga menyukai