Anda di halaman 1dari 18

Pengukuran jarak merupakan dasar dari seluruh pengukuran

tanah. Meskipun sudut-sudut sudah diukur dengan seksama,


dalam pengukuran tanah paling tidak ada sebuah garis harus
diukur panjangnya untuk melengkapi sudut-sudut dalam penentuan
lokasi titik-titik.
Pada pengukuran tanah datar jarak antara dua titik berarti
jarak horisontal. Bila kedua titik tersebut beda elevasinya, maka
jarak kedua titik tersebut adalah panjang garis horisontal antara
garis unting-unting di kedua titik tersebut.

3.1

METODE PENGUKURAN LINIER

Beberapa cara pengukuran linier jarak horisontal adalah :


1.Mengukur dengan langkah;
2.Mengukur dengan batang ukur jarak;
3.Mengukur dengan pita ukur;
4.Mengukur dengan alat pengukur jarak optis
5.Mengukur dengan alat pengukur
(Electronic Distance Measurement);
6.Mengukur dengan odometer.

jarak

elektronik/EDM

PADA TANAH DATAR


Secara umum pengukuran jarak dengan pita
dalam satu kali pengukuran ada enam langkah yang
harus dilakukan, yaitu :
1. Meluruskan
Yang akan diukur harus jelas pangkal dan ujungnya, dan
dibuat garis lurus dg. cara memasang anjir (yalon) pada
titik ujung dan pangkalnya serta paling tidak 1 anjir
diantaranya,

kemudian

dibidik

dari

salah

satu

ujung/pangkal. Bila seakan-akan hanya ada satu anjir

2. Memberi tegangan
Agar pengukuran teliti maka pita ukur harus lurus dan
kedua ujungnya sama tinggi. Agar pita menjadi lurus
(tidak

melengkung),

maka

harus

diberi

tegangan

(ditarik). Umumnya tegangan pita berkisar antara 10 lb.


sampai

dengan

25

lb.

Kemudian

pada

seluruh

pengukuran tegangan pita diusahakan tetap sama.

3. Pemakaian bandul (unting-unting)


Pengukuran pada tanah yang rumputnya tinggi, semak,
atau permukaan yang tidak rata tidak baik untuk
meletakkan pita langsung diatas tanah. Oleh karena itu
pita harus dipegang diatas tanah dalam kedudukan
horisontal. Kemudian dengan bantuan unting-unting
yang talinya ditempelkan pada skala pita, maka jarak
dapat diukur dengan menggeser tali unting-unting agar
posisi titik dapat diukur dengan benar.
4. Menandai pita
Setelah ditemukan titik pada skala pita, maka titik atau
skala pada pita ditandai.

5. Membaca pita
Setelah skala pada pita ditandai, maka untuk mengetahui
hasil ukurnya skala pada pita harus dibaca.
6. Mencatat jarak
Setelah

segara

dilakukan

pencatatan,

hal

ini

untuk

menghindari agar hasil pengukuran tidak terlupakan.


Langkah 1 s/d 6 adalah untuk satu seri pengukuran.
Bila jarak yang diukur panjang perlu dilakukan beberapa
seri pangukuran.

PADA TANAH MIRING


Pengukuran dengan pita pada tanah yang miring,
praktek yang baku adalah memegang pita horisontal dan
menggunakan unting-unting pada satu atau ke dua
ujungnya.
Kalau misalnya panjang pita 50 meter tak dapat
direntangkan setinggi dada seluruhnya

,maka harus

diukur jarak yang lebih pendek dan dijumlahkan menjadi


panjang satu pita penuh. Prosedur ini disebut membagi
pita.

Sebagai contoh dalam pelaksanaan, misal pada waktu


ujung pita dipegang pada titik belakang (tanda nol pada
pita) Petugas yang di depan hanya dapat maju 30 m agar
pita setinggi dada. Kemudian tanda sementara dipasang
dibawah angka 30 m ini. Kemudian Petugas yang di
belakang maju ke tanda sementara tadi dan memegang
pada angka 30 m tadi, petugas depan maju lagi sampai
pita dapat dipegang setinggi dada. Titik dimana Petugas
depan berada diberi tanda sementara dan pada tanda
berapa meter, demikian seterusnya sampai panjang satu
pita penuh. Demikian dilakukan sampai jarak yang diukur
tercapai.

30 m

Pita horisontal

20 m
50 m (panjang pita penuh)

Tanda pada pita

Pita horisontal

Tanda 30 m

Pita horisontal

Tanda 0 m (ujung pita)

h p
eng
uk u
ran
bia
san
ya
tur
un
lere
ng
Tanda 30 m

Tanda 0 m (ujung pita)

Ara

Mengukur jarak antara 2 titik pada lereng yang curam, dilakukan


dengan meletakkan pita pada lerengnya dan menentukan sudut
kemiringan lereng ( ), atau beda tinggi V.
B
L

Jika a sudah ditentukan, maka jarak horisontal antara titik A


dan B adalah :
H = L Cos a
Cara lain bila beda tinggi (V) antara A dan B diukur dengan
sipat datar, dan dengan dalil Pythagoras didapatkan :

Jika a sudah ditentukan, maka jarak horisontal antara titik


A dan B adalah :
H = L Cos a
Cara lain bila beda tinggi (V) antara A dan B diukur dengan
sipat datar, dan dengan dalil Pythagoras didapatkan :
H =

L2 V2

Rumus kira-kira (estimasi) lain diperoleh dari


deret binomial dalil Pythagoras, yaitu :

suku pertama

H = L (V2 / 2.L)
Hasil yang lebih teliti untuk mengukur lereng yang lebih
curam dari 10% dengan memasukkan suku kedua penderetan
binomial, menjadi :
H = L -

V2/2L + V4/8L3

Pada pengukuran jalur lintas, penempatan stasiun


dilaksanakan bersinambungan dari titik awal yang dinyatakan
sebagai stasiun 0 + 00. Istilah stasiun penuh dipakai pada tiap
panjang 100 meter(=1 hektometer = Hm), atau tiap panjang
1000 meter (Km) tergantung dari persyaratan pengukuran yang
digunakan.

Kedudukan

sembarang

titik

lain

dinyatakan

dengan

jumlah jarak dari titik awal. Misalnya Sta. 7+84,9 adalah


titik yang berjarak 784,9 m dari titik awal. Panjang bagian
selewat stasiun penuh pada contoh ini adalah 84,9 m
disebut plus dan stasiun penuhnya adalah 7. Contoh lain
pada jalan tol Km. 1 + 254, artinya stasiun penuhnya
adalah Km = 1000 m pada conton ini adalah 1. Panjang
bagian selewat stasiun penuh disebut plus adalah 254 m.

Membuat sudut siku (90o) dengan pita ukur dapat


dilakukan dengan metode 3-4-5 (maksudnya perbandingan
panjang sisi segitiga adalah 3 : 4 : 5. Sebagai contoh akan
dibuat sudut 90o dari garis AD di titik A. Dengan pita ukur
panjang 100 m, perbandingan panjang sisi segitiga 3:4:5,
misalnya 15 m : 20 m : 25 m. Jumlah panjang sisi-sisi = 60 m
pita tersisa 40 m.
Pelaksanaannya : buat segitiga ABC dengan pita, dengan
panjang sisi A-B = 15 m; B-C = 20 m dan CA = 25 m.
Dengan dalil Pythagoras : (C-A)2 = (A-B)2 + (B-C)2
(25)2 = (15)2 + (20)2
Jadi sudut = 90o (siku-siku)

625 = 225 + 400

Sosok
Angka (25/40)

Ujung pita

Angka (100)

A
Angka (0/75)

20 m

25

15 m

Membuat sudut siku-siku dengan pita

Angka (60)

Mengukur besarnya sudut dengan metode tali busur dapat


dilakukan pada segitiga yang panjang semua sisinya diketahui.
Ukur jarak tertentu (sembarang) pada garis A-M, misalnya
jarak A-B = c, dan pada garis A-N, misalnya jarak A-C = b.
Kemudian ukur jarak B-C = a.
C

D
b

Besarnya sudut a dapat dihitung dengan rumus :


Sin =

(s-b) x (s c)
b x c

atau : Cos a =

b 2 + c2 a 2
2 x b x c

Keterangan : a, b, c adalah sisi-sisi segitiga ABC dan


s = (a + b + c)
Pada segitiga sama kaki dengan membentuk AB = AC, maka :
Sin =

a
2 x c

Anda mungkin juga menyukai