Nyata
Nyata
ABSTRACT
aim of research is to find out the optimum triaconthanol concentration and exactly
plant spacing on growth and yield of mungbean in arid condition. The field experiment
was conducted at Tegalarum village on Pati Jawa Tengah Province from July to September 1998, on grumosol soil. Triaconthanol concentration application by three levels (0.10, 0.15, 0,2
ml/l water) and control combined with two levels plant spacing (30 x 20 and 30 x 30 cm). Arranged in
Factorial Randomized Completely Block Design Experiment. The analysis data by anove, F test and
regression. Triaconthanol application is increasing the vegetative growth there are the height of plant and
the number of brances. The increasing number of brances followed bay the increasing of straw dry
weight, pod number and seed weight. The optimum concentration of triaconthanol is 0.15 ml/l water
with the number of pods and dry weight of seed was reached 28 pods/plant and 83.03 g/m 2 respectively. The wide plant spacing (30 x 30 cm) was influenced to all growth parameters better than close
plant spacing (30 x 20 cm). No interaction between plant spacing and triaconthanol concentration in this
experiment
The
dapat ditempuh melalui pengaturan populasi tanaman dalam tiap satu satuan luas dan penggunaan
zat pengatur tumbuh.
Pengaturan populasi tanaman pada hakekatnya adalah pengaturan jarak tanam yang berpengaruh pada persaingan dalam penyerapan hara,
air dan cahaya matahari, sehingga apabila tidak
diatur dengan baik akan mempengaruhi hasil tanaman. Jarak tanam rapat mengakibatkan terjadi-
59
Setiap kombinasi perlakuan diulang tiga kali. Penggunaan zat pengatur tumbuh triakontanol yang sesuai dengan perlakuan, disemprotkan secara merata pada bagian bawah daun, antara jam 09.00
sampai 11.00 WIB. Penyemprotan dilakukan dua
kali yaitu pada saat tanaman berumur empat minggu serta enam minggu.
Analisis yang dilakukan untuk mengetahui
perlakuan mana yang berbeda dengan mengguna-
kan analysis of varians, diteruskan uji F, kemudian dengan uji DRMT untuk jarak tanam dan regresi untuk konsentrasi triakontanol.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Perlakuan jarak tanam terhadap tinggi tanaman, jumlah cabang per tanaman, jumlah polong per
tanaman, berat kering biji, tercantum pada tabel 1.
Tabel 1. Perbedaan tinggi tanaman, jumlah cabang per tanaman, jumlah polong per tanaman, berat
kering biji per tanaman, berat kering biji per petak sesuai jarak tanam
Jarak tanam
(cm)
tinggi tanaman
(cm)
jumlah
cabang
jumlah
polong/tnm
berat kering
biji.tnm (g)
berat kering
biji/m2
30 x 20
30 x 30
60,54 a
57,61 b
2,8 b
3,5 a
18,73 b
25,38 a
10,58 b
13,79 a
65,94 b
73,71 a
Jarak tanam rapat menghasilkan tinggi tanaman yang lebih tinggi daripada jarak tanam renggang. Hal tersebut mencerminkan bahwa pada jarak tanam rapat terjadi kompetisi dalam penggunaan cahaya yang mempengaruhi pula pengambilan unsur hara, air dan udara. Kompetisi cahaya
terjadi apabila suatu tanaman menaungi tanaman
lain atau apabila suatu daun memberi naungan pada
daun lain. Tanaman yang saling menaungi akan berpengaruh pada proses fotosintesis. Dengan demikian tajuk-tajuk tumbuh kecil dan kapasitas pengambilan unsur hara serta air menjadi berkurang
(Syam, 1992). Disamping itu, jarak tanam rapat
akan memperkecil jumlah cahaya yang dapat mengenai tubuh tanaman, sehingga aktifitas auksin
meningkat dan terjadilah pemanjangan sel-sel (Taiz
dan Zieger, 1991).
Akibat lebih jauh terlihat pada jumlah cabang yang terbentuk. Jarak tanam rapat, kesempatan membentuk internodia/ruas menjadi berkurang. karena unsur hara dan air. Sebaliknya jarak
tanam renggang, penerimaan intensitas cahaya
menjadi besar dan memberikan kesempatan pada
tanaman untuk tuimbuh kearah menyamping.
Dengan demikian akan mempengaruhi banyak
sedikitnya cabang yang terbentuk.
Cabang tanaman merupakan tempat tumbuhnya daun. Daun tanaman jumlahnya kecil pada
cabang yang jumlahnya juga kecil, dan dapat diduga implikasinya pada luas daun seluruh tanaman
juga lebih rendah. Sebagai organ tanaman yang
berfungsi memanen cahaya, luas daun memegang
peranan penting (Sitompul dan Guritno, 1995).
Daun tanaman sebagai organ fotosintesis sangat
berpengaruh pada hasil fotosintesis. Hasil fotosintesis yang berupa gula reduksi digunakan sebagai
sumber energi untuk memelihara kehidupan tanaman, dibentuk sebagai tubuh tanaman (akar, batang, daun) serta diakumulasikan dalam buah, biji
atau organ penimbun yang lain (sink). Selanjutnya
hasil fotosintesis yang tertimbun dalam bagian vegetatif sebagian diremobilisasikan ke bagian generatif (polong) setelah bagian tersebut terbentuk dan
tumbuh. Dengan demikian pengisian polong terjadi
dengan merebolisasikan fotosintat dari bagian vegetatif. Fotosintat di bagian vegetatif terekam dalam berat kering brangkasan, sedangkan fotosintat
yang terakumulasi di polong tercermin dalam berat
kering biji. Berat kering biji tanaman kacang hijau
yang ditanam dengan jarak tanam renggang ternyata menghasilkan berat kering biji lebih besar
daripada berat kering biji yang ditanam dengan
Penggunaan Triakontanol dan Jarak Tanam Pada ..... (Mth. Sri Budiastuti)
61
jarak tanam rapat. Berat kering biji tidak lain adalah hasil tanaman kacang hijau. Berat kering biji/
m2 sebesar 73,7 g identik dengan 7,37 ku/ha.
Fotosintat yang tertimbun pada bagian vegetatif, juga tercermin dalam berat kering brangkasan.
Adanya fakta bahwa tanaman yang lebih tinggi,
cabangnya lebih sedikit dan kemudian diasumsikan
luas daunnya lebih rendah sehingga kemampuan
untuk melakukan fotosintesis juga rendah, tercermin pada berat kering brangkasan. Berat kering
brangkasan yang dicapai pada penelitian ini ternyata
memang menunjukkan konsistensi penilaian tersebut. Tanaman kacang hijau yang ditanam dengan
Tabel 2. Perbedaan tinggi tanaman, jumlah cabang, jumlah polong, berat kering biji sesuai dengan
konsentrasi triakontanol
3,0 ab
3,3 ab
3,5 ab
2,8 b
30
6.55
6.5
6.45
0.2
30
25
20
berat kering
biji per
tanaman (g)
jumlah polong
per tanaman
20
15
10
5
0
15
10
5
0
0
0.1
0.15
0.2
0.1
0.15
0.2
62
20
15
10
0
6.4
25
0.2
Berat kering
brangkasan (g)
6.6
0.15
0.2
59 c
72,23 ab
83,03 a
65,07 bc
0.15
1
0.2
0.1
0.15
10,22 b
11,28 b
15,48 a
11,76 b
6.65
56
19,37 b
19,73 b
28,63 a
20,50 b
0.1
61
60
59
58
57
jumlah cabang
per tanaman
tinggi tanaman
(cm)
Penelitian ini dilaksanakan pada musim kering dan intensitas cahaya relatif tinggi. Akibatnya
proses fotorespirasi berjalan lancar sehingga penggunaan triakontanol dapat membantu meningkatkan laju fotosintesis. Semakin tinggi konsentrasi
triakontanol, maka semakin cepat pertumbuhan ta-
0.1
57,9 c
58,25 bc
59,78 ab
60,37 a
0.1
0,0
0,1
0,15
0,2
jumlah polong
per tanaman
0.15
DAFTAR PUSTAKA
Haryadi, S.S. 1994. Pengantar Agronomi. Cetakan
kelima. Gramedia. Jakarta. 195 h.
Kusumo, S. 1994. Zat Pengatur Tumbuh Tanaman. C.V. Yasaguna. Jakarta. 71 h.
Lingga, P. 1996. Petunjuk Penggunaan Pupuk.
PT. Penebar Swadaya. Jakarta. 55 h.
Nonomura, A.M., and A.A. Benson. 1992. The
Path of Carbon in Photosynthesis; Improved
Crop Yields With Methanol. Proccedings of
The National Academy of Sciences. USA
89: 9794-9798.
Sands, P.J. 1995. Modelling Canopy Production II
From Single-Leaf Photosynthesic Param-
Penggunaan Triakontanol dan Jarak Tanam Pada ..... (Mth. Sri Budiastuti)
63