Keperawatan Lansia
Keperawatan Lansia
A. Hasil Penelitian
1. Karakteristik Responden
a. Karakteristik keluarga yang merawat lansia
Gambaran deskriptif karakteristik keluarga yang dimaksud
adalah keluarga yang merawat lansia meliputi jenis kelamin, umur,
pendidikan, pekerjaan, hubungan keluarga, dan status ekonomi terkait
peran keluarga pada lansia dengan gangguan fungsi kognitif di Desa
Windunegara Kecamatan Wangon Kabupaten Banyumas dapat dilihat
pada tabel 4.1 dibawah ini.
Tabel 4.1 Karakteristik keluarga yang merawat lansia (N=39)
No. Karakteristik
Frekuensi
Persentase %
1.
Jenis kelamin
a. Laki-laki
28
72
b. Perempuan
11
28
2.
Umur
a. 18-40 tahun
38
97
b. >40 tahun
1
3
3.
Tingkat pendidikan
a. SLTA/Sederajat
9
23
b. SLTP/Sederajat
6
15
c. Tamat SD
23
59
d. Tidak Tamat SD
1
3
4.
Status Ekonomi Keluarga
a. Rendah (< Rp.795.000,00) 33
85
b. Tinggi (>Rp. 795.000,00) 6
15
Berdasarkan tabel 4.1 diatas terlihat bahwa karakteristik
keluarga responden yang tinggal dengan lansia di Desa Windunegara
Kecamatan Wangon Kabupaten Banyumas sebagian besar berjenis
43
44
45
Std.
Deviation
10.19
10.17
10.50
Std.
Deviation
8.27
9.24
13.61
7.89
46
Std.
Deviation
6.74
Skor
Rata-rata
Std.
Deviation
55.76
15.57
47
.304
.069
.029
.400*
-.198
-.115
.183
.225
.103
.138
.432**
.532**
48
4.8
diperoleh nilai
signifikan 0.014
49
terbentuknya
satuan
keluaran
perilaku
baru
yang
50
dapat
meningkatkan
kesejahteraan
psikologis,
51
52
lebih dari 80 tahun mempunyai peluang 6.4 kali lebih besar untuk
mengalami gangguan fungsi kognitif dibandingkan umur 76-80
tahun (Rekawati dalam Patriyani, 2009). Semakin bertambah umur
maka semakin besar prevalensi dan semakin berat gangguan
fungsi kognitif yang dialami lansia. Hal ini disebabkan karena usia
merupakan faktor utama terjadinya gangguan fungsi kognitif
(Patriyani, 2009).
3) Tingkat pendidikan
Berdasarkan hasil penelitian ini sebagian besar lansia mempunyai
tingkat pendidikan terakhir tidak tamat SD. Menurut Shadlen et al
(dalam Chen, Lin dan Chen, 2009) menyatakan bahwa seseorang
yang berpendidikan rendah mempunyai risiko terjadinya gangguan
fungsi kognitif/ demensia dua kali lebih besar dibandingkan
dengan seseorang yang memiliki pendidikan tinggi. Hasil
penelitian yang dilakukan oleh Coffey (dalam Patriyani, 2009)
menyatakan bahwa semakin banyak pendidikan yang dikenyam
seseorang, maka semakin kecil kemungkinan terjadinya demensia.
Setiap tahun jenjang pendidikan seseorang akan memperlambat
penurunan daya ingat hingga 2.5 bulan.
2. Gambaran peran keluarga dalam merawat lansia.
Hasil penelitian pada tabel 4.3 dapat terlihat bahwa skor rata-rata
tertinggi adalah domain peran fasilitator (56.62) kemudian dilanjutkan
53
dapat
meningkatkan
semangat
hidup
dan
menambah
54
55
56
57
terhadap
diri.
Menurut
Asosiasi
Psychogeriatric
58
skor rata-rata 55.61. Skor tersebut lebih tinggi dari domain kesehatan fisik
tetapi lebih rendah dari domain hubungan sosial dan psikologi. Hal ini
dapat dikaitkan dengan faktor sosial ekonomi dan tingkat pendidikan yang
rendah. Penelitian Setyoadi, Noerhamdani, dan Ernawati (2011)
menyatakan bahwa tingkat pendidikan dan perekonomian memegang
peranan penting terhadap lingkungan, sebab berkaitan dengan kemampuan
pemenuhan akan lingkungan yang layak dan memadai, diantaranya tempat
tinggal yang bersih dan sehat, ketersediaan informasi, transportasi dan
keterjangkauan terhadap kesehatan.
Menurut Phair and Heath (2001) lansia dengan gangguan fungsi
kognitif/ demensia mengalami penurunan kemampuan dalam adaptasi
terhadap lingkungannya. Lansia dengan gangguan fungsi kognitif mulai
kebingungan/ tidak mampu mengenali tempat yang biasanya ditinggali.
Sejalan dengan Nightingale (dalam Phair and Heath, 2001) percaya bahwa
fokus utama untuk keperawatan adalah untuk mengubah lingkungan fisik
untuk menempatkan tubuh manusia dalam kondisi aman serta nyaman
menjalani kehidupan. Lingkungan yang dirubah sesuai dengan kondisi
lansia yang mengalami gangguan fungsi kognitif dari segi kenyamanan
dan keamanan, diharapakan dapat meningkatkan kualitas hidupnya.
Berdasarkan hasil penelitian ini domain kesehatan fisik pada lansia
yang mengalami gangguan fungsi kognitif memiliki skor rata-rata paling
rendah dari ketiga domain kualitas hidup lainnya yaitu sebesar 53.75.
Menurut Rohana (2011) menyatakan bahwa kemunduran fungsi kognitif
59
akibat penuaan dapat dihambat salah satu upayanya yaitu dengan menjaga
kesehatan fisik. Kesehatan dan kebugaran fisik dapat dijaga dengan
melakukan gerakan olahraga atau latihan fisik secara teratur. Pemberian
latihan olahraga pada usia lanjut dimulai dengan intensitas dan waktu yang
ringan kemudian meningkat secara pelahan-lahan serta tidak bersifat
kompetitif mempunyai manfaat besar. Hal tersebut dapat meningkatkan
kemampuan aerobik yaitu akan meningkatkan aliran dan volume pasokan
darah yang membawa oksigen ke organ-organ tubuh terutama ke organ
otak, sehingga lansia dapat memperoleh kesehatan jasmani yang baik serta
kualitas hidup lansia dapat meningkat.
Berdasarkan data hasil penelitian ini didapatkan skor rata-rata
kualitas hidup yang dipersepsikan oleh lansia dengan gangguan fungsi
kognitif sebesar 51.93. Menurut Cahill dan Diaz (2012) persepsi tentang
kualitas hidup bervariasi antara kelompok orang yang berbeda. Misalnya
pada professional kesehatan, pandangan tentang kualitas hidup sangat
terkait dengan rasa sakit yang dialami, kemampuan daya ingat, kesehatan
fisik dan kebebasan. Sedangakan pada kelompok lansia dengan gangguan
fungsi kognitif lebih cenderung mengartikan kualitas hidupnya dengan
frekuensi interaksi dengan keluarga, perasan tetap berguna dan tetap aktif
dalam kehidupan sehari-hari.
Lansia yang mengalami penurunan baik dari fisik, kesehatan dan
daya ingat, hal tersebut dianggap kejadian yang wajar ketika seseorang
sudah tua/ lanjut usia. Hal ini sesuai dengan teori tugas perkembangan
60
diri
terhadap
berbagai
perubahan
aspek
kehidupan
61
untuk
mempertahankan
kebugaran
jasmani,
memelihara
serta
62
63
a)
64
b)
65
karena
lansia
membutuhkan
informasi
tentang
kesehatannya khususnya untuk tetap menjalankan aktivitas seharihari, menjaga kesehatan dan kebugaran tubuh sehingga gangguan
fungsi kognitif yang dialami tidak semakin berat.
Hasil dari uji person product moment menunjukkan bahwa
domain peran keluarga sebagai edukator tidak memiliki korelasi yang
66
67
68
sedangkan kualitas hidup ada lima. Kebenaran pengisian kuesioner ini sangat
dipengaruhi oleh kejujuran dan pemahaman responden terhadap peran
keluarga yang sudah diberikan pada lansia serta kualitas hidup lansia
berdasarkan persespi masing-masing.