Weill's Disease
Weill's Disease
DISEASE
Nama : Febrina Rambu
NIM : C 111 11 162
RESIDEN PEMBIMBING
dr. Nurhidayah Asjuh
RESIDEN BACA
dr. Agus Salim
Nama Penderita
: Tn. U
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Tgl lahir
: 17-9-1947
Alamat
: Jl
: Febrina Rambu
SUBJEKTIF
KELUHAN UTAMA : DEMAM
o Pasien dirujuk dari RS Sidrap setelah dirawat selama 1 hari.
o Demam dirasakan terus-menerus sejak 4 hari yang lalu, disertai
menggigil, dan turun dengan obat penurun panas selama beberapa
jam, kemudian naik lagi, Sakit kepala tidak ada.
o Mata merah, bintik-bintik merah ada
o Sesak napas ada terutama saat beraktivitas, batuk disangkal tapi
terasa banyak lendir yang sulit dikeluarkan berwarna putih.
o Mual muntah ada 1 hari terakhir, berupa lendir.
o Nyeri ulu hati ada.
o Nyeri otot pada otot, riwayat bertani 1 minggu terakhir
o Buang air kecil lancar, warna seperti teh sejak 1 hari terakhir.
o Buang air besar, biasa warna coklat kuning, tidak ada riwayat berak
hitam sebelumnya.
SUBJEKTIF
Riwayat penyakit sebelumnya :
Riwayat sering nyeri ulu hati, pasien rutin minum antasida
bila nyeri kambuh. Riwayat hipertensi disangkal.
Riwayat diabetes mellitus sejak 2 tahun terakhir, pasien
mengkonsumsi obat gula (metformin)
Riwayat sakit kuning sebelumnya tidak ada, riwayat
konsumsi alkohol tidak ada, riwayat minum jamu bentuk
kapsul untuk menghilangkan nyeri lutut, hampir setiap
hari dalam kurun waktu lebih 3 bulan terakhir
Riwayat menungunjungi daerah endemis malaria tidak ada
SUBJEKTIF
Riwayat pribadi dan keluarga :
Pekerjaan bertani
Riwayat pekerjaan seorang guru
OBJEKTIF
Status Pasien :
Tanda vital :
Tekanan darah : 110/60 mmHg, reguler, kuat angkat
Nadi
: 68 x /menit
Pernapasan
: 20 x/menit
Suhu
: 36,5 oC (setelah diberikan paracetamol beberapa
jam yang lalu)
OBJEKTIF
PEMERIKSAAN
PEMERIKSAAN FISIK
FISIK
MATA
KEPALA
Ekspresi
: Biasa
Simetris muka
: Simetris kiri dan
kanan
Deformitas : Tidak ada
Rambut
: abu-abu, lurus,
sukar dicabut
Eksoptalmus/Enoptalmus : (-)
Gerakan : Dalam batas normal
Tekanan bola mata : tidak diukur
Kelopak mata: Edema palpebra (-)
Konjungtiva : Anemis (+/+), Injeksio
konjungtiva (+/+)
Sklera : Ikterus (+/+)
Kornea : Jernih
Pupil
: Bulat,
isokor 2,5 mm/2,5 mm
TELINGA
Tophi
: (-)
Pendengaran : Dalam batas normal
Nyeri tekan di prosesus mastoideus : (-)
HIDUNG
Perdarahan
: (-)
Sekret
: (-)
PEMERIKSAAN
PEMERIKSAAN FISIK
FISIK
MULUT
Bibir
LEHER
Kelenjar getah bening : Tidak ada
pembesaran
Kelenjar gondok : Tidak ada
pembesaran
Tonsil
: R-1 cm H2O
PEMERIKSAAN
PEMERIKSAAN FISIK
FISIK
PARU
THORAKS
Perkusi
Inspeksi
Bentuk
PARU
Palpasi
Fremitus raba : Simetris kiri dan kanan
Nyeri tekan : Tidak ada
PARU
Auskultasi
Bunyi pernapasan: Vesikuler
Bunyi tambahan : Ronchi -/- ,
Wheezing-/
PEMERIKSAAN
PEMERIKSAAN FISIK
FISIK
JANTUNG
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
PEMERIKSAAN
PEMERIKSAAN FISIK
FISIK
PUNGGUNG
Palpasi
: Nyeri tekan (-),MT(-)
Nyeri ketok : Tidak ada (-)
Auskultasi :
Bunyi pernapasan: Vesikuler ,
Ronchi -/-, Wheezing -/Gerakan : Dalam batas normal
ANUS &
REKTUM
Hemoroid (-), sphincter ani mencekik,
mukosa licin, pembesaran prostat (-),
massa tumor (-), feses kesan normal,
darah (-), lendir (-).
ABDOMEN
Inspeksi : Cembung, ikut gerak
napas
Distensi abdomen (-)
Auskultasi : Peristaltik (+), kesan
normal
Palpasi
: Nyeri tekan (+) pada
regio epigastricu, Massa tumor (-),
Hepar tidak teraba dan lien tidak
teraba
Perkusi
: Timpani
EKSTREMITAS
Superior : Edema (-), akral hangat,
eritema palmaris (-), flapping tremor
(-), petechie (+)
Inferior : Edema (-), Nyeri tekan
Gastrocnemius (+)
LABORATORIUM
Jenis Pemerikaan
WBC
Hasil
12.11x103/uL
Nilai
Jenis Pemeriksaan
GDS
Rujukan
Ureum
4 - 10 x 103/uL
Kreatinin
SGOT
D
A
R
A
H
R
U
RBC
4,3x10 /uL
HGB
13,4 g/dl
HCT
37.8 %
37 - 48 %
MCV
87.9 fl
76 - 92 pl
4 - 6 x 10 /uL
6
12 - 16 g/dl
MCH
31.2 pg
22 - 31 pg
MCHC
35.4 g/dl
32 - 36 g/dl
PLT
20x10 /uL
3
SGPT
HbsAg
Anti HCV
FAAL
HEMOSTATIS
Nilai Rujukan
Hasil
211
140 mg/dl
92 mg/dL
10-50 mg/dL
2.97 mg/dL
(19/4)42 U/L
< 35 U/L
(24/4)77 U/L
(19/4)44 U/L
< 45 U/L
(24/4)82 U/L
Reactive
Non reactive
Non reactive
Non reactive
Leptospirosis
positive
Negative
Albumin
2,6 gr/dl
Bilirubin total
8.53 mg %
<1,1 mg %
Bilirubin direk
5.96 mg %
<0,2 mg %
L(<190);
CK
128
P(<167)
103/uL
CK-MB
24.3
<25 U/L
PT
10.3
10 14
150 - 400 x
NEUT
9.9 %
52.0 - 75,0
INR
1.00
LYMPH
1.01 %
20,0 - 40,0
APTT
43.1
N MONO
EOS
1.02 %
2,00 - 8,00
Natrium
132 mmol/L
mmol/L
Kalium
4.2 mmol/L
3.5-5.1 mmol/L
Klorida
104
T
I
BASO
0,14 %
1,00 - 3,00
0,04 %
0,00 - 0,10
22,0 - 30,0
136-145
ELEKTROLIT
DARAH
97-111 mmol/L
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
Hasil USG Abdomen Atas + Bawah :
Tidak tampak kelainan radiologik pada USG Abdomen ini
ASSESMENT
PLANNING
N-Acetyl Sistein
PROGNOSIS
Ad Functionam
: Dubia
Ad Sanationam
: Dubia
Ad Vitam
: Dubia
TANGGAL
21/04/2015
PERJALANAN PENYAKIT
Perawatan hari-3
INSTRUKSI DOKTER
P:
(06.00)
S : Demam naik-turun, menggigil tidak ada, lemas ada. Batuk tidak ada, lendir ada
namun sulit dikeluarkan, sesak napas ada terutama saat beraktivitas. Mual ada,
LAB :
WBC : 12.11;
Hb : 13.4;
Plt : 20000;
PT : 10.3;
Rencana Pemeriksaan
INR : 1.0;
APTT : 43.1;
O : SS/GC/CM
GDS : 211;
TD : 110/60 mmHg
Ur/cr:92/2.97;
P : 20x/menit
SGOT/SGPT
42/44
Protein
;Urinalisa
:
glukosa
bilirubin : +1
N : 80x/menit
EKG
S : 36,5 C
Curiga leptospira
Koagulopati
Dispepsia
22/04/2015
Perawatan hari-4
P:
(06.00)
S : Demam naik turun, saat demam menggigil ada, dan manifestasi perdarahan
tidak ada. Sesak nafas ada, batuk ada. Mual ada, muntah bila batuk. Riwayat
LAB : 21/4/2015
bertani ada.
HB : 13.4 12.9
PLT:20.100 27000
GDP : 114 156
O : SS/GC/CM
GD2PP : 228
TD : 120/80 mmHg
HBA 1c : 8.8%
N : 76x/menit
Ureum : 92
P : 24x/menit
Cretainin : 2.97
S : 36,5 C
SGOT : 15
SGPT : 151
Leptospira : positif
DDR : negatif
Abd : Peristaltik (+) kesan normal, Hepar tidak teraba dan lien tidak teraba
Eks : Akral hangat, eritem Palmaris (-), edema (-/-), nyeri tekan gastrocnemius (-)
A:
Leptospira
Dispepsia fungsional
Hipoalbuminemia
Trombositopenia
TUNDA
Rencana Pemeriksaan
23/4/2015
Perawatan hari-5
P:
S : Demam saat ini tidak ada. Sesak nafas ada, batuk ada, lendir sulit
BAB: biasa
O : SS/GC/CM
PLT : 27.000
TD : 120/80 mmHg
GDP : 156
N : 76x/menit
Ureum : 92
P : 24x/menit
Cretainin : 2.92
S : 36,5 C
LAB : 21/4/2015
Wbc : 6.900
HB : 12.9
Leptospira
Koagulopati dd/DIC
Dispepsia fungsional
Rencana Pemeriksaan
24/04/2015
Perawatan hari-6
P:
LAB : 21/4/2015
Wbc : 6.900
S : Demam tidak ada. Bebas demam hari ke 2. Sesak nafas ada, batuk
Connecta
ada, lendir sulit dikeluarkan. Tidak ada nyeri tekan gastrocnomius. Riwayat
bertani ada
BAB: biasa
HB : 12.9
PLT : 27.000
O : SS/GC/CM
GDP : 156
TD : 120/70 mmHg
Ureum : 92
N : 76x/menit
Cretainin : 2.92
P : 16x/menit
S : 36,5 C
Leptospira : positive
Bil. Total : 8.54
Rencana Pemeriksaan
Albumin : 2.6
lipid
Leptospira
Koagulopati dd/DIC
Dispepsia fungsional
25/04/2015
LAB : 21/4/2015
Wbc : 6.900
HB : 12.9
PLT : 27.000
GDP : 156
Perawatan hari-7
P:
BAB: biasa
Ureum : 92
O : SS/GC/CM
Cretainin : 2.92
TD : 120/70 mmHg
N : 76x/menit
Leptospira : positi
P : 16x/menit
S : 36,5 C
Albumin : 2.6
Rencana Pemeriksaan
lipid
Abd : Peristaltik (+) kesan normal, Hepar tidak teraba dan lien tidak teraba
Eks : Akral hangat, eritem Palmaris (-),
gastrocnemius (-)
A:
Leptospira
Koagulopati dd/DIC
Dispepsia
RESUME
Pasien usia 67 tahun MRS dengan keluhan Demam dirasakan terusmenerus sejak 4 hari yang lalu, dan turun dengan obat penurun panas
selama beberapa jam. Demam disertai menggigil, dan dirujuk dari RS
Sidrap setelah dirawat selama 1 hari. Sakit kepala tidak ada. Manifestasi
perdarahan ada. Sesak napas ada terutama saat beraktivitas, batuk
disangkal, namun ada lendir yang sulit dikeluarkan. Mual muntah ada 1
hari terakhir, berupa lendir. Nyeri ulu hati ada. Nyeri otot ada. Buang air
kecil lancar, warna seperti teh sejak 1 hari terakhir. Buang air besar, biasa
warna coklat kuning, tidak ada riwayat berak hitam sebelumnya.
Riwayat sering nyeri ulu hati, pasien rutin minum antasida bila nyeri
kambuh. Riwayat hipertensi disangkal. Riwayat diabetes mellitus sejak 2
tahun terakhir, konsumsi methformin. Riwayat sakit kuning sebelumnya
tidak ada, riwayat konsumsi alkohol tidak ada, riwayat minum jamu
bentuk kapsul untuk menghilangkan nyeri lutut, hampir setiap hari dalam
kurun waktu lebih 3 bulan terakhir. Pasien ada riwayat bertani.
RESUME
Dari pemeriksaan fisik KU SS/GC/CM, diperoleh tanda-tanda
vital dalam batas normal. Sklera ikterus (+), anemis (+), injeksio
konjungtiva (+), pembesaran getah bening (-), DVS R-1 cmH 2O,
thorax dalam batas normal, gynecomastia (-), abdomen pada
inspeksi ditemukan bentuknya yang cembung ikut gerak nafas,
hepar dan lien tidak teraba, perkusi timpani dengan batas redup.
Tidak ada edema pada ekstremitas, eritem palmaris (-) dan flapping
tremor (-), nyeri tekan gastrocnemius (+)
Dari pemeriksaan penunjang, yakni laboratorium, pemeriksaan
darah rutin ditemukan WBC 12.11x103/uL, PLT 20x103/uL. GDS 211
mg/dl, ur/ct 92/2.97 mg/dl, SGOT/SGPT 77/82 U/L, HbsAg reactive,
leptospirosis positif, bilirubin total 8.53 mg%, bilirubin direk 5.96
mg%, APTT 43.1, Natrium 132 mmol/L. Sedangkan pada
pemeriksaam radiologi, yakni USG Abdomen Atas + Bawah : tidak
tampak kelainan radiologik pada USG Abdomen
RESUME
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang, maka pasien ini didiagnosis sebagai
Leptospirosis, Acute kidney injury, diabetes mellitus type 2,
koagulopati, dispepsia fungsional.
DISKUSI
ANAMNESIS
Demam indikasi ada infeksi/inflamasi?
Nyeri otot invasi langsung bakteri, antigen lepto +,
perubahan berupa fokal nekrotis, vakuolisasi,
kehilangan striata.
Mual + muntah gejala gastrointestinal,
Urin warna teh indikasi terdapat gangguan infiltrasi ginjal
PEMFIS
ANEMIS+INJEKSIO KONJUNGTIVA Terdapat perdarahan
IKTERUS Kerusakan sel hati ringan, kolestasis intrahepatik
sekresi bilirubin
PETECHIE Aktivitas endotoksin aktivasi neutrofil perlekatan
pada endotel & trombosit vaskulitis
&trombositopenia
NYERI TEKAN OTOT GASTROCNEMIUS disebabkan invasi
leptospira, antigen, perubahan fokal nekrotis,
vakuolisasi, kehilangan striata
DISKUSI
Pem. LAB
WBC 12.11x103/uL nilai ini menggambrkan kenaikan nilai leukosit
yang mengindikasikan adanya proses inflamasi.
PLT 20x103/uL akibat endotoksin stimulasi netrofil melekat pada
trombosit
GDS 211 mg/dl nilai ini menunjukkan peninggian gula darah,
pasien diketahui memiliki riwayat DM dengan konsumsi obat
methformin.
Ureum/kreatinin mengalami kenaikan dalam darah atau azotemia,
ureum 92 mg/dL dan kreatinin 2.97 mg/dl. GGN GINJAL
Nilai fungsi hati SGOT/SGPT Juga mengalami kenaikan pada hari ke9 adanya gangguan hati yang dapat disebabkan oleh penurunan
hepatic flow dan toksin yang dilepas leptospira.
HbsAg ysng reactive gangguan fungsi hati yang terjadi pada
pasien ini mungkin saja tidak disebabkan oleh kuman leptospira,
melainkan disebabkan oleh virus Hepatitis B.
pemeriksaan leptodisptik positif tes penyaring untuk
DISKUSI
Dari anamnesis, pemeriksaan fisik, dan hasil laboratorium,
semuanya menunjang diagnosis leptospirosis berat atau
Weills disease.
ini pada Akut Kidney Injury, nilai GDS serta riwayat DM
dengan konsumsi obat metformin menunjang diagnosis
diabetes mellitus type 2, peninggian nila APTT mengarahkan
pasien pada koagulopati, dan nyeri pada ulu hati tanpa
adanya kelainan struktural pada organ abdomen
mengarahkan pasien pada diagnosa dispepsia fungsional.
DISKUSI
Pengobatan yang diberikan antara lain N-Acetyl sistein 500
mg dengan frekuensi 3 kali sehari melalui oral, untuk
mengatasi gejala demam. Ambroxol 4 mg dengan frekuensi
3 kali sehari melalui oral, untuk fungsi mukolitik, diketahui
pasien mengeluh banyak lendir yang sulit dikeluarkan,
pemberian omeprazole 40 mg 2 kali sehari melalui intravena
untuk meredakan nyeri ulu hati. Ceftriaxone 2 gram 1 kali
sehari diberikan secara intravena dalam NaCl 0.9% 100 cc
habis 30 menit, sebagai antibiotik golongan sefalosporin
untuk mengatasi bakteri leptospirosis.
TINJAUAN
PUSTAKA
DEFINISI
Leptospirosis merupakan suatu penyakit zoonosis yang
disebabkan mikroorganisme genus Leptospira. Nama lain
penyakit ini adalah swamp fever, mud fever, infectious
jaundice, cane cutter fever, field fever, dan sebagainya.
Leptospirosis berat disebut Weil disease yang ditandai
dengan ikterus, perdarahan, anemia, azotemia, gangguan
kesadaran, dan demam terus-menerus dengan gambaran
klinis bervariasi berupa gangguan renal, hepar, dan disfungsi
vaskular atau trombositopenia
ETIOLOGI
Leptospira interrogan dari genus Leptospira dan famili
treponemataceae.
L.icterohaemorrhagica dengan reservoir tikus
L.canicola dengan reservoir anjing
L.pomona dengan reservoir babi dan sapi.
PENULARAN
PATOFISIOLOGI
MANIFESTASI KLINIS
Demam, menggigil
sakit kepala, meningismus
Anoreksia
Mialgia
Conjungtivitis
fotofobia
mual, muntah
nyeri abdomen
Ikterus
hepatomegali
ruam kulit
Pneumonitis, hemaptoe
Delirium
Perdarahan
Diare
Edema
Splenomegali
Artralgia
gagal ginjal
periferal neuritis
Pankreatitis
Parotitis
Epididimytis
Hematemesis
Asites
miokarditis.
FASE LEPTOSPIREMIA
FASE IMUN
FASE RECONVALESENCE
FASE IMUN
ANICTERIC DISEASE
(Meningitis aseptik)
gejala dan keluhan meningeal
ditemukan pada sekitar 50 %
pasien.
cairan cerebrospinalis yang
pleiositosis ditemukan pada
sebagian besar pasien.
Gejala meningeal umumnya
menghilang dalam beberapa hari
atau dapat pula menetap sampai
beberapa minggu.
Meningitis aseptik ini lebih banyak
dialami oleh kasus anak-anak
dibandingkan dengan kasus
dewasa
ICTERIC DISEASE
Icteris disease merupakan keadaan
di mana leptospira dapat diisolasi
dari darah selama 24-48 jam setelah
warna kekuningan timbul.
Gejala yang ditemukan adalah nyeri
perut disertai diare atau konstipasi
( ditemukan pada 30 % kasus ),
hepatosplenomegali,mual, muntah
dan anoreksia.
Uveitis ditemukan pada 2-10 %
kasus, dapat ditemukan pada fase
awal atau fase lanjut dari penyakit.
Gejala iritis, iridosiklitis dan
khorioretinitis ( komplikasi lambat
yang dapat menetap selama
beberapa tahun ) dapat muncul
pada minggu ketiga namun dapat
pula muncul beberapa bulan setelah
awal penyakit.
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
PEMERIKSAAN LABORATORIUM UMUM
a. Pemeriksaan darah
- Pemeriksaan darah rutin : leukositosis normal atau menurun.
- Hitung jenis leukosit : peningkatan netrofil.
- Trombositopenia ringan.
- LED meninggi.
-Pada kasus berat ditemui anemia hipokrom mikrositik akibat
perdarahan yang biasa terjadi pada stadium lanjut perjalanan
penyakit.
b. Pemeriksaan fungsi hati
- Jika tidak ada gejala ikterik fungsi hati normal.
- Gangguan fungsi hati : SGOT, SGPT dapat meningkat.
- Kerusakan jaringan otot kreatinin fosfokinase meningkat
peningkatan terjadi pada fase-fase awal perjalanan penyakit, ratarata mencapai 5 kali nilai normal.
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
Kultur
Kultur
Mikroskopik
Mikroskopik
Pemeriksaan
Pemeriksaan
secara
secara langsung
langsung
Inokulasi
Inokulasi hewan
hewan
Pemeriksaan
Pemeriksaan
laboratorium
laboratorium
khusus
khusus
immunostaining
immunostaining
Pemeriksaan
Pemeriksaan
secara
secara tidak
tidak
langsung
langsung
Reaksi
Reaksi
polimerase
polimerase
berantai
berantai
MAT
MAT
Ig
Ig M
M ELISA
ELISA
TES
TESPENYARING
PENYARING(lepto
(lepto
dipstik
dipstikasay,
asay,lepto
leptotek
tekdri
dri
dot,
dot,dan
danlepto
leptotek
teklateral
lateral
flow)
flow)
Komplikasi
Komplikasi di
di hati
hati ditandai
ditandai dengan
dengan
peninggian
peninggian transaminase
transaminase dan
dan
bilirubin.
bilirubin.
Pada
Pada pemeriksaan
pemeriksaan sedimen
sedimen urin
urin
leptospirosis
leptospirosis ringan
ringan bisa
bisa terdapat
terdapat
proteinuria
proteinuria dan
dan pada
pada leptospirosis
leptospirosis
berat
berat dapat
dapat terjadi
terjadi azotemia.
azotemia.
DIAGNOSIS
LEPTOSPIRA
KOMPLIKASI
ENCEPHALO
ENCEPHALO
PATY
PATY
SHO
CK
MIOKARDI
MIOKARDI
TIS
TIS
Perdaraha
Perdaraha
nn
gastrointest
gastrointest
inal
inal
Liver
failure
Perdara
han
Paru
Gagal
Ginjal
Akut
PENATALAKSANAAN
KURATIF
PENCEGAHA
N
In
Inte
terv
rveennssii S
Suum
mbbeerr
In
Infe
fekkssii
TTre
reaatm
tmeenntt
K
Keem
mooppro
rofifila
lakkssis
is
In
Inte
terv
rveennssii ppaaddaa
ja
jalu
lurr ppeennuula
lara
rann
In
Inte
terv
rveennssii ppaaddaa
ppeennja
jam
muu m
maannuussia
ia
PENATALAKSANAAN
KURATIF
Tujuan Pemberian Obat
Treatment
a. Leptospirosis ringan
Regimen
1.
2.
Kemoprofilaksis
PENATALAKSANAAN
LEPTOSPIROSIS RINGAN
Penatalaksanaan konservatif
PENATALAKSANAAN
Antipiretik
LEPTOSPIROSIS BERAT
Nutrisi dan cairan.
Pemberian antibiotik
Pada kasus yang berat atau sesudah hari ke-4 dapat diberikan sampai 12 juta unit (sheena
A Waitkins, 1997). Lama pemberian penisilin bervariasi, bahkan ada yang memberikan
selama 10 hari. Penelitian terakhir : AB gol. fluoroquinolone dan beta laktam (sefalosporin,
ceftriaxone) > baik dibanding antibiotik konvensional tersebut di atas, meskipun masih perlu
dibuktikan keunggulannya secara in vivo.
Penanganan kegagalan ginjal.
Pengobatan terhadap infeksi sekunder.
Penanganan khusus
Hiperkalemia diberikan kalsium glukonas 1 gram atau glukosa insulin (10-20 U regular
insulin dalam infus dextrose 40%). Merupakan keadaan yang harus segera ditangani
karena menyebabkan cardiac arrest.
Asidosis metabolik diberikan natrium bikarbonas dengan dosis (0,3 x KgBB x defisit
HCO3 plasma dalam mEq/L)
Hipertensi diberikan antihipertensi
Gagal jantung pembatasan cairan, digitalis dan diuretik
Kejang Dapat terjadi karena hiponatremia, hipokalsemia, hipertensi ensefalopati dan
uremia. Penting untuk menangani kausa ptimernya, mempertahankan oksigenasi / sirkulasi
darah ke otak, dan pemberian obat anti konvulsi.
Perdarahan transfusi
Gagal ginjal akut hidrasi cairan dan elektrolit, dopamin, diuretik, dialisis.
PROGNOSIS
TERIMA
KASIH