BAB II
HAKIKAT MANUSIA MENURUT ISLAM
I. Pendahuluan
A.
Latar Belakang
Pertanyaan tentang siapakah manusia seringkali menjadi perdebatan
diantara sesama manusia itu sendiri. Bahkan para ilmuan sendiri masih sering
memperdebatkan hal ini, tidak ada satu pun teori yang diyakini dan disepakati
tentang siapa itu manusia. Sehingga memunculkan perdebatan yang tidak pernah
berhenti.
Semakin banyaknya pendapat yang dikemukakan semakin membuat tidak
jelas dan membingungkan. Dan perbedaan pendapat juga berpengaruh seperti
siapakah manusia pertama yang diciptakan. Sehingga hal ini akan lebih menarik
untuk dibahas.
B.
Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah hakikat manusia menurut islam?
2. Potensi apa sajakah yang dimiliki manusia?
3. Apa tujuan diciptakan manusia menurut pandangan islam?
4. Apa fungsi diciptakannya manusia?
II. Pembahasan
A.
Hakikat Manusia
Siapakah manusia? Pertanyaan yang tampaknya sederhana tetapi tidak
mudah untuk menjawabnya. Mengapa demikian? Hal ini disebabkan karena
masih banyak orang yang belum mengetahui kebenaran tentang dirinya sendiri.
Hal ini menyebabkan perbedaan pemahaman dirinya tentang orang lain berbeda
karena pemahaman masing-masing orang masih bersifat subyektif. Pertanyaan
tentang siapakah manusia sebenarnya sudah muncul sejak lama. Dari pertanyaan
tersebut banyak menghasilkan jawaban-jawaban yang selalu berbeda dan tidak
memuaskan dari zaman ke zaman.
Banyak ilmuan dan para filsuf berpendapat tentang siapakah manusia.
Namun pendapat mereka juga beragam tidak ada kesamaan, sebab pendapat
mereka tergantung pada masing-masing bidang yang mereka tekuni. Akhirnya
para ilmuan dan filsuf tidak menemukan kesimpulan yang sama.
Dari pendapat-pendapat mereka dapat disimpulkan bahwa hakikat
manusia yang sebenarnya belum bisa dibenarkan karena pendapat mereka
bersifat subyektif dan keterbatasan nalar yang mereka miliki. Hal ini yang
menyebabkan manusia cenderung hanya dipandang sebagai makhluk yang
terdiri dari berbagai unsur, tidak lagi sebagai sosok yang integratif, akibat belum
ditemukannya satu definisi yang dapat menggambarkan manusia yang utuh
(Nurdin, et. al, 1993:9).
Untuk itu, islam menawarkan konsep yang bisa membantu umat manusia
untuk menjelaskan jati diri manusia secara utuh. Dalam islam diajarkan bahwa
yang dapat memberikan kejelasan tentang hakikat manusia yang sebenarnya
adalah pencipta manusia itu sendiri, yaitu Allah SWT. Karena dalam Quran
surat Al-Isra:85 Allah menjelaskan bahwa Sang Penciptalah yang lebih
memahami ciptaanNya, sedang manusia walaupun sebagai makhluk yang dalam
unsur penciptaanya terdapat ruh Illahi, namun manusia tidak diberi pengetahuan
tentang ruh, kecuali sedikit.
Di dalam Al-Quran sendiri telah dijelaskan tentang manusia dan
penyebutan nama manusia itu sendiri. Penyebutan nama manusia bisa dilihat
dari berbagai aspek kehidupan manusia, yaitu antara lain:
a.
Aspek historis:
Penciptaan manusia disebut dengan Bani Adam. Allah berfirman
dalam Q.S. Al-Araf:31 yang berbunyi
2)
1)
2)
(ingatlah)
tatkala
Tuhanmu
berkata
kepada
malaikat:
Secara biologis:
Manusia disebut sebagai basyar yang berarti penampakkan sesuatu
dengan baik dan indah, kemudian lahir basyarah yang berarti kulit , yang
mencerminkan sifat fisik-kimawi-biologisnya.
Secara intelektual:
Manusia disebut insan, yakni makhluk terbaik yang diberi akal
sehingga mampu menyerap ilmu pengetahuan.
Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang
sebaik-baiknya(Q.S. al-Tin:4)
Dia menciptakan manusia. Mengajarnya pandai berbicara (Q.S. alRahman:3-4).
Istilah insan terdapat makna rohaniah yang sejak awal penciptaannya telah
diberikan Allah berupa toga kekuatan yang bersiifat potensial yaitu nafsu,
akal, dan rasa.
Nafsu adalah tenaga potensial yang berupa dorongan-dorongan untuk
berbuat dan bertindak kreatif dan dinamis yabg berkembang kepada dua
arah, yaitu kebaikan dan kejahatan. Akal atau daya pikir diartikan
sebagai potensi intelegensi yang berfungsi sebagai filter, yang menyeleksi
secara nalar tentang baik dan buruk yang didorong oleh nafsu. Rasa
merupakan potensi yang mengarah kepada nilai-nilai etika dan estetika
dan agama. Ketiga potensi di atas membentuk struktur kerohanian di
dalam diri manusia yang kemudian akan membentuk manusia sebagai
insan (Nurdin, et. al, 1993:13-14).
d.
Secara sosiologis:
Manusia disebut nas, yang menunjukan kecenderungannya untuk
berkelompok dengan sesama jenisnya.
Wahai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang
laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsabangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal... (Q.S.
al-Hujurat:13).
e.
Secara posisional:
Manusia disebut abd yang menunjukkan kedudukannya sebagai
hamba Allah yang harus tunduk dan patuh kepada-Nya.
Menurut ajaran Islam, pada hakikatnya manusia adalah:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
orang
bertanggung
kawab
terhadap
apa
yang
2. Hayat
3. Roh
4. Nafsu
B.
Potensi Manusia
Setiap manusia pasti memiliki potensi-potensi yang bisa ia kembangkan
menjadi suatu hal yang berguna bagi dirinya maupun orang lain. Pada dasarnya
manusia memiliki potensi yang bisa membawanya menjadi manusia yang lebih
baik ataupun menjadi manusia yang tidak baik, tergantung upaya mereka untuk
memaksimalkan potensi tersebut. Potensi-potensi yang manusia miliki dibagi
menjadi 2 macam, yaitu potensi positif dan potensi negatif. Potensi positif dan
negatif yang sudah diterangkan dalam Al-Quran meliputi:
a.
b.
Karena manusia memiliki 2 unsur yang berbeda yaitu unsur fisik dan
psikis, maka dari itu potensi-potensi yang manusia miliki akan berkembang
pada 2 unsur tersebut.
Selain potensi-potensi yang dimiliki manusia, manusia juga memiliki
sifat-sifat alami yang nantinya akan menentukan akhir dari sebuah potensi yang
dimiliki. Sifat-sifat tersebut antara lain:
1.
Fitrah
Fitrah adalah penciptaan atau kejadian. Jadi, fitrah adalah anugrah
yang telah diberikan oleh Allah kepada manusia sejak semula atau bawaan
sejak lahir. Fitrah sangat mendukung sekali terhadap pengembangan
potensi manusia yang nantinya berujung pada potensi yang positif. Hal
tersebut
bisa
terjadi
apabila
manusia
bisa
memelihara
dan
3.
Qalb (Hati)
Banyak orang mengartikan qalb sebagai hati. Secara bahasa, qalb
bermakna membalik. Qalb tidak konsisten karena ada baik dan buruknya
pula. Baik dan buruknya sifat seseorang sangat ditentukan oleh qalbnya.
Rasulullah SAW bersabda:
10
Sebagai manusia yang bertugas mengelola segala macam urusan yang ada
di muka bumi, maka manusia diwajibkan untuk melakukan tindakan-tindakan
yang berguna bagi semua makhluk yang ada di muka bumi. Untuk itu setiap
ketika kita ingin mengawali segala aktifitas, hendaklah kita membaca
bassmallah terlebih dahulu agar apa yang kita kerjakan mendapatkan ridho dari
Allah SWT.
11
III.Kesimpulan
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa hakikat manusia sebenarnya adalah
ciptaan Allah yang memiliki unsur-unsur seperti jasmani, hayat, roh dan nafsu.
Manusia dilahirkan ke muka bumi dengan membawa potensi-potensi yang dimiliki
oleh setiap orang. Ada potensi yang positif ada pula potensi yang cenderung negatif
atau tidak berguna. Untuk itu, sebagai manusia kita harus pintar mengelola potensi
yang kita miliki agar menjadi sesuatu yang bisa bermanfaat bagi orang lain. Selain itu,
manusia diciptakan oleh Allah tak lain dan tak bukan hanyalah untuk menyembah dan
beribadah kepada Allah semata.
Di dunia sendiri, manusia diberikan tugas oleh Allah untuk menjadi seorang
khalifah di mana bertugas untuk mengelola dan mengendalikan segala sesuatu yang
ada di bumi. Manusia dituntut untuk merawat dan menjaga isi bumi sesuai dengan apa
yang diperintahkan oleh Allah SWT, dan apabila manusia lalai dalam melaksanan
tugasnya, maka mereka akan mendapatkan hukuman dari Allah di akhirat kelak.
12
IV.
Penutup
Demikianlah sedikit pembahasan terhadap sebuah masalah yang timbul di
kalangan masyarakat luas tentang hakikat manusia sebenarnya. Semoga dari apa yang
disajikan bisa membawa manfaat bagi penulis dan lebih-lebih kepada para pembaca.
Manusia adalah makhluk ciptaan Allah dengan segala kelebihan dan kekurangannya,
untuk itu apabila di dalam penyajian makalah tentang hakikat manusia ini terdapat
sesuatu yang lebih, maka semata-mata itu hanyalah berasal dari Allah SWT dan
apabila terdapat sesuatu yang mengganjal hati para pembaca, maka itu adalah sebuah
kesalahan pribadi dari penulis. Untuk itu penulis meminta maaf yang sebesarbesarnya atas segala kekurangan yang ada dan berharap kepada pembaca untuk
menegur kami bila ada kesalahan agar bisa kami perbaiki di kemudian hari. Semoga
makalah ini bisa berguna bagi kita semua.
13
DAFTAR PUSTAKA