Anda di halaman 1dari 2

2.1.

1 Hakikat Berbicara
Berbicara secara umum dapat diartikan sebagai suatu penyampaian maksud (ide, pikiran, isi hati)
seseorang kepada orang lain dengan menggunakan bahasa lisan sehingga maksud tersebut
dipahami oleh orang lain. Zamzani dan Haryadi, (1996: 54). Pengertian secara khusus banyak
dikemukakan oleh para pakar seperti Tarigan dalam Zamzani dan Haryadi, (1996 : 54)
mengemukakan Berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi artikulasi atau kata-kata
untuk mengekspresikan menyatakan pikiran, gagasan dan perasaan.
Berbicara pada hakikatnya merupakan proses komunikasi, sebab di dalamnya terjadi pemindahan
pesan dari suatu sumber ke tempat lain. Zamzani dan Haryadi, (1996 : 54). Berbicara merupakan
bentuk perilaku yang memanfaatkan faktor-faktor fisik, psikologis, semantik, dan linguistik. Pada
saat berbicara orang memanfaatkan faktor fisik yaitu alat ucap untuk menghasilkan bunyi bahasa.
Bahkan organ tubuh lain seperti kepala, tangan, dan roman muka dimanfaatkan dalam berbicara.
Faktor psikologis memberikan andil yang cukup besar terhadap kelancaran berbicara. Stabilitas
emosi misalnya, tidak hanya berpengaruh pada kualitas suara yang dihasilkan oleh alat ucap,
tetapi berpengaruh juga terhadap keruntutan bahan pembicaraan. Berbicara tidak lepas dari faktor
neurologis yaitu jaringan syaraf neuron yang menghubungkan otak kecil dan mulut, telinga, dan
organ tubuh lain yang ikut dalam aktivitas berbicara. Demikian pula faktor semantik yang
berhubungan dengan makna serta faktor linguistik yang berhubungan dengan struktur bahasa
yang selalu berperan dalam kegiatan berbicara. Bunyi yang dihasilkan alat ucap kata-katanya
harus disusun agar menjadi lebih bermakna. Zamzani dan Haryadi, (1996 : 56). Selanjutnya
menurut Stewart dan Kenner Zimmer dalam Zamzani dan Haryadi, (1996 : 56) memandang
kebutuhan akan komunikasi yang efektif dianggap suatu yang esensial untuk mencapai
keberhasilan setiap individu maupun kelompok.
Berbicara merupakan hal mudah namun bukanlah hal sepele, akan tetapi berbicara dengan
memperhatikan langkah-langkah berbicara itu yang dianggap mudah dan baik.
Berbicara merupakan cara berkomunikasi bagi manusia sebagai makhluk sosial yaitu suatu
tindakan saling menukar pengalaman, saling mengemukakan dan menerima pikiran, saling
mengutarakan perasaan dan mengekspresikannya. Tarigan, (1984 : 67). Oleh karena itu dalam
tindakan sosial suatu masyarakat dalam menghubungkan sesama anggota masyarakat tersebut
diperlukan komunikasi. Pengajaran berbicara perlu memperhatikan dua faktor yang mendukung ke
arah tercapainya pembicaraan yang efektif yaitu (1) faktor kebahasaan seperti ; (a). pelafalan
bunyi bahasa, (b). penggunaan intonasi, (c). pemilihan kata dan ungkapan, (d). penyesuaian
kalimat paragraf. Sementara faktor yang ke(2) yaitu faktor non kebahasaan meliputi ; (a).
ketenangan dan kegairahan, (b). keterbukaan, (c). keintiman, (d). isyarat non verbal, dan (e).
topik pembicaraan. Haryadi dan Zamzani, (1996 : 61).
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa berbicara adalah kegiatan berkomunikasi secara lisan
yang di dalamnya berisi penyampaian pesan dari sumbernya ke tempat lain dan kadang kala
disertai gerak serta mimik (ekspresi) sesuai dengan apa yang dibicarakan oleh pembicara.
2.1.2 Langkah-langkah Berbicara
Keterampilan berbicara di depan khalayak ramai (public speaking) tidak akan muncul begitu saja
pada diri seseorang. Keterampilan diperoleh setelah melalui berbagai latihan dan praktek
penggunaannya. Karena itulah para ahli banyak menaruh perhatian terhadap upaya membina dan
mengembangkan keterampilan berbicara.
Enhinger, dkk (dalam Tarigan, 1991 : 195) mengajukan delapan langkah dalam berbicara yaitu ;
(a) menyeleksi dan memusatkan pembicaraan, (b) menentukan tujuan khusus pembicaraan, (c)
menganalisis pendengar dan situasi, (d) mengumpulkan materi pembicaraan, (e) menyusun
kerangka dasar pembicaraan, (f) mengembangkan kerangka dasar, (g) berlatih dengan suara
keras, jelas, dan lancar, (h) menyajikan pembicaraan.
Keraf (dalam Tarigan, 1991 : 195) mengusulkan tujuh langkah dalam berbicara. Ke tujuh langkah
tersebut yaitu : (a) menentukan maksud, (b) menganalisis pendengar dan situasi, (c) memilih dan
menyempitkan topik, (d) mengumpulkan bahan, (e) membuat kerangka uraian, (f) menguraikan
secara mendetail, dan (g) berlatih dengan suara nyaring.
Selanjtnya Wainright (dalam Tarigan, 1991 : 196) menyarankan enam langkah dalam berbicara :
a) Memilih topik
Dalam berbicara haruslah memilih topik yang sesuai dengan permintaan atau tuntutan di mana
kita akan tampil sebagai pembicara.
b) Menguasai dan menguji topik
Topik yang dipilih sesuai dengan tuntutan keadaan dan harus dipahami, dimengerti, dan dikuasai
oleh pembicara. Kemudian topik dikaji dan diuji dari berbagai sudut pandang.

c) Memahami pendengar dan situasi


Sebelum pembicaraan berlangsung, pembicara harus menganalisis latar belakang pendengar dan
situasi seperti minat, kebiasaan, usia, harapan, jenis kelamin, tingkat kemampuan, pekerjaan,
ruangan, tempat, lokasi, suasana lingkungan (tenang, bising), waktu (pagi, siang, sore, malam),
dan sarana (pengeras suara, penerangan), dan sebagainya.
d) Menyusun kerangka
Berdasarkan topik yang telah dipilih, susunlah kerangka pembicaraan. Kerangka pembicaraan yang
tersusun baik sangat bermanfaat bagi pembicara sendiri dan juga pendengar. Bagi pembicara
kerangka berfungsi sebagai pedoman, penuntun arah mengisi pembicaraan. Sedangkan bagi
pendengar, kerangka berfungsi sebagai sarana memudahkan mengikuti dan memahami isi
pembicaraan.
e) Mengujicobakan
Apabila kerangka pembicaraan sudah tersusun dengan baik, maka perlu diujicobakan. Pertama,
mengundang beberapa teman dan bila telah selesai mintalah teman-teman untuk mengkritik
penampilan. Kedua, rekamlah pembicaraan sebagai balikan paling lengkap yakni memutar kembali
pembicaraan yang diambil pada waktu permainan berlangsung. Ketiga, berbicara di depan cermin
dan amatilah penampilan dalam cerita tersebut.
f) Menyajikan pesan, pembicaraan harus berpedoman pada butir-butir pembicaraan. Biasanya
pembicaraan menggunakan kartu kecil, sehingga pembicaraan dapat menguraikan satu persatu
secara wajar, tidak berlebih-lebihan apalagi dibuat-buat.
Dalam berbicara hendaknya menggunakan bahasa yang sederhana sesuai taraf kemampuan
pendengar. Aturlah suasana agar tidak terlalu formal, sekali-kali dapat diselipkan humor dalam
pembicaraan agar pendengar lebih bergairah.

Anda mungkin juga menyukai