Topik
: Material Teknik
Tempat
Waktu pelaksanaan
Disusun oleh
Nama
No. Mhs
: 210014076
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Kuasa, yang telah
Berkenan memberikan hidayah-Nya sehingga laporan praktikum material ini dapat
terwujud. Laporan ini disusun sebagai salah syarat kelulusan praktikum material
teknik.
Laporan praktikum ini terdiri dari lima unit kerja, yaitu : Perlakuan Panas,
Amplas Dan Polishing, Pengujian Kekerasan, Foto Struktur Mikro, serta
Pengujian Impact Charpy. Dengan demikian, setelah selesai melaksanakan
Praktikum diharapkan mahasiswa tidak saja dapat melaksanaka proses perlakuan
Panas dan pengujian-pengujian tersebut tetapi juga dapat menjelaskan karakterisasi
bahan sebagai akibat proses perlakuan bahan yang diberikan.
Sudah tentu Laporan Praktikum ini sebagai langkah perbaikan proses belajar
mengajar yang masih banyak kekurangannya. Oleh sebab itu penyusun sangat
berterima kasih apabila pembaca berkenan memberi masukan, kritik, maupun saran
untuk sempurnanya Laporan Praktikum ini yang pada gilirannya akan semakin
meningkatkan kualitas proses belajar mengajar.
Akhir kata, penulis berharap agar Laporan Praktikum ini dapat bermanfaat.
Dalammeningkatkan kualitas belajar dan membantu mahasiswa dalam melaksanakan
Praktikum.
YONGKI C.B
(210014076)
Daftar Isi
Halaman
Pengesahan..................................................................................................................
.................1
Kata
Pengantar.....................................................................................................................
........................2
Daftar
Isi..................................................................................................................................
......................3
BAB I........................................................................................................................... 5
PENDAHULUAN........................................................................................................... 5
1.1. Landasan Teori................................................................................................. 5
1.2. Tinjauan Umum................................................................................................ 5
1.3. Jenis atau unit praktikum................................................................................. 5
1.4. Bahan Praktikum.............................................................................................. 6
1.5. Alat yang digunakan........................................................................................ 7
BAB II........................................................................................................................ 10
PERLAKUAN PANAS................................................................................................... 10
2.1. Dasar Treatment............................................................................................ 10
2.2. Tujuan Praktikum............................................................................................ 14
2.3. Bahan Praktikum......................................................................................... 14
2.4. Alat yang digunakan....................................................................................... 15
2.5. Langkah kerja................................................................................................. 15
2.6. Pembahasan.................................................................................................. 18
BAB III....................................................................................................................... 19
PROSES AMPLAS DAN POLISHING............................................................................. 19
3.1. Dasar Teori.................................................................................................... 19
3.2. Tujuan Praktikum........................................................................................... 19
3.3. Bahan yang digunakan................................................................................... 20
3.4. Alat yang digunakan....................................................................................... 20
3.5. Langkah kerja................................................................................................. 20
3.6. Pembahasan.................................................................................................. 21
3.7. Gambar.......................................................................................................... 22
BAB IV....................................................................................................................... 23
PROSES PENGUJIAN STRUKTUR MIKRO.....................................................................23
Daftar Pustaka................................................................................................................................43
BAB I
PENDAHULUAN
Perlakuan panas.
Proses amplas dan polishing.
Uji kekerasan bahan.
Uji struktur mikro
Uji ketangguhan bahan
( Baja AS)
( Alumunium Cor )
b. Mesin amplas
BAB II
PERLAKUAN PANAS
oleh diagram keseimbangan besi karbon. Selain karbon pada baja terkandung juga
unsur-unsur lain seperti Si, Mn dan unsur pengaruh utama kepada diagram fasa
sehingga diagram tersebut dapat digunakan tanpa menghiraukan unsur-unsur
tersebut. (Surdia dan Saito,1999: 69).
c. Pengerasan ( Hardening )
Hardening atau disebut juga penyupuhan merupakan salah satu proses
perlakuan panas yang sangat penting dalam produksi komponen-komponen
mesinUntuk mendapatkan struktur baja yang halus, keuletan, kekerasan yang
diinginkan dapat diperoleh melalui proses ini.
Menurut Kenneth budinski (1999: 167), pengerasan baja membutuhkan
Struktur Kristal dari body-centered cubi (BBC) pada suhu ruangan ke struktur Kristal
Face-centered cubic (FCC). dari diagram keseimbangan besi karbon dapat
diketahui besarnya suhu pemanasan logam yang mengandung karbon untuk
mendapatkan struktur FCC.
10
d. Perlunakan (annealing )
Selain untuk tujuan pengerasan, perlakuan panas juga dapat dilakukan
untuk tujuan perlunakan. Hal ini diperlukan untuk perlakuan baja-baja yang keras
sehingga dapat dikerjakandengan mesin, disamping itu juga pelunakan dilakukan
untuk tujuan meningkatkan keuletan dan mengurangi tegangan dalam yang
menyebabkan material berperilakun getas. Secara umum proses pelunakan dapat
berupa proses normalizing, full analizing dan spheroizing.
a. Normalizing
Normalizing merupakan proses perlakuan panas yang bertujuan untuk
memperhalus dan menyeragamkan ukuran serta distribusi ukuran butir
logam. Proses ini diperlukan untuk komponen yang mengalami proses
pembentukan seperti pengerolan dingin, tenpa dingin, dan
pengelasan. Proses normalizing yaitu dengan memanaskan material
pada temperatur 55-85C diatas temperature kritis kemudian ditahan
untuk beberapa lama hingga secara penuh bertransformasi ke fasa
austenite, selanjunya material didinginkan pada udara terbuka hingga
mencapai suhu kamar.
b. Full Anealing
Full anealing merupakan proses perlakuan panas yaitu bertujuan
melunakan logam yang keras sehingga mampu dikerjakan dengan mesin.
Proses ini banyak dilakukan pada baja medium. Proses full anealing
dapat dilakukan cara memanasan material baja pada temperature 15-
11
A 3 atau
Gambar : Diagram
laju pendinginan
bahan.
12
2. Aluminium Cor
13
4. Air
5. Udara
6. Tempat penampung cairan pendinginan (kaleng).
7. Penjepit benda kerja
14
15
Gambar : Baja AS telah mencapai temperature 900C dan setelah ditahan selama
satu jam.
4. Melakukan proses pendinginan pada alumunium cor 4 spesimen yaitu pendinginan air
pendinginan udara.
Gambar : Pengambilan Alumunium cor untuk proses pendinginan air dan udara.
16
5. Melakukan proses pendinginan baja AS dengan pendinginan dalam dapur, pendinginan oli
SAE 20.
2.6. Pembahasan
Specimen hasil perlakuan panas dengan pendinginan berbeda dapat terlihat
perbedaannya dari warna fisik masing-masing specimen. Pada specimen alumunium cor
yang didinginkan dengan air terlihat lebih gelap dibandingkan dengan pendinginan lain.
Sedangkan pada specimen baja AS, pendinginan menggunakan oli terlihat lebih hitam
dibandingkan dengan yang didinginkan dengan udara.
17
BAB III
PROSES AMPLAS DAN POLISHING
mesin
amplas atau mesin poles yang telah dilengkapi dengan kertas amplas atau kain poles
dengan bantuan media pendingin air. Pada umumnya mesin amplas atau mesin poles terdiri
dari satu atau beberapa meja putar sebagai tempat pemanasan kertas amplas atau kain
poles, yang mana pada setiap meja putar selalu dilengkapi dengan satu instalasi pendingin
air. Sistem pendingin sangat diperlukan pada saat proses pengamplasan karena akan
mengurangi atau menghilangkan dampak panas yang ditimbulkan akibat pergesekan
kertas amplas yang berputar dengan permukaan material yang dihaluskan, sehingga tidak
akan mempengaruhi perubahan struktur material akibat proses tersebut dan pengamplasan
akan lebih nyaman. Untuk dapat menghasilkan permukaan yang benar-benar rata dan halus
tanpa adanya suatu goresan dipermukaan material, ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan yaitu :
1. Pemegangan benda kerja yang diamplas atau dipoles tidak perlu menekan
yang berlebihan.
2. Posisi atau arah permukaan benda kerja yang dikerjakan harus selalu tetap tidak
boleh bolak-balik.
3. Satu meja putar hanya boleh digunakan untuk pengamplasan satu benda kerja.
4. Pada saat pengamplasan dilakukan, system pendingin air harus dihidupkan.
memoles
18
19
3.6. Pembahasan
Pada saat melakukan proses pengamplasan, hasil pengamplasan kurang halus itu disebabkan
posisi benda kerja sering terjadi penekanan yang tidak merata pada bagian-bagian tertentu
yang mengakibatkan goresan-goresan pada specimen. Pada saat polishing hendaknya
diperhatikan cara menggosok benda kerja pada kain khususnya pada saat finishing, benda
kerja harus digosok searah sehingga hasil polishing maksimal.
20
3.7. Gambar
21
BAB IV
PROSES PENGUJIAN STRUKTUR MIKRO
menggunakan pengetahuan ini untuk mengubah sifat-sifat yang dipengaruhi struktur melalui
modifikasi
struktur,
hingga
didapatkan
bahan
merupakan inti sari dari ilmu bahan. Struktur dan sifat paduan dapat diamati dengan teknik
metalografi. Pada semua cabang
metalurgi
amat
besar.
Mikroskop cahaya yang sederhana terdiri dari tiga bagian pokok, yaitu :
a. Lensa pemantul (illuminator) yang berfungsi memantulkan permukaan
logam.
b. Lensa obyektif, mempunyai daya pisah.
c. Lensa mata (eyepiece), untuk memperbesar bayangan yang terbentuk oleh
lensa obyektif.
Pengujian mikroskopis dari suatu benda uji yang mewakili suatu logam, setelah dipoles
dan kemudian dietsa dengan bantuan larutan kimia yang sesuai dapat memberikan banyak
gambaran seperti keteraturan dan ukuran butir, distribusi fase, hasil deformasi plastis dan
eksistensi dari pengotor dan cacat bahan. Proses kimia atau etsa permukaan mula-mulah
memperlihatkan batas butir, tetapi lebih lanjut etsa akan memperlihatkan bayangan yang
berbeda antara satu butir dengan butir yang lain. Hal ini menunjukan bahwa larutan etsa tidak
mengikis permukaan logam seluruhnya melainkan sepanjang bidang kristalografi tertentu.
Setiap butir akan memantulkan sinar ke lensa obyektif pada mikroskop dan hasilnya akan
timbul sinar, sementara butir-butir disekitarnya memantulkan semua sinar ke lain arah dan
tampak lebih gelap.
22
( Baja AS)
23
2.
3.
4.
5.
6.
7.
24
25
Pearlite
Ferrite
26
Pearlite
Ferrite
Martensite
c. Hasil foto mikro baja AS, pendinginan udara dengan 200x perbesaran.
Pearlite
Ferrite
4.7. Pembahasan
Proses kimia atau etsa permukaan memperlihatkan batas butir, tetapi tidak lebih lanjut etsa
akan memperlihatkan bayangan yang berada antara satu butir dengan yang lain. Hal ini
menunjukan bahwa larutan atsa tidak mengikis permukaan logam, melainkan sepanjang bidang
kristalografi tertentu. Dari hasil uji mikro yang dilakukan kita dapat melihat unsur-unsur yang
terkandung diantaranya.
27
Ferrite adalah unsur logam lunak yang berwarna putir di sebabkan karena logam banyak
Martensite adalah garis-garis seperti rumput yang menyebar, martensite timbul karena akibat
perlakuan panas dan pendinginan kejut sehingga ferrite terpecah dan membantuk garis-garis
seperti rumput.
28
BAB V
UJI KEKERASAN
29
( Baja AS )
b. Aluminium Cor
( Alumunium Cor )
30
Bandul beban
b.
229.0+ 223.0+226.7
= 226.23kg/mm
3
31
Nilai rata-rata =
3.
234.4 +228.0+234.0
Nilai rata-rata =
= 232.13 kg/mm
3
b.
Baja AS (Vickers)
1.
2.
257.7 +253.8+33.7
= 280.7 kg/mm
3
Data hasil uji kekerasan pada Baja AS (Pendinginan Oli SAE 20)
a. Titik 1 = 387.2 kg/mm
b. Titik 2 = 385.3 kg/mm
c. Titik 3 = 353.5 kg/mm
d. Titik 4 = 264.7 kg/mm
e. Titik 5 = 405.1 kg/mm
387.2+385.2+353.5
Nilai rata-rata =
= 375. 3 kg/mm
3
32
3.
290.1+389.9+363.9
= 347. 9 kg/mm
3
5.7. Pembahasan
Dari hasil uji kekerasan diketahui pada alumunium cor yang didinginkan
dengan air dan udara mengalami peningkatan kekerasan lebih dari raw material.
Sedangkan baja AS specimen raw material lebih lunak dari pada dengan baja
spesimen yang mengalami perlakuan panas.
33
BAB VI
UJI KETANGGUHAN IMPACT
Energi patah
= G.L (cos-cos )
K=
=p.l
G . L(coscos)
p.l
Keterangan :
34
G : Berat pemukul
L : Panjang lengan pemukul
: Sudut awal ayunan
: Sudut sisa ayunan
P : Tinggi
I : Lebar
( Alumunium Cor )
35
Spesifikasi :
Kapasitas
: 30 kg
Sudut ayunan
: 100
Berat pemukul
: 32,5 kg
Kecepatan pemukul : 36/detik
: 1100 mm
: 78 X 126 cm
Berat
2mm
300 kg
36
8. Membaca pada dial besar energy yang diserap oleh batang uji.
Benda 1 :
Sudut = 87
86.5
Sudut = 86
Energi
= G. L (Cos
cos l
Nilai rata-rata
Energi patah
= luas penampang
5362.5
70
= 76.607
Energi
= G. L (Cos
Luas penampang = P .
37
cos l
= 10.7
= 70
K =
Energi patah
luas penampang
Nilai rata-rata
7800
70
= 111.4
Sudut = 82
82.5
Sudut = 83
Energi
= G. L (Cos
Luas penampang = P .
= 10.7
= 70
K =
Energi patah
luas penampang
Nilai rata-rata
7312.5
70
= 104.46
38
cos l
( Pendingin Air )
( pendinginan Udara )
39
6.7. PEMBAHASAN
Dari pengujian ketangguhan impact yang dilakukan terhadap spesimen
dengan hasil pemanasan sampai 500 C selama 5 menit dan didinginkan
dengan media yang berbeda yaitu air dan udara, maka dapat pula hasil
pengujian yang berbeda.
40
BAB VII
PENUTUP
7.1. Penutup
Dari praktikum yang telah dilakukan penulisan mendapatkan banyak pelajaran.Yang
berharga tentang bahan-bahan teknik, dari praktikum ini pula penulis dapat mengetahui
cara-cara mendapatkan kualitas material teknik yang baik digunakan dalam suatu produksi
perlatan mesin yang digunakan sehari-hari. Dari dasar ini juga sebagai bekal penulis yang
masih menempuh pendidikan kelak akan berguna dalam lingkungan masyarakat dan industry
yang berkembang saat ini.
7.2. Kesimpulan
Dari praktikum yang telah dilaksanakan, penulis dapat mengetahui kualitas dari
bahan-bahan teknik yang telah diuji, hal ini tidak terlepas dari lengkapnya alat-alat praktek
yang sangat menunjang di laboratium material STTNAS Yogyakarta.
7.3. Saran
Penulisan menyarankan agar teman-teman yang nantinya akan mengambil
praktikum material teknik agar berhati-hati dalam menggunakan mesin dan peralatan lainnya,
hendaknya bertanya kepada instruktur atau asisten dosen mengenai cara pengoperasikan
mesin-mesin tersebut. Pihak laboratorium material untuk kenyamanan dan keselamatan
bersama hendaknya memperbaiki kekurangan-kekurangan yang masih perlu di benahi supaya
kedepannya laboraturium material teknik khususnya bias berfungsi dengan baik dan nyaman.
41
DAFTAR PUSTAKA
42