Anda di halaman 1dari 11

PEMBUATAN MEDIA ALAMI PLASMA DAN SERUM DARI DARAH AYAM

DAN IKAN

Oleh
Nama
NIM
Rombongan
Kelompok

:
: Hikmah Widyaningrum
: B1J012048
: II
:3

LAPORAN PRAKTIKUM KULTUR JARINGAN HEWAN

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO
2014

I.

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Kultur jaringan adalah bagian atau jaringan makhluk hidup, baik tumbuhan
ataupun hewan yang telah dipisahkan dari asalnya dan ditanaman dalam media kultur
atau media buatan yang steril sehinga sel-selnya mampu tumbuh dan mengadakan
pembelahan. Kultur jaringan merupakan upaya memanfaatkan sifat totipotensi sel
secara buatan (artifisial) dengan menggunakan teknologi. Penanaman kultur secara
buatan dilakukan di luar individu yang bersangkutan dan sering kali disebut kultur in
vitro, karena jaringan dibiakkan di dalam tabung inkubasi atau cawan petri dari kaca
(Freshney, 2000).
Kultur jaringan hewan ini didasarkan atas sifat totipotensi sel yaitu setiap sel
mengandung seluruh informasi genetik dan mempunyai kemampuan untuk dapat
berkembang menjadi individu yang sama dengan induknya. Keberhasilan kultur
jaringan hewan memerlukan berbagai prasyarat untuk mendukung kehidupan
jaringan yang dibiakkan. Prasyarat yang paling esensial adalah wadah dan media
tumbuh yang steril. Media adalah tempat bagi jaringan untuk tumbuh (membelah dan
berkembangbiak) dan mengambil nutrisi yang mendukung kehidupan jaringan.
Media tumbuh harus mengandung berbagai bahan atau nutrisi yang diperlukan
jaringan untuk hidup dan memperbanyak dirinya seperti air, vitamin, mineral,
glukosa dan hormon (Freshney, 2000).
Media kultur jaringan hewan harus terdapat kondisi fisik yang optimal meliputi
pH, tekanan, sumber energi dan sumber karbon, asam amino, vitamin, mineral dan
air. Media kultur jaringan dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu media alami dan
media buatan. Media alami dapat diperoleh dari beberapa bahan yaitu koagulat,
misalnya koagulan plasma darah dan kolagen, cairan bologis, misalnya serum,
ekstrak jaringan, misalnya ekstrak embrio. Media sintetik, yaitu media yang dibuat
secara kimia, misalnya DMEM, RPMI. Berdasarkan kebutuhannya media buatan
dibagi menjadi 3, yaitu minimum essential medium (MEM), medium pemelihara,
dan medium penumbuh (Purnomo, 2009).

I.2 Tujuan

Tujuan dari praktikum ini adalah untuk membuat media alami berupa plasma
dan serum yang berasal dari darah ayam dan darah ikan.

II.

MATERI DAN METODE

II.1 Materi
Bahan yang digunakan adalah alkohol 70%, EDTA, darah ikan nilem
(Osteochilus hasselti) dengan ukuran 80-100 g dan ayam jantan (Gallus gallus)
dewasa muda.
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah meja operasi,tissue,
sentrifugator, tabung sentrifuge mikro 1,5 mL, tabung sentrifuge 15 mL plastik dan
gelas, spuit injeksi volume 1 dan 3 mL, alat bedah, botol, pipet transfer, bunsen
spiritus, refrigerator dan kertas label.
2.2

Metode
Metode yang dilakukan dalam praktikum ini adalah :
a. Pembuatan serum dan plasma darah ayam :

1. Alat dan bahan disiapkan


2. Darah ayam diambil pada vena branchia yang terletak di bagian sayap dengan
menggunakan spuit injeksi (untuk pembuatan serum, spuit injeksi tidak perlu
diberi EDTA, sedangkan untuk pembuatan plasma spuit injeksi harus dibasahi
3.
4.
5.
6.

EDTA terlebih dahulu).


Darah ayam ditampung di tabung eppendorf.
Plasma dan serum ditampung pada tabung yang berbeda.
Volume darah pada tabung eppendorf dicatat dan diberi label.
Sediaan plasma dan serum darah ayam disimpan dalam lemari pendingin

selama 1 hari.
7. Sediaan plasma dan serum ayam disentrifuse selama 10 menit dengan
kecepatan 3000 rpm.
8. Supernatan yang terbentuk diambil dengan mikropipet dan tip kemudian
dipindahkan ke tabung eppendorf baru.
9. Volume plasma dan serum ayam dicatat.
b. Pembuatan serum dan plasma darah ikan :
1. Alat dan bahan disiapkan.
2. Darah ayam diambil pada vena caudalis yang terletak di bagian pangkal ekor
atau pada bagian jantung dengan menggunakan spuit injeksi (untuk pembuatan
serum, spuit injeksi tidak perlu diberi EDTA, sedangkan untuk pembuatan
3.
4.
5.
6.

plasma spuit injeksi harus dibasahi EDTA terlebih dahulu).


Darah ikan ditampung di tabung eppendorf.
Plasma dan serum ditampung pada tabung yang berbeda.
Volume darah pada tabung eppendorf dicatat dan diberi label.
Sediaan plasma dan serum darah ikan disimpan dalam lemari pendingin selama

1 hari.
7. Sediaan plasma dan serum ikan disentrifuse selama 10 menit dengan kecepatan
3000 rpm.
8. Supernatan yang terbentuk diambil dengan mikropipet dan tip kemudian
dipindahkan ke tabung eppendorf baru.
9. Volume plasma dan serum ikan dicatat.

III.
3.1

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil
Sumber

Vo

P (VB)
S (VB)

0,6
0,2

V1

Warna

0,5
0,1

Kuning
Kuning

Ayam
Ikan
S1 (Ca)
0,24
0,15
S2 (Cr)
0,22
0,12
S3 (Cr)
0,29
0,13
S4 (Ca)
0,41
0,3
P1 (Vc)
0,48
0,18
P2 (Vc)
0,1
20 L
Data Pengamatan Plasma dan Serum kelompok 3

Kuning
Jingga
Jingga
JIngga
Merah Tua
Merah Tua

Gambar Plasma dan Serum dari Darah Ayam dan Ikan

3. 2 Pembahasan
Medium merupakan faktor penting bagi pertumbuhan sel di luar sistem tubuh.
Medium memberikan lingkungan ekstrasel yang mirip dengan kondisi asal sel

tersebut di dalam tubuh serta menyediakan berbagai nutrien penting bagi sel.
Komponen-komponen yang minimum harus ada di dalam medium, menurut
(Purnomo, 2009) adalah: bahan pembangun (lipid, berbagai asam amino, dan
karbohidrat sederhana), sumber energi (karbohidrat sederhana), zat-zat mengatur
aktivitas sel (berbagai mineral, enzim), bufer, dan antibiotik. Konsentrasi akhir dari
larutan medium harus isotonis dengan sitoplasma dengan pH netral, nontoksik, dan
steril.
Menurut Purnomo (2009), berdasarkan komponen yang terkandung
didalamnya, serum terdiri dari 4 jenis, yaitu:
1. Serum albumin adalah protein dengan jumlah terbanyak di dalam tubuh.
Albumin sangat penting demi memelihara tekanan osmosis untuk distribusi
fluida tubuh antara intravascular compartment dan jaringan tubuh. Albumin
juga berfungsi sebagai pengusung plasma dengan secara tidak langsung
mengikat beberapa hormon steroid hydrophobic dan protein pengusung bagi
hemin dan asam lemak dalam sirkulasinya.
2. Serum globulin adalah istilah umum yang digunakan untuk protein yang tidak
larut, baik di dalam air maupun di dalam larutan garam konsentrasi tinggi,
tetapi larut dalam larutan garam konsentrasi sedang. Globulin mempunyai
rasio 35% dari protein plasma, berguna untuk sirkulasi ion, hormon dan asam
lemak dalam sistem kekebalan. Beberapa jenis globulin mengikat
hemoglobin, beberapa yang lain mengusung zat besi, berfungsi untuk
melawan infeksi, dan bertindak sebagai faktor koagulasi.
3. Serum lipoprotein adalah senyawa biokimiawi yang mengandung protein dan
lemak. Lipoprotein dapat berbentuk enzim, transporter, protein struktural,

antigen, adesin, toksin, high density lipoprotein dan low density lipoprotein
yang memungkinkan lemak terusung di dalam darah, dan protein
transmembran yang terdapat pada mitokondria (terdapat juga pada kloroplas
tanaman), serta lipoprotein bakterial.
4. Serum regulator (Regulatory protein) yang hanya berjumlah 1% dari protein
plasma, terdiri dari enzim, proenzim dan hormon.
Berdasarkan hasil pengamatan, hasil dari sentrifuge supernatan darah yang
diperoleh menunjukkan bahwa serum darah dari ayam yang diperoleh berwarna
kuning bening. Sesuai dengan pernyataan Ouellet et al (2006), supernatan yang baik
adalah supernatan yang berwarna kuning. Jika supernatan berwarna merah yang
diperoleh, kemungkinan terdapat kesalahan pada langkah kerja sehingga masih
terdapat sel darah pada serum yang diamati yang mengakibatkan timbulnya warna
merah pada supernatan.
Plasma darah adalah bagian darah yang cair. Komponen utamanya adalah air.
Di dalam plasma darah terlarut molekul-molekul berbagai ion, yang meliputi glukosa
sebagai sumber energi utama untuk sel-sel tubuh dan asam-asam amino. Ion-ion ini
terdapat banyak dalam plasma darah, misalnya natrium. Berbagai ion dan molekul
tersebut diedarkan ke seluruh tubuh sehingga ion yang lain juga ikut tersebar. Sekitar
7% plasma darah berupa berbagai molekul protein. Molekul protein yang dimaksud
misalnya 4% serum albumin, 2,7% serum glubolin, dan 0,3% fibrinogen. Setelah
darah membeku oleh fibrinogen, yakni komponen untuk proses pembekuan darah,
bekuan tersebut akan mengkerut secara lambat, sehingga keluarlah suatu cairan
bening yang disebut serum. Serum merupakan cairan darah yang tidak mengandung
fibrinogen.

Serum

komposisinya hampir sama

dengan

plasma.

serum

Perbedaannya adalah pada

tidak

tidak

mengandung

fibrinogen,

mengandung

faktor pembekuan (faktor II,

V dan VIII), namun

mengandung serotonin tinggi

karena adanya perusakan pada platelet (Freshney, 2000).


Berikut perbandingan Plasma dengan Serum (McMaster, 2007):
Plasma
Serum
Plasma adalah bagian cair darah, di mana sel-sel Serum adalah bagian cairan darah, tanpa faktor
darah, nutrisi dan hormon mengapung.
pembekuan atau sel darah.
Komposisi plasma
Komposisi serum
Air, albumin, globulin, asam amino, Hormon dan Air, albumin, globulin, asam amino, Hormon
Enzim, limbah nitrogen, nutrisi, gas, dan dan Enzim, limbah nitrogen, nutrisi, dan gas.
fibrinogen
Penggunaan

plasma

dalam

kedokteran

Penggunaan

serum

dalam

kedokteran

Plasma yang paling sering digunakan untuk Serum yang paling sering digunakan untuk jenis
transfusi untuk orang yang menderita hemofilia darah. Serum ini juga digunakan untuk berbagai
atau

kelainan

pembekuan

darah

imunodefisiensi, shock, atau luka bakar.

lainnya, tes diagnostik digunakan untuk menentukan


kadar HCG, kolesterol, protein, gula, dalam

darah.
Plasma dipisahkan dari darah karena hal ini Serum darah memiliki antigen lebih dari darah
meningkatkan umur panjang - frozen plasma atau plasma, sehingga lebih mujarab untuk tes.
dapat
Plasma

disimpan
lebih

hingga
mudah

satu

tahun. Antikoagulan dalam plasma atau darah dapat


diangkut. mengganggu reaksi kimia yang digunakan untuk

Plasma diganti dalam tubuh setelah 2-3 hari, mengukur

tingkat

konstituen

darah.

sementara seluruh darah membutuhkan jauh lebih ini antikoagulan dalam plasma atau darah dapat
lama, sehingga dapat menyumbangkan lebih menarik air keluar dari sel, menipiskan sampel
sering.

dan mengubah hasil tes.

Plasma ikan yang berhasil diambil sebanyak 0,18 ml dan 20 l, keduanya


berasal dari vena caudal, plasma ayamnya sebanyak 0,5 ml. Sedangkan untuk
serum ikan yang diambil dari vena caudal sebanyak 0,15 ml dan 0,3 ml. Serum
ikan yang diambil dari cardiac sebanyak 0,12 ml dan 0,13 ml, sedangkan serum
ayam sebanyal 0,1 ml. Plasma dan serum ayam berwarna kuning, sebagian besar
serum ikan berwarna jingga, sedangkan plasmas ikan berwarna merah tua dan
agak sedikit kehitaman. Ouellet et al., 2006 menyatakan, warna plasma atau
serum mungkin berubah menjadi kehitaman karena hemolisis, yaitu pecahnya sel
darah merah, baik karena penanganan yang tidak tepat dari sampel darah, adanya
infeksi patogen, atau penyakit pada individu donor, dari sampel darah yang telah
diambil. Jika serum atau plasma keruh, bisa jadi karena lipid dalam darah atau
kontaminasi bakteri. Menurut kami, lisisnya sel kemungkinan besar karena
penanganan tidak cermat, mengingat kami harus berulangkali melakukan
pengambilan darah dari hewan donor dan butuh waktu lama untuk mengisolasi
darahnya (Clark et al., 2011).
Kesulitan dalam praktikum ini adalah ketika pengambilan darah dari
hewan, terutama pengambilan darah melalui vena caudal pada ikan. Pembekuan
darah pada ikan terjadi cepat, sehingga ketika pengambilan darah gagal, kemudian
dilakukan kembali pengambilan darah, akan sulit untuk didapatkan kembali,
selain itu juga darah yang telah diambil akan lisis sehingga setelah disentrifuse,
tidak dihasilkan plasma atau serum, meskipun dihasilkan akan sangat sedikit.

IV.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil dan pembahasan, dapat diambil kesimpulan:


1. Serum dan plasma berbeda. Serum merupakan plasma darah yang tidak
mengandung fibrinogen. Plasma mengandung faktor pembekuan darah,
oleh sebab itu diberi antikoagulan EDTA.
2. Serum dan plasma dari ayam berhasil dibuat menjadi medium, sedangkan
plasma yang dari ikan tidak. Hal ini disebabkan beberapa kemungkinan,
namun faktor utama penyebabnya menurut kami ialah karena lambatnya
penanganan darah setelah diisolasi.

DAFTAR PUSTAKA
T. D. Clark, M. R. Donaldson, S. M. Drenner, S. G. Hinch,D. A. Patterson,
J.Hills,V.Ives, J. J. Carter, S. J. Cooke and A. P. Farrell. 2011. The efcacy
of eld techniques for obtaining and storing blood samples from shes.
Journal of Fish Biology. (79): 13221333
Freshney, I. 2000. Culture of Animal Cells: A Manual of Basic Technique, fourth
edition. John Wiley and Sons Inc, New York.
Ouellet, S., Franois V., Maryse L., Steeve L., Rgen D., Sylvain L. G. 2006.
Transcriptional regulation of the cyclin-dependent kinase inhibitor 1A
(p21) gene by NFI in proliferating human cells. Universit de Sherbrooke,
Qubec, Canada.
Purnomo, Sudjiono, T. Joko, dan S. Hadisusanto. 2009. Biologi Kelas XI untuk
SMA dan MA, p. 386. Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional,
Jakarta.
McMaster, Marvin C. 2007. HPLC: A Practical Users Guide. John Wiley & Sons
Inc, New Jersey.

Anda mungkin juga menyukai