Anda di halaman 1dari 6

PENGARUH CEKAMAN KEKERINGAN TERHADAP PERTUMBUHAN

TANAMAN KAPULAGA (Amomum compactum)

USULAN PENELITIAN

Oleh :
SRI RATU DEWI PRIDANI
140410120030

PROGRAM STUDI BIOLOGI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PADJDAJRAN
JATINANGOR
2015

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia dikenal sebagai negara dengan keanekaragaman hayati yang tinggi.
Tumbuhan sebagai keanekaragaman hayati sebagian besar telah diketahui jenis
serta pemanfaatannya antara lain sebagai bahan pangan, pakaian, obat-obatan,
kosmetik, bahan bangunan, dan lain-lain. Rempah-rempah adalah salah satu jenis
tumbuhan yang merupakan komoditi ekspor yang cukup menjanjikan bagi
perekonomian Indonesia karena tumbuhan jenis ini telah lama diketahui memiliki
memiliki banyak manfaat dan hanya dapat tumbuh di daerah tertentu. Salah satu
jenis rempah-rempah yang dihasilkan di Indonesia adalah kapulaga.
Kapulaga dengan nama ilmiah Amomum compactum bermanfaat sebagai
bumbu dapur dan obat-obatan. Ada dua jenis kapulaga yang terdapat di Indonesia
yaitu kapulaga lokal/Jawa (Amomum compactum) dan kapulaga India/seberang
(Elettraia cardamomum). Kapulaga termasuk ke dalam 9 besar rempah-rempah
dunia.

Sebagai

komoditas

ekspor, dalam dunia perdagangan kapulaga

diperjualbelikan dalam bentuk buah kering maupun minyak atsiri (Suratman dkk,
1997 dalam Fachriyah, 2007).
Air merupakan salah satu faktor abiotik yang sangat diperlukan tumbuhan
bagi pertumbuhan dan perkembangannya. Kekurangan air pada beberapa jenis
tumbuhan dapat menghambat pertumbuhan bahkan menyebabkan kematian pada
tumbuhan tersebut. Menurut Santoso (1988), tanaman kapulaga menyukai tanah
yang berdrainase baik, karena ia tidak tahan terhadap genangan air, akan tetapi
tanaman kapulaga juga tidak tahan terhadap kekeringan.
Berdasarkan hal tersebut maka perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui
pada nilai kapasitas lapang berapa tanaman kapulaga masih dapat tumbuh dengan
baik .

1.2 Identifikasi Masalah


Berdasarkan latar belakang tersebut masalah yang diperoleh adalah
bagaimana respon pertumbuhan tanaman kapulaga pada kondisi cekaman
kekeringan.

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian


Maksud dari penelitian ini adalah untuk menguji respon pertumbuhan
tanaman kapulaga pada kondisi cekaman kekeringan. Sedangkan tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui respon pertumbuhan tanaman kapulaga
pada kondisi cekaman kekeringan.
1.4 Kegunaan Penelitian
Kegunaan penelitian ini adalah untuk memberikan informasi kepada berbagai
pihak yang membutuhkan terutama penulis sendiri mengenai respon pertumbuhan
kapulaga pada kondisi cekaman kekeringan.
1.5 Kerangka Pemikiran
1.6 Metodologi Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen
berupa pengurangan kadar air pengurangan kadar air tanah. Alat yang digunakan
adalah paranet 45% sebagai naungan. Pengamatan dilakukan setelah 8 minggu
tanam atau setelah dilakukan cekaman kekeringan selama 1 bulan diamati tinggi
tanaman, jumlah anakan, berat kering tanaman, berat kering akar, panjang akar,
dan luas luas daun,
1.7 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Rumah Kaca Program Studi Biologi, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Padjadjaran pada bulan
Februari-April 2016.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Deskripsi
Amomum compactum adalah tumbuhan asli dan endemik di wilayah
perbukitan di Jawa bagian barat. Kapulaga tergolong dalam familia Zingiberaceae

(jahe- jahenan) dan biasanya berbau aromatis. Kapulaga memiliki batang semu
berwarna hijau gelap, memiliki rimpang dan daun yang terletak berseling dengan
ujung runcing. Tumbuhan ini biasanya tumbuh mencapai tinggi 2 m. Bagian yang
biasa digunakan adalah bagian bijinya (Tjitrosoepomo, 1994 dalam Putri, 2012).
Menurut Kementerian Kehutanan (2012), kapulaga merupakan tanaman
herbal yang membentuk rumpun seperti tumbuhan jahe yang ketinggiannya dapat
mencapai 2-3 meter. Buah kapulaga berbentuk bulat telur, berbulu, dan berwarna
kuning kelabu. Buahnya berkumpul dalam tandan kecil dan pendek. Bila masak,
buahnya akan pecah dan membelah berdasarkan ruang-ruangnya. Didalamnya
terdapat biji yang berbentuk bulat telur memanjang.
Buah kapulaga berbentuk kapsul bulat, berdiameter 1-1,5 cm, bergaris-garis
rapat. Buah kapulaga berwarna abu-abu sampai coklat. Buahnya berkumpul dalam
tandan kecil dan pendek. Bila masak, buahnya akan pecah dan membelah
berdasarkan ruang-ruangnya. Buah kapulaga muncul dari batang semu dekat tanah,
dan merayap bersama tandannya yang sepanjang 1 m, ke tanah sekitarnya. Bagian
dalam pada buah terdapat biji yang berbentuk bulat telur memanjang. Kapulaga
berbuah pada umur 3 tahun. Permukaan biji licin dengan kulit tipis dan beralur
agak dalam (Tjitrosoepomo, 1994 dalam Putri, 2012).
2.2 Kandungan
2.3 Kapasitas Lapang
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian pengaruh cekaman kekeringan
terhadap pertumbuhan kapulaga adalah alat tulis,kertas label, neraca analitis, oven,
paranet 45%, meteran/penggaris, dan polybag.
Sedangkan Bahan-bahan digunakan dalam penelitian pengaruh cekaman
kekeringan terhadap pertumbuhan kapulaga adalah aquades, rimpang kapulaga,
dan tanah

3.2 Metode Penelitian


Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen
dengan melakukan cekaman kekeringan 0%, 25%, 50%, 75%, dan 100% pada
rimpang kapulaga.
3.3 Prosedur
1 Persiapan
Langkah awal sebelum penelitian adalah menentukan kondisi kapasitas lapang
dengan menggunakan metode gravimetri. Metode ini dilakukan dengan jalan
menyiramkan air pada media sampai jenuh, dan dibiarkan hingga air berhenti
menetes dari polybag. Media tanam yang dipergunakan terlebih dahulu diayak.
2

Setelah itu media dimasukkan ke dalam polybag berukuran 35 x 45 cm.


Penanaman
Penanaman dilakukan dengan sistem tanam langsung. Setiap polybag terdiri
dari 1 rimpang. Tanaman diperlakukan cekaman kekeringan setelah berumur

28 hari sejak tanam.


Perlakuan Kekeringan
Perlakuan kekeringan diperlakukan muli pada umur tanaman 28 hari setelah
tanam, dengan memeberikan air menurut metode gravimetric. Untuk
memperthankan jumlah air tanah sesuai dengan perlakuan, masing masing
perlakuan dilakukan dengan menimbang satu per satu polybag setiap harinya.
Perlakuan cekaman kekeringan dihentikan setelah tanaman berumur 8 minggu

tanam.
Pemeliharaan
Kegiatan pemeliharaan saperti pengendalian hama, penyakit, dan gulma

dilakukan sesuai kondisi tanaman dan rekomendasi yang dianjurkan.


Pemanenan
Pemanenan dilakukan setelah tanaman berumur 8 minggu tanam. Setelah
dilakukan pemanenan tolak ukur pengamatan meliputi :
Tinggi tanaman
Tinggi tanaman diukur pada umur 8 minggu setelah tanam, atau pada saat
tanaman diperlakukan cekaman kekeringan selama 1 bulan. Pengukuran

dilakukan dimulai dari pangkal batang sampai dengan ujung daun tertinggi.
Jumlah Anakan
Jumlah anakan yang dihitung adalah jumlah anakan setiap rumpun pada
umur 8 minggu setelah tanam atau pada saat tanaman diperlakukan cekaman

kekeringan selama 1 bulan.


Berat Kering Tanaman

Berat kering tanaman yang digunakan adalah berat

kering keseluruhan

tanaman. Bagian tanaman dicabut kemudian dicuci untuk menghilangkan


tanah setelah itu dibungkus dan dilakukan pengeringan dengan oven pada

suhu 70oC sampai kadar airnya konstan.


Berat Kering Akar
Penimbangan berat kering akar dilakukan setelah akar dikeringkan dengan
oven sampai kadar airnya konstan. Pengukuran dilakukan pada umur 8
minggu setelah tanam atau pada saat tanaman diperlakuan cekaman

kekeringan selama 1 bulan.


Panjang Akar
Pengukuraan panjang akar dilakukan dengan mengukur akar terpanjang
setelah dibersihkan dari tanah yang menempel. Pengukuran dilakukan pada
umur 8 minggu setelah tanam atau pada saat tanaman diperlakukan cekaman

kekeringan selama 1 bulan.


Luas Daun
Pengukuran luas daun segar dilakukan pada saat tanaman berumur 8 minggu
setelah tanam atau pada saat tanaman diperlakukan cekaman kekeringan
selama 1 bulan dengan meteran atau penggaris.
DAFTAR PUSTAKA

Devy, L., Winda N. 2013. Pertumbuhan Kuantitas dan Kualitas Rimpang Jahe
(Zingiber officinale Roscoe) Pada Cekaman Kekeringan di Bawah
Naungan. Jurnal Sains dan Teknologi Indonesia. 14(3) : 216-220
Effendi, Y. 2008. Kajian Resistensi Beberapa Varietas Padi Gogo (Oryza sativa
L.) terhadap Cekaman Kekeringan. Universitas Sebelas Maret. Surakarta
Fachriyah, E., Sumardi. 2007. Identifikasi Minyak Atsiri Biji Kapulaga (Amomum
cardamomum). Jurnal Sains & Matematika (JSM). 15(2) : 83-87
Santoso, H.B. 1988. Kapulaga. Penerbit Kanisius. Yogyakarta
Putri, S.D.K. 2012. Uji Aktivitas Ekstrak Biji Kapulaga (Amomum compactum)
Terhadap Aeromonas hydrophila Secara In Vitro. Universitas Sebelas
Maret. Surakarta

Anda mungkin juga menyukai