Anda di halaman 1dari 8

A.

Pengertian
Pengantar Ilmu Hukum (PIH) kerap kali oleh dunia studi hukum dinamakan
Encyclopaedia Hukum, yaitu mata kuliah dasar yang merupakan pengantar
(introduction atau inleiding) dalam mempelajari ilmu hukum. Dapat pula dikatakan
bahwa PIH merupakan dasar untuk pelajaran lebih lanjut dalam studi hukum yang
mempelajari pengertian-pengertian dasar, gambaran dasar tentang sendi-sendi
utama ilmu hukum.
Salah satu tujuan pembelajaran ilmu hukum adalah untuk memperoleh
pengetahuan tenntang segala hal dan semua konstelasi (seluk-beluk) dan
keberadaan hukum dan segala yang melingkupinya yang begitu luas. Ada
perbedaan dan hubungan antara PIH dengan Pengantar Hukum Indonesia (PHI)
adalah sebagai berikut :
1.

Memiliki objek kajian yang berbeda.

2.
PIH adalah dasar bagi setiap orang yang akan mempelajari hukum secara
luas, sedangkan PHI berfungsi untuk mengantarkan setiap orang yang akan
mempelajari hukum yang sedang berlaku atau hukum positif Indonesia.

Tapi keduanya memiliki hubungan erat, hubungan erat itu dapat


mengantarkan sesorang yang akan mempelajari pada suatu kesimpulan, bahwa PIH
menelaah hukum secara luas dan komprehensif tetapi PHI secara khusus. Adapun
hubungan antara PIH dengan PHI dapat pada dua hal, sebagai berikut :
1.

Merupakan mata kuliah dasar.

2.

PIH merupakan dasar pembelajaran PHI.

B.Definisi Hukum
Sampai saat ini definisi hukum belum di sepakati oleh para ahli hukum.
Mengetahui dan memahami hukum sebagai suatu ilmu tampaknya agak sulit tanpa
memahami definisi hukum itu sendiri, sebagai objek dari ilmu hukum. Belum
adanya kesepakatan para ilmuwan hukum, karena terdapat kesulitan dalam
mendefinisikan atau memberikan pengertian hukum. Kesulitan tersebut disebabkan
oleh 2 fakor sebagai berikut :
1.
Faktor Interen ( Hukum bersifat abstrak bdan mengatur hampir seluruh
kehidupan manusia)
2.
Faktor Ekstren (Perbedaan Bahasa dan tidak adanya kesepakatan para ilmuan
hukum)

C.Pengertian Dasar Dalam Ilmu Hukum


1. Subjek Hukum

Subjek hukum adalah segala sesuatu yang menurut hukum dapat menjadi
pendukung (dapat memiliki) hak dan kewajiban. Subjek hukum ini, dalam kasus
ilmu hukum disebut juga orang atau pendukung hak dan kewajiban. Dengan
demkian, subjek hukum memiliki kewenangan untuk bertindak menurut tata cara
yang ditentukan atau dibenarkan.

2. Objek Hukum
Objek hukum adalah segala sesutu yang bermanfaat bagi subjek hukum,
dan dapat menjadi objek hukum suatu hubungan hukum. Menurut istilah objek
hukum juga bisa disebut benda atau barang.

3. Hak dan Kewajiban


Hak adalah izin dan wewenang yang diberikan oleh hukum terhadap setiap
subyek hukum. Hak itu dapat dibedakan antara lain :
a. Hak mutlak (hak absolut)
Hak mutlak ialah hak yang memberikan wewenang kepada seseorang untuk
melakukan sesuatu perbuatan, hak mana dapat dipertahankan terhadap siapapun
juga, sebaiknya setiap orang juga harus menghormati hak tersebut.
Hak mutlak dapat pula dibagi dalam 3 (tiga) golongan :
I. Hak asasi manusia, misalnya hak seseorang untuk dengan bebas bergerak dan
tinggal dalam suatu negara.
II. Hak publik mutlak, misalnya hak negara untuk memungut pajak dari rakyatnya
III. Hak Keperdataan, misalnya :
- Hak marital, yaitu hak seorang suami untuk menguasai istrinya dan harta benda
istrinya
- Hak/kekuasan orang tua (ouderlijke macht)
- Hak perwalian (voogdij) & hak pengampuan (curatele)

b. Hak nisbi (hak relatif)


Hak nisbi ialah hak yang memberikan wewenang kepada seorang tertentu
atau beberapa orang tertentu untuk menuntut agar supaya seseorang atau
beberapa orang lain tertentu memberikan sesuatu, melakukan sesuatu atau tidak
melakukan sesuatu.
Hak nisbi sebagian besar terdapat dalam hukum perikatan yang timbul
berdasarkan persetujuan-persetujuan dari pihak-pihak yang bersangkutan. Contoh
dari persetujuan jual beli terdapat hak nisbi/ralatif seperti :

I. Hak penjual untuk menerima pembayaran dan kewajibannya untuk menyerahkan


barang kepada pembeli.
II. Hak pembeli untuk menerima barang dan kewajibannya untuk melakukan
pembayaran kepada penjual.
Kewajiban
Kewajiban adalah suatu beban yang ditanggung oleh seseorang yang
bersifat kontraktual (asas pact sunt servanda). Hak dan kewajiban itu timbul apabila
terjadi hubungan antara 2 pihak yang berdasarkan pada suatu kontrak atau
perjanjian. Jadi selama hubungan hukum yang lahir dari perjanjian itu belum
berakhir, maka pada salah satu pihak ada beban kontraktual, ada keharusan atau
kewajiban untuk memenuhinya. Kewajiban tidak selalu muncul sebagai akibat
adanya kontrak, melainkan dapat pula muncul dari peraturan hukum yang
ditentukan oleh lembaga yang berwenang. Kewajiban disini merupakan keharusan
untuk mentaati hukum yang disebut wajib hukum (rechtsplicht) misalnya
mempunyai sepeda motor wajib membayar pajak sepeda motor.
3. Peristiwa hukum
Peristiwa hukum yaitu peristiwa-peristiwa kemasyarakatan yang timbul dari
hubungan-hubungan anggota masyarakat yang oleh hukum diberikan akibat-akibat
hukum.
Peristiwa hukum dibedakan menjadi :
a. Perbuatan subyek hukum (manusia dan badan hukum)
b. Peristiwa hukum yang bukan perbuatan subyek hukum
4. Perbuatan Melanggar Hukum
edangkan penafsiran secara luas , sejak tahun 1919, dari kasus Lindenbaum dan
Cohen, Hooge Raad telah menetapkan perumusan luas untuk perbuatan melawan
hukum. Sejak arrest 1919 tersebut, perbuatan merupakan perbuatan melawan
hukum, apabila;
1. Melanggar hak orang lain/hak subjektief recht, atau Bertentangan dengan
kewajiban hukumnya sendiri,
3. Bertentangan dengan kesusilaan, bertentangan dengan keharusan yang harus
diindahkan dalam pergaulan masyarakat.
Syarat-syarat tersebut bersifat alternative, artinya jika telah terpenuhi salah
satu syarat, maka sudah cukup dapat dikatakan telah terjadi perbuatan melawan
hukum.
5. Perbuatan dan Akibat Hukum
Perbuatan hukum yaitu segala perbuatan manusia yang secara sengaja
dilakukan oleh seseorang untuk menimbulkan hak dan kewajiban-kewajiban. Suatu
perbuatan merupakan perbuatan hukum kalau perbuatan itu oleh hukum diberi

akibat (mempunyai akibat hukum) dan akibat itu dikehendaki oleh yang bertindak.
Perbuatan hukum itu terdiri dari :
1)
Perbuatan hukum bersegi satu yaitu perbuatan hukum yang dilakukan oleh
satu pihak saja dan menimbulkan hak dan kewajiban pada satu pihak pula misalnya
pembuatan surat wasiat, pemberian hadiah sesuatu benda (hibah), dsb.
2)
Perbuatan hukum bersegi dua pihak ialah perbuatan hukum yang dilakukan
oleh dua pihak dan menimbulkan hak-hak dan kewajiban-kewajiban bagi kedua
belah pihak (timbal balik) misalnya membuat persetujuan jual beli, sewa menyewa,
dll
Akibat hukum yaitu akibat sesuatu tindakan hukum. Tindakan hukum adalah
tindakan yang dilakukan guna memperoleh sesuatu akibat yang dikehendaki dan
yang diatur oleh hukum. Atau akibat hukum adalah akibat yang ditimbulkan oleh
peristiwa hukum
Akibat hukum dapat berupa :
a. Lahirnya ubahnya atau lenyapnya sesuatu keadaan hukum
Contoh :
- Menjadi umur 21 tahun cakap untuk melakukan tindakan hukum
- Dalam pengampuan jadi kehilangan kecakapan melakukan tindakan hukum
diatas.
b. Lahirnyaubahnya atau lenyapnya sesuatu hubungan hukum (hubungan antara
dua subyek hukum atau lebih dimana hak dan kewajiban disatu pihak berhadapan
dengan hak dan kewajiban dipihak yg lain. Contoh A mengadakan perjanjian jual
beli dengan B lahir hubungan hukum A/B. Sesudah dibayar lunas lenyap hubungan
itu.
c. Sanksiapabila melakukan tindakan melawan hukum, Contoh A menabrak
seseorang hingga berakibat luka berat, A harus mendapat sanksi berupa pidana
penjara atau pidana denda
D.Kaidah Hukum dan Kaidah Sosial
Kaidah sosial adalah ketentuan yang memberi batasan dalam hubungan
antar manusia untuk memenuhi kebutuhan atau kepentingannya, tanpa melanggar
kepentingan yang lainnya Kaidah hukum ada ang berbentuk tulisan ada pula yang
berbentuk tidak tertulis yang berasal dari adat istiadat.

E.Sumber, Tujuan Dan Fungsi Hukum

Sumber

Para ahli membedakan sumber hukum ke dalam 2 (dua) bagian, yaitu


Sumber hukum dalam arti material dan sumber hukum dalam arti formal.

1.Sumber Hukum dalam arti material, yaitu: suatu keyakinan/ perasaan hukum
individu dan pendapat umum yang menentukan isi hukum. Dengan demikian
keyakinan/ perasaan hukum individu (selaku anggota masyarakat) dan juga
pendapat umum yang merupakan faktor-faktor yang dapat mempengaruh
Pembentukannya

2. Sedangkan sumber hukum dalam arti Formal, yaitu: bentuk atau kenyataan
dimana kita dapat menemukan hukum yang berlaku. Jadi karena bentuknya itulah
yang menyebabkan hukum berlaku umum, diketahui, dan ditaati.
Adapun yang termasuk sumber hukum dalam arti formal adalah :

1) Undang-undang
2) Kebiasaan atau hukum tak tertulis
3) Yurisprudensi
4) Traktat
5) Doktrin

Tujuan

Dalam membicarakan tentang tujuan hukum, sama sulitnya dengan


membicarakan tentang pendefinisian hukum, karena kedua-duanya mempunyai
obyek kajian yang sama yaitu membahas tentang hukum itu sendiri.
Berbagai pakar di bidang hukum maupun di bidang ilmu sosial lainnya
mengemukakan pandangannya masing-masing tentang tujuan hukum, sesuai
dengan titik-tolak serta sudut pandang mereka. Namun dari keseluruhan pendapat
tentang apa yang merupakan tujuan hukum, penulis dapat mengklarifikasikannya
ke dalam 3 aliran konvensional, masing-masing:

1. Aliran etis yang menganggap bahwa pada asasnya tujuan hukum adalah sematamata untuk mencapai keadilan.
2. Aliran utilistis yang menganggap bahwa pada asasnya tujuan hukum adalah
semata-mata untuk menciptakan kemanfaatan atau kebahagiaan warga.
3. Aliran normatif-dogmatik yang menganggap bahwa pada asasnya tujuan hukum
adalah semata-mata untuk menciptakan kepastian hukum.

Fungsi Hukum

Menurut Rusli Effendy dkk fungsi hukum sebagai berikut :

1)
Fungsinya yang pasif yang hanya untuk menjaga status quo. Fungsi ini disebut
sarana sosial Kontrol.
2)
Fungsinya yang aktif yang merombak tatanan yang telah ada menuju suatu
keadaan yang dicita-citakan. Fungsi ini dikenal sebagai law is tool of social
engneering, atau fungsi hukum sebagai alat perekayasa sosial.

Berdasarkan pemikiran dan uraian-uraian yang ada, berikut ini


dikemukakan beberapa konsep fungsi hukum yang dikenal dalam kepustakaan ilmu
hukum :
a. fungsi hukum sebagai a tool of social control,
b. fungsi hukum sebagai a tool of social engineering,
c. fungsi hukum sebagai simbol,
d. fungsi hukum sebagai a political instrument,
e. fungsi hukum sebagai integrator.
f. fungsi hukum sebagai sarana penyelesaian sengketa.
g. fungsi hukum sebagai sarana pengendalian sosial.
F.Asas dan Sistem Hukum

Asas Hukum

Asas hukum adalah aturan dasar dan prinsip-prinsip hukum yang abstrak dan pada
umumnya melatar belakangi peraturan konkret dan pelaksanaaan hukum.

Sistem Hukum

Berkaitan dengan berlakunya sistem hukum , umumnya dimaksudkan untuk


menyelesaikan setiap konflik yang terjadi dalam persingungan kehidupan sosial
masyarakat.

G.Aliran-Aliran Teori Dalam Ilmu Hukum


1. Aliran Hukum Alam
Menurut ajaran ini kaidah hukum hasil dari titah tuhan dan langsung berasal dari
tuhan. Oleh karena itu, aliran ini mengakui adanya suatu hukum yang benar dan
abadi, sesuai dengan ukuran kodrat, serta selaras dengan alam. Dalam ajaran ini,
ada dua unsur yang menjadi pusat perhatian, yaitu unsur agama dan unsur akal.
Pada dasarnya hukum alam bersumber pada tuhan, yang menyingkari akal manusia
dan sebaliknya hukum alam bersumber pada akal atau pikiran manusia.
2. Aliran hukum Positivisme dan Utilitarinisme

Aliran Positivisme mengatakan, bahwa kaidah hukum itu hanya bersumber


dari kekuasaan negara tertinggi, dan sumber itu hanyalah hukum positif yang
terpisah dari kaidah sosial, bebas dan berpengaruh politik.
3. Aliran Historis (sejarah)
Pelopor dari aliran ini yang terkenal adalah F.C. Von Savigni (1779-1861),
yang mencari sumber asal dari hukum positif di dalam kesadaran hukum bersama
dari masyarakat. Aliran sejarah lahir sebagai reaksi terhadap ajaran hukum alam
atau kodrat dari abad ke-17 dan abad ke-18, yang mencoba membangun hukum
yang berlaku menyeluruh dan abadi (universal dan abadi) hanya dengan
mempergunakan akal pikiran (ratsio) manusia tanpa mau melihat kenyataan hidup
yang berubah-ubah.
Aliran ini juga menentang aliran legisme.
hukum tidak dibuat tetapi tumbuh dan berkembang bersama-sama dengan
rakyat.
Pandangan bersumber pada jiwa bangsa (Volkegeyst), kesadaran hukum
masyarakat hukumnya bersumber hanya menekankan kepada kebiasaan, dan
bentuk hukumnya berupa hukum kebiasaan. Jadi hukum itu berkembang dari
hubungan hukum yang sederhana kedalam masyarakat modern.

4. Aliran Sosiologis
Pada prinsipnya mengatakan bahwa hukum itu adalah apa yang menjadi
kenyataan dalam masyarakat, bagaimana secara fakta hukum diterima, tumbuh
dan berlaku dalam masyarakat.
5. Aliran Antropologi
Mengtakan bahwa hukum itu adalah kaidah tidak tertulis yang hidup dan
tumbuh secara nyata dalam masyarakat seiring dengan perkembangan
kebudayaan.
6. Aliran Realis
Mengatakan hukum itu apa yang dibuat hakim melalui keputusannya, dan
hakim lebih layak disebut membuat hukum daripada menemukan hukum.
7. Hukum Progresif
Berbicara tentang hukum progresif (di Indonesia), maka Satjipto Rahardjo
sebagai pelopor hukum progresif, dengan pengikutnya yang disebut Tjip-ian.
Menurut Satjipto, hukum progresif adalah hukum untuk manusia. Memahami hukum
untuk manusia, dimaksudkan adalah hukum yang dapat mengantarkan manusia
kepada kehidupan yang adil, sejahtera, dan membuat manusia bahagia. Dapat juga
disebut sebagai hukum yang selalu pro-keadilan atau pro-rakyat. Pengaruh ajaran
positivisme masa silam hingga sekarang di Indonesia, sangat memprihatinkan

Satjipto Rahardjo, di mana hukum saat ini terlihat seperti mesin otomat, serta
mengabaikan moral.

H.Penemuan Hukum Oleh Hakim


Penemuan hukum adalah salah satu wadah yang dapat digunakan oleh
hakim untuk mengisi kekosongan hukum, atau menafsirkan suatu kaidah peraturan
perundang-undangan yang tidak atau kurang jelas.
Metode penemuan hukum oleh hakim dapat dilakukan dalam dua bentuk,
sebagai berikut.
a. Interpretasi atau penafsiran, merupakan metode penemuan hukum yang membe
penjelasan yang gamblang mengenai teks undang-undang agar ruang lingkup
kaedah dapat ditetapkan sehubungan dengan peristiwa tertentu. Metode
interpretasi ini adalah sarana atau alat untuk mengetahui makna undang-undang.
Interpretasi adalah metode penemuan hukum dalam hal peraturannya ada tetapi
tidak jelas untuk dapat diterapkan pada peristiwanya.
b. Konstruksi hukum, dapat digunakan hakim sebagai metode penemuan hukum
apabila dalam mengadili perkara tidak ada peraturan yang mengatur secara secara
khusus mengenai peristiwa yang terjadi.

Anda mungkin juga menyukai