Anda di halaman 1dari 2

Hidup Berkualitas Tanpa Rokok

Posted by admin on 2011-10-24 14:17:22

Lima Unit Kerja Mahasiswa (UKM) Agama UI mengadakan seminar dan talkshow dengan tema
Tanpa Nahkoda Sembilan Centi Menuju Indonesia Berkualitas pada Jumat (21/10)di Kampus Depok.
Acara ini digelar lima UKM Nuansa Islam Mahasiswa (Salam UI), Keluarga Mahasiwa Buddhis
(KMB UI), Persekutuan Oikumene Sivitas Akademika (POSA UI), Keluarga Mahasiswa Katholik
Sicitas Akademika (KUKSA UI), dan Keluarga Mahasiswa Hindu (KMH UI). Acara yang bertempat
di Auditorium Pusat Studi Jepang UI ini menghadirkan empat pembicara yaitu, Dr. Kamarudin M.Si
(Direktur Kemahasiswaan UI), Dr. dr. Widyastuti M.Sc (WHO Indonesia), dan Dr. Apipudin
M.Hum (Dosen FIB UI yang merupakan mantan perokok), Hanny Handayani S.Kp M.Kep (Dosen
FIK UI yang merupakan salah satu penggagas KTR UI).
Dr. Kamarudin memaparkan tentang kebijakan UI terkait rokok. Kebijakan berupa Surat Keputusan
Rektor Nomor: 1805/SK/R/UI/2011 tentang Kawasan Tanpa Rokok Universitas Indonesia (KTR UI)
telah disusun selama empat tahun terakhir. Pada saat pelaksanaan talkshow ini, umur SK KTR UI
genap berusia satu bulan setelah disahkan pada tanggal 21 September 2011 lalu. Di dalam pasal 7
tentang sponsor kegiatan dan penerima beasiswa, dipaparkan 3 poin yaitu: (1) Perusahaan Rokok
atau institusi yang citranya terkait dengan rokok dilarang menjadi sponsor yang terkait dengan
kegiatan mahasiswa, pendidik, dan/atau tenaga kependidikan di KTR UI. (2) Universitas Indonesia
tidak menerima beasiswa yang berasal dari Perusahaan Rokok atau institusi yang citranya terkait
dengan rokok. (3) Penerima beasiswa di Universitas Indonesia adalah bukan perokok aktif. Dalam
menjalankan SK ini, panitia KTR UI sudah dibentuk dan akan bekerja untuk menyosialisasikan KTR
UI. SK KTR UI ini telah didistribusikan ke Unit Mahalum di tiap fakultas. Selain itu juga, SK KTR
UI akan digandakan dan didistribusikan ke seluruh organisasi di UI. DR. Widyastuti M.Sc (PH)
memberikan penjelasan mengenai bahaya, prevalensi, dan kebijakan terkait rokok. Di dalam asap
tembakau, terdapat siktar 4.000 zat kimia dan 43 di antaranya adalah zat yang beracun. Bagi perokok
aktif, dampak yang ditimbulkan bermacam-macam, mulai dari kanker kandung kemih sampai stroke.
Asap rokok tidak hanya berdampak buruk bagi perokok aktif, namun juga bagi perokok pasif.
Penyakit yang akan melanda perokok pasif pun tidak kalah berbahaya seperti asthma, kanker paru,
stroke, dan juga tumor otak.
Perokok pasif banyak berasal dari anak-anak. Perilaku orang tua menyebabkan 50% anak di dunia
terpapar oleh asap rokok setiap hari. Di tahun 2006, Indonesia merupakan negara ketiga dengan
konsumsi tembakau terbanyak setelah Cina dan India. Para perokok ini umumnya berasal dari
masyarakat miskin. Yang sangat menyedihkan adalah pengeluaran untuk konsumsi rokok lebih besar
dari pada pengeluaran untuk pendidikan dan kesehatan. Berdasarkan data Susenas tahun 2005,
pengeluaran untuk konsumsi tembakau sebesar 11,5%, sedangkan pengeluaran untuk pendidikan dan
kesehatan masing-masing hanya sebesar 3,2% dan 2,3%. Salah satu alasan tingginya angka merokok
di Indonesia adalah harga beli rokok yang terjangkau. Bila dibandingkan dengan negara di Asia
Tenggara lain, harga rokok di Indonesia terbilang murah. Di Singapura, harga rokoknya sepuluh kali
lebih mahal dari pada harga rokok di Indonesia. Upaya dalam menanggulangi masalah rokok adalah
dengan membuat kebijakan terkait rokok. Salah satunya adalah dengan mengeliminasi iklan rokok.
1

Universitas Indonesia - www.ui.ac.id

Selain itu, sedang dicanangkan kebijakan agar kemasan rokok memuat gambar dampak akibat asap
rokok. Bila sudah terjerat dalam kebiasaan merokok, untuk berhenti bukanlah sesuatu yang mudah.
Untuk itulah, talkshow kali ini menghadirkan seorang mantan perokok yang juga merupakan salah
satu dosen Sastra Arab FIB UI, Dr. Apipudin M.Hum. Dalam kesempatan kali ini, dia berbagi
pengalamannya seputar merokok dan bagaimana berhenti. Apipuddin mulai menghisap rokok sejak
duduk di bangku kelas 6 SD. Dia mulai tergerak untuk meninggalkan kebiasaannya itu setelah
menikah karena isterinya tidak menyukai rokok. Namun janji tidak semudah pengucapannya karena
pelaksanaannya selalu menemui godaan.
Sampai akhirnya, Apipuddin menderita batuk yang tidak kunjung sembuh selama tiga bulan.
Keadaan iniah yang benar-benar mendorongnya agar berhenti total dalam merokok. Kebiasaan
merokok ini ternyata telah membawanya untuk menjalani operasi jantung bypass. Setelah kondisinya
membaik, dia menemukan kenyataan lain bahwa ternyata ginjalnya hanya tinggal 33% bagian saja
yang berfungsi. Dia sangat tidak ingin orang lain pun merasakan apa yang dialaminya dan
menghimbau untuk menjauhi merokok dari sekarang. Kalau Anda merokok, Anda tidak hanya
merugikan diri sendiri, namun juga orang orang lain, ujar Apipudin. Hadir sebagai pembicara
terakhir yaitu Hanny Handayani S.Kp M.Kep. Selain menjabat sebagai dosen di FIK, Hanny juga
merupakan salah seorang penggagas KTR UI. Alasan terbentuknya KTR UI dilatarbelakangi karena
asap rokok dapat menyebabkan penyakit baik bagi perokok aktif dan juga perokok pasif di
sekitarnya. Selain itu, UI mendukung lahirnya generasi penerus bangsa yang sehat dan cerdas. Dalam
kesempatan kali itu, Hanny mengajak seluruh warga UI agar mendukung dan menjalankan KTR UI
ini. (FYN)

2 | Universitas Indonesia - www.ui.ac.id

Berita

Anda mungkin juga menyukai