Tutorial
Tutorial
PENDAHULUAN
visus
merupakan
pengukuran
obyek
terkecil
yang
dapat
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
A. ANATOMI MATA
Pemahaman tentang anatomi mata diperlukan untuk mengetahui
berbagai proses yang terjadi dalam mata. Pada penglihatan terdapat proses
yang cukup rumit oleh jaringan yang dilalui seperti membelokkan sinar,
memfokuskan sinar dan meneruskan rangsangan sinar yang membentuk
bayangan yang dapat dilihat.
Berikut adalah bagian mata yang memegang peranan pembiasan sinar
pada mata:
1. Kornea
Kornea merupakan jendela paling depan dari mata dimana sinar
masuk dan difokuskan ke dalam pupil. Bentuk kornea yang cembung dan
sifatnya yang transparan merupakan hal yang sangat menguntungkan
karena sinar yang masuk 80% atau dengan kekuatan 40 dioptri dilakukan
atau dibiaskan oleh kornea ini. Indeks bias kornea adalah 1,38.
Kelengkungan kornea mempunyai kekuatan yang berkuatan sebagai lensa
hingga 40,0 dioptri.
2. Iris
Iris atau selaput pelangi merupakan bagian yang berwarna pada
mata. Iris menghalangi sinar masuk ke dalam mata dengan cara mengatur
jumlah sinar masuk ke dalam pupil melalui besarnya pupil.
3. Pupil
Pupil yang berwarna hitam pekat pada sentral iris mengatur jumlah
sinar masuk ke dalam bola mata. Seluruh sinar yang masuk melalui pupil
diserap sempurna oleh jaringan dalam mata. Tidak ada sinar yang keluar
melalui pupil sehingga pupil akan berwarna hitam. Ukuran pupil dapat
mengatur refleks mengecil atau membesarkan untuk jumlah masuknya
sinar. Pengaturan jumlah sinar masuk ke dalam pupil diatur secara refleks.
Pada penerangan yang cerah pupil akan mengecil untuk mengurangi rasa
silau. Pada tepi pupil terdapat m.sfingter pupil yang bila berkontraksi akan
mengakibatkan mengecilnya pupil (miosis). Hal ini terjadi ketika melihat
dekat atau merasa silau dan pada saat berakomodasi. Selain itu, secara
radier terdapat m.dilator pupil yang bila berkontraksi akan mengakibatkan
membesarnya pupil (midriasis). Midirasis terjadi ketika berada di tempat
gelap atau pada waktu melihat jauh.
4. Badan siliar
Badan siliar merupakan bagian khusus uvea yang memegang
peranan untuk akomodasi dan menghasilkan cairan mata. Di dalam badan
siliar didapatkan otot akomodasi dan mengatur besar ruang intertrabekula
melalui insersi otot pada skleral spur.
5. Lensa
Jaringan ini berasal dari ektoderm permukaan yang berbenruk
lensa di dalam mata dan bersifat bening. Lensa di dalam bola mata terletak
di belakang iris Yng terdiri dari zat tembus cahaya berbentuk seperti
cakram yang menebal dan menipis pada saat terjadinya akomodasi. Lensa
yang jernih ini mengambil peranan membiaskan sinar 20% atau 10 dioptri.
Peranan lensa yang terbesar adalah pada saat melihat dekat atau
berakomodasi.
6. Retina
Retina atau selaput jala merupakan bagian mata yang mengandung
reseptor yang menerima rangsangan cahaya dan terletak di belakang pupil.
Retina akan meneruskan rangsangan yang diterimanya berupa bayangan
benda sebagai rangsangan elektrik ke otak sebagai bayangan yang dikenal.
7. Saraf optic
Saraf optik yang keluar dari polus posterior bola mata membawa 2
jenis serabut saraf, yaitu: saraf penglihat dan serabut pupilomotor. Saraf
penglihat meneruskan rangsangan listrik dari mata ke korteks visual untuk
dikenali bayangannya.
Derajat refraksi ditentukan oleh dua faktor, yaitu: rasio indeks bias dari
kedua media transparan dan derajat kemiringan antara bidang peralihan dan
permukaan gelombang yang datang. Pada permukaan yang melengkung
seperti lensa, semakin besar kelengkungan, semakin besar derajat pembiasan
dan semakin kuat lensa. Suatu lensa dengan permukaan konveks (cembung)
menyebabkan konvergensi atau penyatuan berkasberkas cahaya, yaitu
persyaratan untuk membawa suatu bayangan ke titik fokus. Dengan demikian,
permukaan refraktif mata bersifat konveks. Lensa dengan permukaan konkaf
(cekung) menyebabkan divergensi (penyebaran) berkasberkas cahaya.
Cahaya merambat melalui udara kira-kira dengan kecepatan 300.000
km/detik, tetapi perambatannya melalui benda padat dan cairan yang
transparan jauh lebih lambat. Ketika suatu berkas cahaya masuk ke sebuah
medium yang lebih tinggi densitasnya, cahaya tersebut melambat (begitu pula
sebaliknya). Berkas cahaya mengubah arah perjalanannya ketika melalui
permukaan medium baru pada setiap sudut kecuali sudut tegak lurus.
Proses melihat bermula dari masuknya seberkas cahaya dari benda
yang diamati ke dalam mata melaui lensa yang kemudian dibiaskan pada
retina (makula). Terjadi perubahan proses sensasi cahaya menjadi impuls
listrik yang diteruskan ke otak melalui saraf optik untuk kemudian
diinterpretasikan. Kemampuan seseorang untuk melihat tajam (fokus) atau
disebut juga tajam penglihatan (acies visus) tergantung dari media refraktif di
dalam bola mata.
Sistem lensa mata membentuk bayangan di retina. Bayangan yang
terbentuk di retina terbalik dari benda aslinya. Namun demikian, persepsi otak
terhadap benda tetap dalam keadaan tegak, tidak terbalik seperti bayangan
yang terjadi di retina, karena otak sudah dilatih menangkap bayangan yang
terbalik itu sebagai keadaan normal.
Pembentukan bayangan di retina memerlukan empat proses. Pertama,
pembiasan sinar/ cahaya. Hal ini berlaku apabila cahaya melalui perantaraan
yang berbeda kepadatannya dengan kepadatan udara, yaitu kornea, humor
aquosus, lensa, dan humor vitreous. Kedua, akomodasi lensa, yaitu proses
lensa menjadi cembung atau cekung, tergantung pada objek yang dilihat itu
dekat atau jauh. Ketiga, konstriksi pupil, yaitu pengecilan garis pusat pupil
agar cahaya tepat di retina sehingga penglihatan tidak kabur. Pupil juga
mengecil apabila cahaya yang terlalu terang memasukinya atau melewatinya.
Hal ini penting untuk melindungi mata dari paparan cahaya yang tiba-tiba atau
terlalu terang. Keempat, pemfokusan, yaitu pergerakan kedua bola mata
sedemikian rupa sehingga kedua bola mata terfokus ke arah objek yang sedang
dilihat.
Keseimbangan dalam pembiasan sebagian besar ditentukan oleh
dataran depan dan kelengkungan kornea dan panjangnya bola mata. Kornea
mempunyai daya pembiasan sinar terkuat dibanding bagian mata lainnya.
Lensa memegang peranan membiaskan sinar terutama pada saat melakukan
akomodasi atau melihat benda yang dekat. Bila terdapat kelainan pembiasan
sinar oleh kornea (mendatar, mencembung) atau adanya perubahan panjang
(lebih panjang, lebih pendek) bola mata maka sinar normal tidak dapat
terfokus pada makula.
Kemampuan akomodasi lensa membuat cahaya tidak berhingga akan
terfokus pada retina, demikian pula bila benda jauh didekatkan, maka benda
pada jarak yang berbeda-beda akan terfokus pada retina atau makula lutea.
Akibat akomodasi, daya pembiasan bertambah kuat. Kekuatan akomodasi
akan meningkat sesuai dengan kebutuhan, semakin dekat benda makin kuat
mata harus berakomodasi (mencembung). Akomodasi terjadi akibat kotraksi
otot siliar. Kekuatan akomodasi diatur oleh refleks akomodasi. Refleks
akomodasi akan meningkat bila mata melihat kabur dan pada waktu
konvergensi atau melihat dekat.
Pada saat seseorang melihat suatu objek pada jarak dekat, maka terjadi
trias akomodasi yaitu: (i) kontraksi dari otot siliaris yang berguna agar zonula
Zinii mengendor, lensa dapat mencembung, sehingga cahaya yang datang
dapat difokuskan ke retina; (ii) konstriksi dari otot rektus internus, sehingga
timbul konvergensi dan mata tertuju pada benda itu, (iii) konstriksi otot
konstriksi pupil dan timbullah miosis, supaya cahaya yang masuk tak berlebih,
dan terlihat dengan jelas.
C. KELAINAN REFRAKSI
Hasil pembiasan sinar pada mata ditentukan oleh media penglihatan
yang terdiri atas kornea, cairan mata, lensa, benda kaca, dan panjangnya bola
mata. Pada orang normal susunan pembiasan oleh media penglihatan dan
panjangnya bola mata demikian seimbang sehingga bayangan benda selalu
melalui media penglihatan dibiaskan tepat di daerah makula lutea.
Kelainan refraksi atau ametropia merupakan kelainan pembiasan sinar
pada mata sehingga sinar tidak difokuskan pada retina atau bintik kuning,
tetapi dapat di depan atau di belakang retina dan mungkin tidak terletak pada
satu titik yang fokus. Pada kelainan refraksi terjadi ketidakseimbangan sistem
optik pada mata sihingga menghasilkan bayangan yang kabur. Kelainan
refraksi dikenal dalam bentuk miopia, hipermetropia, astigmat, dan presbiopia.
Kelainan refraksi ditandai dengan mengedip yang kurang dibanding
mata normal. Normalnya, seseorang akan mengedip 4-6 kali dalam 1 menit,
jika kurang mengedip maka mata akan melotot atau mulai juling. Seseorang
dengan kelainan refraksi sebaiknya sering mengedip agar tidak timbul
penyulit lain. Penderita dengan kelainan refraksi akan memberikan keluhan
sebagai berikut: sakit kepala terutama di daerah tengkuk atau dahi; mata
berair; cepat mengantuk; mata terasa pedas; pegal pada bola mata; dan
penglihatan
kabur. Untuk
mencegah
terjadinya
penyulit
diusahakan
miopia
menunjukkan
penurunan
dengan
Beberapa
kepekaan
peneliti
terhadap
berpendapat
miopia.
gen
Sedangkan
hanya
menentukan
pengaruh
lingkungan
derajat rendah pada awal kehidupan. Saat mereka terpajan pada faktor
miopogenik seperti kerja jarak dekat secara berlebihan yang
menyebabkan bayangan buram dan tidak terfokus pada retina.
Miopisasi berlanjut untuk mencapai titik fokus yang menyebabkan
elongasi aksial dan menimbulkan miopia derajat sedang pada late
adolescence.
Terdapat beberapa pendapat tentang patofisiologi miopia,
meliputi:
1) Menurut tahanan sklera
a) Mesadermal
Abnormalitas mesodermal
sklera
secara
kualitas
pembuangan
sebagian
masenkim
sklera
dari
pertumbuhan
strategis
ini
menyebabkan
kongenital ektasia pada area ini. Sklera normal terdiri dari pita
luas padat dari bundle serat kolagen, hal ini terintegrasi baik,
terjalin bebas, ukuran bervariasi tergantung pada lokasinya.
Bundel serat terkecil terlihat menuju sklera bagian dalam dan
pada zona ora equatorial. Bidang sklera anterior merupakan
area crosectional yang kurang dapat diperluas perunitnya dari
pada bidang lain. Pada test bidang-bidang ini ditekan sampai
7,5 g/mm2.
Tekanan intraokular equivalen 100 mmHg, pada batas
terendah dari stress ekstensi pada sklera posterior ditemukan 4
x dari pada bidang anterior dan equator. Pada batas lebih tinggi
sklera posterior kira-kira 2 x lebih diperluas. Perbedaan
tekanan diantara bidang sklera normal tampak berhubungan
dengan hilangnya luasnya bundel serat sudut jala yang terlihat
pada sklera posterior. Struktur serat kolagen abnormal terlihat
pada kulit pasien dengan Ehlers-Danlos yang merupakan
penyakit kalogen sistematik yang berhubungan dengan miopia.
11
b) Ektodermal Mesodermal
Vogt awalnya memperluasnya konsep bahwa miopia
adalah hasil ketidakharmonisan pertumbuhan jaringan mata
dimana pertumbuhan retina yang berlebihan dengan bersamaan
ketinggian
perkembangan
baik
koroid
maupun
sklera
tekanan
berperan
besar
pada
peningkatan
Miopia berat atau tinggi, dimana miopia lebih besar dari 6 dioptri
Sedangkan menurut perjalanan penyakitnya, miopia dikenal
dalam bentuk:
dapat
menimbulkan
rangsangan
untuk
terjadinya
13
kontak
keras
yang
terbuat
dari
bahan
plastik
14
3) Bedah Refraksi
Ketidaknyamanan memakai kacamata bagi banyak pemakai
dan komplikasi yang berkaitan dengan lensa kontak mendorong
pencarian solusi bedah bagi masalah gangguan refraksi. Metode
bedah refraksi yang digunakan terdiri dari:
a) Radial keratotomy (RK), dimana pola jari-jari yang melingkar
dan lemah diinsisi di parasentral. Bagian yang lemah dan curam
pada permukaan kornea dibuat rata. Jumlah hasil perubahan
tergantung pada ukuran zona optik, angka dan kedalaman dari
insisi. Meskipun pengalaman beberapa orang menjalani radial
keratotomy menunjukan penurunan miopia, sebagian besar
pasien sepertinya menyukai dengan hasilnya. Dimana dapat
menurunkan pengguanaan lensa kontak.
Komplikasi yang
astigmatisma,
astigmatisma
irregular,
anisometropia,
dan
setelah
pembedahan ekstrakapsular.
Daya lensa intraocular biasanya ditentukan dengan metode
regresi empiris yang menganalisis pengalaman penggunaan salah
satu tipe lensa pada banyak pasien. Dari metode ini diturunkan
suatu rumus matematis yang didasarkan pada suatu konstanta
untuk lensa tertentu.
Turunnya adalah rumus SRK II. Namun rumus regresi
sekarang jarang digunakan. Rumus teoritik yang menggunakan
konstanta lensa, pembacaan keratometer dan panjang sumbu ,
bersama dengan perkiraan kedalaman bilik mata depan setelah
pembedahan meliputi rumus SRK/T,Holladay, dan Hoffer Q dan
tak ada satu pun rumus yang dapat memperkirakan kekuatan lensa
setiap pasien.
16
17
18
4) Glaukoma
Resiko terjadinya glaukoma pada mata normal adalah
1,2%, pada miopia sedang 4,2%, dan pada miopia tinggi 4,4%.
Glaukoma pada miopia terjadi dikarenakan stres akomodasi dan
konvergensi serta kelainan struktur jaringan ikat penyambung pada
trabekula.
5) Skotoma
Komplikasi timbul pada miopia derajat tinggi. Jika terjadi
bercak atrofi retina maka akan timbul skotoma (sering timbul jika
daerah makula terkena dan daerah penglihatan sentral menghilang).
Vitreus yang telah mengalami degenerasi dan mencair berkumpul
di muscae volicantes sehingga menimbulkan bayangan lebar
diretina sangat menggangu pasien dan menimbulkan kegelisahan.
Bayangan tersebut cenderung berkembang secara perlahan dan
selama
itu
pasien
tidak
pernah
menggunakan
indera
2. Hipermetropia
a. Definisi
Hipermetropia adalah anomali refraksi yang mana tanpa
akomodasi, sinar sejajar akan terfokus di belakang retina. Sinar divergen
dari objek dekat, akan difokuskan lebih jauh di belakang retina.
19
+5.00 D
Hipermetropia berat, kesalahan refraksi +5.25 D atau lebih tinggi
Berdasarkan status akomodasi mata, hipermetropia dibagi
lensa
positif
karena
akan
mengaburkan
penglihatannya.
d) Pasien dengan hipermetropia fakultatif bisa melihat dengan
jelas tanpa lensa positif tapi juga bisa melihat dengan jelas
dengan menggunakan lensa positif
4) Hipermetropia Absolut
Tidak bisa dikoreksi dengan proses akomodasi
Penglihatan subnormal
Penglihatan jarak jauh juga bisa menjadi kabur terutama pada
usia lanjut
Hipermetropia
Total
bisa
dideteksi
setelah
proses
21
Hipermetropia
Hipermetropia Laten
Hipermetropia Manifes
akomodatif (sakit
kepala,
lakrimasi, fotofobia,
kelelahan mata)
3) Strabismus pada anak-anak yang mengalami hipermetropia berat
4) Gejala biasanya berhubungan dengan penggunaan mata untuk
penglihatan dekat (cth : membaca, menulis, melukis), dan biasanya
hilang jika kerjaan itu dihindari.
5) Mata dan kelopak mata bisa menjadi merah dan bengkak secara
kronis
6) Mata terasa berat bila ingin mulai membaca, dan biasanya tertidur
beberapa saat setelah mulai membaca walaupun tidak lelah.
7) Bisa terjadi ambliopia
f. Diagnosis Hipermetropia
1) Anamnesa gejala-gejala dan tanda-tanda hipermetropia
2) Pemeriksaan Oftalmologi
a) Visus tergantung usia dan proses akomodasi dengan
menggunakan Snellen Chart
b) Refraksi retinoskopi merupakan alat yang paling banyak
digunakan
untuk
pengukuran
objektif
hipermetropia.
22
ophthalmoskopi
indirect
diperlukan
untuk
3. ASTIGMATISME
a Definisi
Terminologi astigmatisme berasal dari Bahasa Yunani yang
bermaksud tanpa satu titik. Astigmatisme merupakan kondisi dimana
sinar cahaya tidak direfraksikan dengan sama pada semua meridian.
Jika mata astigmatism melihat gambaran palang, garis vertikal dan
horizontalnya akan tampak terfokus tajam pada dua jarak pandang
yang berbeda. Mata astigmatisme bisa dianggap berbentuk seperti bola
sepak yang tidak memfokuskan sinar pada satu titik tapi banyak titik.
b Epidemiologi
Astigmatisme merupakan kelainan refraksi yang sering terjadi.
5% dari pasien yang memakai kaca mata mempunyai kelainan
astigmatisme. Sebanyak 3% dari populasi mempunyai kelainan
astigmatisme yang melebihi 3.00 D. Di Indonesia, diperkirakan
sebanyak 40 juta populasinya mempunyai kelainan astigmatisme.
Tidak ada perbedaan frekuensi terjadinya astigmatisme pada lelaki dan
perempuan. Prevalensi astigmatisme meningkat dengan usia.
c
Etiologi
Mata mempunyai 2 bagian untuk memfokuskan bayangan
kornea dan lensa. Pada mata yang bentuknya sempurna, setiap elemen
untuk memfokus mempunyai kurvatura yang rata seperti permukaan
bola karet. Kornea atau lensa dengan permukaan demikian
merefraksikan semua sinar yang masuk dengan cara yang sama dan
menghasilkan bayangan yang tajam terfokus pada retina.
Jika permukaan kornea atau lensa tidak rata, sinar tidak
direfraksikan dengan cara yang sama dan menghasilkan bayanganbayangan kabur yang tidak terfokus pada retina.
24
1) Miopia
Ini terjadi bila kurvatura kornea terlalu melengkung atau jika
aksis mata lebih panjang dari normal. Bayangan terfokus di depan
retina dan menyebabkan objek dari jauh terlihat kabur.
2) Hipermetropia.
Ini terjadi jika kurvatura kornea terlalu sedikit atau aksis mata
lebih pendek dari normal. Bayangan terfokus di belakang retina dan
menyebabkan objek dekat terlihat kabur.
Biasanya astigmatisme terjadi sejak lahir. Astigmatisme dipercayai
diturunkan dengan cara autosomal dominan. Astigmatisme juga bisa
terjadi setelah trauma atau jaringan parut pada kornea, penyakit mata yang
termasuk tumor pada kelopak mata, insisi pada kornea atau karena faktor
perkembangan. Astigmatisme tidak menjadi lebih parah dengan membaca
di tempat yang kurang pencahayaan, duduk terlalu dekat dengan layar
televisi atau menjadi juling.
Jika distorsi terjadi pada kornea, disebut astigmatisme kornea,
sedangkan jika distorsi terjadi pada lensa, disebut astigmatisme lentikular.
Astigmatisme juga bisa terjadi karena traksi pada bola mata oleh
otot-otot mata eksternal yang merubah bentuk sklera menjadi bentuk
astigma, perubahan indeks refraksi pada vitreous, dan permukaan yang
tidak rata pada retina.
d Klasifikasi
Ada banyak tipe astigmatisme, tergantung dari kondisi optik.
1) Simple hyperopic astigmatism Satu meridian prinsipal adalah
emmetropik; yang satu lagi hiperopik
25
26
dengan yang lainnya. Kondisi ini bisa dikoreksi dengan lensa silinder
Irregular Meridian-meridian prinsipal tidak bersudut tegak antara
satu dengan yang lainnya, biasanya disebabkan oleh ketidakrataan
kurvatura kornea. Tidak bisa dikoreksi dengan sempurna dengan lensa
silinder
Oblique Meridian-meridian prinsipal berada antara sudut 30 o hingga
27
astigmatism.
Gejala-gejala dan Tanda-tanda
Distorsi dari bagian-bagian lapang pandang
Tampak garis-garis vertikal, horizontal atau miring yang kabur
Memegang bahan bacaan dekat dengan mata
Sakit kepala
Mata berair
Kelelahan mata
Memiringkan kepala untuk melihat dengan lebih jelas
Diagnosis Astigmatisme
1 Anamnesa gejala-gejala dan tanda-tanda astigmatisme
2 Pemeriksaan Oftalmologi
a Visus tergantung usia dan proses akomodasi dengan
menggunakan Snellen Chart
b Refraksi Periksa mata satu per satu, mulai dengan mata kanan.
Pasien diminta untuk memperhatikan kartu tes astigmatisme dan
menentukan garis yang mana yang tampak lebih gelap dari yang
lain. Contohnya, pasien yang miopia pada meridian vertikal dan
emmetropia pada meridian horizontal akan melihat garis-garis
vertikal tampak distorsi, sedangkan garis-garis horizontal tetap
tajam dan tidak berubah. Sebelum pemeriksaan subjektif ini,
28
disarankan
menjadikan
penglihatan
pasien
miopia
untuk
penyakit-penyakit
yang
bisa
menyebabkan
penglihatan
warna,
tekanan
intraokular,
dan
Penatalaksanaan Astigmatisme
1 Astigmatisme bisa dikoreksi dengan menggunakan lensa silinder
2
silinder
Untuk astigmatisme yang gejalanya timbul, pemakaian lensa
silender bertujuan untuk mengurangkan gejalanya walaupun
kadang-kadang tidak memperbaiki tajam penglihatan
29
4. PRESBIOPIA
a Definisi
Presbiopia adalah penglihatan di usia lanjut, merupakan
perkembangan normal yang berhubungan erat dengan usia lanjut
dimana proses akomodasi yang diperlukan untuk melihat dekat
perlahan-lahan berkurang. Biasanya terjadi diatas usia 40 tahun, dan
setelah umur itu, umumnya seseorang akan membutuhkan kaca mata
baca untuk mengkoreksi presbiopianya.
b Epidemiologi
Prevalensi presbiopia lebih tinggi pada populasi dengan usia
harapan hidup yang tinggi. Karena presbiopia berhubungan dengan
usia, prevalensinya berhubungan lansung dengan orang-orang lanjut
usia dalam populasinya.
Walaupun sulit untuk melakukan perkiraan insiden presbiopia
karena onsetnya yang lambat, tetapi bisa dilihat bahwa insiden
tertinggi presbiopia terjadi pada usia 42 hingga 44 tahun. Studi di
Amerika pada tahun 1955 menunjukkan 106 juta orang di Amerika
mempunyai kelainan presbiopia.
Faktor resiko utama bagi presbiopia adalah usia, walaupun
kondisi lain seperti trauma, penyakit sistemik, penyakit kardiovaskular,
dan efek samping obat juga bisa menyebabkan presbiopia dini.
c Etiologi
1 Terjadi gangguan akomodasi lensa pada usia lanjut
30
2
3
4
5
malam hari
Memerlukan sinar yang lebih terang untuk membaca
Terganggu secara emosional dan fisik
f Diagnosis Presbiopia
1 Anamnesa gejala-gejala dan tanda-tanda presbiopia
2 Pemeriksaan Oftalmologi
a Visus Pemeriksaan dasar untuk mengevaluasi presbiopia
dengan menggunakan Snellen Chart
b Refraksi Periksa mata satu per satu, mulai dengan mata
kanan. Pasien diminta untuk memperhatikan kartu Jaeger dan
31
ophthalmoskopi
indirect
diperlukan
untuk
dibutuhkan
40
+1.00 D
45
+1.50 D
50
+2.00 D
55
+2.50 D
60
+3-00 D
Selain kaca mata untuk kelainan presbiopia saja, ada beberapa jenis
lensa lain yang digunakan untuk mengkoreksi berbagai kelainan
refraksi yang ada bersamaan dengan presbiopia. Ini termasuk:
32
BAB III
PENUTUP
Kelainan refraksi adalah keadaan bayangan tegas tidak dibentuk pada
retina, dimana terjadi ketidakseimbangan sistem penglihatan pada mata sehingga
menghasilkan bayangan yang kabur. Sinar tidak dibiaskan tepat pada retina, tetapi
dapat di depan atau di belakang retina dan/ atau tidak terletak pada satu titik
fokus. Kelainan refraksi dapat diakibatkan terjadinya kelainan kelengkungan
kornea dan lensa, perubahan indeks bias, dan kelainan panjang sumbu bola mata.
Kelainan refraksi dapat dengan mudah dideteksi, diobati dan dievaluasi
dengan pemberian kaca mata. Namun demikian kelainan refraksi menjadi masalah
serius jika tidak cepat ditanggulangi. Oleh karena itu setiap pasien wajib
dilakukan pemeriksaan visus sebagai bagian dari pemeriksaan fisik mata umum.
33
34