Presus Ikk Ayik
Presus Ikk Ayik
Disusun Oleh:
Bachtiar Arif N.H
20090310153
Diajukan Kepada:
dr. Oryzati Hilman, MSc. CMFM, PhD
dr. Hj. Sita Andiastuti
LEMBAR PENGESAHAN
PRESENTASI KASUS
HIPERTENSI GRADE I DAN DIABETES MILITUS TIPE II PADA
WANITA PARUH BAYA DENGAN STATUS GIZI BERLEBIH DISERTAI
KEKHAWATIRAN DAN PENGETAHUAN YANG KURANG TERHADAP
PENYAKITNYA PADA RUMAH TANGGA YANG TIDAK BER-PHBS
Telah dipresentasikan pada tanggal:
7 Juni 2015
Disusun Oleh:
Bachtiar Arif N.H
20090310153
Disetujui Oleh:
Dokter Pembimbing
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb
Alhamdulillah dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT,
akhirnya penulis dapat menyelesaikan tugas presentasi kasus hipertensi grade I dan
diabetes militus tipe II pada wanita paruh baya dengan status gizi berlebih disertai
kekhawatiran dan pengetahuan yang kurang terhadap penyakitnya pada rumah tangga
yang tidak ber-PHBS ini. Sholawat dan salam tak lupa penulis haturkan kepada
junjungan kita, Nabi Muhammad SAW.
Presentasi kasus ini disusun untuk memenuhi sebagian syarat pendidikan
profesi kedokteran pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih yang setulusnya
kepada :
1. dr. Oryzati Hilman, MSc. CMFM, PhD selaku dokter pendidik klinik
2. dr. Hj. Sita Andiastuti selaku dokter pembimbing puskesma
3. Rekan-rekan dokter muda, serta semua pihak yang telah membantu
Penulisan presentasi kasus ini masih jauh dari kesempurnaan, karena penulis
mengharapkan saran dan kritik yang berguna.Semoga selanjutnya tulisan ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak.
Wassalamualaikum Wr.Wb
Yogyakarta, 3 Juni 2015
BAB I
PRESENTASI KASUS
a. IDENTITAS PASIEN
Nama
: Ny. Sutinah
Umur
: 57 tahun
Jenis kelamin
: Wanita
Pekerjaan
Status
: Menikah
Agama
: Islam
Suku bangsa
: Jawa
Alamat
Pendidikan terakhir
: S1
: 27 Mei 2015
: 28 Mei 2015
b. ANAMNESIS HOLISTIK
Keluhan utama
Keluhan tambahan
namun untuk kadar gula darahnya jarang pasien cek. Pasien didiagnosa
menderta DM sejak 2 tahun yang lalu. Tidak ada gangguan BAB dan BAK.
Riwayat penyakit dahulu:
Riwayat penyakit hipertensi (+) sejak 15 tahun
Riwayat diabetes mellitus (+) sejak 2 tahun
Riwayat batuk lama disangkal
Riwayat sakit jantung disangkal
Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat Hipertensi
: ibu pasien
: bapak pasien
Riwayat Stroke
: disangkal
: disangkal
: disangkal
d. Lingkungan
Pasien di rumah tinggal bersama suami, dan ketiga orang anaknya.
Pasien tinggal didaerah perkotaan yang cukup padat, lingkungan tempat
tinggal pasien cukup bersih dan mempunyai sanitasi yang baik.
e. Bersosialisasi
Pasien menjalin hubungan baik dengan keluarga dan masyarakat sekitar,
dan sering mengikuti pengajian serta perkumpulan dilingkungannya.
Pasien juga merupakan ketua dari ibu-ibu pkk di lingkunganya.
f. Gaya Hidup
Pasien makan 2-3 kali sehari, menu makanan yang dimakan bervariasi,
baik sayur maupun lauk sesuai dengan keinginan pasien.
Review Sistem
Neurologi
Respirasi
Kardiovaskular
Gastrointestinal
Urogenital
Muskuloskeletal
Integumentum
: gatal (-)
c. ANAMNESIS ILLNES
a. Perasaan
Pasien merasa khawatir akan terkena penyakit ginjal karena terus-terusan
mengkonsumsi obat. Pasien juga merasa khawatir akan komplikasi dari
penyakitnya.
b. Ide
Pasien tidak mengetahui jika sakit yang diderita baik darah tinggi dan
diabetes militus dapat disebabkan oleh gaya hidup yang tidak sehat dan
faktor psikososial.
c. Harapan
Pasien berharap agar sakit darah tinggi yang dideritanya tidak menjadi
komplikasi dan tekanan darah dan gulanya dapat selalu terkontrol dalam
batas normal.
d. Efek terhadap fungsi dan sosial.
Pasien memang sudah membatasi diri dari melakukan aktivitas yang
terlalu berat, namun masih bersosialisasi dengan baik pada tetangga, dan
masih mengerjakan pekerjaan rumah sehari-hari.
d. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan umum
: baik
2. Kesadaran
: compos mentis
3. Tanda-tanda vital
Tekanan darah : 160/80 mmHg
Nadi
: 90x/menit, reguler, isi, dan tegangan cukup
Suhu badan : 36.5 C
Pernapasan : 20x/menit
Tinggi Badan : 160 cm
Berat Badan : 60 Kg
4.
5.
6.
7.
8.
9.
BMI
: 23,4 (Overweight)
Pemeriksaan kepala
Bentuk kepala : Simetris, Mesosefal
Rambut
: Warna hitam dan putih, tidak mudah dicabut
Pemeriksaan Mata
Palpebra
: Edema (-/-)
Konjungtiva
: Anemis (-/-)
Sklera
: Ikterik (-/-)
Kornea
: Arcus senilis (-/-)
Pupil
: Reflek cahaya (+/+), isokor
Lensa
: Jernih/jernih
Pemeriksaan telinga
: Nyeri tekan (-/-), serumen (-/-)
Pemeriksaan Hidung
: Sekret(-/-), epistaksis(-/-)
Pemeriksaan mulut dan gigi: Faring hiperemis(-), gigi berlubang(-)
Pemeriksaan Leher
Kelenjar tiroid
: Tidak membesar
Kelenjar limfonodi : Tidak membesar, nyeri(-)
JVP
: Tidak meningkat
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Anterior
Simetris, retraksi(-)
Ketinggalan gerak(-)
Vocal fremitus kanan = kiri
Sonor pada seluruh lapang paru
Suara dasar vesikuler
Suara tambahan(-/-)
Posterior
Simetris, retraksi(-)
Ketinggalan gerak(-)
Vocal fremitus kanan = kiri
Sonor pada seluruh lapang paru
Suara dasar vesikuler
Suara tambahan(-/-)
Jantung
Inspeksi : Iktus kordis tidak tampak
Palpasi
: Iktus kordis teraba, kuat angkat cukup
Perkusi batas jantung
Kanan atas
: SIC II linea para strenalis
Kiri atas
: SIC II linea para sternalis sinistra
Kanan bawah
: SIC V midclavicula dekstra
Kiri bawah
: SIC VI midclavicula sinistra
Auskultasi : Suara 1 dan suara 2 reguler, suara bising jantung
tambahan (-)
Hipertensi
DM
f.
PENATALAKSANAAN
a. Farmakologis
R/ Amlodipin 5 mg
No XX
S 2 dd tab I
R/ Hidroclorotyazid 25 mg
S 1 dd tab I 1-0-0
R/ Glimepiride
S 1 dd tab I
1-0-0
No X
.
No.X
.
Ekstremitas Atas
Kanan
Kiri
Bebas
Bebas
Normal
Normal
Eutrofi
Eutrofi
Hangat
Hangat
-
R/ Metformin
No. XX
S 2 dd tab I
R/ Ranitidin
.
No. XX
S 2 dd tab I
b. Non Farmakologis
2. Keadaan Rumah
a. Lokasi
No
1
2
3
Indikator
Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan.
Memberi bayi ASI eksklusif
Menimbang bayi dan balita
Ya
Tidak
4
5
6
7
8
9
10
Analisa : Rumah tangga pasien merupakan rumah tangga yang tidak ber-PHBS.
pasien termasuk kedalam kategori rumah dalam kondisi baik
HT
DM +
HT
CD
Keterangan:
: Laki-laki
: Perempuan
: Care giver
: Meninggal
: Bread Winner
: Pasien
HT
: Hipertensi
: Decision Maker
DM
: Diabetes Militus
Ket:
Suam
i
Ibu
: Hubungan
Fungsional
Anak
1
Anak
2
Adik ke
2
Pasie
n
Anak
3
Adik ke
3
Adik ke
4
Anak
4
Adik ke
5
4. Family APGAR
Hampir
Komponen
Indikator
tidak
pernah
Adaptation
masing-masing
sudah
anggota
menjalankan
: Clear but
negotiable
boundaries
Kadang
Hampir
-kadang
selalu
H
u
b
u
n
g
a
n
d
i
s
f
u
n
g
s
i
o
n
a
l
keluarga
mengembangkan
saya
untuk
kemampuan yang
saya miliki
Affection
Saya
puas
dengan
waktu
yang
kebersamaan
Skor total
4-7
0.3
: Fungsi keluarga sakit (severe dysfunctional family).
Berdasarkan family APGAR tersebut, maka keluarga Ny Sutinah termasuk
dalam keluarga fungsional.
5.
Family SCREEM
ASPEK
SOCIAL
SUMBER DAYA
Pasien berhubungan baik dengan keluarga
dan tetangganya. Pasien juga menjadi ketua
CULTURAL
PATOLOGI
RELIGIUS
ECONOMY
EDUCATION
Pasien kurang
mengetahui tentang
penyakit yang
dideritanya
MEDICAL
6.
Life Event/Crisis
Severity of Illness
Stressor
Psikososial
masuk RS.
1998
2006
2011
2013
Stressor
Psikososial
Stressor
Psikososial
Diagnosis Holistik
Hipertensi grade I dan diabetes militus tipe II pada wanita paruh baya
dengan status gizi berlebih disertai kekhawatiran dan pengetahuan yang kurang
terhadap penyakitnya pada rumah tangga yang tidak ber-PHBS
j.
MANAJEMEN KOMPREHENSIF
1. Promotif
- Meningkatkan pengetahuan pasien, keluarga, mengenai penyakit
-
2. Preventif
- Menyarankan agar pasien rutin minum obat yang diberikan dokter
-
dan bila obat habis harus kontrol untuk dievaluasi hasil terapinya.
Menyarankan pasien agar berolah raga dan memulai merubah gaya
hidupnya
3. Kuratif
Terapi farmakologis:
- Amlodipin 2 x 5 mg
- HCT 1 x 25 mg
- Glimepiride 1 x 1 mg
- Metformine 2 x 500 mg
4. Rehabilitatif
Pada pasien ini belum diperlukan.
5. Paliatif
Pada pasien ini belum diperlukan.
BAB II
ANALISA KASUS
A. Analisa Penyakit Klinis
Pada hasil home visit yang telah dilakukan pasien merupakan anak
pertama dari 5 bersaudara. Keseharian pasien merupakan seorang ibu rumah
tangga dan ketua dari PKK di lingkungannya. Pasien masih bisa melakukan
kegiatan sehari-hari secara mandiri. Dari hasil Family Assesment Tools, pasien
tinggal bersama suami dan ketiga orang anaknya. Anak yang pertama telah
menikah dan hidup terpisah dengan pasien. Hubungan pasien dengan anggota
keluarganya baik. Keluarga pasien termasuk keluarga yang memiliki fungsi yang
baik. Penilaian dari rumah pasien dari segi lokasi, kepadatan rumah, pencahayan,
ventilasi, air bersih adalah baik. Pasien tidak memiliki masalah dalam segi
1.
Pelayanan Promotif
Pemberian edukasi kepada pasien dan keluarga (minimal melibatkan 1
orang anggota keluarga) mengenai:
a)
b)
c)
d)
e)
f)
g)
h)
2.
Pelayanan Preventif
a)
d) Istirahat cukup.
e)
f)
j)
Program Kuratif
a) Pengobatan Hipertensi
Berdasarkan JNC 7, pengobatan hipertensi grade I
diberikan diuretik jenis thiazide dan pertimbangkan kombinasi
pemberian ACEi, ARB, BB, CCB. Pada pasien ini pilihan terapi
yang dapat diberikan adalah hidroclorotyazid 25 mg diberikan
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
1.
Hipertensi
A. Definisi
Hipertensi adalah keadaan tekanan darah sistolik lebih dari 140
mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 90 mmHg. Tekanan darah
diukur dengan spygmomanometer yang telah dikalibrasi dengan tepat
(80% dari ukuran manset menutupi lengan) setelah pasien beristirahat
nyaman, posisi duduk punggung tegak atau terlentang paling sedikit
selama lima menit sampai tiga puluh menit setelah merokok atau
minum kopi. Hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya didefinisikan
sebagai hipertensi esensial. Beberapa penulis lebih memilih istilah
hipertensi primer untuk membedakannya dengan hipertensi lain yang
sekunder karena sebab-sebab yang diketahui. Menurut The Seventh
Report of The Joint National Committee on Prevention, Detection,
Evaluation and Treatment of High Blood Pressure (JNC VII) klasifikasi
tekanan darah pada orang dewasa terbagi menjadi kelompok normal,
prahipertensi, hipertensi derajat 1 dan derajat 2.
B. Epidemiologi
Penyakit hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah yang
memberi gejala yang berlanjut untuk suatu target organ, seperti stroke
untuk otak, penyakit jantung koroner untuk pembuluh darah jantung
dan untuk otot jantung. Penyakit ini telah menjadi masalah utama
dalam kesehatan masyarakat yang ada di Indonesia maupun di
beberapa negara yang ada di dunia. Semakin meningkatnya populasi
usia lanjut maka jumlah pasien dengan hipertensi kemungkinan besar
juga akan bertambah. Diperkirakan sekitar 80 % kenaikan kasus
hipertensi terutama di negara berkembang tahun 2025 dari sejumlah
639 juta kasus di tahun 2000, di perkirakan menjadi 1,15 milyar kasus
di tahun 2025. Prediksi ini didasarkan pada angka penderita hipertensi
saat ini dan pertambahan penduduk saat ini. Angka-angka prevalensi
hipertensi di Indonesia telah banyak dikumpulkan dan menunjukkan di
daerah pedesaan masih banyak penderita yang belum terjangkau oleh
pelayanan
kesehatan.
Baik
dari
segi
case
finding
maupun
Risiko
relatif
hipertensi
tergantung
pada
jumlah
dan
keparahan dari faktor risiko yang dapat dimodifikasi dan yang tidak
dapat dimodifikasi. Faktor-faktor yang tidak dapat dimodifikasi antara
lain faktor genetik, umur, jenis kelamin, dan etnis. Sedangkan faktor
yang dapat dimodifikasi meliputi stres, obesitas dan nutrisi.
D. Klasifikasi
Tekanan darah diklasifikasikan berdasarkan pada pengukuran
rata-rata dua kali atau lebih pengukuran pada dua kali atau lebih
kunjungan.
E.
Patofisiologi
Mekanisme terjadinya hipertensi adalah melalui terbentuknya
osmolalitasnya.
Untuk
mengencerkannya,
volume
cairan
kembali
dengan
cara
meningkatkan
volume
cairan
darah.
Patogenesis
dari
hipertensi
esensial
merupakan
Komplikasi
Hipertensi merupakan faktor resiko utama untuk terjadinya
penyakit
jantung,
gagal
jantung
kongesif,
stroke,
gangguan
sampai dengan
kebutaan. Gagal
jantung
G.
Penatalaksanaan
dari
hipertensi
terdiri
dari
terapi
non
farmakologis
dan
Diabetes Militus
A.
Definisi
Klasifikasi
obat,
tumor,
genetik).
American
Diabetes
Association
menyarankan suatu klasifikasi baru berdasarkan pada etiologi yang dapat dilihat
pada tabel dibawah ini.
(PERKENI, 2006)
Klinis
Genetika
Patogenesis
Tipe 1
Anak > dewasa
Berat normal
Penurunan insulin darah
Antibodi antisel islet
Sering ketoasidosis
Concordance pada
kembar
40%
Terkait HLA-D
Autoimunitas,
mekanisme
imunopatologik
Tipe 2
Dewasa > anak
Kegemukan
Insulin darah normal atau meningkat
Tidak ada antibodi antisel islet
Jarang ketoasidosis
Concordance pada kembar 60-80%
Tidak terdapat keterkaitan pada HLAD
Resistensi insulin
Sel islet
1.
Diabetes tipe 1
Diabetes ini terjadi akibat destruksi autoimun sel beta. Terdapat tiga
akhir dalam perjalanannya, setelah lebih dari 90% dari sel-sel telah
hancur. Limfosit T bereaksi terhadap sel pankreas (antigen) dan
menyebabkan kerusakan sel. Sel-sel T CD4 + termasuk sel T subset
TH1, yang menyebabkan cedera jaringan dengan mengaktivasi
makrofag, dan CD8 + sitotoksik T limfosit, yang secara langsung
membunuh sel -pankreas dan juga mensekresi sitokin yang
mengaktifkan makrofag.
2. Diabetes tipe 2
Dua defek metabolik yang menandai diabetes tipe 2 adalah
gangguan sekresi insulin pada sel beta dan ketidakmampuan jaringan
perifer berespon terhadap insulin (resitensi insulin).
a. Gangguan sekresi insulin
Defek sekresi insulin bersifat samar dan secara kuantitatif
kurang berat dibandingkan DM1. Penyebab defisiensi ini sepenuhnya
masih belum jelas, tetapi berdasarkan penelitian dijelaskan bahwa
adanya resistensi insulin akan menyebabkan peningkatan kompenstorik
masa sel beta dan produk insulinya. Pada perjalanan penyakit
selanjutnya terjadi kehilangan 20% hingga 50% sel beta, selain itu juga,
resitensi insulin akan menyebabkan hiperinsulinemia yang pada
akhirnya akan menyebabkan peningkatan produksi amilin, yang akan
mengendap pada sel islet. Amilin bersifat toksik bagi sel beta, sehingga
akan menyebabkan kerusakans sel beta.
Gambar 2. patogenesis diabetes melitus tipe 2
Predisposisi Genetik
Lingkungan
E. Patofisiologi
F. Penatalaksanaan
1. Edukasi
Edukasi yang diberikan kepada pasien meliputi pemahaman tentang:
Perjalanan penyakit DM
Makna dan perlunya pengendalian dan pemantauan DM
Penyulit dan risikonya DM
Intervensi farmakologis dan non farmakologis serta perawatan
Cara pemantauan glukosa darah dan pemahaman hasil glukosaa
darah atau urin mandiri (hanya jika pemantauan glukosa darah
mandiri tidak tersedia).
Mengatasi sementara keadaan gawat darurat seperti rasa sakit, atau
hipoglikemia.
Pentingnya perawatan diri
2. Terapi gizi medis
Komposisi makanan yang dianjurkan terdiri dari :
Karbohidrat yang dianjurkan sebesar 45-65% total asupan energy.
Asupan lemak dianjurkan sekitar 20-25% kebutuhan kalori. Tidak
diperkenankan melebihi 30% total asupan energy.
Asupan natrium tidak lebih dari 3000mg atau sama dengan 1
sendok teh garam dapur.
Anjuran konsumsi serat adalah 25g/ hari, diutamakan serat larut.
Pemanis aman digunakan sepanjang tidak melebihi batas aman
Kebutuhan Kalori
Ada beberapa cara untuk menentukan jumlah kalori yang dibutuhkan
diabetes. Perhitungan berat badan ideal (BBI) dengan rumus Brocca
yang dimodifikasi adalah sbb:
BBI = 90% x (TB dalam cm 100) x 1 kg
Bagi pria dengan TB < 160 cm dan wanita <150cm, rumus
modifikasi menjadi:
BBI = (TB dalam cm- 100) x 1 kg
BB Normal : BB ideal 10%
4. Intervensi Farmakologis
a) Obat hipoglikemik oral (OHO)
Berdasarkan cara kerjanya, OHO dibagi menjadi 4 golongan:
Penambah
sensitivitas
terhadap
insulin
metformin,
tiazolidindion
b) Insulin
Insulin diperlukan pada keadaan :
c) Terapi Kombinasi
Pemberian OHO maupun insulin selalu dimulai dengan dosis
rendah, untuk kemudian dinaikkan secara bertahap sesuai dengan
respon kadar glukosa darah. Bersamaan dengan pengaturan diet dan
kegiatan jasmani, bila diperlukan dapat dilakukan pemberian OHO
tunggal atau kombinasi OHO sejak dini.
Untuk
kombinasi
OHO
dan
insulin
yang
banyak
1. Komplikasi Akut :
Ketoasidosis diabetic
Hipoglikemik
2.
Komplikasi Menahun
DAFTAR PUSTAKA
Diakses
tanggal
23
November
2010,
http://emedicine.medscape.com/article/238798-overview#a0101
dari
2. Guyton