DISUSUN OLEH :
Giffar Izzany (NIM : 5114220017)
Josia Dading Tambunan (NIM : 5114220020)
Verina Elisa (NIM : 5114220024)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kebijakan Publik adalah produk rekayasa berupa keputusan yang dibuat dan
diberlakukan untuk semua, adil untuk semua. Dunia kemaritiman pun memerlukan
kebijakan publik karena maritim, menyangkut banyak pihak.
Kebanyakan, kebijakan publik yang ada di Indonesia dibuat setelah ada kejadian atau
permasalahan. Sebagai contoh dalam paper ini diambil permasalahan dwelling time
yang ada di pelabuhan Tanjung Priok. Tentunya beserta kebijakan hasil dari
permasalahan tersebut.
Dwelling time yang ada di Indonesia masih sangat tertinggal dibandingkan dari
beberapa negara tetangga kita, seperti Singapura, Malaysia, Thailand, Vietnam
dan Filipina.World Bank menyebutkan bahwa kinerja logistik Indonesia diukur dari
komponen Logistics Performance Index (LPI) masih belum efisien.
Lemahnya
dukungan
sektor
kinerja perdagangan
Oleh karena itu, pemasalahan di atas telah menjadi perhatian pemerintah bahkan
presiden Jokowi sendiri. Beberapa kebijakan publik sudah dikeluarkan, yang disebutsebut dapat mendukung Tanjung Priok dan meningkatkan kualitas dwelling time yang
ada di Tanjung Priok. Untuk itu berikut ini akan dibahas, kebijakan publik seperti apa
yang sudah dikeluarkan oleh pemerintah dalam menangani masalah dwelling time
yang ada di Tanjung Priok.
BAB II
PEMBAHASAN
PT. Pelabuhan Tanjung Priok lahir dengan sebuah keyakinan besar bahwa PT.
Pelabuhan Tanjung Priok akan mampu menciptkan pola kerja serta kualitas pelayanan
kepelabuhanan secara fleksibel., cepat dan berfokus pada penekanan biaya operasi.
PT. Pelabuhan Tanjung Priok akan bergerak lebih cepat, efektif dan efisien dalam
melayani kebutuhan para pelanggan atau pengguna jasa kepelabuhanan, semakin
singkat waktu yang diperlukan dalam memproses layanan kepelabuhanan,semakin
rendah pula biaya yang harus dikeluarkan.
PT. Pelabuhan Tanjung Priok mengintensifkan komunikasi dengan pelaku usaha dan
asosiasi pengguna jasa pelabuhan untuk senantiasa menjalankan program modernisasi
dan efisiensi layanan jasa kepelabahunan.
Sumber : media.viva.co.id
Proses yang menentukan lamanya dwelling time di pelabuhan terbagi atas tiga tahap,
yakni pre-clearance, customs clearance, dan post-clearance. Tiap tahap ada
penguasanya. Pre-clearance adalah proses peletakan petikemas di tempat
Adapun customs clearance adalah proses pemeriksaan fisik petikemas (khusus untuk
jalur merah), lalu verifikasi dokumen-dokumen oleh Bea Cukai dan pengeluaran surat
persetujuan pengeluaran barang (SPPB). Sementara kegiatan postclearance adalah
saat petikemas diangkut ke luar kawasan pelabuhan dan pihak pemilik petikemas
melakukan pembayaran ke operator pelabuhan. Jadi, angka dwelling time adalah hasil
penjumlahan dari komponen pre-clearance , customs clearance , dan post-clearance
tadi.
b. Kendala pengurusan DO pada hari Sabtu dan Minggu. DO baru bisa diambil jika
kapal sudah sandar di pelabuhan. Jika kapal sandar pada hari Sabtu atau Minggu,
berarti DO baru bisa diambil pada hari Senin. Jika ini terjadi, dokumen yang
sudah mendapatkan SPPB pada hari Sabtu tidak akan bisa keluar dari pelabuhan.
Kontainer baru bisa keluar pada hari Senin jika DO sudah diambil dari pihak
shipping, yang berarti ada penambahan DT.
c. Kendala pengurusan shipping manifest pada hari Sabtu dan Minggu. Pelaksanaan
transfer PIB EDI baru bisa dilakukan jika shipping manifest sudah terbit. Jika
kapal sandar pada hari Sabtu atau Minggu, sedangkan pihak shipping baru bisa
memberikan shipping manifest pada hari Senin, maka proses transfer PIB
terhambat.
Tanjung
Priok
situasi bottleneck.
Kemacetan
di
sekitar
kawasan Pelabuhan
Tanjung Priok masih akan terus berlangsung, hal ini meresahkan kalangan
pengusaha karena tidak adanya kepastian bagi pemilik barang terkait proses
pengeluaran barang
yang
memakan
waktu
cukup
berlangsung selama 5,5 hari," ujar Pelaksana Tugas Direktur Jenderal Bea dan
Cukai Supraptono. Berdasarkan data Direktorat Jenderal Bea dan Cukai pada Juni
2015, penanganan proses impor barang di Pelabuhan Tanjung Priok membutuhkan
waktu sebagi berikut, "precustoms clearance" selama 3,6 hari, dilanjutkan dengan
"customs clearance" selama 0,6 hari, kemudian yang terakhir adalah "post
customs clearance" selama 1,3 hari.
5. Terkait dengan tahap-tahap tersebut, Supraptono mengatakan jajarannya bertugas
pada "custom clearance" yang mencakup penyerahan dokumen Pemberitahuan
Impor Barang dan Dokumen Pelengkap Pabean, pemeriksaan fisik, serta
monitoring penarikan kontainer. Semua tugas tersebut, menurut dia, dapat
diselesaikan dalam waktu 0,6 hari, karena sejumlah perbaikan telah dilaksanakan
pihaknya untuk mencapai target "dwelling time" yang ditetapkan pemerintah,
yaitu 4,7 hari.
Sedangkan menurut Direktorat Jenderal (Ditjen) Bea Cukai Kementerian Keuangan
yang dikutip dari media online Katadata, beliau mengatakan bahwa pengusahalah
yang menjadi penyebab lamanya dwelling time di Tanjung Priok. Menurutnya, pelaku
usaha sebagai penyebab lamanya waktu tunggu bongkar muat hingga keluarnya
barang (dwelling time) di Pelabuhan Tanjung Priok.
Pelaksana tugas (Plt) Direktur Jenderal Bea Cukai Supraptono mengatakan masalah
utama lamanya dwelling time adalah pada proses penyimpanan dan penyiapan
dokumen peti kemas di pelabuhan (pre customs clearance).
Proses dwelling time terbagi dalam tiga tahapan yang meliputi aktivitas bongkar,
penyimpanan dan penyiapan dokumen peti kemas di pelabuhan (pre customs
clearance), aktivitas kepabeanan (customs clearance), dan pengangkutan serta
pembayaran yang melibatkan perbankan (post customs clearance).
Sebenarnya
proses
pre
customs
clearance
hingga
importir
menyerahkan
pemberitahuan impor barang (PIB) kepada Ditjen Bea Cukai, ditargetkan hanya 2,7
hari. Namun, karena pengusaha lamban mengurus PIB tersebut, sehingga saat ini
proses pre customs clearance mencapai 3,6 hari.
Inilah yang membuat dwelling time di Pelabuhan Tanjung Priok memakan waktu
hingga 5,5 hari. Padahal pemerintah menargetkan dwelling time bisa ditekan hingga
4,7 hari.
Ditjen Bea Cukai mencatat sebanyak 43 persen importir sengaja memperlama waktu
keluar barang, lantaran tidak memiliki gudang di luar pelabuhan. 43 persen importir
itu baru menyampaikan PIB setelah tiga hari sejak pembongkaran barang impor, baik
yang membutuhkan izin maupun tidak. Karena kebanyakan tidak memiliki gudang di
luar dan pelabuhan dinilai lebih aman, kata Supraptono di Jakarta, 25 Juni 2015.
Menurut Supraptono, tarif yang ditetapkan otoritas pelabuhan, yakni PT Pelabuhan
Indonesia II, untuk setiap kontainer yang menginap masih sangat murah. Tarif parkir
ini lebih murah dibandingkan jika pengusaha menyewa gudang di luar pelabuhan.
Dalam hal ini Ditjen Bea Cukai mengaku tidak memiliki kewenangan untuk
penentuan tarif tersebut. Makanya dia mengusulkan agar otoritas pelabuhan dan
perusahaan tempat penimbunan sementara (TPS) menaikkan tarif parkir container di
pelabuhan, sehingga lebih progresif.
Instansi yang terlibat dalam perizinan lartas ini adalah Kementerian Perdagangan,
Kementerian Perindustrian, Kementerian Pertanian, Kementerian Perhubungan,
Kementerian Kelautan dan Perikanan, Kementerian Kehutanan dan Lingkungan
Hidup, Kementerian Kesehatan, serta Kementerian Komunikasi dan Informatika,
Kementerian ESDM, Kementerian Pertahanan. Termasuk pula, Markas Besar
(Mabes) TNI dan POLRI, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), Badan
Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Badan Pengawas Tenaga Nuklir (Bapeten),
dan Bank Indonesia.
berkala dengan Pusat Penanganan Perizinan Impor Ekspor Terpadu (P3IET) sebagai
penerbit lartas di pelabuhan Tanjung Priok.
Kami juga usulkan agar sistem Indonesia National Single Window (INSW)
disempurnakan, yakni berupa percepatan jaringan dan penambahan fitur. Kami yakin
ini membantu mempercepat penerbitan lartas, ujar dia.
bersama
dengan
Kementerian
Koordinator
Bidang
dilakukan
langkah
penyegeraan
pengeluaran
barang
dengan
mafia tak menggubris dan tak mempermasalahkan kerugian 780 triliun pertahun
akibat dwelling time di pelabuhan nomor satu Indonesia itu. Kepolisian seolaholah tak punya cukup energi untuk melacak biang keladi dwelling time yang
melibatkan 18 instansi kementrian itu. Maka jika Jokowi berhasil membabat habis
para mafia pelabuhan itu maka Indonesia akan hemat sekian ratus triliun pertahun.
Kedua, Jokowi ingin bersaing dengan Singapura soal dwelling time. Bila
dibandingkan dengan Singapura yang dwelling time-nya hanya satu hari, Malaysia
3 hari, jelas Indonesia jauh ketinggalan. Dwelling time di Tanjung Priok bahkan
ada yang 25 hari. Padahal 70% aktivitas bongkar muat di Indonesia dilakukan di
pelabuhan Tanjung Priok. Sedemikian besar peranan vital pelabuhan Tanjung
Priok, maka ketika ada masalah di pelabuhan ini, langsung mengganggu
perekonomian Indonesia. Sederhananya, jika Tanjung Priok bersin, batuk-batuk,
maka seluruh sendi-sendi perekonomian Indonesia akan sakit seluruhnya.
berganti 3 kali, Mendag berganti 3 kali, Kepala Bea Cukai juga berganti 3 kali,
bahkan Otoritas Pelabuhan berganti 3 kali, ternyata tak mampu menyelesaikan
dwelling time Tanjung Priok. Target Presiden Jokowi untuk menurunkan dwelling
time dari 5,5 menjadi 4,7 hari, sedemikian sulit direalisasi karena para dirjen dan
birokrat di pelabuhan Tanjung Priok telah berkarat, membandel dan sulit diubah.
Namun Jokowi ingin melawan, menghabisi para pejabat- pejabat ini dengan
menggunakan kekuasaan yang dimilikinya. Jika para mafia ini berhasil diberantas,
maka jadilah pelabuhan Tanjung Priok menjadi pelabuhan yang efisien, maju dan
ikut membangun bangsa.
Keempat, Jokowi sedang meretas jalan dan membabat habis penghalang kemajuan
Indonesia. Setelah illegal fishing, illegal logging, Petra, PSSI, maka sasaran
selanjutnya adalah permainan kotor di Pelabuhan Tanjung Priok. Semua ini
menjadi biang keladi penghambat Indonesia maju. Jokowi percaya jika semua
penghalang telah ditebas satu-persatu, maka tiba saatnya bagi bangsa ini untuk
bersaing dengan Singapura, Korea Selatan dan Jepang. Dengan membabat habis
penghalang, korupsi dan mafia di Tanjung Priok, maka jalan untuk memajukan
Indonesia semakin lebar. Itulah mengapa kasus dwelling time di pelabuhan
Tanjung Priok amat strategis bagi pemerintahan Jokowi. Jika Tanjung Priok
berhasil dibenahi, maka tugas membangun ekonomi Indonesia semakin terarah
dan mulai menunjukkan taringnya. Maka tak heran, Jokowi terus mengeluarkan
perintah pengusutan dwelling time di Tanjung Priok itu.
setengah hati karena ada oknum yang ikut bermain? Mari kita tunggu sepak
terjang kepolisian.
"Sebagai tindak lanjut kunjungan Bapak Presiden Joko Widodo kemarin, kami
sudah siapkan dua langkah," kata Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman
Indroyono Soesilo.
Dalam rapat koordinasi di Kantor Kemenko Kemaritiman, Indroyono mengatakan
dua langkah itu yakni memperkuat sistem layanan online serta memperbaiki
sistem perizinan di sektor perdagangan dan perhubungan.
waktu
bongkar
muat
kapal
melalui
situs
Melalui situs itu pula, masyarakat bisa memonitor langsung waktu bongkar muat
kapal dalam hitungan jam, hari, bulan hingga tahunan. "Gunanya supaya
pelayanan bisa lebih cepat," katanya.
Menteri
Perdagangan
Rachmat
Gobel
mengatakan
pihaknya
akan
"Sebetulnya tidak sedikit importir yang saat masuk pelabuhan baru mengurus
izinnya, itu yang jadi memperpanjang dwelling time," kata Rachmat.
"Kami usulkan kepada Pak Menko Kemaritiman, Pak Presiden, agar ada Keppres
atau apapun itu yang menyetujui Otoritas Pelabuhan jadi koordinator 18
kementerian/lembaga di pelabuhan," kata Jonan seusai rapat koordinasi mengenai
"dwelling time" tersebut.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Pelabuhan Tanjung Priok merupakan tempat dimana terjadi banyak transaksi, namun
juga merupakan tempat paling banyak terjadinya perlambatan pengiriman barang.
Ketidaksiapan Pelabuhan Tanjung Priok dalam mengantisipasi pertumbuhan arus
barangdikarenakan
infrastruktur
belum
mengalami perbaikan
sehingga
dapat
dugaan korupsi di pelabuhan Tanjung Priok ini yang menjadi salah satu penyebab
dwelling time semakin lama.
Oleh karena itu, dibuatlah beberapa kebijakan dalam mengatasi masalah dwelling time
ini. Untuk menjamin agar pelaksanaan dari kebijakan kebijakan tersebut benar-benar
mampu meningkatkan kualitas dwelling time yang ada di Tanjung Priok, maka segenap
instansi, lapisan masyarakat baik mahasiswa, LSM, Pers maupun para pengamat harus
secara terus menerus memantau kinerja dari para pelaksana kebijakan agar tidak
disalahgunakan untuk kepentingan mereka sendiri, transparansi, dan akuntabilitas harus
menjadi kunci penyelenggaraannya.
Bila semua instansi dapat menyelenggarakan tugas - tugasnya secara bersih dan ulet,
maka masalah dwelling time ini akan terselesaikan dan dapat meningkatkatkan
perekonomian negara kita sehingga suatu saat nanti mampu menjadi negara besar yang
diakui dunia.
3.2
Saran
1. Untuk mempercepat waktu dwelling time yang terjadi di pelabuhan Tanjung Priok
yang saat ini rata-rata 5,5 hari menjadi 4,7 hari diperlukan sinergi antar
kementerian/lembaga (K/L), karena percepatan proses dwelling time tidak mungkin
hanya ditangani salah satu K/L saja.
2. Pelabuhan Tanjung Priok sebagai pintu gerbang ekspor dan impor Indonesia harus
dibangun menjadi pelabuhan yang modern dan aman untuk menunjang
pengembangan perekonomian bangsa.
3. Pemerintah melalui K/L yang terkait dalam tugasnya di pelabuhan hendaknya
membuat standar operasi prosedur yang dapat meniadakan atau setidaknya
meminimalkan pelanggaran-pelanggaran hukum oleh aparatnya.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.kompasiana.com/lahagu/kasus-dwelling-time-pertaruhan-amat-strategispemerintahan-jokowi_55bf077e2223bd6206edff8f
https://thestoryofwardana.wordpress.com/tag/dwell-time/
http://www.kemenperin.go.id/artikel/5494/Waktu-Tunggu-Dipercepat
http://news.detik.com/berita/2989821/begini-dampak-buruk-dwelling-time-dipelabuhan-tanjung-priok-di-berbagai-aspek
http://nasional.sindonews.com/read/1016670/18/dwelling-time-lagi-1435200342/1
http://www.antaranews.com/berita/504188/memperbaiki-dwelling-time-tanjung-priok
http://katadata.co.id/berita/2015/06/24/ditjen-bea-cukai-pengusaha-penyebablamanya-bongkar-muat-di-pelabuhan#sthash.Fl9H4WpU.dpuf
http://www.kemenkeu.go.id/Berita/beberapa-kebijakan-djbc-untuk-selesaikanmasalah-dwelling-time
http://www.indonesialogisticsonline.com/index.php/nusantara-news/10828penyederhanaan-regulasi-dan-perizinan-dalam-mengatasi-persoalan-dwellingtime.html
http://bisnis.liputan6.com/read/2283372/kronologi-kasus-dwelling-time-yang-jadikandirjen-tersangka?p=2