Anda di halaman 1dari 5

PENGGUNAAN TRIAKONTANOL DAN JARAK TANAM PADA

TANAMAN KACANG HIJAU ( Phaseolus radiatus L.)


Foliar Triaconthanol Application and Plant Spacing on Mungbean
(Phaseolus radiatus L.)
Mth. Sri Budiastuti 1)

ABSTRACT
aim of research is to find out the optimum triaconthanol concentration and exactly
plant spacing on growth and yield of mungbean in arid condition. The field experiment
was conducted at Tegalarum village on Pati Jawa Tengah Province from July to September 1998, on grumosol soil. Triaconthanol concentration application by three levels (0.10, 0.15, 0,2
ml/l water) and control combined with two levels plant spacing (30 x 20 and 30 x 30 cm). Arranged in
Factorial Randomized Completely Block Design Experiment. The analysis data by anove, F test and
regression. Triaconthanol application is increasing the vegetative growth there are the height of plant and
the number of brances. The increasing number of brances followed bay the increasing of straw dry
weight, pod number and seed weight. The optimum concentration of triaconthanol is 0.15 ml/l water
with the number of pods and dry weight of seed was reached 28 pods/plant and 83.03 g/m 2 respectively. The wide plant spacing (30 x 30 cm) was influenced to all growth parameters better than close
plant spacing (30 x 20 cm). No interaction between plant spacing and triaconthanol concentration in this
experiment

The

Key word: Triaconthanol, Plant spacing mung bean


PENDAHULUAN
Pada dekade terakhir ini, berbagai upaya
memaksimalkan hasil tanaman telah banyak dilakukan, baik melalui teknik budidaya, penggunaan
bibit/benih unggul maupun penggunaan zat pengatur
tumbuh (Lingga, 1996). Suatu gabungan teknik budidaya dan zat pengatur tumbuh, telah banyak dilakukan seperti cara tanam dan sistem pertanaman
yang digabungkan dengan penggunaan hormon
pertumbuhan. Peningkatan hasil kacang hijau juga

dapat ditempuh melalui pengaturan populasi tanaman dalam tiap satu satuan luas dan penggunaan
zat pengatur tumbuh.
Pengaturan populasi tanaman pada hakekatnya adalah pengaturan jarak tanam yang berpengaruh pada persaingan dalam penyerapan hara,
air dan cahaya matahari, sehingga apabila tidak
diatur dengan baik akan mempengaruhi hasil tanaman. Jarak tanam rapat mengakibatkan terjadi-

1) Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Sursakarta


Penggunaan Triakontanol dan Jarak Tanam Pada ..... (Mth. Sri Budiastuti)

59

nya kompetisi intra spesies dan antar spesies.


Kompetisi yang terjadi utamanya adalah kompetisi
dalam memperoleh cahaya, unsur hara dan air. Beberapa penelitian tentang jarak tanam menunjukkan bahwa semakin rapat jarak tanam, maka semakin tinggi tanaman tersebut dan secara nyata
berpengaruh pada jumlah cabang serta luas daun.
Tanaman yang diusahakan pada musim kering dengan jarak tanam rapat akan berakibat pada pemanjangan ruas, oleh karena jumlah cahaya yang
dapat mengenai tubuh tanaman berkurang. Akibat
lebih jauh terjadi peningkatan aktifitas auksin sehingga sel-sel tumbuh memanjang (Syam, 1992).
Pemanjangan ruas tercermin pada jumlah cabang.
Cabang tanaman merupakan tempat tumbuhnya
daun. Apabila jumlah cabang kecil, maka jumlah
daun juga menjadi kecil. Hal tersebut berkaitan
langsung dengan luas daun seluruh tanaman. Menurut Sitompul dan Guritno (1995), daun sangat
berperan dalam pemanenan cahaya yang bermanfaat bagi proses fotosintesis.
Adapun penggunaan zat pengatur tumbuh
dimaksudkan untuk mempercepat pertumbuhan
tanaman sekaligus pertumbuhan yang optimum karena mampu merangsang/menghambat proses fisiologis tumbuhan. Namun demikian tanggapan tanaman terhadap zat pengatur tumbuh sangat bervariasi tergantung pada pertumbuhan yang telah
dicapai dan konsentrasi yang diberikan (Kusumo,
1994). Didalam penelitian ini digunakan zat pengatur tumbuh triakontanol yang merupakan alkohol alifatik rantai panjang. Menurut Nonomura dan
Benson (1992) bahwa pemberian zat pengatur
tumbuh yang mengandung methanol telah berhasil
meningkatkan pertumbuhan vegetatif dan hasil tanaman C3 . Namun perlu diperhatikan bahwa
penggunaan zat tersebut sebaiknya pada musim
kering. Alkohol alifatik rantai panjang ini dapat meningkatkan fiksasi CO2 sehingga laju fotosintesis
juga meningkat. Hasil penelitian Nonomura dan
Benson tersebut menyatakan bahwa terjadi penekanan terhadap laju fotorespirasi. Penekanan yang
efektif terhadap laju fotorespirasi ini akan berpengaruh langsung terhadap peningkatan laju fotosintesis, mengatur keseimbangan antara foto60

sintesis dan fotorespirasi, meningkatkan aktifitas


ribulose bipospat karboksilase serta meningkatkan
mobilitas fotosintat.
Tanaman kacang hijau termasuk tanaman
C3. Pada musim kering, terjadi peningkatan laju
fotorespirasi, sehingga mengurangi kemampuan
ensim RuBP karboksilase untuk mengikat CO2.
Dengan demikian laju fotosintesis berkurang. Ditinjau dari segi cara penanaman, pertimbangan jarak tanam tidak dapat diabaikan, kaitannya dengan
pemanenan cahaya oleh tanaman itu sendiri. Oleh
karena itu peneliti mencoba menggabungkan pengaturan jarak tanam dengan penggunaan triakontanol dengan asumsi jarak tanam lebar akan
meningkatkan laju fotorespirasi dan kondisi tersebut dapat dikompensir dengan penggunaan triakontanol sebagai sumber karbon. Dengan demikian
laju fotosintesis meningkat dan hasil panenpun bertambah. Secara rinci penelitian ini bertujuan menemukan jarak tanam yang tepat, konsentrasi triakontanol yang optimum dan menemukan hubungan kompensatif yang harmonis antara jarak tanam
dan penggunaan triakontanol.
BAHAN DAN METODE
Penelitian dilaksanakan di desa Tegalarum,
Kabupaten Pati Jawa Tengah dengan ketinggian
7 meter diatas permukaan laut. Jenis tanah yang
digunakan adalah tanah grumosol dengan pH 7,0.
Penelitian ini dimulai dari bulan Juli sampai dengan
September 1998. Bahan yang digunakan adalah
benih kacang hijau varietas no. 129, pupuk kandang dan pupuk buatan, pestisida dan fungisida
serta zat pengatur tumbuh triakontanol. Beberapa
alat pertanian diperlukan dalam penelitian ini, seperti hand sprayer, gelas ukuran, pipet, alat pengukur panjang, ajir, cangkul, tugal dan lain-lain.
Percobaan lapangan ini menggunakan rancangan lingkungan berupa rancangan acak kelompok lengkap dan merupakan percobaan faktorial,
terdiri atas dua macam faktor perlakuan yaitu faktor konsentrasi zat pengatur tumbuh triakontanol
dengan tiga taraf (0,1 ml/l air 0,5 ml/l air, 0,2 ml/l
air) dan satu kontrol, serta faktor perlakuan jarak
tanam dengan dua taraf (30x20 cm, 30x30 cm).
Agrosains Volume 2 No 2, 2000

Setiap kombinasi perlakuan diulang tiga kali. Penggunaan zat pengatur tumbuh triakontanol yang sesuai dengan perlakuan, disemprotkan secara merata pada bagian bawah daun, antara jam 09.00
sampai 11.00 WIB. Penyemprotan dilakukan dua
kali yaitu pada saat tanaman berumur empat minggu serta enam minggu.
Analisis yang dilakukan untuk mengetahui
perlakuan mana yang berbeda dengan mengguna-

kan analysis of varians, diteruskan uji F, kemudian dengan uji DRMT untuk jarak tanam dan regresi untuk konsentrasi triakontanol.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Perlakuan jarak tanam terhadap tinggi tanaman, jumlah cabang per tanaman, jumlah polong per
tanaman, berat kering biji, tercantum pada tabel 1.

Tabel 1. Perbedaan tinggi tanaman, jumlah cabang per tanaman, jumlah polong per tanaman, berat
kering biji per tanaman, berat kering biji per petak sesuai jarak tanam
Jarak tanam
(cm)

tinggi tanaman
(cm)

jumlah
cabang

jumlah
polong/tnm

berat kering
biji.tnm (g)

berat kering
biji/m2

30 x 20
30 x 30

60,54 a
57,61 b

2,8 b
3,5 a

18,73 b
25,38 a

10,58 b
13,79 a

65,94 b
73,71 a

Jarak tanam rapat menghasilkan tinggi tanaman yang lebih tinggi daripada jarak tanam renggang. Hal tersebut mencerminkan bahwa pada jarak tanam rapat terjadi kompetisi dalam penggunaan cahaya yang mempengaruhi pula pengambilan unsur hara, air dan udara. Kompetisi cahaya
terjadi apabila suatu tanaman menaungi tanaman
lain atau apabila suatu daun memberi naungan pada
daun lain. Tanaman yang saling menaungi akan berpengaruh pada proses fotosintesis. Dengan demikian tajuk-tajuk tumbuh kecil dan kapasitas pengambilan unsur hara serta air menjadi berkurang
(Syam, 1992). Disamping itu, jarak tanam rapat
akan memperkecil jumlah cahaya yang dapat mengenai tubuh tanaman, sehingga aktifitas auksin
meningkat dan terjadilah pemanjangan sel-sel (Taiz
dan Zieger, 1991).
Akibat lebih jauh terlihat pada jumlah cabang yang terbentuk. Jarak tanam rapat, kesempatan membentuk internodia/ruas menjadi berkurang. karena unsur hara dan air. Sebaliknya jarak
tanam renggang, penerimaan intensitas cahaya
menjadi besar dan memberikan kesempatan pada
tanaman untuk tuimbuh kearah menyamping.
Dengan demikian akan mempengaruhi banyak
sedikitnya cabang yang terbentuk.

Cabang tanaman merupakan tempat tumbuhnya daun. Daun tanaman jumlahnya kecil pada
cabang yang jumlahnya juga kecil, dan dapat diduga implikasinya pada luas daun seluruh tanaman
juga lebih rendah. Sebagai organ tanaman yang
berfungsi memanen cahaya, luas daun memegang
peranan penting (Sitompul dan Guritno, 1995).
Daun tanaman sebagai organ fotosintesis sangat
berpengaruh pada hasil fotosintesis. Hasil fotosintesis yang berupa gula reduksi digunakan sebagai
sumber energi untuk memelihara kehidupan tanaman, dibentuk sebagai tubuh tanaman (akar, batang, daun) serta diakumulasikan dalam buah, biji
atau organ penimbun yang lain (sink). Selanjutnya
hasil fotosintesis yang tertimbun dalam bagian vegetatif sebagian diremobilisasikan ke bagian generatif (polong) setelah bagian tersebut terbentuk dan
tumbuh. Dengan demikian pengisian polong terjadi
dengan merebolisasikan fotosintat dari bagian vegetatif. Fotosintat di bagian vegetatif terekam dalam berat kering brangkasan, sedangkan fotosintat
yang terakumulasi di polong tercermin dalam berat
kering biji. Berat kering biji tanaman kacang hijau
yang ditanam dengan jarak tanam renggang ternyata menghasilkan berat kering biji lebih besar
daripada berat kering biji yang ditanam dengan

Penggunaan Triakontanol dan Jarak Tanam Pada ..... (Mth. Sri Budiastuti)

61

jarak tanam rapat. Berat kering biji tidak lain adalah hasil tanaman kacang hijau. Berat kering biji/
m2 sebesar 73,7 g identik dengan 7,37 ku/ha.
Fotosintat yang tertimbun pada bagian vegetatif, juga tercermin dalam berat kering brangkasan.
Adanya fakta bahwa tanaman yang lebih tinggi,
cabangnya lebih sedikit dan kemudian diasumsikan
luas daunnya lebih rendah sehingga kemampuan
untuk melakukan fotosintesis juga rendah, tercermin pada berat kering brangkasan. Berat kering
brangkasan yang dicapai pada penelitian ini ternyata
memang menunjukkan konsistensi penilaian tersebut. Tanaman kacang hijau yang ditanam dengan

jarak tanam rapat, berat kering brangkasannya


lebih rendah daripada tanaman kacang hijau yang
ditanam dengan jarak tanam renggang. Namun demikian secara statistik, kedua perlakuan jarak tanam tersebut tidak mempengaruhi berat kering
brangkasan. Munculnya jumlah cabang yang banyak pada jarak tanam renggang, diimbangi oleh
pemanjangan sel tanaman yang mempengaruhi
tinggi tanaman pada jarak tanam rapat. Dengan
demikian berat kering brangkasan tidak dipengaruhi oleh perlakuan jarak tanam.
Penggunaan triakontanol pada berbagai
konsentrasi dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2. Perbedaan tinggi tanaman, jumlah cabang, jumlah polong, berat kering biji sesuai dengan
konsentrasi triakontanol

3,0 ab
3,3 ab
3,5 ab
2,8 b

30

6.55
6.5
6.45

konsentrasi triakontanol (ml/l air)

0.2

Konsentrasi triakontanol (ml/l air)

30
25

Grafik regresi konsentrasi triakontanol


terhadap jumlah cabang per tanaman

20
berat kering
biji per
tanaman (g)

jumlah polong
per tanaman

Grafik regresi konsentrasi triakontanol


terhadap tinggi tanaman

20
15
10
5
0

15
10
5
0
0

0.1

0.15

0.2

0.1

0.15

0.2

konsentrasi triakontanol (ml/l air)

konsentrasi triakontanol (ml/l air)

Grafik regresi konsentrasi triakontanol


terhadap jumlah polong per tanaman

62

Grafik regresi konsentrasi triakontanol


terhadap berat kering biji per tanaman

20
15
10
0

6.4

25

Berat 100 biji (g)

0.2

Berat kering
brangkasan (g)

6.6

0.15

0.2

konsentrasi triakontanol (ml/l air)

Berat 100 biji (g)

59 c
72,23 ab
83,03 a
65,07 bc

naman khususnya pada pertumbuhan vegetatif.


Dengan demikian secara tidak langsung mempengaruhi peningkatan jumlah polong dan berat kering biji. Adapun grafik regresi untuk konsentrasi
triakontanol terhadap variabel-variabel penelitian
adalah sebagai berikut:

0.15

1
0.2

0.1

0.15

10,22 b
11,28 b
15,48 a
11,76 b

6.65

56

19,37 b
19,73 b
28,63 a
20,50 b

0.1

61
60
59
58
57

jumlah cabang
per tanaman

tinggi tanaman
(cm)

Penelitian ini dilaksanakan pada musim kering dan intensitas cahaya relatif tinggi. Akibatnya
proses fotorespirasi berjalan lancar sehingga penggunaan triakontanol dapat membantu meningkatkan laju fotosintesis. Semakin tinggi konsentrasi
triakontanol, maka semakin cepat pertumbuhan ta-

berat kering biji berat kering


per tanaman
biji/m2

0.1

57,9 c
58,25 bc
59,78 ab
60,37 a

0.1

0,0
0,1
0,15
0,2

jumlah polong
per tanaman

0.15

Konsentrasi tri- tinggi tanaman jumlah cabang


akontanol ml/l air
(cm)
per tanaman

Konsentrasi triakontanol (ml/l air)

Berat kering brangkasan (g)

Triakontanol yang merupakan alkohol alifatik


rantai panjang meningkatkan tinggi tanaman dan jumlah cabang secara kuadratik parabolik yang dari segi
agronomis dapat diasumsikan adanya peningkatan
pertumbuhan dengan meningkatnya konsentrasi triakontanol. Hal itu dari segi pertimbangan graduasi
perlakuan konsentrasi triakontanol yang relatif sempit.
Agrosains Volume 2 No 2, 2000

Jumlah cabang sejalan dengan tinggi tanaman


yang menunjukkan bahwa bertambahnya jumlah
buku-buku diikuti dengan bertambahnya tinggi
tanaman. Tinggi tanaman dan jumlah cabang yang
besar meningkatkan jumlah daun yang dengan sendirinya meningkatkan luas daun. Meningkatnya luas
daun memperbesar kemampuan fotosintesis yang
hasilnya tercermin dalam berat kering brang-kasan.
Penggunaan methanol telah dilaporkan meningkatkan hasil, memacu pemasakan dan mengurangi cekaman kekeringan pada tanaman yang ditanam di musim kering dengan penyiraman penuh
(Nonomura dan Benson, 1992). Berat kering
brangkasan meningkat secara linier sejalan dengan
peningkatan konsentrasi triakontanol.
Peningkatan jumlah cabang yang diikuti dengan
peningkatan berat kering brangkasan sehubungan dengan peningkatan konsentrasi triakontanol, juga meningkatkan jumlah bunga yang akhir-nya dapat meningkatkan jumlah polong. Peningkatan jumlah polong secara kuadratik, optimum pada konsentrasi
0,15 ml/l air, menandakan adanya kompetisi intra tanaman yang kemungkinan terjadi pada pembentukan
bunga atau pada pembentukan polong, pada konsentrasi triakontanol yang lebih tinggi.
Jumlah polong sangat berhubungan dengan
biji yang ada didalam polong tersebut, sehingga
berat kering biji juga menunjukkan respon yang

kuadratik, optimum pada konsentrasi 0,15 ml/l air.


Optimum pada konsentrasi tertentu baik pada jumlah polong maupun berat kering biji, senada dengan
laju fotosintesis yang sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor konsentrasi CO2 dalam sel, suhu, kandungan air daun atau keseimbangan nutrisi dan radiasi (sands, 1995).
Menurunnya jumlah polong dan berat kering
biji per tanaman pada konsentrasi diatas 0,15 ml/
l air, meningkatkan mutu biji yang tercermin pada
berat kering 100 biji yang menunjukkan respon linier dengan meningkatnya konsentrasi triakontanol.
KESIMPULAN
Jarak tanam renggang menunjukkan keseluruhan parametar pertumbuhan yang lebih baik bila
dibandingkan dengan jarak tanam rapat, dan tercermin pada peningkatan jumlah cabang sekaligus
jumlah polong dan berat kering biji. Penggunaan
triakontanol telah berhasil meningkatkan pertumbuhan vegetatif yaitu pada tinggi tanaman dan jumlah cabang. Peningkatan jumlah cabang diikuti dengan peningkatan jumlah polong dan berat kering
biji yang mencapai optimum pada konsentrasi triakontanol 0,15 ml/l air, yaitu sebesar 28 (polong/
tanaman) dan 83,03 g (berat kering biji/m2 ). Pada
penelitian ini tidak tampak efek kompensatif antara
jarak tanam dan konsentrasi triakontanol.

DAFTAR PUSTAKA
Haryadi, S.S. 1994. Pengantar Agronomi. Cetakan
kelima. Gramedia. Jakarta. 195 h.
Kusumo, S. 1994. Zat Pengatur Tumbuh Tanaman. C.V. Yasaguna. Jakarta. 71 h.
Lingga, P. 1996. Petunjuk Penggunaan Pupuk.
PT. Penebar Swadaya. Jakarta. 55 h.
Nonomura, A.M., and A.A. Benson. 1992. The
Path of Carbon in Photosynthesis; Improved
Crop Yields With Methanol. Proccedings of
The National Academy of Sciences. USA
89: 9794-9798.
Sands, P.J. 1995. Modelling Canopy Production II
From Single-Leaf Photosynthesic Param-

eters to Daily Canopy Photosynthesis. Aust.


J. Plant Physiology. 22: 593-601.
Sitompul, S.M. dan B. Guritno. 1995. Analisis Pertumbuhan Tanaman. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. 465 h.
Syam, R. 1992. Pengaruh Konsentrasi Pupuk
Gandasil dan Jarak Tanam Terhadap
Pertumbuhan dan Produksi Kacang Hijau Varietas Parkit. Fakultas Pertanian Universitas Muhamadiyah Malang. 67 h. (tidak
dipublikasikan)
Taiz, L and E. Zieger,. 1991. Plant Physiology.
The Benjamin/Cummings. Pub.Co., Inc.
California. 565 p.

Penggunaan Triakontanol dan Jarak Tanam Pada ..... (Mth. Sri Budiastuti)

63

Anda mungkin juga menyukai