Anda di halaman 1dari 11

Tugas THT-KL

BERSIN

Disusun Oleh :
Ivan Jazid Adam
G99131088

Pembimbing :
dr. Anton Christanto, M.Kes, Sp.THT-KL

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT THT-KL


FAKULTAS KEDOKTERAN UNS/RSUD PANDANARANG
BOYOLALI
2014

1. Keluhan utama pasien datang ke poli THT-KL


A. Keluhan utama pada telinga
a. Gangguan pendengaran/pekak (tuli)
Merupakan suatu kondisi fisik yang ditandai dengan penurunan atau
ketidakmampuan seseorang untuk mendengarkan suara. Gangguan telinga luar
dan telinga tengah dapat menyebabkan tuli konduktif, sedangkan gangguan
telinga dalam dapat menyebabkan tuli sensoris, seperti tuli koklea atau tuli
retrokoklea.
b. Telinga berdenging (tinnitus)
Merupakan salah satu bentuk gangguan pendengaran berupa sensasi suara
tanpa adanya rangsangan dari luar, dapat berupa sinyal mekanoakustik maupun
listrik. Keluhan suara yang didengar sangat bervariasi, dapat berupa bunyi
mendenging, menderu, mendesis, mengaum, atau berbagai macam bunyi
lainnya. Suara yang didengar dapat bersifat stabil atau berpulsasi.
c. Pusing berputar (vertigo)
Merupakan keluhan gangguan keseimbangan dan rasa ingin jatuh. Perubahan
posisi biasanya mempengaruhi kualitas dan kuantitas vertigo. Vertigo biasanya
juga disertai dengan keluhan mual, muntah, rasa penuh di telinga dan telinga
berdenging yang kemungkinan kelainannya di labirin atau disertai keluhan
neurologis seperti disartria dan gangguan penglihatan sentral.
d. Nyeri di dalam telinga (otalgia)
Otalgia atau sakit telinga adalah nyeri yang dirasakan di telinga. Otalgia primer
adalah nyeri telinga yang berasal dari dalam telinga. Otalgia sekunder adalah
nyeri telinga yang berasal dari luar telinga.
e. Keluar cairan dari telinga (otorhea)
Merupakan secret yang keluar dari liang telinga. Secret yang sedikit biasanya
berasal dari infeksi telinga luar dan secret yang banyak dan bersifat mukoid
umumnya berasal dari telinga tengah.
f. Telinga terasa penuh
g. Benda asing di telinga (korpus alineum)

B. Keluhan utama pada hidung


a. Sumbatan hidung
Sumbatan hidung dapat terjadi disebabkan oleh beberapa faktor. Sehingga
diperlukan anamnesis yang teliti berkaitan dengan keluhan tersebut, seperti:
apakah sumbatan terjadi terus-menerus, pada satu atau dua lubang hidung,

adakah riwayat kontak dengan debu, tepung sari, bulu binatang, adakah riwayat
trauma hidung, pemakaian obat dekongestan dalam waktu lama, dan lainnya.
b. Sekret di hidung (rhinorea/pilek)
Keluhan adanya sekret di hidung cukup sering dijumpai. Sekret di hidung yang
disebabkan karena infeksi hidung biasanya bilateral, jernih sampai purulen.
Sekret yang jernih seperti air dan jumlahnya banyak, khas untuk alergi. Bila
sekretnya kuning kehijauan biasanya berasal dari sinusitis hidung dan bila
bercampur darah dari satu sisi, hati-hati adanya tumor hidung.
c. Bersin-bersin
Apabila terdapat keluhan berupa bersin yang berulang-ulang merupakan
keluhan pasien alergi. Untuk itu perlu ditanyakan apakah bersin tersebut timbul
akibat menghirup sesuatu yang diikuti dengan keluarnya sekret yang encer dan
rasa gatal di hidung, tenggorok, mata, dan telinga.
d. Rasa nyeri di daerah muka dan kepala
Adanya rasa nyeri di daerah muka dan kepala ada hubungannya dengan
keluhan yang ada di hidung. Nyeri di daerah dahi, pangkal hidung, pipi, dan
tengah kepala merupakan tanda-tanda infeksi sinus (sinusitis).
e. Perdarahan di hidung (epistaksis)
Epistaksis dapat berasal dari bagian anterior rongga hidung atau dari bagian
posterior rongga hidung. Perdarahan dapat berasal dari kedua lubang hidung.
f. Gangguan penghidu
Gangguan penghidu dapat berupa hilangnya penciuman (anosmia), atau
berkurangnya penciuman (hiposmia), disebabkan karena adanya kerusakan
pada saraf penghidu ataupun karena sumbatan pada hidung.
g. Adanya benda asing di hidung (kospus alineum)
C. Keluhan utama pada tenggorokan
a. Nyeri menelan (odinofagi)
Merupakan rasa nyeri pada tenggorokan waktu menelan dan terkadang rasa
nyeri tersebut dapat dirasakan sampai telinga.
b. Dahak di tenggorokan
Keluhan yang sering timbul akibat adanya inflamasi di hidung dan faring.
Dahak dapat berupa lendir saja, disertai pus, atau bercampur darah. Dahak
dapat turun dan keluar bila dibatukkan atau terasa turun di tenggorokan.
c. Sulit menelan (disfagia)
Merupakan keadaan dimana terjadi kesulitan untuk menelan. Gangguan
menelan dapat terjadi pada setiap organ yang berperan dalam proses menelan.
d. Rasa sumbatan di leher (sense of lump in the neck)
Pada keluhan ini penting untuk mengetahui waktu terjadinya dan tempatnya.
e. Suara serak (disfonia)

Merupakan istilah umum untuk setiap gangguan suara yang disebabkan


kelainan pada organ-organ fonasi, terutama laring, baik yang bersifat organik
maupun fungsional.
f. Sesak nafas
Keluhan sesak nafas sering dijumpai di masyarakat, umunya keluhan sesak
nafas ini terjadi karena adanya sumbatan dari benda asing maupun massa pada
tenggorokan.
D. Keluhan pada kepala dan leher
a. Pembesaran pada leher
Pembesaran pada leher bisa terjadi karena adanya suatu keganasan, keganasan
yang terjadi bisa terjadi di laring, faring, dan organ-organ lainnya.
b. Nyeri kepala
Nyeri kepala umumnya merupakan keluhan yang sangat sering ditemui dan
banyak penyebab yang menyertainya.
2. Penanganan yang dilakukan apabila datang pasien dengan keluhan bersin-bersin
a. Anamnesis
Bersin yang berulang merupakan keluhan pasien alergi hidung. Hal yang perlu
ditanyakan :
1). Sudah sejak kapan bersin ini muncul ?
2). Apakah terus menerus atau hilang timbul ?
3). Apakah bersin ini timbul akibat menghirup sesuatu yang diikuti keluar sekret
yang encer dan rasa gatal di hidung, tenggorok, mata, dan telinga ?
4). Apakah bersin sampai saat ini semakin memberat ?
5). Saat apa bersin ini dirasakan semakin berat ?
6). Saat apa bersin ini dirasakan lebih ringan ?
7). Apakah sudah diberi obat ?
8). Apakah ada gejala lain seperti demam, diare, muntah ?
.
b. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan rhinoskopi anterior dapat ditemukan mukosa hidung
bervariasi dari normal dan sampai edema, basah, berwarna pucat atau keabu-abuan
seperti rinorae encer dengan jumlah bervariasi. Meskipun tidak selalu ditemukan,
tetapu merupakan gejala/tanda yang khas pada rhinitis alergi ini adalah allergic shiner
(warna kehitaman pada daerah infraorbita yang terjadi karena adanya stasis dari vena
yang mengakibatkan edema mukosa hidung dan sinus, allergicsolute

(sering

mengusap hidung dengan punggung tangan ke atas karena gatal) dan allergic crease
(timbulnya garis melintang di dorsum nasi bagian sepertga bawah, karena kebiasaan
mengusap hidung).
Pemeriksaan fisik hidung
1). Alat dan bahan

a). Lampu kepala, harga Rp 45.000,00


b). Spekulum hidung, harga Rp 75.000,00
c). Kaca laring, harga Rp 19.000,00
d). Pinset bayonet, harga Rp 18.000,00
e). Alat pengait benda asing hidung, harga Rp12.000,00
f). Spatula lidah, harga Rp 9.000,00
g). Adrenalin 1/10000
h). Pantokain 2 % atau xilokain 4 %
i). Salep antibiotika atau vaselin dan kapas
j). Alkohol 70%
k). Tampon
l). Kapas
m). Lampu spiritus / korek api
2). Teknik pemeriksaan fisik hidung
Pemeriksa dan pasien masing-masing duduk berhadapan dengan sedikit
meyerong, kedua lutut pemeriksa dirapatkan dan ditempatkan berdampingan dengan
kaki pasien, Bila diperlukan posisi-posisi tertentu pasien dapat diarahkan ke kiri atau
ke kanan. Kepala pasien difiksasi dengan bantuan seorang perawat. Pada anak kecil
yang belum kooperatif selain diperlukan fiksasi kepala, sebaiknya anak dipangku oleh
orang tuanya, pada saat dilakukan pemeriksaan. Kedua tangan dipeluk oleh orang tua ,
sementara itu kaki anak difiksasi diantara kedua paha orang tua.
Pemeriksaan hidung terdiri dari :
a). Pemeriksaaan Luar
- Inspeksi
Pemeriksaan hidung diawali dengan melakukan inspeksi hidung bagian luar
dan daerah sekitarnya
- Palpasi
Palpasi dilakukan dengan penekanan jari-jari telunjuk mulai dari pangkal
hidung sampai apeks
b). Pemeriksaaan rongga hidung
-Rhinoskopi anterior
Pasien duduk menghadap pemeriksa. Spekulum hidung dipegang dengan
tangan kiri(right handed), arah horizontal, dengan jari telunjuk ditempelkan pada
dorsum nasi. Tangan kanan untuk mengatur posisi kepala. Speculum dimasukan ke
dalam rongga hidung dalam posisi tertutup, dan dikeluarkan dalam posisi terbuka.
- Rhinoskopi posterior
Untuk pemeriksaan ini dipakai kaca taneggorok no.2-4. Kaca ini dipanaskan
dulu dengan lampu spirtus atau dengan merendamkannya di air panas supaya kaca
tidak menjadi kabur oleh nafas pasien. Sebelum dipakai harus diuji dulu pada
punggung tangan pemeriksa apakah tidak terlalu panas. Lidah pasien ditekan dengan
spatula lidah, pasien bernafas melalui mulut kemudian kaca tenggorok dimasukan ke
belakang uvula dengan arah kaca ke atas. Setelah itu pasien diminta bernafas melalui

hidung. Perlu diperhatikan kaca tidak boleh menyentuh dinding posterior faring
supaya pasien tidak terangsang untuk muntah. Sinar lampu kepala diarahkan ke kaca
tenggorok.
c). Yang dinilai dalam pemeriksaan fisik hidung
1). Inspeksi
- Simetrisitas lubang hidung kanan dan kiri
- Apakah hidungnya lurus
- Apakah ada deviasi septum nasi, apakah deviasinya melibatkan bagian atas,
yang terdiri dari tulang, atau bagian bawah, yang terdiri dari tulang rawan.
- Ada tidaknya kelainan bentuk hidung atau anomaly kongenital
- Tanda-tanda infeksi dan pembengkakan
- Tanda-tanda trauma
- Adanya secret yang keluar dari rongga hidung
2). Palpasi
Untuk mengetahui ada tidaknya nyeri, massa tumor, atau tanda-tanda krepitasi
3). Rhinoskopi anterior
Rongga hidung, luasnya lapang/sempit (dikatakan lapang lapang bila dapat
dilihat pergerakan palatum mole bila pasien disuruh menelan), adanya secret, lokasi
asal secret tersebut. Konka inferior, konka media dan konka superior warnanya merah
muda (normal), pucat atau hiperemis. Besarnya eutrofi, atrofi, edema atau hipertrofi.
Septum nasi cukup lurus, diviasi, krista, dan spina.
4) Rhinoskopi posterior
- Septum nasi bagian belakang
- Nares posterior (koana)
- Sekret di dinding belakang faring (post nasal drip)
- Dengan memutar kaca tenggorok lebih ke lateral maka tampak konka
superior, konka media dan konka inferior
- Dilihat nasopharing, perhatikan muara tuba, tonus tubarius, dan fossa rossen
muller.
5). Hasil pemeriksaan fisik hidung
- Polip hidung tampak melebar, pada rhinoskopi anterior dapat terlihat massa
berwarna pucat dan mudah digerakan.
-Rhinitis allergi : mukosa edem, basah, livid, konka hipertrofi, secret cair
banyak
- Rhinitis vasomotor: edema mukosa hidung, konka merah gelap, permukaan
licin atau berbenjol-benjol
- Rhinitis atrofi : rongga hidung sangat lapang, atrofi konka.
- Rhinitis medikamentosa : hipertrofi konka dengan secret hidung berlebih,
edema tidak berkurang dengan tampon adrenalin.
6). Menulis hasil pemeriksaan fisik hidung dalam status
c. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan sitologi hidung sebagai pemeriksaan penyaring atau pelengkap.


Ditemukan eusinofil dalam jumlah banyak menunjukan kemnungkinan aleri inhalan,
basophil kemungkinan alergi ingestan, dan sel polimorfonuklear menunjukan infeksi
bakteri.
Pada pemeriksaan darah tepi, hitung eusinofil dan IgE total serum
dapatnormal atau meningkat.
Yang lebih bermakna tes IgE spesifik dengan RAST (radio immunosrbent test)
atau ELISA (enzyme linked immune assay).
Dapat juga dicari secara invivo dengan uji intrakutan yang tunggal dan berseri,
uji tusuk (prick test), uji provokasi hidung/uji inhalasi, dan uji gores. Dilakukan diet
eliminasi dan provokasi untuk aleri makanan.
d. Diagnosis Banding
1). Rinitis alergi
Definisi
Kelainan pada hidung dengan gejala bersin-bersin, rinore, rasa gatal dan
tersumbat setelah mukosa hidung terpapar alergen yang diperantai IgE.
Etiologi
Rinitis alergi merupakan suatu penyakit inflamasi yang diawali dengan tahap
sensitisasi dan diikuti dengan tahap provokasi/reaksi alergi. Ada 2 fase reaksi alergi:
fase cepat (RAFC) dan fase lambat (RAFL).
Patofisiologi
Kontak pertama dengan allergen ditangkap oleh makrofag (APC)
antigen membentuk fragmen peptide + HLA kelas 2 komplek peptide MHC kelas
2 APC melepaskan sitokin mengaktifkan Th0 untuk berploriferasi menjadi Th1
dan Th2.
Th2 memproduksi sitokin IL 3, IL 4, IL 5, IL 13 mengaktifkan sel limfosit
B menghasilkan IgE menuju sirkulasi darah dan jaringan IgE berikatan
dengan sel mastosit basophil sel mediator jadi aktif
Terpapar alergen yang sama kedua rantai IgE mengikat allergen
degranulasi

dinding

sel

basophil

dan

mastosit

terlepasnya

mediator

kimaHistamin (preformed mediators) dan prostaglandin, leukotrin, dll (newly


formed mediators). bersin-bersin, rinore, hidung tersumbat, gatal-gatal pada
hidung.
Klasifikasi

Berdasarkan WHO ARIA (1) Intermiten ringan, (2)Intermiten sedangberat, (3) Persisten ringan, (4) Persisten sedang-berat
Diagnosis
Anamnesis bersin berulang, rinore, hidung tersumbat, hidung dan mata
gatal, kadang-kadang hiperlakrimasi.
Pem Fisik Inspeksi : allergic shiner, allergic salute, allergic crease, facies
adenoid, cobblestone appearance, geographic tounge.
Rhinoskopi anterior : mukosa edema, basah, berwarna pucat/livid, secret
encer dan banyak, bila persistenmukosa inferior tampak hipertrofi.
Pem Penunjang hitung eosinophil bisa N/tinggi, tes cukit kulit, SET
(skin end-point titration), Intracutaneus provocative dilutional food test, challenge
test, sitology hidung, hitung basophil dan PMN, pemeriksanan penunjang lainIgE
total dan Spesifik.
2). Rinitis Vasomotor
Rinitis vasomotor merupakan istilah yang digunakan untuk gangguan pada
mukosa hidung yang ditandai dengan adanya edema yang persisten dan
hipersekresi kelenjar pada mukosa hidung apabila terpapar oleh beberapa
rangsangan seperti perubahan kelembapan dan suhu atau iritasi di alam yang tidak
spesifik. Hal ini dapat terjadi akibat ketidakseimbangan vasomotor dan juga
pengaruh faktor endokrin.2,3
Pada umumnya pasien dengan rinitis vasomotor mengeluhkan gejala yang
dominan seperti hidung tersumbat, bergantian kiri dan kanan, tergantung dengan
posisi pasien. Selain itu juga terdapat rinore yang mukoid atau serosa. 4 Gejala ini
akan dicetus dan diperparah oleh pengaruh wangi-wangian (seperti parfum, asap
rokok, bau cat, tinta), alkohol, makanan pedas, emosi dan faktor lingkungan seperti
suhu, perubahan tekanan barometrik dan cahaya terang.3,5
Etiologi
Penyebab pasti terjadinya rinitis vasomotor masih belum diketahui. 2
Mayoritas 75-80% dari faktor individual. 6 Etiologi rinitis vasomotor diduga akibat
adanya gangguan keseimbangan sistem saraf otonom yaitu bertambahnya aktivitas
parasimpatis dimana terjadi gangguan vasomotor atau gangguan fisiologik lapisan
mukosa hidung yang dipicu oleh zat-zat tertentu.2,4
Faktor presiposisi terjadinya rinitis vasomotor yaitu :6,7
a. Herediter

b. Infeksi yaitu riwayat infeksi bakteri dan virus sebelumnya


c. Psikologi dan emosional
d. Obat-obatan yang menginduksi gejala dari rinitis seperti aspirin dan obat
nonsteroidal anti-inflammatory (NSAID), reserpin, hidralazin, guanetidin,
pentolamin, metildopa, penghambat angiotensin-converting enzyme
(ACE), -blocker, antagonis -adrenoceptor, klorpromazin, kontrasepsi
oral, nasal dekongestan topikal dan agen psikotropik.6
e. Pengaruh endokrin, rinitis vasomotor terjadi saat usia muda, pubertas,
selama menstruasi, kehamilan serta rangsangan seksual.
Faktor pesipitasi dari rinitis vasomotor yaitu:6,7
a. Keadaan cuaca, perubahan kelembapan dam suhu
b. Asap, asap rokok, debu, wangi-wangian dan alkohol

e. Skematis penanganan bersin-bersin


BERSIN
Anamnesis

Bersin-bersin
Rinore
Hidung tersumbat
Hidung dan mata
gatal, kadangkadang
hiperlakrimasi.

Pemeriksaan Fisik

Inspeksi
Allergic shiner
Allergic salute
Allergic crease
Facies adenoid
Cobblestone
appearance
Geographic
tounge.
Rinoskopi anterior

Rinore
mucus/serous
Hidung tersumbat
bergantian kiri
dan kanan
Tidak disertai
rasa gatal di mata
Gejala memburuk
pada pagi hari

Rhinoskopi anterior
Edema mukosa
hidung
Konka merah
gelap/tua, dapat
pula pucat
Permukaan konka
dapat
licin/berbenjolbenjol(hipertrofi)
Rongga hidung :

Hidung tersumbat

dan berair
Riwayat
pemakaian
vasokonstriktor
topikal yang lama
dan berlebihan

Rhinoskopi anterior
Edema/hipertrofi
konka yang tidak
hilang dengan

tampon adrenalin
Sekret hidung
berlebihan

Rasa panas,
kering dan gatal

di hidung
Bersin
Hidung tersumbat
Ingus encer
Demam
Nyeri kepala

Rhinoskopi anterior
Mukosa merah
dan edema

Rinore purulent
Sumbatan hidung
Nyeri/rasa tekanan
pada muka
Nyeri kepala,
nyeri periorbital,
nyeri gigi, nyeri
telinga
Demam
Ingus belakang
hidung
Batuk
Anosmia/hiposmia
Rhinoskopi anterior
Sekret purulent di
meatus medius
atau superior
Rhinoskopi posterior
Sekret purulent di
nasofaring

Pemeriksaan

Penunjang

Mukosa edema
Basah
Berwarna
pucat/livid
Secret encer dan
banyak
Bila
persistenmukos
a inferior tampak
hipertrofi.
Sitologi hidung :

sekresi mukoid
sedikit. Pada
rinore serous,
banyak.

eusinofil

eusinofil sedikit
Tes cubit kulit

negative
IgE spesifik tidak

alergi inhalan,
basophil
alergi ingestan,
sel pmn

Sitologi hidung :

IgE spesifik tidak


meningkat

IgE spesifik tidak


meningkat

meningkat

infeksi bakteri
Px darah tepi :

Nasoendoskopi
Sekret purulent
minimal di meatus
medius atau
superior
Polip kecil, ostium
assesorius, edema
prosesus unsinatus
CT Scan

eusinofil dan IgE


Diagnosis Banding

spesifik : N atau
Rinitis Alergi

Rinitis Vasomotor

Rinitis
Medikamentosa

Rinitis Akut

Rinosinusitis Kronis

Anda mungkin juga menyukai