digunakan
permasalahan
strategi contextual
tersebut.
Penelitian
teaching
ini
learning
bertujuan
untuk
untuk
mengatasi
meningkatkan
pemahamanan dan hasil belajar siswa kelas II SDN Madura 01 dalam konsep
perkalian. Penelitian menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif jenis
penelitian tindakan kelas, terdiri dari dua siklus, setiap siklus terdiri dari
perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Subyek penelitian adalah
siswa kelas II dengan jumlah 35 siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
penerapan model contextual teach-ing and learning pada pembelajaran
matematika sudah baik. Hal ini didukung oleh peningkatan pemahaman, hasil
dan ketuntasan belajar. Terlihat dari pemahaman siswa pada siklus I yaitu
58,25% dan pada siklus II yaitu 81,48%. Hal itu juga, diikuti dengan adanya
peningkatan hasil belajar siswa yang baik pula. Persentase ketuntasan belajar
siswa pada pra tindakan yaitu 23,52%, pada siklus I yaitu 29,41% dan pada
siklus II yaitu 76,47%. Kesimpulan hasil penelitian adalah pembelajaran dengan
model contextual teaching and learning (CTL) terbukti mampu meningkatkan
pemahaman, hasil dan ketuntasan belajar siswa kelas II SD Negeri Madura 01
pada Pembelajaran Matematika Materi Konsep Perkalian.
Kata Kunci: pemahaman belajar, hasil belajar, contextual teaching learning
model pembelajaran
pemahaman
Contextual
konsep
Teaching
and
perkalian
Learning
dasar
(CTL)
kelas
II
untuk meningkatkan
permasalahan
akan
lebih
nyata
dalam
akan
penerapan
siswa
kreatif
dalam
dan
membuat inovasi baru dalam mengajarkan perkalian awal di kelas II SD, dan
memberikan
solusi
bagi
guru
SD
untuk
meningkatkan
pembelajaran
keterampilan
berhitung
dan
menyelesaikan
soal,
tetapi
penekanan harus diberikan pada bagaimana nalar dan sikap siswa terbentuk
untuk kehidupan nyatanya.
Matematika dapat ditinjau dari segala sudut dan dapat memasuki seluruh
segi kehidupan manusia. Jelasnya, matematika mencakup bahasa, yaitu
bahasa matematika. Melalui matematika dapat dilatih berfikir secara logis,
dan dengan matematika ilmu pengetahuan lainnya bisa berkembang dengan
cepat. Namun demikian, untuk mengetahui apakah matematika itu, seorang
harus
konsep-
atau
prinsip
sekolah dasar
Kopetensi
dicapai
oleh
siswa
Matematika,
bilangan,
pengukur,
dan
mengerti
benar.
Sedangkan
menurut kamus
Indonesia
Inggris-Indonesia
pemahaman
yang
pertama
adalah
pemahaman
instrumental
kecakapan/skill,
kebiasaan
atau
sikap
yang
semuanya
sekitar
intelektual
atau
anak
lingkungannya
Model
pengetahuannya, peserta
CTL
didik
sesuai dengan
membantu
dapat
siswa
memperoleh
tingkat
kemampuan
membangun
sendiri
pengetahuan
melalui
Belajar
dan Pembelajaran
Sekolah
Dasar,
pada
intinya
siswa
melalui
melakukan
refleksi
dari
setiap
penilaian
objektif,
yaitu
menilai
Dalam
pembelajaran
matematika,
pembelajaran
cenderung
bersifat
monoton, tanpa variasi kreatif. Apabila siswa ditanya ada saja alasan yang mereka
kemukakan seperti: matematika sulit, tidak mampu menjawab, takut disuruh maju
ke depan, dan sebagainya. Pembelajaran matematika pada umumnya masih
dominan menggunakan metode ceramah dan menugasan yang terkesan kaku
dan dogmatis sehingga kurang memberikan kesempatan kepada siswa untuk
berinteraksi dengan kehidupan nyata. Pembelajaran seperti ini berakibat negatif
terhadap pemahaman dan hasi belajar siswa. Rendahnya pemahaman siswa
terhadap
materi
selama
ini
siswa
lebih
proses
pembelajaran
khususnya
pembelajaran
matematika,
II (dua) / 2 (dua)
Standar Kompetensi
Melakukan
perkalian
dan
pembagian
Materi Pokok
Konsep Perkalian
Indikator
Berdasarkan bentuk dan sifatnya, data penelitian dapat dibedakan dalam dua
jenis yaitu data kualitatif (yang berbentuk kata-kata/kalimat) dan data kuantitatif
(yang berbentuk angka). Data kuantitatif dapat dikelompokkan berdasarkan cara
mendapatkannya yaitu data diskrit dan data kontinum. Berdasarkan sifatnya, data
kuantitatif terdiri atas data nominal, data ordinal, data interval dan data rasio.
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sumber data primer
dan sumber data sekunder. Sumber data primer adalah siswa kelas II SD Negeri
Madura 01 Kecamatan Wanareja Kabupaten Cilacap Tahun Pelajaran 2012/2013.
Adapun sumber data sekunder berasal dari sumber data yang berasal dan pihak
yang masih ada kaitannya dengan siswa, tetapi tidak secara langsung
mengetahui keberadaan siswa atau berhubungan langsung dengan siswa.
Penelitian ini menggunakan dua teknik pengumpulan data, yaitu teknik tes
dan teknik nontes. Alat pengumpulan data, terdiri dari lembar observasi, lembar
Kerja Siswa (LKS), dan lembar Evaluasi / Tes. Siswa dinyatakan tuntas apabaila
skor yang diperoleh 3 atau dengan kategori minimal baik. Peningkatan nilai
invidu siswa dapat dilihat dari nilai hasil tes formatif. Siswa dinyatakan
meningkat hasil belajarnya apabila nilai hasil tes I dari hasil tes II. Tes hasil
belajar siswa menentukan tingkat ketuntasan belajar siswa. Siswa dinyatakan
tuntas belajarnya apabila mendapat nilai di atas KKM minimal 65.
Pada pelaksanaan pembelajaran siklus pertama, berdasarkan rumusan
hipotesis yang telah ditetapkan peneliti menyiapkan perbaikan pembelajaran dan
skenario tindakan. Skenario tindakan merupakan tahapan kegiatan tindakan
perbaikan pembelajaran
Peneliti menyiapkan alat pelajaran berupa alat peraga, buku pelajaran, soal
evaluasi dan RPP. Guru memberi salam, mengabsen siswa dan mengatur tempat
duduk. Guru
itu
guru
memuat
buah
soal
yang
berbentuk
soal
uraian
yang
kerja
kelompok
kelompok,
dengan
tenang.
semua
Pada
kelompok
saat
kerja
mengerjakan
lembar
kerja
kelompok
semua
siswa
10
saat
pembahasan
di
depan
kelas
semua
juga
penekanan
yang
pada
masih
belum
tepat.
Guru
kemudian
formatif.
Peneliti
mengetahui
bahwa pembelajaran
matematika
khususnya pada konsep pecahan dirasa masih sulit bagi siswa. Hal ini
terimplikasi terhadap kemampuan siswa pada pembelajaran matematika
11
dalam mengikuti
proses
pembelajaran,
dan
masih
ada
teman
sebangku
dan
tidak
hasil
pengamatan
kondisi
awal
siswa
terhadap
berdasarkan
tahapan-tahapan
yang
telah
dipersiapkan
12
maka
peneliti
bersama-sama
dengan
observer
sepakat
untuk
melaksanakan perbaikan pembelajaran pada siklus II, karena nilai rata-rata hasil
belajar baru mencapai angka 64,86 yang berarti masih berada di bawah KKM
sebesar 65,00 sesuai dengan kriteria keberhasilan yang telah ditetapkan dan
tingkat ketuntasan belajar baru 51,43%. Hal ini menunjukkan ketuntasan belajar
belum mencapai 85% dari jumlah seluruh siswa sesuai dengan kriteria
keberhasilan yang telah ditentukan.
Dari hasil pada tahap pengamatan terhadap pemahaman siswa pada
pembelajaran matematika materi konsep perkalian dengan menerapkan model
pembelajaran CTL diperoleh keterangan bahwa pada sebelum perbaikan, siswa
yang menunjukkan pemahaman belajar sebanyak 12 siswa atau 34,29%, pada
siklus ke I, siswa yang menunjukkan pemahaman belajar sebanyak 22 siswa atau
62,86%, dan dari sebelum perbaikan ke siklus I, tingkat pemahaman belajar siswa
meningkat sebesar 28,57% atau bertambah sebanyak 10 siswa.
Melihat hasil di atas maka peneliti bersama-sama dengan observer sepakat
untuk melaksanakan perbaikan pembelajaran pada siklus II karena belum
memenuhi indikator dan kriteria keberhasilan yang telah ditentukan sehingga
13
diinginkan. Oleh karena itu setelah melakukan refleksi dan diskusi bersama teman
sejawat, menunjukkan siswa yang tuntas telah mencapai 18 siswa atau 51,43%,
nilai rata-rata hasil belajar meningkat 58,29 dari sebelum perbaikan menjadi 64,86
pada siklus pertama, serta peningkatan pemahaman belajar sebesar 62,86% atau
22 siswa, atau mengalami peningkatan 28,57% atau sebanyak 10 siswa dari
sebelum perbaikan.
Pada siklus kedua, pada tahap perencanaan, data yang diperoleh berupa:
rencana pelaksanaan perbaikan pembelajaran (RPPP) yang di dalamnya tercakup
komponen skenario pembelajaran yang akan diimplementasikan; seperangkat
instrumen yang akan digunakan untuk pengumpulan data; dan data pendukung
pembelajaran berupa lembar kerja siswa (LKS) dengan penambahan inovasiinovasi baru seputar pelaksanaan pembelajaran dengan metoe demontrasi.
Data hasil pelaksanaan tindakan perbaikan pembelajaran menggunakan
model pembelajaran CTL pada pembelajaran matematika materi konsep perkalian
dapat diterangkan bahwa pada siklus I nilai rata-rata hasil belajar 64,86 setelah
dilakukan perbaikan mengalami kenaikan menjadi 73,14. Rata-rata hasil belajar
naik 8,28., jumlah siswa yang telah mencapai tingkat ketuntasan belajar 33 siswa
(94,29%). Melihat hasil tersebut maka peneliti bersama-sama dengan observer
menyimpulkan bahwa hasil tes hasil belajar menunjukkan hasil 73,14, yang
berarti sudah melebihi KKM minimal 65, dengan jumlah siswa yang telah tuntas
belajarnya sebanyak 35 siswa atau 94,29%. Hal ini menunjukkan bahwa
ketuntasan belajar juga telah mencapai kriteria keberhasilan sebesar 85% sehingga
proses perbaikan pembelajaran dinyatakan berhasil dan tuntas pada pelaksanaan
pembelajaran pada siklus II
Dari hasil pada tahap pengamatan terhadap pemahaman siswa pada
pembelajaran IPA materi konsep perkalian dengan menerapkan model
pembelajaran CTL diperoleh hasil bahwa pada siklus I, siswa yang menunjukkan
14
pemahaman belajar sebanyak 22 siswa atau 62,86%, pada siklus ke II, siswa yang
menunjukkan pemahaman belajar sebanyak 34 siswa atau 97,14%, dan dari
siklus I ke siklus II, tingkat pemahaman belajar siswa meningkat sebesar 34,29%
atau bertambah 12 siswa. Melihat hasil tersebut maka peneliti bersama-sama
dengan observer menyimpulkan bahwa pemahaman belajar mencapai angka
97,14%. Hal ini menunjukkan bahwa pemahaman belajar telah mencapai kriteria
keberhasilan sebesar 85% dari jumlah seluruh siswa, sehingga proses perbaikan
dinyatakan berhasil dan tuntas pada siklus kedua.
Dari hasil pertemuan pertama dan kedua pada siklus kedua diketahui bahwa
pelaksanaan perbaikan pembelajaran siklus kedua telah mencapai ketuntasan
94,29% atau 33 siswa, dengan perolehan nilai rata-rata hasil belajar sebesar 73,14
dan pemahaman belajar 97,14% atau 34 siswa. Oleh karena penelitian sudah
mencapai kriteria yang diinginkan, maka peneliti dan observer memutuskan
bahwa perbaikan dianggap selesai, dan kegiatan proses belajar mengajar dapat
diteruskan
terhadap data yang peroleh dari dua siklus yang dilaksanakan maka dapat dapat
disimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran CTL pada pembelajaran
matematika materi konsep perkalian menunjukkan peningkatan yang signifikan
terhadap proses dan hasil pembelajaran, yang dibuktikan dengan peningkatan
pemahaman dan hasil belajar siswa sebagai berikut :
1) Pada siklus I, angka ketuntasan belajar naik menjadi 51,43% atau bertambah
22,86% atau bertambah 8 siswa.
2) Pada siklus II, angka ketuntasan belajar naik menjadi 94,29% atau bertambah
42,86% atau bertambah 15 siswa.
3) Pada siklus I, nilai rata-rata hasil belajar mengalami kenaikan sebesar 6,57
dari sebelum perbaikan menjadi 64,86.
4) Pada siklus II, nilai rata-rata hasil belajar mengalami kenaikan sebesar 8,28
dari siklus pertama menjadi 73,14.
Dari hasil analisis terhadap peningkatan pemahaman belajar siswa pada
sebelum perbaikan, siklus I dan siklus II, diperoleh keterangan sebagai berikut :
15
teaching
ketuntasan belajar belum mencapai 85% dari jumlah seluruh siswa sesuai dengan
kriteria keberhasilan yang telah ditentukan.
Melihat dan menganalisis hasil pembelajaran dari pembahasan siklus I, dari
mulai pertemuan pertama sampai pertemuan kedua dan dari hasil observasi
16
pemahaman siswa, hasil wawancaa serta hasil tes, ada beberapa hal yang
harus diperbaiki. Dari segi proses pembelajaran, pemahaman siswa dalam
belajar dan dari segi nilai hasil belajar. Berdasarkan hasil observasi juga
didapatkan beberapa temuan yang berkaitan dengan masalah yang muncul pada
saat pelaksanaan kegiatan pembelajaran, yaitu: proses
pembelajaran
secara
yang
telah
didapatkan
dari
dilaksanakan
lembar
dengan
observasi
merenungkan
agar
dapat
temuan-temuan
dicarikan
upaya
yang
untuk
observer
melakukan
diskusi
untuk
merencanakan
tindakan
pembelajaran yang akan dilaksanakan yaitu siklus II. Dari hasil diskusi ini
didapatkan hasil bahwa proses pembelajaran secara berkelompok akan lebih
kondusif apabila jumlah anggota kelompok tidak terlalu banyak, hal ini
dikarenakan
ketika
berkelompok
jika
semakin
banyak
jumlah anggota
kelompok maka semakin banyak pendapat dari anggota kelompok, siswa merasa
senang
telah
17
bimbingan kepada siswa yang mengalami kesulitan, agar interaksi antara guru
dengan
mengatur waktu harus lebih diefisienkan, hal ini dimaksudkan agar tahapan
yang telah dipersiapkan dapat direalisasikan dan semua tahapan pembelajaran
dengan menggunakan model pembelajaran CTL dapat dilaksanakan.
Pada siklus II, peningkatan pemahaman belajar cukup signifikan pada setiap
siklusnya, dimana pada siklus pertama hanya 62,86% atau 22 siswa, meningkat
menjadi 97,14% atau 34 siswa pada siklus kedua atau mengalami kenaikan
sebanyak 12 siswa (34,29%) dari pelaksanaan pembelajaran pada siklus pertama.
Melihat
hasil
tersebut
maka
peneliti
bersama-sama
dengan
observer
yang
bertujuan
untuk
memperbaiki
pembelajaran
yang
18
19
Learning
pembelajaran,
20
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. (2002). Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan
Praktek. Jakarta : Balai Pustaka
BSNP. 2007. Standar Kompetensi Mata Pelajaran Matematika, Depdiknas.
Jakarta.
Depdiknas. 2003. Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional. Depdiknas. Jakarta
Hudoyo, Herman. 1988. Mengajar Belajar Matematika. Dirjen Dikti PPLPTK.
Jakarta.
Kemmis, S. &McTaggart, R (1988), The Action Research Planner, Victoria: The
DeakinUnivesity
Poerwadarminta, W.J.S. 2004. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: PN
Balai Pustaka.
Ristasa, Rusna, dkk. 2006. Panduan Penelitian Laporan Perbaikan Pembelajaran
(Penelitian Tindakan Kelas). UPBJJ Universitas Terbuka.
Purwokerto.
Ruseffendi, E.T. 1998. Dasar-dasar Penelitian Pendidikan dan Bidang NonEksakta Lainnya. Cetakan Kedua. IKIP Semarang Press. Semarang.
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Rineka
Cipta. Jakarta.
Wardani, I.G.A.K. 2006. Materi Pokok Penelitian Tindakan Kelas. Universitas
Terbuka. Jakarta.
Wiriatmadja, Rochiati. (2006). Metode Penelitian Tindakan Kelas, UPI Bandung
dan Rosda. Bandung.