Anda di halaman 1dari 2

PEMBAHASAN FARMOL

Pada praktikum kali ini dilakukan percobaan atau pengujian efek anestesi lokal.
Anestesi lokal atau zat penghilang rasa setempat adalah obat yang pada penggunaan lokal
merintangi secara reversible penerusan impuls saraf ke SSP dan dengan demikian
menghilangkan atau mengurangi rasa nyeri, gatal-gatal, rasa panas atau dingin (Tjay Hoan,
et.all, 2007). Rute pemberian anastesi lokal yang diberkan pada permukaan tubuh atau topikal
dapat mencapai ujung saraf sensoris dan bekerja menghambat penghantaran impuls nyeri
pada serabut saraf tersebut, sehingga terjadilah anestesi permukaan. Anestesi lokal juga dapat
diberikan secara injeksi ke dalam jaringan sehinga menyebabkan hilangnya sensasi pada
struktur disekitarnya. Efek yang dihasilkan disebut anestesi infiltrasi.
Anestesi lokal yang digunakan pada praktikum kali ini adalah salep lidokain dan
spray etil klorida. Lidokain termasuk kelompok amida dan merupakan obat pilihan utama
untuk anestesia permukaan ataupun infiltrasi. Zat ini digunakan pada selaput lendir dan kulit
untuk nyeri, perasaan terbakar dan gatal. Dibandingkan dengan prokain, khasiatnya lebih kuat
dan lebih cepat kerjanya (setelah beberapa menit), juga bertahan lebih lama (plasma-t1/2 1,52 jam, lama kerjanya 60-90 menit). Berhubungan dengan tidak mengakibatkan hipertensi,
lidokain banyak digunakan dalam banyak sediaan topikal. Reabsorpsinya melalui kulit ke
dalam saraf juga berlangsung cepat. Kurang lebih 90% zat ini dirombak di hati menjadi
metabolit aktif monoetilglisin-xilidida (MEGX) dan glisin-xilidida (GX). Sedangkan etil
klorida merupakan gas yang mudah menyala dan eksplosif yang memiliki khasiat yang kuat
tetapi singkat hanya sekitar 1 menit. Karena toksis bagi hati dan jantung, obat ini hanya
digunakan secara lokal untuk anestesia pembekuan cepat pada pembedahan kecil (spray
kulit), misalnya ntuk menyingkiran kutil. Kerjanya berdasarkkan menguapnyakloretil dengan
pesat berat titik-didihnya yang rendah bila disemprotkan ke atas kulit (Tjay Hoan, et.all,
2007).
Percobaan dilakukan terhadap dua orang subjek dalam kelompok dimana bagian
tubuh yang digunakan adalah tangan kanan dan tangan kiri. Masing-masing tangan dibagi
menjadi 4 bagian dimana masing-masing bagian dibagi lagi menjadi 4 bagian. Tiap bagian
terdiri dari bagian untuk uji panas, dingin, nyeri dan sentuhan. Satu orang subjek
menggunakan salep lidokain yang dioleskan pada bagian tangan kanan sebagai uji dan bagian
tangan kiri sebagai kontrol. Sedangkan satu orang lagi menggunakan spray etil klorida yang
disemprotkan pada bagian tangan kanan sebagai uji dan bagian tangan kiri sebagai kontrol.

Setelah dilakukan pengamatan selama 20 menit dimana tiap 5 menit diberikan uji
panas, dingin, nyeri dan sentuhan pada bagian tangan masing-masing didapatkan hasil bahwa
pada subjek yang menggunakan salep lidokain pada tangan kanannya mendapatkan skor
untuk uji panas sebesar 2; nyeri sebesar 3,75; dingin sebesar 2,25 dan sentuhan sebesar 4
sedangkan pada tangan kiri sebagai kontrol skor untuk uji panas, nyeri, dingin dan sentuhan
adalah masing-masing 4. Pada subjek kedua yang menggunakan spray etil klorida
mendapatkan skor untuk uji panas sebesar 3,3; nyeri sebesar 3,3; dingin sebesar 3,5 dan
sentuhan sebesar 3,8 sedangkan pada tangan kiri sebagai kontrol skor untuk uji panas, nyeri,
dingin dan sentuhan adalah 4.
Perbedaan hasil yang didapatkan terjadi karena salep lidokain memiliki efek yang
lebih lama dibandingkan dengan spray etil klorida yang hanya bertahan beberapa menit.
Sehingga pada pecobaan yang dilakukan, subjek yang menggunakan salep lidokain lebih
sedikit merasakan induksi panas dan nyeri dibandingkan subjek yang hanya diberikan spray
etil klorida. Tetapi pada induksi nyeri dan sentuhan subjek yang diberikan salep lidokain
lebih sedikit tinggi merasakan induksinya. Seharusnya subjek yang diberikan salep lidokain
sedikit lebih redah merasakan induksi seperti halnya pada uji panas dan nyeri.
Berdasarkan hasil praktikum reseptor pada kulit yang tidak merasakan induksi untuk
uji yang dilakukan menggunakan spray etil klorida adalah reseptor nyeri lalu reseptor panas
kemudian dingin dan yang terakhir adalah sentuhan. Sedangkan untuk reseptor pada kulit
yang tidak merasakan induksi untuk uji yang dilakukan menggunakan salep lidokain adalah
reseptor dingin lalu reseptor panas kemudian nyeri dan yang terakhir adalah sentuhan.
Seharusnya reseptor yang tidak merasakan induksi untuk uji yang dilakukan menggunakan
salep lidokain atau spray etil klorida adalah reseptor sentuhan. Hal ini dikarenakan reseptor
sentuhan merupakan reseptor yang sensitif sehingga seharunya saat diberikan sentuhan
setelah diberikan salep atau spray sudah tidak lagi merasakan sentuhan. Ketidaksesuaian hasil
praktikum dengan teori yang seharusnya bisa terjadi disebabkan karena kesalahan dalam
pemberian salep atau tidak meratanya pemberian salep terhadap kulit subjek. Bisa juga terjadi
karena berbedanya subjek dalam merasakan induksi atau juga perbedaan kekuatan uji yang
diberikah kepada subjek, seperti perbedaan tekanan dalam memberikan induksi nyeri.
Tan Hoan Tjay dan Kirana Rahardja. 207. Obat-Obat Penting: Khasiat, Penggunaan, dan
Efek-efek Sampingnya Edisi 6. Jakarta : Elex Media Komputindo

Anda mungkin juga menyukai